Dunia Esensi



Azan magrib terdengar nyaring dari pengeras suara di menara masjid kompleks perumahan tempat kediaman keluarga Andre. Suaranya seolah-olah  membelah langit yang mulai gelap. Mendengar suara azan, Mbak Minah–pembantu setia di rumah Andre, langsung menuju keran air yang terdapat di belakang dapur untuk mengambil air sembahyang.

Selesai mengambil air sembahyang, Mbak Minah kembali kekamarnya untuk menunaikan salat magrib. Langkahnya sejenak terhenti ketika mendengar suara gaduh dari ruang tamu. Suara yang sudah didengarnya sejak siang tadi dan suara seperti itu sudah biasa didengarnya di rumah Keluarga Andre sejak lama. Mbak Minah tahu apa yang terjadi di rumah majikannya itu.

Meski dari desa, Mbak Minah bukanlah perempuan bodoh soal sex. Mbak Minah sudah pernah menikah di kampungnya di Jawa Timur ketika usianya masih tiga belas tahun. Ia terpaksa menikah dengan seorang lintah darat berusia enam puluh tahun karena kedua orang tuanya berhutang pada lintah darat itu. Ia menjalani pernikahan dengan sang lintah darat itu sampai usianya delapan belas tahun.

Tanpa perceraian ia melarikan diri dari kampungnya dan pergi ke Jakarta karena merasa sudah cukup menjalani pernikahan selama lima tahun dengan sang lintah darat sebagai pelunasan hutang kedua orang tuanya. Disamping itu ada penyebab lain sehingga Mbak Minah melarikan diri dari suaminya yang sudah tua bangka itu. Begini ceritanya.

***

Suami Mbak Minah kaya raya, penduduk kampungnya memanggilnya dengan sebutan Kyai Sugih. Kekayaannya bersumber dari hasil pertanian dari sawah dan ladangnya yang berhektar-hektar luasnya serta sebagai tauke pengumpul hasil bumi masyarakat.

Suami Mbak Minah disebut kyai karena memiliki sekaligus mengasuh sebuah pondok pesantren modern yang cukup punya nama baik di lingkungan kampungnya maupun nasional. Banyak orang kaya dan pejabat yang mendidik putra-putri mereka di pesantren ini dengan tujuan untuk membina mental dan agama putra-putri mereka karena sudah rusak akibat narkoba dan pergaulan bebas.

Kyai Sugih menerapkan subsidi silang dalam pengenaan biaya pendidikan bagi para santrinya. Biaya pendidikan untuk santri yang orang tuanya kaya atau pejabat dikenakan dalam jumlah besar. Sedangkan untuk anak-anak yang kurang atau tidak mampu membayar sama sekali Kyai Sugih memberikan potongan harga bahkan ada beberapa yang gratis. Hal ini menyebabkan masyarakat kampungnya mengenal Kyai Sugih sebagai orang saleh yang dermawan dan sangat perhatian pada wong cilik. Ditambah lagi  setiap tahun Kyai Sugih selalu membagi-bagikan zakat dan sedekahnya kepada masyarakat miskin di kampungnya.

Selain pendidikan di pesantren untuk para santri, Kyai Sugih juga mengadakan pengajian untuk masyarakat umum. Orang tua Mbak Minah adalah salah satu jemaah pengajian Kyai Sugih ini. Suatu saat karena kesulitan uang oleh karena hasil panen yang buruk maka orang tua Mbak Minah memberanikan diri meminjam uang kepada sang kyai. Disinilah awal mula orang tua Mbak Minah terjebak pada kemunafikan sang kyai.

Kyai Sugih ternyata orang munafik. Ia adalah lintah darat bertopengkan ulama. Ia menawarkan hutang dengan sistem bagi hasil pada orang tua Mbak Minah yang katanya sesuai syariah Islam padahal telah diplintir oleh sang kyai sesuai keinginannya sendiri.

Persentase bagi hasil yang dikenakannya pada hutang orang tua Mbak Minah sangat tinggi dan berlipat sehingga semakin lama semakin memberatkan hingga akhirnya orang tua Mbak Minah tidak sanggup lagi membayar. Saat itulah sang kyai dengan bujuk rayu menawarkan pelunasan hutang orang tua Mbak Minah dengan cara menikahkan Mbak Minah dengan dirinya. Orang tua Mbak Minah pun tak sanggup menolak tawaran itu dan meminta kesediaan Mbak Minah. Sebagai anak yang patuh pada orang tua Mbak Minah akhirnya pasrah dan memenuhi permintaan kedua orang tuanya, lagipula saat itu ada kebanggaan bagi penduduk kampungnya bila dilamar menjadi salah satu istri Kyai Sugih. Ya, Kyai Sugih memang berpoligami.

Setelah menikah, sedikit demi sedikit kebejatan Kyai Sugih akhirnya diketahui oleh Mbak Minah. Kyai Sugih ternyata punya banyak koleksi perempuan. Selain empat istri yang secara resmi terdaftar di Kantor Urusan Agama, sang kyai juga memiliki selir-selir yang banyak jumlahnya. Sebagian dari selir itu adalah bekas istri-istrinya yang masih muda-muda yang terpaksa harus diceraikannya karena Kantor Urusan Agama tidak mau mencatatkan pernikahan lebih dari empat orang istri. Sebagian yang lain adalah istri-istri yang dinikahinya secara siri. Sedangkan yang lain adalah pembantu rumahnya yang kata Kyai Sugih dalam agama adalah budak, karena itu boleh digaulinya.

Sebenarnya diusianya yang sudah enam puluhan menjelang tujuh puluhan Kyai Sugih sudah tak lagi perkasa dalam memuaskan birahi perempuan. Namun kesombongannya dan kemunafikannyalah yang membuat dia bergaya seperti itu. Karena tak bisa mendapatkan kepuasan dari Kyai Sugih akhirnya perempuan-perempuan yang ‘dipelihara’ Kyai Sugih, termasuk Mbak Minah, mencari kepuasan sex dengan cara lain. Santri-santri pria di pesantren milik kyai bejat itulah menjadi sasaran kebinalan nafsu mereka.

Kyai Sugih sendiri yang sudah tak sanggup menggunakan kontolnya mengaduk-aduk memek karena sudah sulit ereksi membiarkan saja itu terjadi karena pada dasarnya ia juga menggunakan santri-santri prianya untuk bermain-main memuaskan nafsunya.

Pesantren memang tempat untuk menimba ilmu agama buat sebagian santri. Namun buat sebagian santri yang lain pesantren adalah surga menggapai kenikmatan dunia. Kehidupan yang bak penjara dan pelajaran agama yang dianggap sebagai indoktrinasi membuat sebagian santri merasakan hidupnya tertekan dan mencari penyalurannya dengan memuaskan hasrat seksual mereka yang sedang berada di puncaknya. Kondisi yang seperti ini membuat praktek kebebasan seksual yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi demi menjaga marwah agama banyak terjadi di pesantren.

Berbagai macam perbuatan asusila dipraktikkan Kyai Sugih bersama-sama dengan perempuan-perempuannya dan santri-santri pria mereka. Pertama, Kyai Sugih menyuruh seorang santrinya untuk mengentot seorang istri atau selirnya dihadapannya. Kedua, Kyai Sugih menyuruh beberapa orang istri atau selirnya berpesta ngentot dengan beberapa santrinya dihadapannya. Ketiga, Kyai Sugih membiarkan istri atau selirnya ngentot sendiri atau beramai-ramai dengan santrinya tanpa kehadirannya. Keempat, Kyai Sugih membiarkan atau turut menyaksikan istri atau selirnya berlesbian adakalanya melibatkan santri wanita. Kelima, nah ini yang tidak disukai oleh istri atau selir Kyai Sugih, yaitu Kyai Sugih selalu mengadakan ‘Pesta Sarungan’ dengan santri-santri pria pilihannya pada setiap malam minggu pekan pertama dan ketiga setiap bulan.

Pesta Sarungan adalah syukuran khusus yang dilakukan sangat tertutup oleh Kyai Sugih buat santri-santri yang berasal dari keluarga tidak mampu. Santri-santri yang tidak sanggup membayar biaya pendidikan secara penuh atau bahkan digratiskan oleh Kyai Sugih dibina secara khusus oleh sang kyai. Mereka diberikan pemondokan khusus dan dianggap sebagai bagian dari keluarga sang kyai. Santri-santri yang lain tak berani mengganggu karena mereka diberi kedudukan yang eksklusif sekaligus menjadi pengawas bagi santri-santri yang lain.

Tanpa disadari oleh seluruh penghuni pesantren sebenarnya santri-santri eksklusif ini diterima oleh sang kyai dengan proses yang khusus. Tidak semua calon santri kurang mampu yang memohon untuk diberi potongan harga atau digratiskan yang diterima oleh sang kyai. Hanya calon santri yang lulus seleksi khusus dan memenuhi kriteria sang kyai saja yang diterima.

Seleksinya terdiri dari pengetahuan agama, jasmani, dan kesehatan. Pengetahuan agama calon santri diuji oleh sang kyai langsung untuk mengetahui sejauh mana pemahaman agama yang dimiliki oleh sang calon santri. Hanya calon santri yang memiliki kemapuan agama yang pas-pasan saja yang diterima. Karena kalau pengetahuan agamanya bagus akan sulit menerima ajaran-ajaran nyeleneh sang kyai bejat.

Seleksi jasmani untuk mengetahui kemampuan fisik sang santri, karena sang kyai akan memperkerjakan santri ini di sawahnya. Sang santri diberi pemahaman yang sebenarnya mencuci otaknya bahwa karena sudah diberi potongan harga atau juga gratis maka ia harus berbakti pada keluarga sang kyai dengan ikut membantu menggarap sawah.

Seleksi kesehatan dilakukan oleh sang kyai bak melakukan seleksi masuk akademi militer saja. Calon santri disuruh melepaskan seluruh pakaian mereka dihadapan sang kyai. Calon santri diperiksa lobang pantatnya dengan alasan memiliki penyakit ambeyen atau tidak, padahal yang sebenarnya adalah sang kyai ingin mengetahui apakah lobang pantat calon santrinya masih perjaka atau tidak. Saat melakukan tes kesehatan calon santri dilarang menggunakan parfum atau deodorant karena sang kyai ingin mencium aroma ketiak, selangkangan, jembut, dan lobang pantat sang calon santri. Bila baunya apek maka sudah pasti tidak akan lulus.

Dengan seleksi yang sedemikian maka santri-santri yang diterima sudah pasti secara fisik sangat berkualitas. Namun otaknya kosong dan nyeleneh dan menerima saja apa yang dikatakan dan diinginkan sang kyai. Santri-santri inilah yang ditugaskan menjadi pengawas buat santri-santri yang lain. Dan mereka jugalah yang secara bergiliran ikut dalam pesta sarungan.

Seperti sudah Gue kemukakan diatas, pesta sarungan adalah syukuran khusus yang dilakukan sangat tertutup oleh Kyai Sugih buat santri-santri itu setiap malam minggu pekan pertama dan pekan ketiga. Pesta sarungan dilakukan untuk menyambut santri baru dari kalangan tidak mampu atau merayakan keberhasilan mereka, misalnya keberhasilan dalam hapalan, olah raga, ujian, sukses panen atau segala macam keberhasilan lainnya. Pesertanya selalu berjumlah ganjil, minimal lima orang. Angka-angka ganjil ini sengaja dikarang oleh sang kyai untuk menciptakan kesan sakral.

Pesta sarungan dilangsungkan setelah solat isya dan tadarusan. Biasanya dimulai pukul sembilan malam. Pesertanya diatur secara bergilir oleh santri yang paling senior. Setiap acara pesta sarungan harus dihadiri oleh santri yang berusia paling junior dan yang paling  senior.

Disebut pesta sarungan karena santri yang ikut wajib mengenakan sarung untuk bawahan dan tak boleh memakai celana ataupun celana dalam dibalik sarung mereka. Sementara untuk atasan wajib mengenakan baju koko dan peci.

Dalam acara pesta sarungan dihidangkan tumpeng nasi kuning dengan lauk ayam kampung goreng tanpa ada unsur sambel dalam bumbunya. Tumpeng dan lauknya itu dimasak oleh santri yang akan mengikuti pesta sarungan. Beras dan ayam kampung diperoleh dari lumbung padi dan ayam peliharaan santri tersebut.

Acara pesta sarungan dimulai dengan sungkeman khusus. Sang kyai duduk dikursi mengenakan sarung dan baju koko plus peci di hadapan meja yang terhidang tumpeng nasi kuning plus lauknya. Para santri yang hadir dalam pesta sarungan secara bergilir dengan sikap khidmat sungkem ke hadapan sang kyai. Ini tanda bakti dan hormat atas kesediaan sang kyai mendidik mereka dengan biaya murah atau gratis.

Sungkem dilakukan secara bergilir mulai santri yang paling muda. Saat sungkem sang santri meletakkan kepalanya menunduk di lutut sang kyai. Kemudian sang kyai mengelus-elus punggung sang santri sambil berkomat-kamit seperti menggumam mengucapkan kata-kata yang tak diketahui artinya oleh sang santri. Sambil sang kyai tak henti berkomat-kamit santri itu secara perlahan-lahan dengan sikap takzim mengangkat sarung sang kyai. Dengan sangat sopan sang santri mohon ijin pada sang kyai untuk menggenggam batang kontol sang kyai yang keriput. Setelah digenggam kemudian diurut-urut. Setelah diurut-urut kemudian dimasukkan ke mulut untuk dioral. Semuanya dilakukan dengan diawali permintaan ijin oleh sang santri kepada sang kyai.

Semua santri akan mengeluarkan semua keahliannya dalam mengoral kontol keriput sang kyai yang sangat sulit ereksi itu. Karena bila mereka berhasil membuat sang kyai ngaceng atau bahkan orgasme maka sang santri akan diberi hadiah khusus mengentoti lobang pantat sang kyai untuk mendapat berkah. Rupanya sang kyai bejat ini doyan disodomi.

Tapi biasanya itu sangat jarang terjadi karena susahnya ereksi sang kyai. Akhirnya karena sang kyai tidak ngaceng-ngaceng juga apalagi orgasme maka acara dilanjutkan dengan sungkem-sungkeman para santri sendiri. Santri yang lebih muda sungkem pada santri yang lebih tua. Setelah sungkem dilanjutkan dengan mengangkat sarung dan mengoral kontol. Bila kontol santri senior bisa ngaceng dalam waktu paling lama lima menit maka sang santri senior memberi hadiah pada santri junior dengan mengijinkan mereka untuk mengentot lobang pantatnya. Bila tidak berhasil membuat ngaceng maka santri junior yang dikentot.

Biasanya bila acara pesta sarungan itu diselenggarakan untuk menyambut santri baru, para senior akan berusaha menahan ngaceng mereka karena kepingin ngerasain keperjakaan lobang pantat sang junior. Sementara sang kyai menunggu orgasme pertama sang junior dan menelan sperma hangat nan pekat dari santri muda itu langsung dari batang kontolnya. “Untuk obat awet muda,” kata sang kyai bejat.

Namun kalo acara pesta sarungan hanya untuk syukuran keberhasilan biasa sang senior biasanya ‘nothing to loose’ aja. Kalo ngaceng ya lumayan ngerasain kontol-kontol junior mereka sambil menikmati ekspresi bocah-bocah umur sepuluh sampai dua belas tahun yang sangat indah dilihat ketika mengentoti lobang pantat mereka. Kalo gak ngaceng ya lumayan juga ngentotin lobang pantat bocah-bocah itu.

Ngentot dilakukan dalam satu sarung dengan gaya terserah keinginan mereka. Hal ini dilakukan karena kata sang kyai, “Ngentot telanjang bulat itu dosa”.

Tapi biasanya para santri akan mencuri-curi untuk mengintip kedalam sarung dengan menyibak sarung mereka. Karena mereka merasakan sensasi yang semakin membangkitkan nafsu saat melihat batang kontol mereka keluar masuk lobang pantat pasangan ngentotnya. Atau sensasi melihat batang kontol pasangan yang dikentot ngaceng kerasa karena keenakan.

Sebelum pesta sarungan semua santri wajib mandi dan membersihkan lobang pantat mereka. Karena kalo ada kotoran yang menempel di kontol akan kena hukuman yaitu rambut digunduli.

“Taik itu najis!” kata sang kyai. Jadinya sebelum sarungan biasanya para santri membersihkan lobang pantat mereka terlebih dahulu. Caranya sangat sederhana, santri beol terlebih dulu. Setelah selesai beol mereka cebok sebersih-bersihnya. Setelah selesai cebok mereka memasang selang ukuran kecil ke keran. Selang itu kemudian ditempelkan ke mulut lobang pantat dan air dari keran dihidupkan. Air akan masuk ke lobang pantat. Hal itu dilakukan beberapa kali dan setelahnya lobang pantat akan betul-betul bersih dari kotoran.

Setiap santri tidak boleh mengeluarkan sperma mereka dalam lobang pantat pasangan ngentotnya. Kalau terasa sudah dekat orgasme sang santri harus mencabut kontolnya dan membasuh kontolnya sebersih-bersihnya dengan air bunga yang sudah disediakan dalam wadah terbuat dari tanah liat. Setelah itu sang santri harus mengeluarkan spermanya dan menampungnya dalam wadah khusus yang juga terbuat dari tanah liat. Kumpulan sperma semua santri akan digunakan sebagai saos saat melahap nasi kuning plus lauk ayam kampung goreng menutup acara pesta sarungan.

“Mani itu penuh protein dan sangat bergizi,” kata sang kyai bejat selalu saat menyantap dengan lahap ayam kampung goreng yang diolesnya dengan saos sperma santrinya.

Karena itu para santri biasanya akan berebutan mengoles lauk ayam kampung goreng mereka dengan saos sperma sebanyak-banyaknya. Bahkan wadah tanah liat berisi sisa-sisa sperma akan menjadi rebutan para santri saat acara makan selesai. Santri yang berhasil merebut wadah itu akan menjilatinya seluruh sisa sperma sampai bersih.

Ajaran nyeleneh sang kyai ini membuat Mbak Minah semakin muak dengan prilaku bejat dan kemunafikan sang kyai. Satu malam saat pesta sarungan dilangsungkan dengan sangat hati-hati tanpa sepengetahun siapapun, Mbak Minah melumuri tumpeng nasi kuning, ayam kampung goreng, dan minuman yang akan disantap dengan racun. Setelah itu Mbak Minah pun melarikan diri ke Jakarta.

Karena pesta sarungan dilangsungkan sangat tertutup maka tidak ada yang tahu malam itu sang kyai dan tujuh orang santrinya meregang-regang nyawa di dalam ruangan khusus pesta sarungan disamping pondok khusus santri kurang mampu. Setelah dua hari barulah diketahui keberadaan mereka yang sudah membusuk didalam sana.

Pihak keluarga Kyai Sugih sampai saat ini menutup-nutupi peristiwa itu agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat. Keluarga santri yang anaknya meninggal dunia diberikan santunan yang besar agar tutup mulut. Pesantren bejat itupun kemudian ditutup dan harta Kyai Sugih dibagi-bagikan oleh para istri sah dan kerabat sang kyai. Orang tua Mbak Minah pun mendapatkan sepetak sawah yang merupakan jatah Mbak Minah. Itulah penyebab lain mengapa Mbak Minah meninggalkan kampungnya dan melarikan diri ke Jakarta.

***

Mbak Minah mengarahkan kepalanya ke ruang tamu rumah keluarga Andre. Kepala perempuan desa itu menggeleng-geleng. Ia sebenarnya sudah merasa jengah dengan kebebasan bejat yang terjadi di rumah majikannya itu. Namun untuk berbuat lebih jauh ia masih penuh pertimbangan karena majikannya telah memberikan kesejahteraan yang lebih padanya disamping itu segala kebejatan yang dilakukan oleh majikannya juga tak pernah memaksa dirinya untuk ikut.

Mbak Minah kemudian masuk kedalam kamarnya. Digelarnya sajadah sembahyang dan dikenakannya mukena. Perempuan desa itu kemudian memulai salatnya dengan penuh kekhusyukan, sementara suara gaduh di ruang tamu masih terus terdengar.

***

“Aku suntuk banget Ton,” kata Sony sambil meremas rambut pendeknya. Reserse itu menundukkan kepalanya, duduk berdua di kantin rumah sakit bersama Antonius, mitranya.

Antonius baru saja tiba di rumah sakit dan langsung diajak Sony untuk ngobrol berdua di kantin itu.

“Sabarlah Mas, semoga semuanya cepat berlalu,” sahut Antonius dengan tatapan penuh perhatian.

“Harapanku juga seperti itu Ton. Tapi bagaimana mungkin peristiwa ini bisa cepat berlalu. Bagaimana kalo Silvia sadar nanti? Aku yakin masalahnya akan semakin rumit,” sahut Sony sambil menengadahkan kepalanya menatap wajah Antonius. Reserse itu menarik nafas panjang. Otaknya mumet.

“Apa yang bisa aku Bantu Mas?” Tanya Antonius. Ia pun ikut mumet.

“Entahlah Ton. Aku juga gak tahu,” sahut Sony.

Untuk beberapa jenak keduanya terdiam.

“Aku pingin ke gereja Ton. Aku pingin ngaku dosa,” kata Sony kemudian.

Ya, memang seperti itulah sifat dasar manusia. Setelah dilanda kesusahan baru ingat dengan dosa dan Tuhannya.

“Sekarang Mas? Aku siap mengantarkan,” sahut Antonius.

“Ayolah, sebentar aku pamit pada mertuaku. Kamu tunggu disini saja,” ujar Sony.

“Baik Mas,” sahut Antonius.

Sony kemudian meninggalkan Antonius menuju kamar putrinya. Agak lama ia kembali ke kantin dan kemudian kedua reserse itu menuju tempat parkir rumah sakit dimana Antonius memarkirkan mobil dinas polisinya disana. Keduanya lalu melaju di jalanan Jakarta menuju gereja, tempat yang ingin dituju Sony.

***

Doni dan Christian sudah berpakaian rapih. Mereka bersiap-siap untuk berangkat menuju tempat tinggal perwira muda itu. Andre, Calvin, dan Wisnu ikut serta kesana karena masih akan membahas apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

Barang-barang Doni diangkat kedalam mobil jip milik Christian. Setelah tidak ada lagi barang-barang Doni yang tertinggal kemudian mereka berangkat. Buku diary Silvia tak lupa mereka bawa berikut kepingan CD yang berisi rekaman ngentot Andre dan Calvin. Kepingan CD dan diary itu rencananya akan mereka musnahkan di rumah Christian.

Mobil jip yang dikemudikan Christian berjalan di depan diikuti mobil Calvin yang dikemudikan Andre di belakang. Sepanjang perjalanan Calvin yang duduk di jok depan disamping Andre hanya diam. Wajahnya terlihat muram. Andre dan Wisnu yang duduk di jok tengah pun juga sama diam.

Suasana hening dalam mobil Calvin yang dingin karena berpendingin ruangan tiba-tiba dikejutkan suara ponsel Wisnu yang nyaring.

“Cindy,” gumam Wisnu membaca nama yang muncul di layer ponselnya. Ia tak langsung menekan tanda terima panggilan telepon.

“Angkat aja Wis, gak usah sungkan,” ujar Andre seolah-olah memaklumi kesungkanan Wisnu untuk mengangkat telepon dari Cindy dihadapan Andre.

“Iya, halo,” kata Wisnu menerima telpon dari Cindy.

“Lo dimana Wis?” Tanya Cindy dengan suara manja.

“Gua lagi mau ke rumah Mas Christian nih,” sahut Wisnu.

“Siapa tuh Mas Christian? Pacar Lo?” Tanya Cindy, mendadak suaranya berubah ketus.

“Ada-ada aja Lo. Mas Christian itu tentara yang ngelatih jasmani Gua untuk persiapan masuk Akmil tahun depan.” Sahut Wisnu.

“Trus ngapain malem-malem ke rumah dia? Apa mau latihan jasmani juga malem-malem gini?”

“Enggak, Gua ada urusan penting sama dia,”

“Urusan apaan sih?”

“Entar deh Gua certain,”

“Besok aja kenapa?”

“Emang kenapa?”

“Lo temanin Gua dong. Gua kangen nih,”

“Gua gak bisa malem ini,”

“Lo gak sayang sama Gua ya,”

“Bukan gitu,”

“Lo sama siapa kesana?”

“Sendirian,”

“Bukannya sama si Andre?”

“Enggak,”

“Bener?”

“Bener,”

“Urusannya lama gak?”

“Kayaknya lama,”

“Ya udah deh. Hati-hati ya,”

“Iya,”

Pembicaraan pun berakhir.

“Cindy nyuruh Gua temanin dia,” kata Wisnu melaporkan pembicaraannya dengan Cindy tanpa ditanya.

“Jadi Elo mau kesana nih?” Tanya Andre.

“Enggak deh. Gua ikut sama Lo berdua aja,” sahut Wisnu.

“Yakin?” Tanya Andre menggoda.

“Yakin dong,” sahut Wisnu.

“Gak kepingin ngerasain memek anget malem-malem gini,” goda Andre lagi.

“Lagi gak pengen. Lagian juga kalo pengen, silit anget kan banyak tersedia disini. Lebih enak malah, hehehehe,” sahut Wisnu ngakak.

Andre ikut ngakak. Calvin yang tadinya bermuram durja mendengar pembicaraan nakal itu akhirnya ikut geli juga. Jadilah ketiga cowok itu ngakak. Suasana sunyi dan hening dalam mobil pun sirna sejenak.

***

“Darimana aja sih Lo?” Tanya Eka pada satpam yang bertugas menggantikan jadwal jaga mereka. Kedua satpam muda itu datang bersamaan berboncengan dengan menggunakan sepeda motor. Keduanya terlambat satu jam lebih dari jadwal seharusnya.

“Sorry Mas Eka, ban motor Gua bocor,” sahut satpam yang membonceng pada Eka.

“Kenapa gak nelpon?” Tanya Eka.

“Pulsa Gua habis. Maaf ya Mas,” sahutnya lagi.

“Lain kali jangan gitu,” kata Eka. “Gua sama Asep jadinya kelamaan pulang nih,” tambah Eka.

“Udah atuh Mas, gak papa. Lain kali siapa tau kita juga bisa telat datang,” kata Asep bijak.

“Bener Mas, laen kali kalo kalian telat kitakan juga akan maklum kok,” kata satpam yang dibonceng.

“Ya udah. Sekarang Lo berdua jaga deh Gua mau mandi dulu sama Asep. Ayo Sep!” ajak Eka dengan sikap biasa saja sementara Asep yang agak rikuh dengan ajakan Eka itu.

“Mandi bareng di kantor? Apa gak berabe nanti? Biasanya juga cuman ganti pakaian doang lalu pulang.” batin Asep dalam hati.

“Gerah nih. Lagian gara-gara nungguin nih bocah berdua jadinya kita kemalaman deh. Kalo dah pulang, Gua males mandi lagi. Udah malem banget entar Gua bisa sakit,” tambah Eka.

“Ya udah mandi sono. Sorry lagi deh gara-gara kita berdua kalian jadi kelamaan pulang,” sahut satpam yang terlambat itu mendengar alasan Eka yang sangat mengena sehingga mereka jadi tak enak hati.

“Mas Eka aja duluan atuh, entar saya nyusul,” sahut Asep.

“Sekalian aja Sep. Biar cepet pulangnya,” kata Eka.

“Kamar mandi kita kan cuman satu itu Mas,” sahut Asep menunjuk kamar mandi kecil di samping pos jaga yang hanya berukuran satu setengah kali dua meter. Tak ada bak mandi didalamnya yang ada hanya keran, ember kecil, plus closed jongkok. Biasanya kamar mandi itu digunakan untuk kencing atau beol para satpam.

“Halah, sekalian aja udah Sep. Sama-sama cowok juga. Kayak homo aja Lo malu-malu mandi berdua,” celetuk satpam yang tadi terlambat mendukung Eka.

“Ayo Sep. Cepetan, entar istri Gua kelamaan nungguin,” kata Eka sambil melepaskan sepatu dan kaos kakinya. Kemudian dengan cuek satpam muda yang ganteng itu melepaskan seluruh seragam satpamnya menyisakan celana dalam putih ketat yang membalut selangkangannya. Tubuh atletis Eka yang jangkung terlihat indah dalam temaram malam disinari sedikit cahaya dari lampu di teras kantor. Untung saja cahaya lapu remang-remang, jika saja bersinar terang akan terlihat dengan jelas bekas gigitan dan cupangan Asep di leher bagian belakang satpam ganteng itu. Eka lalu menggantungkan pakaiannya di paku yang ada di dinding pos jaga. Kedua satpam yang tadi terlambat itu menyaksikan ketelanjangan Eka tanpa komentar apapun. Tatapan mereka biasa saja.

Eka kemudian berjalan ke samping pos jaga menuju kamar mandi. Asep pun dengan kikuk mengikuti apa yang dilakukan Eka. Dilepaskannya seragamnya menyisakan celana dalamnya kemudian menggantungkan pakaiannya itu di dinding lalu berjalan menuju kamar mandi. Asep meninggalkan kedua satpam yang terlambat tadi saat keduanya sedang mendengarkan suguhan lagu dangdut koplo dari radio.

“Maksudnya apa sih Mas?” Tanya Asep berbisik begitu pintu kamar mandi ditutupnya.

Eka sedang menghidupkan keran mengisi ember yang kosong dibawahnya.

“Maksudnya ini,” sahut Eka begitu selesai menghidupkan keran langsung menarik tubuh atletis Asep dan mendekapnya erat penuh nafsu.

“Jangan ah Mas. Mereka berdua disamping tuh,” tolak Asep.

“Biarin aja Sep,” sahut Eka dan menyerbu bibir Asep. Lengan kekar satpam ganteng itu menggumuli tubuh atletis Asep. Selangkangan Eka yang masih bercelana dalam menggesek-gesek selangkangan Asep yang juga masih bercelana dalam.

“Masshh …, jangan ahhh…,” desah Asep dengan suara mendesis. Rupanya Asep sudah terangsang dengan gumulan Eka. Tak ada lagi penolakan, Asep membalas menggumuli Eka.

Dengan terburu-buru dan nafas menderu penuh nafsu, keduanya melepaskan celana dalam masing-masing. Batang kontol keduanya pun sudah mengacung keras. Batang gemuk panjang berotot itu saling berlaga dalam gesekan buas selangkangan keduanya. Suara air dari keran mengisi ember terdengar nyaring menyamarkan suara pergumulan keduanya.

Jari-jari Eka menjalar ke belahan pantat Asep. Ia mencari celah lobang pantat pemuda desa itu. Setelah ketemu disodoknya perlahan celah itu dengan jarinya. Beberapa kali jari itu diludahi kemudian disodokkan lagi ke celah itu. Asep paham keinginan Eka. Pemuda desa itu ikut membantu melumasi lobang panatnya juga dengan jari dilumuri ludah beberapa kali bergantian dengan Eka.

Tak lama Eka membalikkan tubuh Asep dengan kasar. Kedua paha Asep dilebarkan Eka dengan tungkai kakinya. Asep menghadap dinding kamar mandi. Kedua tangannya di tempelkan ke dinding. Cowok itu agak membengkokkan pinggangnya menaikkan buah pantatnya sedikit ke atas agar posisi Eka melakukan penetrasi di lobang pantatnya lebih mudah.

Dengan terburu-buru Eka menggenggam bonggol batang kontolnya. Diludahinya kontolnya dengan ludah cukup banyak lalu diarahkannya ke lobang pantat Asep. Eka mendorong kontolnya menelusup kedalam celah lobang pantat Asep. Celah lobang pantat Asep masih rapat karena kurang foreplay. Eka memaksa terus memasukinya. Batang kontol itupun menyusup masuk perlahan-lahan.

Asep mengerang tertahan. Terasa sakit saat batang kontol itu memasuki lobang pantatnya. Eka mendorong kontolnya terus. Asep makin kesakitan. Erangannya semakin keras. Buru-buru Eka membekap mulut Asep sambil melakukan satu gerakan mendorong yang cukup keras sehingga batang kontolnya berhasil memasuki lobang pantat Asep.

Asep menggigit tangan Eka yang membekap mulutnya karena merasakan sakit yang luar biasa saat kontol itu masuk dengan memaksa kedalam lobang pantatnya. Eka menahan sakit gigitan Asep dan mulai melakukan gerakan maju mundur pantatnya. Asep masih kesakitan. Gesekan batang kontol Eka terasa sangat perih di dinding lobang pantatnya. Asep menggigit tangan Eka sekuat-kuatnya.

Eka membekap makin kuat dan mengentoti lobang pantat Asep makin cepat dan keras. Kenikmatan yang diperolehnya mengalahkan rasa sakit gigitan Asep di tangannya. Bunyi tamparan selangkangan Eka dengan buah pantat Asep cukup keras. Sepertinya sudah mengalahkan suara air dari keran yang mengisi ember. Eka tak peduli. Satpam ganteng itu tak memikirkan risiko sama sekali. Yang ada di otaknya saat itu hanyalah keinginan menggapai kenikmatan.

Tubuh keduanya sudah basah kuyup oleh keringat. Asep mulai merasakan nikmat menjalari dinding lobang pantatnya. Syaraf-syaraf di lorong lobang pantat itu langsung menghantarkan rasa nikmat ke otaknya. Gigitannya di tangan Eka kini berganti dengan jilatan dan hisapan pada jari satpam ganteng itu.

“Oooohhhhhhhh…,”erang Eka. Gerakan pantatnya menghentak semakin keras dan keras hingga … tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dari luar. Eka dan Asep rupanya lupa mengunci pintu kamar mandi.

“Nih sabun cairnya…, ups…, glek!” kata satpam muda yang tadi terlambat didepan pintu kamar mandi. Tangannya menggenggam sabun cair yang memang disediakan perusahaan. Sabun itu diletakkan di pos jaga dan digunakan para satpam untuk mencuci tangan atau cebok setelah beol. Satpam itu berdiri tegak di depan pintu kamar mandi dengan mata melotot melihat posisi Eka dan Asep. Jakunnya bergerak turun naik melihat kedua satpam ganteng yang sedang ngentot dalam posisi berdiri itu.

“Ngapain lo?!! Akhhh!!!” bentak Eka marah pada sang satpam sambil mengerang. Tubuhnya bergetar sementara kontolnya dibenamkan sedalam-dalamnya di lobang pantat Asep. Tangannya mencengkram buah pantat Asep sekuat tenaga. Rupanya saat itu Eka sedang mencapai orgasmenya. Spermanya menyembur deras di lorong lobang pantat Asep. Sementara itu Asep merintih tertahan, menikmati semburan sperma Eka dengan mata sayu menatap satpam yang membuka pintu itu.

***

Sony dan Antonius tiba di tempat yang mereka tuju, sebuah gereja Katolik yang megah namun cukup sepi. Hanya ada tiga mobil yang parkir di halaman gereja. Sony dan Antonius masuk kedalam gereja. Jejeran kursi panjang yang dilengkapi dengan tempat berlutut tempat ibadat dan duduk jemaat di kiri dan kanan serta tempat imam/pastur memimpin liturgi yang disebut dengan panti imam dilengkapi dengan altar, mimbar, kredens, lampu tuhan, tebernakel, serta patung Yesus disalib berukuran besar di bagian paling depan gereja menyambut kedatangan mereka. Dua jemaat masing-masing di kursi panjang bagian kiri dan kanan terlihat sedang berlutut, khusuk berdoa.

Sony menatap ke ruangan pengakuan dosa yang berbentuk seperti kotak telepon umum namun dalam ukuran yang lebih besar di sisi kiri dan kanan panti imam. Ada dua ruangan pengakuan dosa disediakan disitu, satu ruangan di sebelah kanan terisi karena pintunya tertutup, sedangkan satu ruangan yang disebelah kiri kosong.

“Lo tunggu disini ya Ton,” kata Sony pada Antonius.

“Baik Mas,” sahut Antonius lalu duduk di salah satu kursi panjang.

Sony berjalan menuju ruangan pengakuan dosa di sisi kiri. Begitu masuk kedalam ruangan, Sony langsung menutup pintu dan duduk di kursi yang ada dalam ruangan kecil itu. Ada dinding pemisah dalam ruangan itu yang memisahkan antara Sony yang akan mengaku dosa atau dalam istilah Katolik disebut paniten dengan pastur yang akan mendengarkan pengakuan dosanya. Dinding pemisah itu terbuat dari kayu dilengkapi dengan sebuah lobang berbentuk petak berukuran lebih kurang seperti pigura sepuluh inci yang ditutup dengan gorden dari bahan kasa.

Sebuah lonceng kecil tergantung dalam ruangan pengakuan dosa. Sony membunyikan lonceng itu sebagai tanda memanggil pastur yang akan mendengarkan pengakuan dosanya. Tak lama masuklah seorang pastur kedalam ruangan di sebalik dinding pemisah. Aroma parfum yang menyegarkan dari tubuh sang pastur langsung ditangkap indera penciuman Sony.

“Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, amen,” kata sang pastur dengan suaranya yang enak didengar memulai sakramen pengakuan dosa yang akan dilakukan Sony.

Sony mengikuti kata-kata sang pastur sambil berlutut di kursi tempatnya duduk yang dilengkapi dengan tempat berlutut sambil membentuk tanda salib dengan tangannya dari kepala bahu dan dadanya.

Dengan posisi berlutut seperti itu Sony dapat melihat dari lobang berbentuk petak yang ditutup dengan kain kasa wajah sang pastur yang menatap lurus kedepan. Sang pastur ternyata masih muda, usianya sekitar awal tiga puluhan dengan wajah yang sangat tampan dihiasi hidung mancung dan rahang kokoh.

“Andai kita tidak sedang di gereja,” bisik hati Sony yang langsung dihinggapi setan yang tak tahu diri dan tak tahu tempat. Meski dalam gereja ia tak pernah berhenti menggoda hingga mencuatkan pikiran kotor di otak Sony. Tapi Sony langsung tersadar dan mencoba membuang pikiran kotornya dan kembali duduk dengan sikap biasa, bersiap untuk melakukan pengakuan dosa.

“Dosa apa yang telah kamu lakukan anakku,” kata sang pastur dengan lembut.

“Saya sudah melakukan banyak dosa, bapa,” sahut Sony khidmat.

“Katakanlah apa saja dosamu itu anakku,” kata sang pastur.

“Saya malu menceritakannya,”

“Tak perlu malu dihadapan Tuhan. Ceritakanlah,”

“Saya sudah berzina, bapa”

“Berapa kali kamu melakukannya anakku?”

“Berkali-kali, bapa,”

“Kamu sudah beristri anakku?”

“Sudah bapa,”

“Sudah punya anak?”

“Sudah bapa,”

“Kamu tidak merasa bersalah pada istri dan anakmu?”

“Saya merasa bersalah bapa, tapi saya tak sanggup menahan diri saya,”

“Pernahkah kamu membayangkan bagaimana bila istri dan anakmu tahu tentang perbuatanmu itu,”

“Istri saya dan anak laki-laki saya sudah mengetahuinya. Anak perempuan saya, entahlah Bapa, saya tidak tahu apakah dia tahu atau tidak,”

“Bagaimana tanggapan mereka?”

“Istri saya sudah meninggalkan saya bapa,”

“Kalian bercerai?”

“Tidak bapa, dia pergi begitu saja meninggalkan saya,”

“Kamu sedih?”

“Sedih sekali bapa,”

“Kamu masih melakukannya anakku?”

“Masih bapa,”

“Kamu tidak menyesal juga, meski istrimu telah meninggalkanmu?”

“Menyesal bapa, tapi saya tak bisa menahan diri untuk tidak melakukannya,”

“Kapan istrimu meninggalkanmu anakku?”

“Sudah lama bapa, waktu anak-anak kami masih kecil-kecil,”

“Sudah berapa lama?”

“Belasan tahun yang lalu bapa,”

“Kamu sudah berlumuran dosa anakku,”

“Itulah bapa. Saya tak tahu harus bagaimana lagi. Bimbinglah saya bapa,”

“Kamu harus bertobat anakku. Kamu jangan pernah lagi melakukannya. Berzinah adalah perbuatan dosa yang melanggar sepuluh firman Tuhan,”

“Apa yang harus saya lakukan untuk menghentikannya bapa,”

“Jangan lagi dekati hal-hal yang berhubungan dengan itu anakku. Tinggalkan,”

“Saya tidak pernah mendekatinya bapa. Semuanya datang dengan sendirinya tanpa kemauan saya,”

“Maksud kamu bagaimana anakku?”

“Ceritanya panjang bapa, semuanya ini dimulai dari masa kecil saya,”

“Ceritakanlah anakku,”

“Bapa bersedia mendengarkannya?”

“Demi pertobatanmu pada Tuhan saya bersedia mendengarkannya,”

“Baiklah bapa, saya akan ceritakan semuanya,”

***

Sony kecil tak pernah mengenal siapa kedua orang tuanya. Sejak kecil yang diingat Sony adalah ia tinggal di sebuah panti asuhan yang dikelola sebuah yayasan Katolik. Ia hidup dengan bimbingan dan asuhan para biarawati yang mengelola panti asuhan itu.

Sampai usianya dua belas tahun dan menamatkan sekolah dasar di panti asuhan, Sony merasakan hidup penuh keceriaan bersama-sama dengan teman-temannya seusianya sesama anak panti. Apalagi para biarawati yang mengasuh mereka sangat baik dan menyayangi mereka seperti anak sendiri.

Setamat sekolah dasar Sony dan beberapa orang temannya dipindahkan dari panti asuhan tempatnya semula ke panti asuhan lain. Pemindahan ini dilakukan karena panti asuhan tersebut tidak memiliki sekolah untuk tingkat SMP dan SMA. Panti asuhan yang baru ini khusus menampung anak-anak laki-laki dan memiliki sekolah tingkat SMP dan SMA dan dikelola oleh para pastur.

Di panti asuhan inilah kehidupan Sony berubah. Diusianya yang memasuki masa puber ia diperkenalkan dengan kehidupan yang sama sekali tidak pernah diketahui dan dibayangkannya selama ini akan dialaminya, yaitu dunia sex dengan sesama jenis.

Saat tiba di panti asuhannya yang baru, Sony bersama dengan beberapa orang temannya yang lain disuruh menemui seorang pastur yang bertugas untuk menjahit pakaian seragam SMP mereka. Pastur itu masih muda, sikapnya sangat santun dan ramah sehingga membuat Sony dan teman-temannya yang baru mengenal pastur itu langsung merasa nyaman.

Tak ada risih atau malu-malu mereka melepaskan pakaian yang mereka kenakan untuk melaksanakan perintah sang pastur mencoba pakaian seragam contoh yang sudah tersedia karena sang pastur ingin mengetahui ukuran pakaian mereka. Tanpa ada rasa curiga mereka mengikuti saja perintah sang pastur agar mereka melepaskan juga celana dalam yang mereka kenakan sehingga mereka benar-benar bugil. Padahal untuk mencoba pakaian seragam contoh tak perlu harus sampe telanjang bulatkan?

Dengan penuh keceriaan mereka bergantian mencoba pakaian seragam contoh itu. Mereka patuh dengan perintah sang pastur untuk tetap telanjang bulat sampai semua selesai mencoba pakaian seragam contoh sambil sang pastur mencatat ukuran pakaian mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari sang pastur sebenarnya sedang mengamati satu per satu keindahan tubuh abege mereka. Kontol-kontol mereka yang mulai membesar dan bulu-bulu jembut halus yang mulai tumbuh di pangkal kontol menjadi perhatian serius sang pastur.

Sang pastur sedang memilih ‘barang bagus’ dari antara brondong-brondong itu. Tak sulit buat sang pastur menemukan mana yang ‘barang bagus’ dan perlu diperhatikan lebih lanjut dan mana yang ‘sampah’ yang tak perlu mendapat perhatian lebih lanjut. Sony termasuk salah satu dari beberapa ‘barang bagus’ yang ditemukan oleh sang pastur dan diberi tanda khusus dalam buku catatannya.

Sony diusianya yang ketiga belas bak malaikat muda yang begitu mudah bisa membangkitkan libido manusia berotak mesum seperti sang pastur. Kulit sawo matang membungkus tubuhnya yang ramping. Wajahnya tampan, dadanya cukup bidang dengan pentil mungil warna coklat muda diujungnya. Struktur tungkai tulang paha dan betisnya panjang, membuat Sony menjadi lebih tinggi dibandingkan teman-teman seusianya. Perutnya rata meski belum membentuk kotak-kotak otot dengan lubang pusar ditengah perut yang menambah kesempurnaan keindahan perutnya itu. Jembut halus tipis menyeruak di pangkal kontol dan kerutan-kerutan kulit yang membungkus buah pelirnya.

Selesai mencoba pakaian seragam contoh, anak-anak itu meninggalkan sang pastur yang panas dingin karena sesak dengan pikiran mesumnya. Sambil mengawasi langkah anak-anak itu keluar ruangannya sang pastur membetulkan letak batang kontolnya yang miring kesamping di dalam celana dalamnya yang mendadak terasa sempit.

Sony mendiami bangsal nomor 19 bersama dengan dua puluh tiga anak panti lainnya. Semuanya anak baru, pindahan dari panti asuhan lain yang tidak memiliki pendidikan setingkat SMP dan SMA. Bangsal itu merupakan kamar tidur mereka. Ada dua belas tempat tidur tingkat di bangsal itu. Sony mendapatkan tempat tidur di tingkat atas, sedangkan tempat tidur di bawah ditempati Desmond pindahan dari panti asuhan di Bogor.

Disamping tempat tidur itu ada sebuah lemari besar merangkap meja belajar dengan dua kursi. Sony dan Desmond berbagi lemari sekaligus meja belajar itu setiap harinya. Mereka menyimpan pakaian dan buku pelajaran serta barang-barang lainnya yan mereka punya disitu.

Setiap malam sebelum tidur, Sony dan teman-temannya di bangsal nomor 19 berdoa bersama dipimpin oleh seorang pelajar senior atau pastur. Setelah selesai berdoa kemudian mereka berangkat tidur dan sang pelajar senior atau pastur yang tadi memimpin doa meninggalkan kamar mereka.

Dari pengamatan Sony setelah dua hari mendiami panti asuhan itu, satu atau dua jam setelah acara tidur dimulai sang pelajar senior atau pastur yang memimpin doa tadi akan kembali kedalam kamar mengecek satu per satu anak panti apakah sudah tidur atau belum. Sony mengetahui hal itu karena dia memang agak susah tidur, mungkin karena memasuki lingkungan yang baru. Saat pegecekan dilangsungkan, Sony berpura-pura tertidur agar sang pengecek tidak mengetahui bahwa dia sudah tertidur.

Malam keempat, seperti biasa Sony masih belum tidur saat pengecekan berlangsung. Pelajar senior yang tadi memimpin doa bersama sebelum tidur terlihat memasuki ruangan bangsal nomor 19. Satu per satu anak panti diperiksa oleh sang senior apakah sudah tidur atau belum. Akhirnya tibalah sang senior di ranjang Sony dan Desmond. Sang senior berdiri agak lama disamping ranjang, memperhatikan Sony dan Desmond bergantian dengan serius. Sony agak mengkeret, ia kuatir sang senior mengetahui bahwa dirinya belum tidur. Tapi tak lama sang senior kemudian pergi meninggalkan ranjang Sony dan Desmond untuk melanjutkan pemeriksaannya. Setelah semua selesai, sang senior kemudian meninggalkan bangsal nomor 19.

Dua hari kemudian saat sore menjelang magrib, Sony dan Desmond berjalan berdua menuju kamar mandi dengan menyampirkan handuk di bahu dan menenteng pakaian ganti serta plastik berisi sabun dan peralatan mandi. Keduanya memang sengaja mandi lebih sore setelah semua teman-teman mereka satu bangsal selesai mandi karena keduanya kena jadwal piket membersihkan kamar mandi umum bangsal nomor 19. Setiap bangsal memiliki kamar mandi umum sendiri dan setiap sore hari secara bergilir kamar mandi itu dibersihkan oleh dua orang penghuni panti sehingga senantiasa terjaga kebersihannya.

Begitu masuk kedalam kamar mandi Sony dan Desmond langsung melepaskan seluruh pakaian mereka dan menggantungkannya bersama-sama dengan handuk dan pakaian ganti mereka di gantungan baju yang terdapat dalam kamar mandi umum berukuran empat kali lima itu. Dengan tubuh telanjang bulat tanpa sehelai benangpun yang membalut tubuh ramping mereka, keduanya segera memulai acara bersih-bersih menggunakan pel dan brush pembersih lantai yang tersedia di kamar mandi itu.

Baru dua menit memulai kerja mereka, datanglah dua orang anak panti senior kedalam kamar mandi itu. Pintu kamar mandi memang tidak dikunci, kedua senior itu masuk kedalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sony dan Desmond terus melanjutkan pekerjaan mereka tanpa sungkan dilihat oleh kedua senior itu sedang bugil  membersihkan kamar mandi. Telanjang bulat bersama-sama atau dilihat oleh orang lain yang berjenis kelamin sama adalah hal biasa buat anak panti.

“Bersihkan yang betul,” kata seorang anak panti senior pada keduanya.

“Iya kak,” sahut Sony dan Desmond hormat pada kedua senior mereka itu. Mereka bekerja makin giat karena diawasi seperti itu.

Sony ingat senior yang bicara itu adalah senior yang dua hari lalu memimpin doa sebelum tidur dan melakukan pengecekan di bangsal mereka. Nama senior itu Ruslan, begitu ia memperkenalkan namanya sebelum memimpin doa pada mereka. Ruslan berwajah tampan seperti orang Arab. Kulitnya kuning langsat dan tubuhnya tinggi tegap. Ia tidak mengetahui siapa kedua orang tuanya.

Ruslan datang bersama Samuel. Semua anak panti mengenal Samuel. Dia adalah pemimpin anak-anak panti disitu, semacam ketua OSIS di sekolah. Samuel juga berwajah tampan mirip bule. Kulitnya kuning langsat dengan tubuh tinggi ramping atletis. Lebih tinggi sedikit dari Ruslan.

Ruslan dan Samuel mendekati Sony dan Desmond. Ruslan berdiri tegak disamping Sony dan Samuel disamping Desmond. Serentak tanpa aba-aba keduanya membuka resluiting celana mereka lalu mengeluarkan kontol mereka yang masih lemas. Sesaat kemudian dari lobang kencing mereka mengucur air kencing membasahi lantai disamping junior mereka itu.

Serta-merta Sony dan Desmond. Mereka langsung berusaha mengelak dari kucuran air kencing itu. Kepala mereka menengadah menatap ke arah senior mereka.

“Kok dikencingin sih kak?” Tanya Sony. Tatapannya berganti-ganti melihat ekspresi Ruslan yang dingin ke kontol Ruslan yang panjang dan gemuk.

Ruslan tak menyahut. Tangannya mengarahkan kepala kontolnya agak ke atas sedikit. Air kencingnya kini mengucur menyirami tubuh Sony yang telanjang. Sony terlonjak kaget. Apa yang dilakukan Ruslan ternyata dilakukan pula oleh Samuel pada Desmond.

“Kok aku dikencingin sih kak?” Tanya Desmond.

“Iya kak, kenapa kami dikencingin?” Tanya Sony.

“Gak enak ya dikencingin?’ Tanya Samuel sambil tersenyum lebar.

“Gak enak kak. Jorok dan baunya pesing,” sahut Sony kesal.

“Ada kencing yang bikin enak orang yang dikencingin,” kata Ruslan.

“Kencing yang bikin enak? Gimana tuh kak?” Tanya Desmond bingung.

“Iya kak, gimana kencing yang bikin enak?” Tanya Sony yang juga sama bingungnya dengan Desmond.

“Kalian mau kami kasih tahu?” Tanya Samuel.

“Mau kak,” serempak Sony dan Desmond menjawab sambil mengangguk.

“Tapi banyak yang harus dilakukan terlebih dulu supaya bisa kencing enak. Kalian siap gak melakukannya?” Tanya Ruslan.

“Siap kak,” sahut Sony dan Desmond mengangguk meski masih bingung.

“Dan kalian tidak boleh membantah dan menolak apapun yang kami perintahkan,” kata Samuel.

“Baik kak,” sahut Sony dan Desmond lagi.

“Dan ini rahasia. Tidak sembarang anak panti yang kami beri kehormatan untuk mengetahui ini. Kalian siap menyimpan rahasia ini dari siapapun dan sampai kapanpun?” Tanya Samuel.

“Kami siap kak,”

“Kalian berani berjanji?” Tanya Samuel lagi menegaskan.

“Kami berjanji kak,”

“Tuhan jadi saksi janji kalian?”

“Tuhan jadi saksi janji kami.”

“Baiklah kalau begitu. Sekarang kalian berdua mandi, bersihkan badan kalian dari kencing kami tadi,” kata Ruslan.

Kedua bocah itu menuju bak mandi lalu menyiram dan menyabuni tubuh mereka sampe bersih. Sementara keduanya mandi, Samuel dan Ruslan melepaskan pakaian mereka masing-masing hingga tak ada sehelai benang pun yang menempel. Pakaian itu mereka gantungkan di gantungan baju yang ada di dalam kamar mandi.

Samuel dan Ruslan berdiri memamerkan tubuh remaja mereka yang indah. Ramping tanpa lemak dengan otot-otot yang mulai membentuk.bulu-bulu jembut dan ketiak mereka yang masih halus mulai tumbuh lebat.

“Sekarang keringkan badan kalian dan berhanduk supaya gak kedinginan. Setelah itu kemari dan perhatikan apa yang kami lakukan,” kata Samuel.

Sony dan Desmond menurut. Dengan badan dibalut handuk mereka mendekati Samuel dan Ruslan.

“Sekarang kalian perhatikan kontol kami,” kata Samuel sambil menggenggam pangkal kontolnya yang masih lemas. Ruslan juga melakukan hal yang sama. “Apa yang membedakan kontol kami dengan kontol kalian,” Tanya Samuel.

“Lebih besar kak,” sahut Sony setelah beberapa saat mengamati.

“Lebih panjang kak,” sahut Desmond menyusul.

“Bulu-bulunya lebat sekali,” tambah Sony.

“Urat-uratnya jelas banget,” tambah Desmond.

“Semuanya betul. Kalian tau kenapa kontol kami bisa begini?” Tanya Ruslan.

“Kenapa kak?” Tanya Sony dan Desmond serempak.

“Karena kami sering kencing enak,” sahut Ruslan tersenyum lebar.

Sony dan Desmond mengangguk-angguk.

“Nah sekarang perhatikan,” kata Samuel. Tangannya mengangkat lengan Ruslan ke atas. Ketiak Ruslan yang berbulu halus dan lebat langsung terlihat. “Bagus gak ketiak kakak kalian ini?” Tanya Samuel.

“Hmmm…, banyak bulunya kak,” sahut Sony. Ia bingung apa yang dimaksud dengan ketiak yang bagus. Menurutnya semua ketiak sama saja.

“Dengan bulu lebat kayak gini ketiak Kak Ruslan jadi terlihat semakin bagus kan?” Tanya Samuel lagi.

“Iya kak,” sahut Sony dan Desmond meski masih bingung.

“Selain bagus, ketiak Kak Ruslan ini juga enak untuk dicium. Perhatikan,” kata Samuel. Wajahnya mendekati ketiak Ruslan. Dengan hidungnya dihirupnya aroma ketiak sahabatnya itu dalam-dalam.

“Bau kak,” celetuk Sony.

“Siapa bilang. Enak sekali baunya,” sahut Samuel. Kini mulutnya mulai melumat ketiak Ruslan. Mengacak-acak bulu ketiak sahabatnya itu. “Sekarang kalian kemari.” Kata Samuel.

Sony dan Desmond mendekat.

“Angkat ketiak kalian. Kami akan mencontohkannya kepada kalian. Setelah itu nanti kalian lakukan yang sama pada kami,” kata Samuel.

Samuel lalu menghirup dan menciumi ketiak Sony sementara Ruslan menghirup dan menciumi ketiak Desmond. Kedua bocah itu kegelian. Namun diantara rasa geli itu mereka merasa bulu roma mereka merinding, ada desiran aneh yang tak pernah mereka rasakan selama ini menghinggapi mereka. Setelah beberapa saat Sony dan Desmon melakukan hal yang sama pada Ruslan dan Samuel.

“Gimana?” Tanya Ruslan.

“Gak bisa diungkapkan kak. Luar biasa,” sahut Desmond.

“Nah sekarang kita lanjutkan. Kalian pernah menetek?” Tanya Samuel.

“Waktu bayi kak,” sahut Sony.

“Ingat gimana rasanya?”

“Mana ingat kak,” sahut Desmond.

“Sekarang kalian boleh menetek di puting kami. Biar ingat gimana enaknya menetek. Silakan,” kata Ruslan.

Sony meneteki puting Ruslan sementara Desmond meneteki puting Samuel. Kedua bocah itu menyonyoti puting seniornya. Setelah beberapa saat Sony berpindah ke Ruslan dan Desmond ke Samuel.

“Enak neteknya?” Tanya Samuel.

“Enak kak,” sahut Sony dan Desmond nyengir.

“Mau yang lebih enak lagi neteknya?” Tanya Samuel lagi.

“Mau kak. Gimana caranya?” Tanya Desmond.

“Sebelum netek botol susunya harus dipersiapkan dulu,” kata Ruslan.

“Neteknya pake botol susu?” Tanya Sony.

“Iya,” sahut Samuel.

“Mana botol susunya kak?” Tanya Desmond.

“Sebagai laki-laki, Tuhan telah menganugerahkan banyak hal pada kita. Laki-laki punya ketiak berbulu yang enak, puting untuk menetek, dan ini botol susu alami,” kata Samuel sambil menunjukkan kontolnya yang mulai keras pada kedua bocah itu.

Sony dan Desmond menatap bingung kearah kontol Samuel dan Ruslan yang mulai membengkak. Kontol itu terlihat makin besar.

“Sekarang Kak Ruslan akan mencontohkan gimana mempersiapkan botol susu ini supaya benar-benar siap digunakan,” kata Samuel.

Ruslan mendekati Samuel lalu jongkok didepan sahabatnya itu. Kedua telapak tangannya diletakkannya dibatang kontol Samuel. Tangannya bergerak-gerak menggesek-gesek batang kontol Samuel dengan telapak tangannya.

Sony dan Desmond terpana menatap apa yang dilakukan Ruslan. Bagi mereka apa yang dilakukan Ruslan itu sangat tidak biasa. Seumur hidup mereka tidak pernah melihat ada orang yang melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Ruslan.

Sementara Ruslan bekerja, Samuel mengamati sambil sesekali merintih dan matanya merem melek. Tak lama Ruslan menghentikan pekerjaannya dan terlihatlah kini kontol Samuel mengacung tegak kearah atas. Kontol itu menjadi sangat panjang dan bengkak.

“Botol susu sudah siap,” kata Ruslan sambil nyengir.

“Ayo Rus, langsung dicontohin aja ke adik-adik kita gimana cara menetek pake botol susu ini,” kata Samuel sambil mengedipkan matanya nakal pada Ruslan.

“Oke.” Sahut Ruslan mantap.

Telapak tangan kanannya langsung menggenggam pangkal kontol Samuel, menyisakan bulu jembut lebat dan buah pelir berbentuk bulat yang padat.

“Perhatikan ya,” kata Ruslan pada Sony dan Desmond. Lalu mulutnya membuka lebar dan memasukkan kepala kontol Samuel kedalam.

“Astaga! Kak, kok dimasukin ke mulut sih? Itukan jorok!” Seru Sony.

Desmond hanya menganga menyaksikan pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya itu.

Ruslan tak peduli dengan seruan Sony. Cowok itu asik menyoyot kepala kontol Samuel dengan mulutnya. Ruslan terlihat sangat menikmati menyusu di ‘botol susu’ Samuel yang besar itu.

“Oke Rus. Sekarang gantian. Aku juga mau menunjukkan gimana cara menetek pake ‘botol susumu’ pada adik-adik kita,” kata Samuel lima menit kemudian.

Ruslan melepaskan kontol Samuel dari mulutnya. Ruslan kemudian berdiri dan Samuel gantian jongkok didepan sahabatnya itu. Kontol Ruslan ternyata sudah ngaceng juga. Ukurannya lebih besar dan lebih panjang dari kontol Samuel.

Samuel langsung melahap kontol Ruslan dengan mulutnya. Tidak terlihat ada rasa jijik sedikitpun di wajah Samuel saat menyonyoti kepala kontol Ruslan yang garang itu. Hisapan-hisapan Samuel di kontol Ruslan betul-betul sangat kuat. Seolah-olah ia ingin menyedot sebanyak-banyaknya cairan yang tersimpan dari dalam batang kontol itu.

“Sekarang kalian kemari!” panggil Samuel pada Sony dan Desmond. Ia menghentikan pekerjaannya di kontol Ruslan. Cowok itu lalu berdiri di samping Ruslan.

Dengan ragu Sony dan Desmond mendekati kedua seniornya yang tampan itu.

“Nah, giliran kalian sekarang yang menetek. Ayo dimulai!” kata Samuel.

Sony dan Desmond menurut seperti kerbau dicucuk hidungnya. Sony jongkok didepan Ruslan dan Desmond didepan Samuel. Tanpa diperintah dua kali keduanya langsung menggenggam ‘botol susu’ milik kakak kelasnya itu dan mulai menetek. Meski mulut mereka yang mungil agak susah memasukkan kepala kontol senior-senior mereka yang besar itu, namun mereka sangat bersemangat melakukannya. Segala jijik tak lagi menghinggapi mereka.

***

Asep dan Eka menundukkan kepala dalam-dalam dengan wajah butek. Keduanya duduk di lantai pos satpam tanpa mengenakan pakaian selembar pun. Kedua satpam rekan kerja mereka berdiri didepan mereka dengan tatapan jijik. Tak ada lagi rasa hormat mereka sedikitpun pada Eka yang sebenarnya adalah koordinator mereka.

“Dasar binatang Lo berdua!” maki seorang satpam dan kemudian meludahi keduanya.

“Taik Lo. Gua jijik punya komandan bencong kayak Lo!” tambah satpam yang satu lagi. Makiannya khusus untuk Eka. “Kami sudah adukan apa yang Lo berdua lakukan ke Pak Yudha. Dia segera kemari. Kalian akan dipecat!” tambahnya.

Asep dan Eka tetap diam seribu bahasa.

Suara klakson mobil terdengar dari gerbang kantor. Salah satu dari satpam muda itu segera berlari menuju gerbang untuk melihat siapa yang datang.

“Pasti itu Pak Yudha, bersiaplah kalian berdua.” Kata salah seorang satpam yang menjaga Asep dan Eka dengan sinis.

***

“Kami melumat kepala kontol itu dengan lahap Bapa. Kami melakukannya dengan senang. Rasanya aneh memasukkan kepala kontol kedalam mulut dan menghisap-hisapnya, tapi kami suka.” Kata Sony dengan suara lirih. Ada getar di nada suaranya. Sony rupanya mulai terangsang karena mengingat kembali masa kecilnya.

“Teruskan ceritamu anakku,” kata pastur dari balik dinding.

Sony terdiam sesaat. Ia membetulkan posisi kontolnya yang mulai mengeras didalam celananya. Diarahkannya kontolnya tegak keatas agar tidak sakit karena tekanan celananya yang tiba-tiba dirasakannya seperti menyempit.

“Mulut kami terus menyonyot kepala kontol kakak kelas kami itu dengan lahap. Kakak kelas kami itu sangat menikmati apa yang kami lakukan. Mereka mengerang-erang sambil menyuruh kami menghisap kepala kontol mereka semakin kuat.” Kata Sony dan bayangan peristiwa di kamar mandi saat ia kecil kembali muncul didepan matanya.

“Ohhh…, ohhhh…. Lebih kuat nyedotnya. Jangan pelan kayak bencong gituhh… ohhhh,” lenguh Samuel pada Desmond.

Desmond menghisap semakin kuat. Begitupula Sony. Ia tak mau dikatakan bencong oleh Ruslan karena menghisap kontolnya kurang kuat. Tanpa disadari oleh Sony dan Desmond kecil, kontol Samuel dan Ruslan sudah menegang sedemikian keras karena orgasme mereka sudah mendekat.

Semakin kuat hisapan mulut-mulut mungil milik Sony dan Desmond menyebabkan orgasme mereka pun tak terbendung lagi. Crat…, crat…, cret…, crot…. Akhirnya sperma Samuel dan Desmond muncrat serempak.

Sony dan Desmond kaget tiba-tiba disemprot cairan kental berbau aneh yang meluncur dari lobang kencing kakak kelasnya kedalam mulut mereka. Keduanya segera mengatupkan bibir dan berusaha membuang muka, menghindar dari batang kontol kakak kelasnya, namun Samuel dan Ruslan sama-sama menahan kepala kedua bocah itu untuk tetap ditempat. Tangan Samuel dan Ruslan memaksa mulut Desmond dan Sony agar tetap membuka.

“Buka mulutmu Desmond. Telan susu dari kontolku! Telan!” kata Samuel memerintah Desmond.

“Ayo Son, telan susuku! Enak kok. Buka mulutmu lebar-lebar!” perintah Ruslan pada Sony.

Sony dan Desmond seperti mau muntah menelan ‘susu’ kental milik kakak kelas mereka itu. Meski begitu mereka tetap menelan karena merasa ketakutan menolak perintah Samuel dan Ruslan. Tak semua ‘susu’ kental itu dapat mereka telan. Sebagian belepotan di sekitar bibir dan pipi kedua bocah itu.

***

Kita kembali sejenak ke kompleks perumahan tempat keluarga Andre bermukim. Di jalan kompleks perumahan yang lengang, Mbak Minah terlihat berjalan dengan langkah-langkah lebar dan cepat. Jantungnya berdegup kencang. Sesekali ia menolehkan kepalanya melihat kebelakang ke arah rumah kediaman keluarga Andre yang ditinggalkannya dengan tergesa-gesa. Dari jendela rumah besar milik keluarga Andre terlihat asap hitam mengepul. Mbak Minah pun semakin mempercepat langkahnya menjauhi rumah keluarga Andre itu.