Serial Andre dan Calvin part 09 : Malam Jahanam



Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi

Minggu sore, rombongan Andre bergerak pulang kembali ke Jakarta. Sebelum pulang, masih mereka sempatkan berpesta sex terakhir kalinya. Sebenarnya para cowok sudah sangat lelah usai mengerjai Asep di gubuk. Namun mereka tak bisa menolak untuk melayani lagi cewek-cewek sex maniak itu.

Untuk menjaga stamina, para cowok menenggak minuman suplemen terlebih dahulu. Pengaruhnya sangat manjur. Para cewek kerepotan menghadapi gempuran mereka. Calvin akhirnya mendapat kesempatan pertama menyetubuhi Silvia. Sepertinya diantara Calvin dan Silvia mulai timbul benih-benih cinta. Persenggamaan yang mereka lakukan terlihat sangat mesra penuh perasaan.

Usai makan siang sekitar pukul dua sore, Tante Vonny menyuruh seluruh rombonganuntuk istirahat dulu hingga sore harinya. Tante Vonny tak mau mendapatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas karena yang mengemudikan mobil kelelahan.

Siang hingga sore itu semuanya benar-benar beristirahat. Tak ada yang mencuri kesempatan untuk ngesex. Tubuh mereka benar-benar sudah loyo karena ngentot terus selama dua hari ini. Sebelum pulang, tak lupa mereka berpamitan pada Asep dan keluarganya. Cindy tak lupa memberikan sejumlah uang pada keluarga itu. Tanda terima kasih.

Beriring-iringan mobil rombongan itu melaju di jalan raya Sukabumi menuju Jakarta. Rombongan cowok yang berada dalam mobil Andre tak banyak bicara selama perjalanan pulang. Rupanya mereka masih meninggalkan lelah. Memasuki kota Bogor ponsel Andre berdering. Rupanya panggilan dari sang mama.

“Halo, iya Ma? Ada apa?” kata Andre.

“Kamu tiba di Jakarta malam ini sayang?” lembut suara Mama Andre terdengar di ponsel.

“Iya Ma. Kami udah di Bogor nih,”

“Mama mau berangkat ke Singapur malam ini sayang, bareng rombongan ibu-ibu Dharma Wanita. Ada study banding disana,”

“Berapa lama Ma?”

“Mungkin satu minggu sayang. Mama pergi bareng Mas Dharma. Mungkin besok papa kamu sudah pulang. Baik-baik ya di rumah. Jangan pulang malem-malem,”

“Iya Ma. Hati-hati,”

Percakapan usai. Dasar Mama, batin Andre dalam hati. Gak puas juga ngentot bareng Mas Dharma selama Andre di Sukabumi. Masih juga tuh ajudan di bawa ke Singapur. Ibu-ibu yang laen bakalan bawa laki-laki juga pasti. Bakalan pesta sex deh mereka disana. Alasannya study banding. Padahal….

“Kenapa Ndre?” tanya Calvin yang duduk di sebelahnya. Dilihatnya wajah Andre sangat serius.

“Gak papa Vin, mama Gue mau ke Singapur. Sendiri lagi deh Gue malam ini. Papa Gue baru balik besok kata Mama,”

“Perlu Gue temanin Ndre?” tanya Calvin menawarkan.

“Gak usah. Gue udah biasa kok. Lagian malam ini Gue pengen istirahat total di rumah. Besok udah sekolah dan kita mulai belajar bareng lagi kan?”

“Oke deh kalo gitu. Tapi kalo Elo butuh Gue temenin, bilang aja ya,” kata Calvin sambil membelai pipi Andre. Matanya menatap cowok ganteng temannya itu dengan tatapan mesra.

“Yoi Vin. Thanks,” jawab Andre.

“Deuuu.. kayak pacaran aja Lo berdua,” ledek Randy dari belakang. Yang lain tertawa riuh.

“Kalo pacaran dengan cewek dong, masak cowok pacaran dengan cowok. Emangnya Elo berdua homo ya?” sambung Devon. Andre dan Calvin mesem-mesem. Yang lain tertawa semakin riuh.

“Enak aja pacaran. Gue udah punya cewek tau. Dan Calvin ini lagi PDKT sama Silvia,” kata Andre membela diri. Tanpa memperdulikan pembelaan diri Andre, teman-temannya tetap tertawa riuh.

Setiba di Jakarta Andre tidak langsung meluncur ke rumahnya. Ia masih harus mengantar teman-temannya itu satu per satu ke rumah mereka. Akhirnya lewat pukul sebelas malam barulah ia tiba di rumah. Andre segera naik ke kamarnya. Rumah terlihat sepi seperti biasanya. Sesampai di kamar ia mandi sejenak di bawah shower yang mengguyurnya dengan air hangat yang terasa sangat menyegarkan tubuhnya yang penat. Seusai mandi Andre tertidur dengan lelap di ranjangnya yang empuk.

Tubuh Andre terasa segar saat terbangun keesokan paginya. Segala penat yang dirasakannya kemaren hilang punah. Hari masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Setelah cuci muka dan menggosok gigi, Andre menyempatkan diri berolah raga sejenak di teras atas rumahnya.Begitu tiba di teras ia disambut dengan udara pagi yang terasa menyegarkan. Andre melakukan lompat tali di teras itu. Setelah itu dilanjutkannya dengan melatih otot lengan menggunakan dumble. Lalu melakukan shit up untuk melatih otot-otot perutnya. Tak lupa ia juga melakukan push up.

Tiga puluh menit dirasakan Andre cukup untuk berolah raga. Kemudian ia menuju ruang makan. Pembantunya sudah menghidangkan sarapan pagi buatnya di atas meja makan. Roti bakar berisi keju dan coklat plus segelas susu. Andre tidak langsung melahap sarapan yang terhidang itu. Terlebih dahulu ia membaca koran pagi milik papanya yang tergeletak di atas meja makan. Usai membaca berita-berita penting hari itu dan tentu saja berita olah raga, barulah Andre menyantap sarapannya.

Beres sarapan ia segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Kata mamanya, papanya baru pulang hari ini. Entah jam berapa. Kebiasaan selama ini papanya baru kembali sore atau malam di rumah. Karena itu biasanya dan seperti hari ini juga, Andre berangkat ke sekolah tanpa pamitan pada siapapun. Pembantu-pembantu di rumahnya hanya bisa prihatin melihat nasib anak majikannya yang sangat kurang perhatian orang tua itu.

“Hati-hati Mas Andre,” pesan satpam penjaga rumahnya saat membuka pintu gerbang rumah.

“Oke Mas. Thanks ya,” sahut Andre sesaat kemudian ia sudah meluncur dengan sepeda motornya di jalanan Jakarta.

Ada perkembangan baru di sekolah. Calvin dan Silvia sepertinya mulai merajut benang-benang cinta. Saat istirahat sekolah, keduanya terlihat sedang makan bakso di kantin. Masih malu-malu memang. Jelas saja momen itu dimanfaatkan oleh anak-anak yang berangkat ke Sukabumi untuk menggodain mereka. Meskipun wajah merah padam karena malu digodain, keduanya terlihat sangat bahagia. Mereka terlihat sangat mesra. Dari tempat duduknya di depan Calvin dan Silvia, Andre memandangi pasangan baru itu dengan senyum gembira. Ia turut merasa senang melihat teman belajar sekaligus memuaskan birahinya itu mendapat pacar secantik Silvia. Tersenyum-senyum melihat ulah teman-temannya yang terus menggodain pasangan baru itu Andre menyeruput es teh manisnya sembari merangkul sayang Cindy, kekasihnya, yang duduk disisinya.

Pulang sekolah Andre singgah ke rumah Calvin. Mereka belajar seperti biasanya. Selain membahas pelajaran tentu saja mereka juga melakukan pembahasan seputar Silvia. Segala aspek mereka bahas. Tak luput juga pembahasan masalah seputar kelamin cewek itu.

“Elo bener-bener gak salah pilih Vin. Memeknya empuk dan ngegigit,” kata Andre cengengesan.

“Dasar Lo,”

“Bener. Elo kan ngerasain sendiri. Gak nyangka Gue cewek mungil kayak dia punya memek asoy kayak gitu. Beda banget ama memek Cindy,”

“Elo suka juga sama Silvia?” tanya Calvin.

“Cemburu nih ye. Enggaklah. Gue tetap suka Cindy dong. Santai aja Gue gak bakalan ganggu deh. Silvia buat Elo Calvin sayang,” kata Andre sambil mencium tipis bibir Calvin.

Usai belajar Andre pamitan pada Calvin. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

“Bener gak perlu ditemenin nih Ndre? Atau Elo tidur disini?” tanya Calvin.

“Gak usah. Papa Gue hari ini pulang kok. Mungkin udah di rumah,” kata Andre.

“Ya udah kalo gitu. Hati-hati ya,”

“Makasih ya Vin. Gue pulang. Bye,”

“Bye,”

Seringkali Andre ditinggalkan sendiri oleh kedua orang tuanya. Namun kali ini hatinya terasa gundah. Sepanjang perjalanan pulang bayangan mamanya yang sedang asik memacu birahi dengan Mas Dharma muncul di benaknya. Ia merasa sedih dan kecewa. Mamanya tega menyelingkuhi papanya. Dengan kedua ajudan papanya pula. Satu ajudan itu yaitu Mas Fadly malah merupakan kepercayaan papanya yang selalu mendampingi sang papa selama tugas. Ia yakin saat ini pun di Singapura sang mama pasti sedang memuas-muaskan birahi bersama ajudannya itu. Sementara sang papa sibuk bekerja mencari uang untuk kebutuhan mereka.

Sampai di rumah ternyata sang papa sudah pulang. Menggenakan kaos lengan pendek plus celana piyama sang papa terlihat sedang asik membaca koran dihadapan televisi yang sedang menyiaran siaran berita. Diusia menjelang empat puluh tahun papanya masih terlihat sangat muda. Melihat papanya Andre yakin kegantengannya merupakan turunan dari sang papa. Sama seperti Andre, sang papa juga doyan olah raga. Bila ada waktu luang papanya sering bermain basket berdua Andre di halaman belakang rumah mereka. Tubuh papanya gempal atletis. Cindy sering kali memuji papanya itu.

“Sudah pulang pa?” tegur Andre.

“Eh Andre. Udah sayang. Waduh anak papa kelihatannya lelah banget. Darimana malam-malam begini baru pulang? Masih pake pakaian sekolah lagi?”

“Dari rumah Calvin pa. Andre kan rutin belajar bareng dia. Persiapan menjelang SPMB pa,”

“O iya. Papa lupa. Mmmm, rencana kamu masuk Akademi Militer gimana? Dilanjutin enggak?”

“Pengennya sih iya pa. Andre sebenernya emang lebih suka di Akmil deh daripada kuliah biasa. Tapi ikutan SPMB kayaknya juga asik. Apalagi kalo bisa lulus di Universitas Negeri favorit, rasanya bangga pa,”

“Kamu harus tetapkan pilihan Ndre. Meskipun dua-duanya harus kamu ikutin dengan serius, tapi jangan sampai ketika ternyata dua-duanya lulus kamu jadi ragu. Entar kamu salah nentukan pilihan jadinya,” nasihat sang papa.
“Iya juga sih pa,”

“Akmil udah buka pendaftaran bElon?”

“Ih papa bener-bener pelupa deh. Andre kan udah daftar kemaren-kemaren. Tinggal nunggu seleksi aja pa. Katanya sih selesai Ujian Akhir Nasional,”

“Maafin papa Ndre. Maklum aja ya kalo papa lupa. Kalo kamu emang beneran pengen lulus di Akmil papa hubungi Kasad ya? Biar kamu pasti dilulusin,”

“Jangan ah pa. Andre pengen lulus murni. Gak mau kalo pake-pake koneksi gitu,”

“Gini aja deh, papa ngomongin ke Kasadd supaya kamu jangan dicurangin aja? Gimana?”

“Kalo gitu boleh pa. Tapi kalo dijamin lulus Andre gak mau lho,”

“Ya enggak. Papa bangga deh lihat anak papa kayak gini,”

“Andre cuman gak mau negara kita jadi semakin rusak karena adanya koneksi-koneksian gitu pa,”

“Bagus kalo gitu. Papa bangga sama kamu Ndre. Gimana kalo kamu sekalian aja daftar STPDN? Papa yakin kamu nanti bisa jadi calon-calon birokrat yang berkualitas,”

“Gak mau ah pa. Lulusan STPDN jaman sekarang kan cuman jadi pegawai kelurahan doang. Gak seru!”

“Hehehe anak papa satu ini. Gak usah jadi tentara anak papa juga udah gagah kok,”

“Bener pa? Emang Andre gagah?”

“Orang bego aja yang bilang anak papa gak gagah. Udah ganteng, tinggi, badan Andre kan atletis kayak papa. Ya jelas gagah dong,”

“Hehehe. Makasih pa. Eh pa, Andre mandi dulu ya. Gerah banget nih rasanya. Seharian bElon mandi,”

“Iya mandi dulu sana deh. Dari tadi papa juga bingung, bau apaan ya yang tercium. Rupanya bau anak papa yang belum mandi, hehehe,”

“Ih papa enak aja. Andre meski gak mandi tetap harum, papa,”

“Iya-iya papa tahu. Abis mandi, terus makan ya,”

“Andre udah makan pa, di rumah Calvin tadi,”

“Kalo gitu mandi gih. Entar abis mandi kemari ya, duduk dekat papa, biar ngobrol-ngobrol lagi,”

“Oke pa. Mas Fadly mana pa?”

“Istirahat mungkin di kamarnya sayang. Capek banget dia, seharian dampingin papa tugas,”

Andre meninggalkan papanya menuju kamar mandi. Badannya dirasakannya sangat gerah dan letih. Tubuhnya dirasakannya kembali kembali segar saat merasakan guyuran air dari shower. Usai mandi Andre mendatangi papanya. Mereka ngobrol-ngobrol tentang banyak hal. Tentang sekolah dan persiapan Andre menjelang SPMB dan Akmil. Tentang pekerjaan papanya juga. Banyak kejadian-kejadian lucu yang diceritakan papanya seputar kunjungan kerjanya ke daerah pada Andre. Membuat cowok ganteng itu terkekeh-kekeh.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Andre pamitan pada papanya untuk tidur duluan. Karena ia sudah mengantuk dan besok pagi harus cepat bangun agar tidak telat ke sekolah.

“Selamat tidur sayang,” kata papanya sambil menepuk punggung cowok ganteng itu penuh sayang.

“Papa gak tidur?”

“Sebentar lagi deh. Papa belum ngantuk. Tadi di pesawat papa sempat tidur. Entar kalo sudah ngantuk papa tidur deh. Sekarang papa mau mempelajari berkas-berkas yang akan papa laporkan ke menteri besok,”

“Oke deh. Andre tidur duluan kalo gitu pa,”

“Iya. Sebelum tidur jangan lupa berdoa dulu,” pesan papanya bijak.

Andre menuju kamarnya. Begitu membaringkan tubuhnya di atas ranjang, iapun langsung tertidur lelap. Terbuai dalam mimpinya. Jam dua belas malam Andre terbangun. Tadi sebelum tidur ia tidak buang air dulu. Jadinya sekarang kebelet deh si Andre. Saat pipis di closet, perutnya terasa lapar. Karena itu setelah pipis ia keluar dari kamarnya dan menuju dapur untuk mencari makanan pengganjal perut.

Isi lemari es diaduk-aduknya. Ada sekotak donat disitu. Langsung aja donat-donat yang mengundang selera itu disantapnya dengan lahap. Donat-donat dalam kotak itu dikeluarkannya seluruhnya dari lemari es. Andre ingin membawanya ke kamar tidur. Di kamar ia berencana melanjutkan menyantap donat-donat itu. Sebotol jus jeruk tak lupa dibawanya serta pula.

Saat melangkah menuju kamarnya, matanya menangkap pintu yang menuju garasi mobil dari dapur terlihat terbuka lebar.

“Gimana sih? Kok Mbak Minah teledor banget gak ngunci pintu,” katanya dalam hati. Andre mendekati pintu itu untuk kemudian menarik daun pintu yang terbuka bermaksud menutupnya. Saat itu sayup-sayup telinganya menangkap suara-suara gaduh dari garasi.

“Wah ada maling nih,” batinnya. Andre langsung mengambil pemukul softball yang ada di dapur. Pemukul itu memang sengaja diletakkan disitu. Sebagai antisipasi bila hal seperti ini terjadi. Memang Andre dan keluarga tinggal di kompleks yang keamanannya terjaga dengan baik. Namun yang namanya maling siapa tau tetap aja ada yang nekat.

Berjingkat-jingkat Andre masuk ke dalam garasi, mencari-cari asal suara gaduh itu. Tangannya sudah siap-siap untuk memukulkan pemukul softballitu pada orang asing yang ditemukannya di garasi nanti. Semakin lama semakin jelas asal suara gaduh itu. Datangnya dari dalam mobil sedan dinas milik papanya. Andre berjalan membungkuk sambil terus berjingkat-jingkat. “Bakal ketangkap Lo,” batinnya. Dadanya bergemuruh, tak sabar untuk memukul. Ruangan dalam mobil papanya gelap. Ia tak dapat melihat jelas siapa yang sedang berada di dalam. “Payah juga nih satpam, masak maling bisa masuk,” kata hati Andre.

Ia berjongkok di sebelah sedan papanya. Telinganya menangkap suara gedebak-gedebuk dari dalam. Meskipun semua lampu mati, tapi lampu dalam mobil papanya itu tetap hidup. Suara mesin mobil papanya sangat halus, nyaris tak terdengar. AC mobil juga hidup. Meskipun pelan, Andre melihat mobil itu bergoyang-goyang. Ia berkonsentrasi untuk mendengar suara apa di dalam mobil itu. Lamat-lamat ia bisa menangkap bahwa bukan hanya suara gedebak-gedebuk yang terdengar dari dalam mobil, dan juga buka hanya suara mesin yang halus, tapi juga suara orang mengerang-erang!

Serta merta jantung Andre berdegup kencang. Ia sudah sangat pengalaman dalam hal bermain cinta. Dan saat itu ia yakin 100% bahwa erangan itu berasal dari suara orang yang sedang bercinta. Tapi siapa?

Pelan-pelan Andre bangkit, mencoba mengintip dari kaca jendela yang tidak terlalu gelap. Meskipun tak terlalu jelas namun ia bisa melihat bayangan di dalam mobil itu. Astaga! Benar saja di dalam itu terlihat dua manusia tanpa menggenakan sehelai benang penutup tubuh sedang asik bermain cinta. Yang satu duduk mengangkang di kursi belakang. Sedang yang satu lagi bersimpuh sambil menghentak-hentakkan pantatnya mengentoti orang yang duduk di kursi itu. Keduanya laki-laki dan lebih gilanya lagi kedua laki-laki itu adalah papanya Andre dan Mas Fadly!!!

Andre kaget luar biasa. Ia tak menyangka akan menyaksikan peristiwa mesum itu. Melihat bagaimana papanya sedang keenakan dikentot oleh ajudannya sendiri. Melihat papanya mengerang-erang keenakan sambil meremas-remas buah pantat Mas Fadly yang menghentak-hentak dengan cepat dan keras.

“Argghhh Faddhhh… arghhh Fadhhhh… Kerasshhh… lebih kerashhh arghhh…,” racau papanya.

“Ohh.. enakkkhh…. Pakkhh.. ohh.. enakhh?” tanya Mas Fadly dalam erangannya.
“Enakghhh……….. ufff…. enakghhh…bangetthhhh……. Fadhhh ufff…yesshhh… kamu enakhh juga kanhhh…ouhhh… ouhhh…,”

“Nikmathssshhh… enakhhh…bangetthhh… ouhhh…..,”

“Jangan bohong Fadhhh…. ahhh… kamuhh bohongh….,”

“Gak bohong Pakhh… gak bohong.. ohhh…,”

“Enak manahhh ohhh… sama memekhhhohhh…. Dewihh.. ihhh….ssshhhh…,”

“Dewihh?? Sekretarisshhh Gubernur ituhh Pakhhh..auhhh..?”

“Yahh.. yahh… ahh… yesshhh…,”

“Enak silithh Bapakkhhh… enak inih Pakkk… Bapak cemburu yahh…ahhh…??”

“Abisshhh kamuhhh ninggalin sayahhh ohhh.. malam ituhh… kamu ngentothh sama diahh kannhh sshhhh.. terusshh Fadhhh… ahhh… ahhh..trusshhh……,”

Tiba-tiba Fadly menghentikan genjotannya.

“Ohh.. kok brenti Fadh? Terusin dong,” kata papanya Andre mengiba.

“Ini harus di clear-kan dulu Pak. Malam itu kan Bapak sedang booking Vina, ya saya cari pasangan juga dong Pak. Malam itu yang keingat saya cuman Dewi doang. Soalnya siangnya dia centil banget sih godain saya,”

“Ngapain mesti ketemu Dewi. Kita kan bisa maen bertiga aja Fad dengan Vina,”

“Saya enggak enak ganggu Bapak. Lagian kalo kita maen bertiga, Vina tahu rahasia kita dong. Bapak kan bisa bahaya,”

“Iya sih,”

“Bapak jangan cemburu lagi ya. Saya aja gak cemburu kalo Bapak ngentotin Dharma,”

“Iya, iya saya gak cemburu lagi. Lanjutin dong Fadhh.. tanggung nih,”

“Janji gak cemburu lagi ya,” kata Fadly, hidungnya mengendus-endus hidung papanya Andre.

“Janji,” jawab papanya Andre. Mulutnya langsung melumat buas bibir Fadly, ajudannya yang ganteng dan gagah itu.

Fadly kembali melanjutkan genjotannya. Papanya Andre kembali mengerang-erang. Andre hanya bisa bengong melihat pertunjukan itu. Dan bengong mendengar percakapan papanya dan Mas Fadly. Ia tak pernah menduga akan menyaksikan hal seperti ini. Kemarin ia merasa kecewa pada mamanya yang berselingkuh. Namun melihat apa yang dilakukan papanya Andre tak tahu apakah masih perlu ia kecewa pada mamanya. Bukankah apa yang dilakukan papanya saat ini sama saja bahkan lebih bejat?

Andre kembali ke kamarnya. Dengan langkah perlahan-lahan ia meninggalkan mobil tempat papanya yang terus memacu birahi bersama ajudannya yang ganteng itu. Bukan hanya mamanya saja yang rupanya menggarap kedua ajudan itu. Papanya ternyata sama buasnya.

Akhirnya terjawab sudah pertanyaan yang selama ini ada dibenaknya. Mengapa ia bisa menikmati hubungan sex baik dengan cewek atau cowok. Agaknya ia membawa sifat bawaan dari sang papa. Tiba-tiba pikiran liar muncul dibenaknya, jangan-jangan mamanya juga menikmati hubungan sejenis dengan sesama perempuan alias lesbian.

Kepala Andre pusing. “Malam jahanam!” Umpatnya dalam hati. Melihat perbuatan bejat sang papa dengan ajudan itu, kebencian pada sang papa menghinggapi benak Andre saat itu juga. Rasa hormatnya langsung lenyap. Papanya ternyata rusak. Andre tak tahu harus berbuat apa saat itu.

Sementara itu, didalam mobil sedan dinasnya, sang papa masih terus bergumul, memacu birahi dengan Mas Fadly. Papa Andre bersimpuh diatas kursi belakang mobil. Tubuhnya melengkung ke depan. Lengannya bersandar pada sandaran kursi. Dibelakangnya Fadly masih tetap bersimpuh. Tubuhnya turut melengkung mengikuti tubuh Papa Andre. Tangannya memeluk pinggang Papa Andre yang ramping. Pantatnya bergerak-gerak keras, menghentak-hentak, menyodomi bokong Papa Andre. Bibirnya sibuk mencium dan melumat leher serta punggung Pak Dirjen yang ganteng itu membuat Papa Andre mengerang-erang keenakan.

Tubuh keduanya basah bersimbah keringat. Untunglah AC mobil itu sangat dingin sehingga keduanya tetap merasakan nyaman didalam ruangan sempit yang tertutup rapat itu.

“Fadhhh… oh Fadhhh… sayah mau keluarrr nihgghhh… ahhhh…,” racau Papa Andre.

“Keluarin ajah pakh.. keluarinhh… sini saya bantuinhh ohh….,” sahut Fadly. Jemarinya segera mengocok kontol Papa Andre yang mengacung keras. Sementara pantatnya tak berhenti bergerak cepat.

“Ohhh… ohh…. keluarghhh.. ohh… ohh… ohh… yeshhh…. ahh…. ooohhhhhhhhhhh……..,”

Crott.. crottt… crott… crottt… crottt…

Sperma Papa Andre menyembur deras membasahi tempat duduk mobil. Tubuh sang dirjen berkElojotan. Buah pantatnya mengempot-ngempot. Tentu saja ini menimbulkan pengaruh pada Fadly. Kontolnya dirasakannya seperti dicengkeram dengan kuat. Nafas Fadly tersengal-sengal. Ia tak mampu lagi menahan orgasmenya. Kontolnya berkedut-kedut. Spermanya dirasakannnya mulai bergerak hendak keluar.

“Ohhh… Pakhhh… saya mau nyampehh.. jugahh.. ahhh… ahhh… ahhh…. ahhhhhhhh…,” racau Fadly. Pantatnya menghentak kuat untuk kemudian ditekannya keras-keras menempel rapat di buah pantat Papa Andre. Kontolnya melesak dalam-dalam ke lobang pantat Papa Andre. Kalau seandainya memungkinkan buah pelirnya juga ikut masuk menerobos celah sempit itu. Kontolnya membesar. Dari lobang kencingnya menyemprot sperma memenuhi rongga lobang pantat Papa Andre. Fadly kElojotan. Papa Andre juga kElojotan merasakan semburan cairan kental milik Fadly yang membasahi rongga lobang pantatnya.

Keduanya terdiam dengan nafas tersengal-sengal. Mereka menikmati orgasme yang baru saja meraka rasakan. Sungguh sangat nikmat rasanya. Ruangan sempit itu segera menyebarkan aroma sperma. Tiga menit berlalu, keduanya masih terdiam. Hanya dengusan nafas mereka saja yang terdengar keras. Fadly menciumi punggung Papa Andre yang basah dengan lembut. Kontolnya dirasakannya mulai mengecil di dalam lobang pantat Papa Andre. Bisa dirasakannya cairan spermanya mengalir ke luar celah lobang pantat Papa Andre.

Perlahan-lahan keduanya mulai bergerak. Menjatuhkan tubuh mereka bersandar pada kursi. Mereka duduk rapat bersisian. Papa Andre menyandarkan kepalanya di dada bidang Fadly. Bibirnya mencium-cium lembut pada dada itu. sementara Fadly menciumi rambut kepala Papa Andre yang basah kuyup karena keringat.

“Aku tak pernah bisa mengerti Fadh, kenapa aku bisa sangat suka bersenggama dengan kamu. Padahal kita sama-sama laki-laki,” bisik Papa Andre, tangannya mengelus-elus dada Fadly yang basah.

“Tidak usah dipikirkan Pak. Kita nikmati saja. Toh ini cuman sekadar memuaskan nafsu saja kan. Bapak tetap memiliki istri yang Bapak cintai. Dan sayapun tetap punya kekasih yang saya cintai.

“Kamu pernah gak merasa bersalah pada kekasihmu saat menyenggamai aku Fad? Pernah gak?”

“Enggak juga sih Pak. Biasa aja. Abis saya sudah biasa melakukan hal ini sejak kuliah di STPDN dulu kok pak. Bapak merasa bersalah pada ibu ya?” tanya Fadly.

“Kadang iya Fadh. Aku merasa seperti mengkhianatinya,”

“Kenapa begitu Pak?”               

“Soalnya aku sangat menikmati bersenggama denganmu atau dengan Dharma,”

“Bapak kan tetap bisa menyenggamai ibu dengan baik kan?”         

“Iya sih, tapi…,”

“Tidak usah terlalu dipikirkan Pak. Ibu kan tidak tahu. Selama Ibu tetap bisa enjoy bersenggama dengan Bapak, ya biasa ajalah,”

“Tapi aku sudah menyelingkuhinya Fadh. Sementara setahuku istriku itu sangat setia. Tak pernah berselingkuh. Ia sangat taat Fad,”

“Begitu ya Pak,” Fadly tersenyum sinis mendengar kata-kata Papa Andre barusan. Ia dan temannya Dharma sangat mengetahui bagaimana binalnya istri atasannya itu. Tanpa sepengetahuan Papa Andre, ia dan Dharma sudah sering menyenggamai mamanya Andre itu. Tapi tentu saja hal itu tak akan diungkapkannya pada atasannya ini. Kalau disampaikan, bakal rugi sendiri. “Kalau begitu Bapak jangan bersenggama dengan saya lagi, atau dengan Dharma, atau dengan Vina, atau dengan Leny, atau dengan…,”

“Sssssttt…..,” Papa Andre menutup mulut Fadly dengan jarinya. Ia tak mau Fadly melanjutkan kata-katanya lagi. “Aku gak bisa Fad. Habisnya enak banget sih bersenggama,” katanya tersenyum nakal.

“Makanya. Enggak usah dipikirin deh,” kata Fadly tersenyum nakal. “Nikmatin aja selagi bisa,”

“Kamu nakal ya Fadh. Sama nakalnya dengan Dharma temanmu itu,”

“Nakalnya kan juga karena diajarin Bapak,” goda Fadly. Jemarinya memain-mainkan pentil dada Papa Andre.

“Abisnya siapa suruh kalian ganteng begini. Membuat saya tergoda,”       

“Waktu Mas Tommy dan Mas Fajar jadi ajudan Bapak saat menjabat direktur dulu Bapak kerjain juga dong,”

“Hehehe. Itu er ha es. Kamu jangan mancing-mancing ya,”              

“Tapi mereka udah enak ya. Sekarang udah jadi Camat,”

“Kamu mau juga dikasih jabatan Fad?”

“Siapa yang gak mau Pak? Terus-terusan jadi ajudan kan bosen. Kalau atasannya ganteng kayak Bapak sih gak apa-apa. Tapi kalo jelek kan gak asik,” Fadly ngegombal, padahal buntutnya cuman supaya dapat jabatan doang. Tangan ajudan ganteng itu semakin hot memain-mainkan pentil Papa Andre.

“Dasar kamu. Makanya kamu kawin dulu deh. Entar saya usulin jadi Camat atau dapat jabatan di Kantor Walikota atau dimana deh. Gak mungkin saya gak ngebalas kebaikan kalian ke saya,”

“Terima kasih Pak. Mungkin tahun ini saya akan nikahin Widya Pak,”

“Gitu ya. Kalau gitu saya harus siap-siap cari ajudan baru lagi nih,”

“Yang masih muda dan ganteng ya Pak?”

“Hehehe. Tau aja kamu selera saya,”

“Eh. Apaan nih. Kok udah keras lagi sih Pak?” tanya Fadly saat jemarinya menyentuh kontol Papa Andre.

“Hehehe. Dia kan bElon ngerasain dubur kamu Fadh. Makanya keras begitu. Udah gak sabar nih,”

“Mau lanjut lagi nih. Ayo. Siapa takut?” Fadly segera bangkit dari duduknya. Ia segera bersiap-siap menduduki Papa Andre.

“Gak usah disini deh. Di luar aja yuk,” ajak Papa Andre. Dibukanya pintu mobil, kemudian tangannya menarik tangan Fadly. Keduanya segera ke luar dari dalam mobil.

“Pintu belum kamu kunci Fad?” tanya Papa Andre.

“Abisnya Bapak tadi langsung main tarik aja sih. Mana sempat saya ngunci pintu,”

“Kunci dulu deh sana,”         

Dengan tubuh masih telanjang bulat Fadly menuju ke arah pintu yang terbuka. Dikucinya pintu kemudian melangkah menuju Papa Andre. Kontolnya yang setengah tegak mengayun-ayun ke kiri dan ke kanan saat melangkah. Papa Andre berdiri di sebelah mobil dinasnya. Matanya menatap pemuda ganteng itu dengan berselera. Jemarinya mengocok-ngocok kontolnya sehingga semakin keras. Saat Fadly sudah berdiri sangat dekat dengannya segera dipeluknya tubuh pemuda itu. Diciuminya bibir Fadly sambil menggesek-gesekkan tubuhnya. Kontol mereka saling bergesekan.

“Ouhhh…….,” desah keduanya.                   

“Bapak pengen masukin saya?” tanya Fadly diantara lumatan mereka.

“Iyahhh..,”

“Sekarang?”

“Entar. Hisap dulu dong kontol saya,”

“Bapak pengen saya isap?”

“He eh..,”

Fadly segera berjongkok di antara selangkangan Papa Andre. Wajahnya tepat berhadapan dengan kontol Papa Andre yang tegak. Gemuk besar berurat-urat. Pangkalnya lebat dengan jembut tebal yang berbulu halus. Tangannya langsung menggenggam kontol besar kemerahan milik atasannya itu. Lidahnya dileletkan. Ujung lidahnya mulai mengoles kepala kontol yang bak jamur itu. Bulat kemerahan. Papa Andre mengerang. Fadly memulai sesi isap kontol pada atasannya.

Wajah Fadly bergerak maju mundur. Kontol Papa Andre ke luar masuk mulutnya. Lidah sang ajudan ganteng menyapu seluruh batang kontol itu. Pantat Papa Andre bergoyang-goyang. Sementara jemarinya meremas-remas rambut Fadly. Suara erangannya terdengar keras.

Fadly mengulum. Menjilat. Mengisap keras. Mulutnya mengeluarkan suara-suara berkecipak. Ludahnya melumuri batang kontol Papa Andre. Sesekali wajahnya mendongak ke atas. Memandangi wajah ganteng Papa Andre yang sedang menunjukkan ekspresi keenakan. Mata terpejam dengan bibir bawah digigit.

“Hmmmm eunakk Pakhh… mhmmmm..,” tanya Fadly dengan mulut berisi kontol.

“Enakhh…………, ufff… sshhh… enak Fadhh…,”

Setelah puas di oral, Papa Andre menarik tubuh Fadly untuk berdiri. Mulutnya segera menyerbu mulut ajudannya yang masih belepotan ludah itu. Dilumatnya bibir Fadly. Ludah Fadly diisapnya kemudian ditelannya. Lidah mereka berperang dengan dahsyat.

Kemudian didorongnya tubuh Fadly ke arah belakang mobil. Pemuda ganteng itu disuruhnya berdiri sedikit membungkuk dengan tangan menopang pada bagasi mobil. Paha Fadly direnggangkannya. Papa Andre kemudian berjongkok di belakang Fadly. Buah pantat Fadly dilebarkannya dengan tangan. Celah pantat Fadly yang kemerahan dapat dilihatnya dengan jelas. Bentuknya berupa lobang sempit yang berkeriput. Dengan bulu-bulu halus mengelilinginya. Mirip memek tapi ini lebih sempit. Tanpa merasa jijik Papa Andre segera menjilat lobang sempit itu. Meludahinya untuk kemudian menjilatnya lagi.

Ujung lidahnya disusupkannya ke dalam celah sempit itu. Kemudian ia menggerakkan kepalanya maju mundur membuat lidahnya menyodok-nyodok celah itu. Fadly mengerang. Pantatnya bergoyang perlahan. “Ohhhh Pakhhh… Pakkk… yahhhh… ohhhh….. ooohhhhhhh……,” erangnya.

Papa Andre sangat bernafsu melakukan rimming di pantat Fadly. Tangannya sibuk melebarkan celah pantat itu sehingga lorong lobang pantat Fadly yang berwarna gelap dapat di lihatnya.
Sesekali dua jarinya menggantikan lidahnya menyodok-nyodok lobang pantat itu. Fadly menggeliat.

Setelah merasa puas mengerjai pantat Fadly dengan mulut, Papa Andre berdiri. Tubuhnya menghimpit tubuh ajudannya. Dipeluknya pinggang Fadly. Selangkangannya digesekkannya pada buah pantat Fadly. Kemudian tangannya meraba-raba dada bidang dan perut Fadly yang rata dan berkotak-kotak. Mulutnya menciumi punggung, leher, telinga dan pipi Fadly.

Fadly menolehkan wajahnya ke samping. Kemudian kedua pria itu berciuman. Sembari berciuman tangan Papa Andre menggenggam kontolnya kemudian mengarahkannya untuk memasuki lobang pantat Fadly. Meski dilakukan secara perlahan dan penuh kelembutan tetap saja prosesi memasukkan kontol dalam lobang pantat itu membuat Fadly bergetar. Gesekan daging gemuk batang kontol Papa Andre saat memasuki lobang pantatnya terasa menimbulkan rasa yang luar biasa. Nikmat.

Papa Andre tak menemukan kesulitan saat melakukan penetrasi. Kontolnya sudah sangat mengenal celah sempit milik ajudannya itu. Tak memakan waktu lama seluruh batang kontolnya sudah ditelan oleh lobang pantat Fadly. Hangat dan lembab. Jembutnya menggelitik kulit pantat Fadly.

Papa Andre memulai goyangan pantatnya. Tarik sorong kontolnya dalam lobang pantat itu diawali dengan gerakan yang lembut. Suara ketepok pantat terdengar perlahan. Gerak perlahan pantat ini hanya sebentar. Tak sampai lima menit keduanya sudah bergerak berbalasan dengan cepat dan keras. Menghentak-hentak. Suara ketepok pantat terdengar nyaring.

Keringat mulai mengucur deras. Wajah keduanya memerah, menyeringai dalam deru pacuan birahi yang binal. Lima menit. Sepuluh menit. Waktu berlalu tak terasa. Keduanya terus bergoyang-goyang. Tak henti. Tak kenal lelah.

Berkali-kali sudah Papa Andre menyodomi Fadly. Namun tetap saja ia tak pernah merasa puas merengkuh kenikmatan dari celah sempit milik ajudannya itu. Kontolnya tetap saja nagih minta dipuaskan oleh lobang sempit itu.Lobang yang unik, yang memiliki fungsi ganda. Tidak hanya sekadar sebagai saluran pembuangan kotoran, namun juga dapat memberikan kenikmatan sex yang tiada tara bagi kontol-kontol yang menerobos dan menggoceknya.

“Ergghhhh… erghhhh…. erghhhh…,” Papa Andre menggeram-geram. Seperti kesetanan ia menggenjot semakin cepat dan tidak beraturan. Orgasmenya akan segera tiba rupanya. Tiba-tiba ditariknya tubuh Fadly untuk mengikutinya duduk dilantai. Pinggang ramping ajudannya itu dicengkeramnya kuat-kuat. Tanggannya memaksa goyangan pantat sang ajudan untuk naik turun dengan semakin cepat dan keras. Ketepak, ketepok, ketepak, ketepok. Bunyi pertemuan pantat Fadly dengan selangkangan atasannya itu. Tangan Fadly mengocok kontolnya sendiri dengan cepat.

“Ooooohhhhhhhh…. oooohhhhhhh….. ohhhhhhhhh…….,” erang Papa Andre kuat-kuat. Suaranya memenuhi garasi. Tubuhnya berkElojotan. Mulutnya mencium punggung ajudannya dengan kuat. Pantat sang ajudan ditekannya keras ke bawah. Kontol Papa Andre terbenam dalam di lobang pantat itu. Beberapa detik kemudian kontol Papa Andre berkedut-kedut. Dari lobang kencingnya muncrat sperma kentalnya. Membasahi lobang pantat Fadly.

Ajudan ganteng itu membelalakkan matanya. Semprotan sperma atasannya terasa seperti menembak usus halusnya. Pantatnya menekan kuat. Mulutnya mengerang, dari kontolnya menyembur spermanya. Semburan yang keras dan kuat. Sperma itu seperti mElompat dan jatuh menempel di bagasi mobil yang tepat di hadapan Fadly.

“Hohh.. hohhh…. hohh… hohhh…,” nafas keduanya tersengal-sengal. Dada mereka bergerak-gerak cepat. Selanjutnya kedua tubuh kekar itu roboh ke lantai. Berbaring telentang dengan nafas masih tersengal-sengal. Keduanya saling memandang dan tersenyum menyeringai, penuh kepuasan.


Serial Andre dan Calvin part 09 : Malam Jahanam. There are any Serial Andre dan Calvin part 09 : Malam Jahanam in here.