Serial Andre dan Calvin part 14 : Gelegak Nafsu Asep



Created by: NicoLast
Story by: NicoLast and Robby
Edited by: Edy Cahyadi

Malam itu di rumah Cindy.

Asep berbaring sambil melamun di atas sofa ruang tamu rumah Cindy. Rumah itu sudah sepi. Teman-teman Cindy yang tadi berpesta sex sudah pulang semua. Rumah sudah dibersihkan kembali oleh pembantu Cindy, Asep ikut juga membantu membersihan rumah dengan pembantu yang lain. Cindy tidak keluar dari kamarnya sejak teman-temannya pulang sore tadi. Gadis cantik itu rupanya sedang beristirahat mengembalikan tenaganya yang terkuras saat pesta sex.

Ada hal yang ingin disampaikan Asep pada Cindy. Situasi yang belum memungkinkan membuatnya harus bersabar dulu sampai Cindy bangun. Bisa jadi kalau Cindy tidak bangun juga malam ini baru esok hari dia dapat berbicara dengan majikannya itu. Asep sulit tidur meskipun sofa yang dijadikannya tempat berbaring itu jauh lebih empuk dibandingkan kasur tipis yang ada di kamarnya. Canggung karena baru sekali ini mendatangi rumah majikannya dan juga bingung memikirkan bagaimana cara berbicara yang baik pada majikannyalah yang membuat Asep sulit tidur.

Lamunan Asep membawanya pada kenangan seru bersama sahabat-sahabat kentalnya di kampung. Sepeninggal Cindy dan teman-temannya plus Tante Vonny yang hot, Asep mencoba kembali ke kehidupan normalnya sehari-hari. Namun rasa rindunya pada nikmatnya mengentot tidak mampu ditahannya. Nafsu birahinya terasa menggelegak setiap hari. Asep tak kuasa menahan gejolak untuk melampiaskan birahinya itu.

Gadis-gadis desa yang selama ini terlihat biasa sekarang menjadi berbeda. Tubuh sintal dan ranum mereka senantiasa menerawang di benak mata Asep, membuat libidonya lapar dan tak sabar untuk menerkam.

Otak Asep penuh dengan segala bayangan cabul sehubungan dengan nikmatnya menggigit lembut sambil mengulum buah dada Cicih yang montok dan ranum atau menyeruput lendir asin nan hangat yang memenuhi rongga memek Entin. Saat-saat memetik teh bersama perawan-perawan desa itu membuat Asep kelimpungan. Batang kontolnya selalu ngaceng tak bisa diajak kompromi. Kalau sudah begitu, sepulang bekerja, mau tak mau Asep meminta bantuan Tante Citra Body Lotion membantunya. Kelembutan Tante Citra Body Lotion telah terbukti dapat menyemburkan dengan keras cadangan sperma yang telah mendesak dari dalam batang kontolnya yang sekeras kayu.

Bukan hanya itu. Bayangan cabul pada lelaki juga sering menari-nari di pikirannya. Dudung dan Encus, dua sahabat kentalnya yang selama ini sering telanjang bersamanya—baik telanjang dada atau juga telanjang bulat seluruhnya—yang selama ini tak pernah menjadi perhatiannya kini ketelanjangan mereka membuat birahinya membara. Tanpa sepegetahuan kedua sahabatnya itu, Asep kini sangat teliti memperhatikan pahatan sempurna Yang Mahakuasa pada otot mereka. Apakah itu otot dada, otot lengan, otot paha, otot perut, dan tak lupa otot kontol mereka.

Saat-saat kencing bareng di antara semak rerumputan kini merupakan momen yang tak pernah disia-siakan oleh Asep untuk meneliti lebih detail lekuk batang gemuk panjang berurat milik kedua sahabatnya itu. Apabila sudah sangat terangsang Asep tanpa malu-malu mengajak Dudung dan Encus melakukan coli bareng. Awalnya Dudung dan Encus agak risih melakukan prosesi cabul itu bersama-sama namun setelah beberapa kali keduanya menjadi terbiasa.

Tanpa mereka sadari Asep bukan hanya sekadar mengajak mereka untuk meraih kenikmatan coli bersama saja namun lebih jauh dari itu Asep punya tujuan khusus untuk mempersiapkan mereka pada tahap selanjutnya, yaitu ngentot sesama cowok. Akhirnya tujuan Asep kesampaian juga dua pekan yang lalu. Hari itu adalah malam kedua setelah keluarga Dudung melamar Titin. Ketiga sahabat itu sedang ngeronda bersama. Sambil ngeronda mereka main catur dan sesekali memperbincangkan persiapan resepsi pernikahan Dudung yang akan dilangsungkan satu bulan lagi.

“Dung, kumaha atuh rencana ke Mak Erot buat ngegedein kontol kamuh?” tanya Asep setelah sukses menskak mat raja milik Dudung.

“Iya Dung. Kamuhkan sering ngomong pengen gedein kontol biar segede pentungan dan bikin Titin jadi keenakan euy,” tambah Encus.

“Masalahnya duitnya te aya Sep, Cus. Mahal euy,” jawab Dudung, “dipikir-pikir segini juga udah lumayanlah.”

Asep langsung tertawa dalam hati. Kesempatan nih, batinnya.

“Kalo kamuh tidak keberatan saya mah bisa bantuin kamuh Dung,” kata Asep.

“Maksud kamuh mau ngasih saya duit Sep?” tanya Dudung.

“Duit mah te aya Dung. Kitakan sama-sama miskin atuh,”

“Jadi maksud kamuh gimana Sep?” tanya Dudng penasaran.

“Kalian ingat saya kan pernah diasuh sama Aa’ Gatot waktu SMP dulu. Kalau A’ Gatot ngobatin orang, saya perhatiin,” sahut Asep.

“Tapi Sep, A’ Gatotkan bukan ngobatin kontol,” sanggah Encus.

“Iya Sep, setau saya mah bukan,” dukung Dudung.

“Sayakan yang tinggal lama samah diah,” ngeles Asep.

“Jadi A’ Gatot bisa juga ngegedein kontol Sep?” tanya Dudung.

“Liat sendiri atuh, kontol sayah lebih gedeh dari kalian berduakan. Ilmunya sayah dapet dari Aa’,” kata Asep meyakinkan. Bukti akurat yang dimiliki Asep jelas saja membat Dudung dan Encus yakin.

“Kalo kamuh mau bantuin, saya mah terima kasih banget Sep. Tapi saya bayar kamuh pake apa?” tanya Dudung.

“Emang saya minta bayaran?” tanya Asep.

“Makasih banget atuh Sep. Kamuh memang teman yang baik. Kapan kita bisa mulai?” tanya Dudung tak sabar.

“Sayah ikutan juga ya Sep,” kata Encus.     

“Boleh, tapi ada syaratnya,” kata Asep.        

“Apa syaratnya Sep?” tanya Encus dan Dudung serempak.

“Kalian harus bawa santan kelapa masing-masing satu gelas,” kata Asep.

“Itu doang Sep?” tanya Encus.

“Yang kedua dan paling penting kalian jangan pernah bilang ke siapapun apa yang nanti saya lakukan,” kata Asep.

“Emang kenapa Sep? kan lumayan nanti kamuh banyak dimintain bantuan sama orang-orang,” kata Dudung.

“Itu yang saya tidak mau. Saya tidak mau jadi dukun. Saya cuman mau bantuin kamuh berdua ajah karena kamu teman saya,” ngeles Asep lagi.

Jawaban ngeles Asep ternyata berterima di pikiran sederhana Dudung dan Encus. Malam itu mereka menyepakati akan memulai “ritual pengobatan” itu besok sore sepulang bekerja. Tempat yang mereka pilih adalah sebuah gudang kebun teh yang sudah tidak digunakan lagi. Lokasinya sepi dan sangat jarang dikunjungi orang. Asep juga berpesan agar Dudung dan Encus sebelumnya mandi junub dan membersihkan daerah alat vital sampai pantat dengan sebersih-bersihnya.

“Emang kenapa harus dibersihin Sep?” tanya Dudung bingung.    

“Supaya suci dari najis,” alasan Asep singkat. Dudung dan Encus menerima saja alasan Asep, namanya juga lagi butuh. Padahal dibalik itu mereka tidak sadar Asep merencanakan hal lain buat mereka. Acara main catur sambil ngeronda kembali dilanjutkan.

Keesokan harinya, sejak pagi Asep sudah penuh dengan pikiran ngeres. Ketika Entin nungging di dekatnya waktu ngeletakin bakul teh, libidonya langsung naik. Padahal Entin dalam keadaan berpakaian lengkap. Saking tak sabar segera menuntaskan libidonya Asep merasa hari itu sore terasa lama datangnya.

Ketika Azan Ashar terdengar nyaring memecah kesunyian dari pengeras suara mesjid di perkebunan, Asep tersenyum gembira. Usai sudah pekerjaan hari ini. Setelah membereskan peralatannya Asep segera mengayuh sepedanya menuju mesjid perkebunan. Di dalam kamar mandi perkebunan yang luas terlihat banyak buruh perkebunan yang sedang mandi termasuk Dudung dan Encus. Memang sudah biasa para buruh itu mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat Ashar di mesjid. Asep berjalan diantara tubuh-tubuh kekar telanjang bulat menuju tempat Dudung dan Encus. Tak lupa sesekali ia melirik kontol-kontol gemuk yang berhias jembut lebat milik para buruh itu.

“Jangan lupa bersihin semua yang sayah omongin semalam,” bisik Asep pada Dudung dan Encus.

“Sip,” jawab kedua sahabat itu serempak.

Selesai mandi ketiganya segera bergabung dengan para buruh lainnya untuk mengerjakan sholat Ashar berjamaah. Tubuh segar harum sabun ketiga sahabat itu dibalut sarung dan baju koko yang sudah lecek warnanya kini sudah berbaris rapi dengan jamaah yang lain.

Usai sholat ketiga sahabat itu mengayuh sepeda masing-masing menuju gudang yang mereka sepakati semalam. Angin kencang menyapu wajah mereka sehingga ketiga sahabat itu harus menekan peci mereka dalam-dalam ke kepala agar tidak terbang oleh hembusan angin.

“Siapa yang mau duluan nih?” tanya Asep setelah ketiganya berada di dalam gudang.

“Saya atuh Sep,” sahut Dudung segera. Encuspun tak keberatan. Asep lalu menyuruh Encus untuk menunggu di luar.

“Kenapa saya tidak boleh ngelihat atuh Sep?” tanya Encus.

“Itu pantangannya. Kamuh harus menunggu diluar dulu,” jawab Asep. Encuspun patuh.

Setelah Encus keluar Asep menyuruh Dudung membuka sarung dan celana dalamnya. Tanpa curiga Dudung melakukan apa yang diperintahkan Asep. Sarung itu lalu diletakkan Asep di atas lantai. Asep juga membuka sarung dan celana dalamnya. Sarungnya dibentangkannya di lantai disebelah sarung Dudung.

“Kenapa kamuh buka sarung dan celana dalam juga Sep?” tanya Dudung bingung.

“Dung, kamu jangan banyak tanya atuh. Pamali!”

Dudungpun mingkem. Asep lalu menyuruh Dudung duduk di atas sarung yang tadi telah dibentangkan Asep. Kemudian Asep juga duduk berhadapan dengan Dudung. Asep kemudian melebarkan pahanya dan paha Dudung. Kedua paha Dudung ditindihkan diatas paha Asep. Kedua kaki Asep melingkari pantat Dudung demikian pula sebaliknya. Kedua sahabat itu duduk sangat dekat dengan batang kontol bersentuhan. Dudung terlihat bingung dan grogi duduk dalam posisi seperti itu.

Asep lalu menuangkan santan kelapa yang dibawa Dudung ke batang kontol calon suami Titin itu. Kedua telapak tangannya lalu melakukan gerakan memijat yang lembut pada batang kontol sahabatnya yang licin itu. Gerakan memijat Asep tentu saja membuat Dudung blingsatan. Batang kontol Dudung mengeras!

Itu adalah awal segalanya. Setelah itu Dudung tak peduli lagi apa yang dilakukan Asep padanya. Dudung membiarkan saja ketika Asep mengulum batang kontolnya yang licin dan bersantan itu dengan mulut. Malahan ketika mulut dan lidah Asep merambah lobang pantatnya, Dudung mengerang-erang keenakan. Setelah Dudung orgasme, Asep melakukan hal yang sama pada Encus.

Sejak itu, setiap sore, usai sholat Ashar mereka selalu menuju gudang sepi itu bertiga. Satu per satu Asep ‘menyalurkan ilmu membesarkan kontolnya’ pada Dudung dan Encus. Kedua sahabatnya itupun sangat giat ‘mengamalkan ilmu’ yang diberikan Asep. Berkali-kali mereka mengulang-ulang pelajaran baik bertiga dengan Asep ataupun ‘belajar berdua’ saja disaksikan Asep.

Ibarat candu, ngentot memang bisa menyebabkan ketagihan. Apalagi bagi pemula seperti Dudung dan Encus. Mereka sudah tak peduli lagi apakah yang ‘diajarkan’ oleh Asep itu dapat memperbesar kontol mereka atau tidak. Buat mereka ngentot kini menjadi ajang memuaskan libido semata. Bahkan setelah sepekan berselang ketiganya tak peduli lagi dengan jadwal ngentot setelah sholat Ashar. Kapan saja libido memuncak merekapun melakukannya. Waktu dan tempat tak lagi dapat mengekang gairah mereka.

Asep sangat terhanyut dalam lamunan cabulnya itu. Tangannya asik mengocok batang kontolnya yang sejak tadi sudah lolos dari dalam celananya. Kocokan jemari tangan dengan genggaman yang keras pada batang kontol terasa seperti cengkeraman rongga lobang pantat Dudung dan Encus saat pertama kali Asep memperjakai keduanya bergantian. “Ohhh…,” desah Asep. Masturbasi yang nikmat sambil mengenang saat-saat indah bertarung birahi bersama Dudung dan Encus membuat Asep tak peduli kalau saat itu ia berada di ruang tamu majikannya. Jemari tangan Asep mengocok batang kontolnya semakin cepat. Nafasnya menderu. Tiba-tiba….

“Sep…,” tegur sebuah suara nan lembut namun membuat Asep blingsatan. Kedua telapak tangannya serta-merta berusaha menutupi batang kontolnya yang sedang mengacung tegak, meskipun usahanya itu percuma saja. Batang kontol yang gemuk panjang itu tak dapat ditutupi seluruhnya. Asep tersipu-sipu malu diantara kagetnya sambil menatap orang yang menegurnya tadi yang tak lain dan tak bukan adalah Cindy!

Gadis majikannya itu berdiri tegak di hadapan Asep. Tubuhnya yang indah hanya dilapisi lingerie tipis warna pink. Tak ada selembar benang lain dibawahnya. Lekuk tubuh majikannya itu terpampang jelas di mata Asep.

“Asik banget ngocoknya,” kata Cindy. Tatapan matanya tajam ke wajah ganteng pemuda desa itu. Asep hanya terdiam tak tau harus menjawab apa. Semenit mereka berpandangan.

Tiba-tiba Cindy membungkukkan badannya ke arah Asep. Wajahnya mendekat ke wajah Asep, hidungnya menyentuh hidung Asep, dan akhirnya bibirnya menyentuh bibir Asep. Nafas hangat keduanya beradu, bibir keduanya bergesekan dan sesaat kemudian kedua bibir itu sudah saling berebutan melumat satu sama lain.

Tanpa sungkan lagi tangan kekar Asep langsung menyelusup ke balik lingerie Cindy. Di dalam tangan itu meremas-remas bokong sintal gadis itu yang padat dan hangat. Ciuman keduanya tambah bernafsu. Kedudukan sudah tak penting lagi, hanya nafsu dan kepuasan yang ada di atas segalanya. Semakin jauh mereka merengkuh lautan kenikmatan untuk menuju pulau kepuasan yang belum nampak di batas cakrawala.

Nafsu birahi Asep yang tadi tertahan kembali menggelegak dan memaksa untuk segera disalurkan. Sejenak keduanya menghentikan lumatan bibir untuk kemudian dengan terburu-buru melepaskan sisa pakaian yang masih melekat di tubuh. Selanjutnya bibir mereka kembali saling melumat. Tangan merekapun menjelajahi tubuh pasangannya dengan liar. Tak puas dengan mulut saja bibir Asep menyerbu leher lalu ke pentil payudara Cindy yang kemerahan. Mulutnya dengan rakus menyedot-nyedot bak bayi kelaparan. Cindy melenguh tertahan, “Sephh … ohhh …,”

Asep memangku Cindy di atas sofa. Posisi ini persis sama dengan posisi saat pertama kali mereka bersanggama di Villa Cindy. Sambil menikmati permainan lidah Asep di tubuhnya, tangan kanan Cindy mengarahkan kontol Asep ke memeknya sendiri. Lalu Cindy menggoyang-goyangkan pantatnya perlahan dan kontol Asep pun menggesek-gesek memeknya sampai ke celah lobang pantatnya.

Bergantian dan tak bosan Asep mempermainkan kedua pentil Cindy yang makin kencang saja. Rasa gelinya dirasakan Cindy sampai ke ubun-ubun ditambah lagi rasa geli di memek dan bibir lobang pantatnya oleh gesekan jembut Asep. Cindy tak tahan lagi untuk tidak menikmati Asep.

Cindy lalu berbalik menyerang. Badannya yang halus dan kini mulai licin oleh keringat merayap ke bawah, mulutnya menciumi tubuh Asep mulai dari dada, perut, sampai ke batang kontol. Pemuda desa itu merem melek menikmati ciuman Cindy yang ditambah dengan bonus cupangan di sana-sini.

Dengan lincah mulut Cindy menyergap kontol Asep. Didalam mulut gadis cantik itu batang kontol Asep harus pasrah untuk dihisap, dikulum, dan dilumat. Cindy benar-benar lihai mengerjai perkakas keramat itu. Terkadang kontol itu masuk hampir ¾ nya tapi terkadang hanya kepalanya saja. Rasanya uuhhhh man! Pantat Asep sampai berkedut-kedut saking nikmatnya. Permainan mulut liar Cindy pada kontolnya membuat Asep bak terbang ke nirwana. Asep sekuat tenaga menahan orgasmenya. Ia belum mau spermanya muncrat di dalam mulut indah majikannya itu saat ini.

Lima belas menit berlalu. Sperma Asep semakin mendesak untuk dikeluarkan. Tak mau itu terjadi, Asep mendorong kepala Cindy dari selangkangannya. Kontolnya yang keluar dari dalam mulut Cindy terlihat merah dan berkilat oleh ludah, berdenyut-denyut dan tergoyang ke sana kemari. Sexi sekali!

Gadis itu lalu di dudukkannya di atas sofa dalam posisi paha terkangkang lebar. Posisi itu tentu saja menyebabkan labia mayora memek Cindy menganga. Belahan memek Cindy yang merah dikelilingi rimbunan jembut lebat membuat birahi Asep makin bergejolak. Pemuda desa itu segera berjongkok di depan Cindy. Lidah Asep mencari itil majikannya, setelah ketemu lalu dijilatinya dengan liar.

“Yahhh Seepphh ahh Sephhh..,” desis Cindy meracau. Kepalanya dilemparkan ke kanan dan kiri saking nikmatnya. Tak lama pekerjaan lidah Asep membuahkan hasil. Cindy pun orgasme hebat. Saking hebatnya orgasme itu tanpa sadar tangan Cindy memegang kepala Asep kuat-kuat untuk menahan kepala itu agar tetap di memeknya. Kuat sekali Cindy menahan kepala Asep menyebabkan pemuda itu hampir kehabisan nafas.

Setelah orgasme usai barulah pegangan tangan Cindy di kepala Asep mengendur. Pemuda itu segera berdiri di depan Cindy. Bibirnya tersenyum menatap gadis itu yang juga tersenyum puas dengan mata sayu. Wajah Asep penuh keringat dan di sekitar mulutnya belepotan lendir campuran ludah dengan lendir kenikmatan dari memek Cindy.

Asep lalu berdiri di atas sofa. Kedua kakinya di samping paha Cindy. Selangkangannya tepat di depan wajah gadis itu. Asep kemudian menyorongkan kontolnya yang sekeras kayu ke mulut majikan yang cantik. Asep kepingin menikmati hisapan Cindy sekali lagi rupanya.

Cindy menyambut kontol gemuk panjang itu dengan mulutnya. Cindy memang suka memuluti kontol Asep yang besar. Dia juga suka aromanya yang khas jantan lelaki. Sesaat Cindy membandingkan kontol Asep dengan kontol-kontol lain yang pernah dihisapnya, milik Andre ataupun anak-anak basket teman Andre. Guratan otot-otot Asep terasa lebih liat dan pejal.

Asep senang memandangi Cindy yang terlihat keenakan menikmati keperkasaannya. Pantat Asep bergerak maju mundur perlahan. Mengeluarmasukkan batang kontol itu ke dalam mulut Cindy yang termonyong-monyong saking besarnya perkakas Asep. Sesekali Cindy melirik Asep dan pemuda desa itupun memberikan senyuman yang terindah pada majikannya yang sedang asik dibawah sana.
Cukup lama Cindy memuluti kontol Asep. Keringat Asep menetes membasahi wajah cantik majikannya itu. Pemuda itu mengambil pakaiannya di atas sofa dan bermaksud hendak mengelap keringatnya namun ditahan oleh Cindy. Gadis cantik itu menghentikan kulumannya pada kontol Asep dan kemudian berdiri sejajar dengan pemuda desa itu. Diciumnya bibir Asep dengan lembut lalu ditempelkan pipi halus itu di dada Asep yang bidang. Asep memeluk Cindy dengan sayang. Kedua tubuh berkeringat itu berpelukan mesra.

“Sep, kenapa baru datang sekarang sih?” tanya Cindy manja. Asep tersenyum. “Padahal udah lama aku kangen kontolmu ini,” sambung Cindy sambil mengocok-ngocok batang kontol Asep dengan lembut.

“Saya juga udah lama kangen memek neng Cindy,” balas Asep sambil telapak tangannya meraba jembut lebat Cindy.

“Ah kamu …,” kata Cindy mencubit dada Asep lembut.

“Eh.. sakit Non. Saya balas ya …,”

Cindy mencoba lepas dari pelukan Asep untuk menghindari cubitan Asep di payudaranya. Gadis cantik itu meronta-ronta sambil terkekeh-kekeh. Namun tetap saja Asep berhasil mencubit payudara itu dan kemudian dilanjutkan dengan mengulumnya lembut.

Beberapa saat kemudian Asep menelentangkan tubuh Cindy di atas sofa. Lalu di atas tubuh sintal itu Asep merebahkan diri dengan posisi telungkup ditopang dengan kedua kakinya yang disusupkannya di antara paha Cindy. Kontol Asep menempel di belahan memek Cindy. Jembut merekapun turut menyatu.

“Kontolnya saya masukin sekarang non?” tanya Asep meminta persetujuan Cindy. Tak menjawab Cindy malah mencium pipi Asep dengan gemas. Buat Asep itu adalah tanda persetujuan lalu ia meraih kontol gemuknya. Kepala kontol itu diusap-usapkan ke belahan memek Cindy yang merah. Dengan desakan pelan, kepala kontol itu menembus dan lenyap diantara belahan basah itu. Perlahan tapi pasti separuh batang kontol Asep semain masuk dan menghilang di dalam memek Cindy.

Desakan Asep berhenti sesaat, Ia ingin meresapi kehangatan liang sanggama itu dulu. Asep merasakan rongga hangat basah itu berdenyut meremas batang kontolnya. Naluri alam membuat pantat Asep mulai bergerak perlahan, maju dan mundur menggenjot kontolnya di antara belahan memek itu. Nikmat sekali rasanya.

Genjotan demi genjotan semakin intens bagai dayung yang bergerak semakin cepat menghantarkan kapal menuju pulau orgasme. Semakin lama semakin cepat. Mata Cindy terpejam menikmati setiap hentakan yang Asep berikan. Batang kontol Asep mengaduk-aduk liang kenikmatan Cindy semakin liar membuatnya terasa sepert terbang ke atas awan.

“Sepphh enak Sepp… terus Sepp… hh..,” lenguh Cindy.

“Bereshh non hhh hhh… ” jawab Asep.      

Tangan Asep turut bekerja memainkan payudara Cindy yang montok itu. Sementara hentakan-hentakan pantatnya makin keras membawa kontolnya masuk makin dalam. Pulau orgasme semakin mendekat. Asep dan Cindy tak sabar lagi ingin sekali segera mendarat di sana.

“Terus Sepp… terusshhh!” racau Cindy. Asep menyelipkan telunjuknya kedalam memek Cindy lalu mengobok-obok klitoris gadis itu membantunya segera menuntaskan orgasme yang sudah didepan mata.

Plop! Asep mencabut kontolnya sesaat sebelum muncrat. Dua jarinya sekarang menggatikan kontolnya mengaduk memek sang majikan yang sedang dibuai kenikmatan. Tak lama Cindy pun mengejang. Orgasmenya yang kedua tak dapat ditahannya lagi. “Seppphhh enakkk sephhh…,” Cindy merintih bergetar keenakan.

Sementara itu kontol Asep yang mengacung tegak terlihat mengkilat karena cairan memek Cindy. Asep sengaja tidak muncrat dahulu dia ingin membuat Cindy penasaran.

Cindy lalu tergeletak lemas di atas sofa yang sempit. Kenikmatan yang diperolehnya membuatnya serasa tidur diatas awan saja. Wajahnya tersenyum penuh kepuasan. Asep tiduran di sampingnya memberikan ciuman-ciuman mesra dan romantis.

“Ah … Asep …,” rintih Cindy.

Cindy mencium pipi Asep yang kasar dengan bulu berewoknya yang tumbuh sedikit. Punggung Asep yang berotot dibelai sayang. Cindy lalu meraih kontol Asep yang masih keras dan licin. Dikocoknya kontol itu dengan tujuan agar pemuda desa itu segera orgasme. Asep langsung menahan kocokan gadis itu. Pemuda desa itu masih punya rencana lain untuk Cindy.

“Jangan non. Saya masih ingin menikmati non sekali lagi,” kata Asep.

“Sekali lagi?! Duh, kamu perkasa banget sih Sep,”

“Non, boleh gak saya menikmati pantat non?” tanya Asep berani. Cindy kaget. “Maksud kamu?” tanya Cindy.

“Saya kepingin ngentotin pantat non Cindy,” sahut Asep lembut. Pemuda desa itu memang penasaran ingin merasakan nikmatnya lobang pantat majikannya itu.

Cindy tak menyangka pemuda desa itu punya obsesi pada anal sex. Cindy memang tak sadar bahwa sebenarnya hampir semua lelaki-lelaki yang pernah ngentot dengannya adalah para penyuka lobang pantat.

“Apa tidak sakit Sep?” tanya Cindy.

“Non santai saja. Saya akan buat non enak dulu supaya tidak sakit,” jawab Asep.

“Kamu sudah pernah ya Sep?” tanya Cindy.

“Sudah non,”

“Sama siapa?”

“Ada deh non. Gak usah saya ceritain ke non ya,” sahut Asep. Mana mungkin dia menceritakan pengalamannya menganal cowok pada gadis itu. Hehehe.

Cindy tak bertanya lagi. Ia tergoda juga membayangkan kontol gemuk Asep memasuki lobang pantatnya. Cindy juga penasaran bagaimana sensasinya. Akhirnya gadis itu mengangguk, mengijinkan Asep untuk menganalnya.

Asep senang, ia mencium kening Cindy. Kemudian bibirnya menggeser ke hidung lalu sampai ke bibir. Cindy bersiap melumat bibir Asep saat bibir itu turun ke dagu, leher, dada, sampai perut. Satu kecupan tepat di pusar membuat Cindy kegelian. Bibir Asep lalu turun perlahan dan berbElok ke paha Cindy. Satu kecupan untuk paha kanan dan paha kiri. Asep mengangkat kaki kiri Cindy. Ciumannya turun ke lutut lalu ke telapaknya. Tiga ciuman mendarat di sana. Cindy menggelinjang keenakan. Ciuman Asep lalu pindah lagi ke telapak kaki kanan. Sekarang kaki kanan Cindy di angkat lalu ciumannya bergeser ke lutut lalu ke paha kanan.

“Hmmm enak Sepp …,” bisik Cindy.

Di atas memek Cindy lidahnya beraksi menjilati cairan lengket yang ada disitu hingga bersih. Cindy merasa melayang sampai meremas-remas payudara sendiri. Lalu tangan kirinya berpindah mengelus kepala Asep yang kini ada di antara selangkangannya. Sementara lidah Asep kembali merangsang klitoris Cindy, telunjuknya mencoba menembus lubang dubur gadis itu. Dalam waktu singkat tiga jari Asep bisa keluar masuk dengan bebas.

Pantat Cindy kini diletakkan di pinggir sofa. Asep lalu berdiri mengangkang di belakang Cindy dan mulai melakukan penetrasi. Jlep! Tidak terlalu mudah memasukinya meskipun Cindy sudah mengendurkan otot duburnya. Mungkin karena peralatan Asep yang terlalu besar atau terlalu diburu nafsu. Setelah percobaan kesekian kali akhirnya kepala kontol Asep masuk juga. Lobang pantat Cindy terasa sangat sempit dibandingkan memeknya yang sudah dimasuki puluhan kontol. Tanpa Asep menggerakkan pantatnya saja terasa orgasme hampir menjelang. Asep segera melakukan peredaman.

Dipeluknya tubuh Cindy sambil menahan supaya tidak segera orgasme. Pemandangan yang kontras. Kulit Cindy putih bersih dengan badan yang langsing dan indah. Sementara di atasnya badan Asep yang kekar dengan otot yang menonjol dan berkilat oleh keringat. Asep kembali menegakkan badannya dengan kontol tetap menancap di lubang belakang Cindy. Setelah mencoba berkonsentrasi, kembali telunjuknya merangsang klitoris Cindy. Tangan kirinya mencoba meraih payudara Cindy untuk diremas. Cindy milik Asep malam ini.

“Terussshh Sep!” rintih Cindy.

Asep terangsang dengan rintihan manja itu. Kontolnya dikeluarkan separo lalu dimasukkan kembali. Begitu dilakukannya berulang-ulang. Cindy keenakan. Ia merasakan sensasi yang lain, sama sekali berbeda dengan saat kontol berada di dalam memek.

Apa yang dilakukan tangan Asep di payudara dan klitoris ditambah apa yang dilakukan kontol Asep di lobang pantat Cindy, membuat gadis itu merasakan kenikmatan yang bersamaan di tiga titik sekaligus. Cindy merasakan orgasmenya yang ketiga hampir datang. Tubuh gadis itu mulai kElojotan. Asep menggenjot pelan menunggui orgasme Cindy datang. Dia tidak mau ngecrot sebelum Cindy orgasme lebih dulu.

“Sepphh … hampir Sephh…. Kamu memang jantan ahhh ahhh ahhh …,” racau Cindy. Muka Cindy memerah dan minta jari Asep lebih dalam lagi mengaduk-aduk klitorisnya. Asep tahu ini tanda-tanda orgasme sudah sangat dekat. Dicabutnya kontol yang sudah sangat pejal dan siap untuk memuncratkan isinya. Dialihkannya batang kontol itu dari lobang pantat ke memek Cindy dengan cepat. Telunjuk dan kontolnya keluar masuk dengan bergantian.

“Nonhhh saya juga hampir nonhh … dilepas di luar apa dalam Hhh hhh …?” tanya Asep.

“Didalem aja Sephhh …,” jawab Cindy.

Asep mempercepat rojokannya. Telunjuk jarinya tak lagi berada di dalam memek. Tinggal kontolnya saja yang bekerja keras di dalam sana, memompa-mompa tiada henti dengan keras dan penuh tenaga, hingga akhirnya, “Non … ahhhh …,”Asep tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Seluruh ototnya mengejang kaku. Cindy pun demikian, kedua tangannya memeluk Asep sekuat tenaganya.

“Ooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh …,”  keduanya mengerang bersamaan dan terdampar di pulau orgasme yang indah.


Serial Andre dan Calvin part 14 : Gelegak Nafsu Asep. There are any Serial Andre dan Calvin part 14 : Gelegak Nafsu Asep in here.