Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.
Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.
Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.
Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.
Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.
Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.
"Lho koq lewat sini Pak?", tanya Riska.
"Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup", bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.
Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.
"Lho kenapa masuk sini Pak?", tanya Riska.
"Hujan..", jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.
Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.
"Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..", ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.
"A.. Apa maksudnya Pak?", tanya Riska sambil terbengong-bengong.
"Non cantik, kamu mau ini?" Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.
"J.. Jaangan Pak.. Jangann.." pinta Riska dengan wajah yang memucat.
Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.
"Ampunn Pak.. Jangan Pak..", Riska mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.
Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.
"Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..", Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.
Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.
"Iihh..", pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.
Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan 'pembuka' ini. Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.
"Cep.. Cep.. Cep..", terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno.
Puas dengan adegan 'pembuka' ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.
Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.
"Eemmgghh.. Mmpphh..", Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis itu.
"Oohh.. Eenngghh..", Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.
Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.
"Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu", bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.
Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.
"Hmmphh..", Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.
"Akhh.." sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.
Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.
Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..
"Aakkhh..", Parno melengking, croot.. croott.. crroott..
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.
"Ahh", sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.
Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.
"Sudah Pak.. Sudahh.." Riska menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk 'bernego' dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.
Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.
Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.
Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.
"Aakkhh..", Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.
Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.
"Aaiihh..", Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.
"Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh.." Parno mendesis nikmat.
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.
"Oohh.. Oogghh.. Oohh..", Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.
Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.
"Aahh.." Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.
Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.
Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya. Namaku Mei Ling, aku adalah seorang mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi terkemuka yang berada di daerah Jakarta Pusat yang pada masa-masa awal demokrasi terkenal sebagai pusat demonstrasi dan berbagai tragedi politik. Namun sebaiknya lupakan saja masalah itu, selain karena aku tidak pernah ikut kegiatan tersebut, aku juga lebih tertarik dengan urusan kuliah dan cowo ketimbang masalah politik.
Secara fisik aku adalah gadis yang menarik dengan tinggi tubuh sekitar 175 cm, langsing dan seksi (karena rajin ikut senam dan fitness), berwajah lonjong dan berparas melankolis, berambut hitam legam panjang lurus sebahu (ciri khas wanita chinese) serta berkulit putih mulus tanpa cacat sedikit pun dengan puting payudara berwarna merah jambu dan bulu kemaluan tipis agak jarang. Kejadian ini bermula ketika aku baru saja usai pulang dari ruang baca skripsi (tempat kumpulan skripsi alumni) perpustakaan setelah selesai menyusun beberapa bab skripsi yang harus kuperbaiki tatkala siang tadi usai menghadap dosen pembimbing skripsiku. Saat itu keadaan sudah gelap (pukul 19.00) dan kantin pun sudah tutup, praktis tidak ada lagi mahasiswa yang nongkrong di kantin dan kalaupun ada hanya sebagian kecil saja sehingga aku pun memutuskan untuk langsung menuju ke lapangan parkir khusus mahasiswa yang berada disamping kampus.
Tempat parkir sudah agak sepi, hanya tersisa beberapa mobil saja milik mahasiswa S2 ataupun S1 yang kebetulan masih ada jadwal kuliah malam. Kebetulan mobilku tadi siang mendapat tempat parkir agak jauh ke sudut lapangan parkir. Lapangan parkir itu sendiri sebenarnya adalah tanah kosong yang ditimbun oleh batu dan pasir serta dikelilingi oleh pagar seng yang tertutup rapat sehingga tidak dapat dilihat oleh orang dari luar. Mobilku adalah Suzuki Escudo berwarna gelap keluaran terakhir yang kebetulan sempat dibeli oleh Papaku sebelum krismon berawal. Di jajaran mobil yang parkir terlihat hanya ada tinggal 3 mobil lagi yakni satu Toyota kijang berwarna biru gelap dan satu Panther long chassis berwarna hijau gelap serta sebuah Feroza berwarna hitam dimana posisi ketiganya adalah tepat mengelilingi mobilku. Feroza ada tepat dipojok lapangan parkir yang berarti berada tepat di sebelah kiri mobilku, sedangkan Kijang ada di sebelah kanan dan Panther tersebut ada di depan mobilku dengan posisi parkir paralel sehingga menghalangi mobilku keluar. Aku terus terang agak kesal karena selain sudah lelah dan banyak masalah sehubungan dengan skripsiku, eh.., ternyata malam-malam begini masih harus mendorong mobil lagi.
Aku berjalan sedikit setelah sebelumnya meletakkan tas dan buku serta diktat beserta bahan skripsi di mobil, aku melihat-lihat kalau-kalau masih ada tukang parkir atau satpam di gerbang masuk parkiran yang tidak seberapa jauh. Sebab gerbang keluar parkiran sangat jauh letaknya dari posisi mobilku. Ternyata gerbang masuk telah tertutup dan dirantai sehingga untuk mencari orang aku harus menuju ke gerbang keluar. Karena agak malas jalan aku pun terpaksa kembali ke mobil dan berinisiatif mendorong Panther tersebut sendirian. Dengan agak bingung aku letakkan telapak tangan kiriku di belakang mobil tersebut sementara tangan kanan di sisi kanan mobil. Ternyata Panther tersebut tidak bergerak sama sekali. Aku curiga jangan-jangan pemiliknya telah memasang rem tangan sebelumnya. Karena itu aku berniat mengempiskan ban mobil sialan itu. Saat sedang asyik berjongkok dan mencari posisi pentil ban belakang sebelah kanan Panther tersebut, mendadak aku merasakan kehadiran orang di dekatku, tatkala aku menoleh ternyata orang tersebut adalah Lexy teman sekampusku yang sebelumnya sudah lulus namun pernah satu kelas denganku di MKDU.
Lexy adalah seorang pria kelahiran Sumatera berbadan hitam tinggi besar (185 cm/90 kg), dengan perut buncit, berwajah jelek (mukanya terus terang hancur banget penuh parut karena bekas jerawat) dengan gigi agak tonggos dan kepala peyang serta bermata jereng keluar. Tak heran kalau banyak gadis-gadis sering menjadikannya bahan olok-olokan dalam canda mereka karena keburukan wajahnya namun tanpa sepengetahuannya, sebab selain wajah Lexy sangat sangar, dia juga dikenal berkawan dengan banyak pentolan kampus dan juga kabarnya memiliki ilmu hitam. Namun dia juga dikenal sangat pede, dan itulah yang menjadikannya olok-olokan bagi para gadis karena dia tidak pernah malu-malu menatap wanita cantik yang disukainya dengan berlama-lama.
Terus terang jantungku agak berdegup karena perasaanku merasa tidak enak, terutama karena aku mengetahui bahwa Lexy selama ini sering menatapku berlama-lama dan caranya menatapku terasa sangat menelanjangi, seolah-olah ingin memperkosaku. Namun aku berusaha bersikap tenang agar tidak menimbulkan akibat buruk karena menurut teman-teman, jika kita terlihat tenang maka lawan kita cenderung ragu untuk berniat jahat. Namun ternyata Lexy tidak berbuat apa-apa dan hanya berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Ling?", "Ehh.., ngg.., anu.., ini mobil sialan diparkir begini, mana susah lagi dorongnya", sahutku agak canggung. "Mari saya bantu, kamu pegang samping kanan ini yach", ujar Lexy memberi aba-aba agar aku berada dibelakang samping kanan Panther sialan itu. Tatkala aku sedang dalam posisi siap mendorong dari arah kiri, kutengokkan kepala ke arah kiri, ternyata Lexy tidak berada pada posisi belakang mobil itu melainkan berada tepat di belakangku dan tangannya dengan cepat telah berada di atas tanganku dan jemarinya telah meremas jemariku dengan lembut, mesra namun kuat. "Ehh .. apa-apaan nih Lex?", ujarku panik. Namun Lexy dengan tenang dan lembut malah menghembuskan nafasnya di balik telingaku dan membisikkan sesuatu yang tidak jelas (mungkin sejenis mantera) lalu menambahkan "Aku mencintaimu Mei Ling", ujarnya lembut. Mendadak aku merasa lemas, namun aku masih sempat berucap "Lepaskan aku Lex, kamu ini udah gila kali?", ujarku lemah. Tapi aku semakin tak berdaya melawan hembusan lembut di belakang telingaku dan kecupan mesranya di belakang leherku tepatnya di bulu-bulu halus tengkukku. Nampaknya Lexy menggunakan sejenis pelet tingkat tinggi yang mampu membuatku tak berdaya dan hanya bisa pasrah menikmati tiap cumbuannya.
Makin lama cumbuan Lexy semakin hebat dan herannya aku yang biasanya sangat jijik kepadanya seperti terbangkitkan gairah birahiku, apalagi Lexy tidak hanya mencium pundak, tengkuk dan telingaku saja, namun tangannya juga telah mulai bermain mengusap-usap daerah terlarang milikku. Yah, tangan kiri Lexy telah mengeluarkan kemejaku dari balik celana jeans yang kukenakan dan masuk ke balik celanaku hingga menembus celana dalamku dan mengusap-usap dengan lembut bukit kemaluanku. Aku hanya bisa mendesah lemah dan mulai merasakan rangsangan yang demikian kuat. Mendadak Lexy menarik dan membimbingku ke arah mobilku dan tangannya menarik pintu belakang sebelah kanan mobilku yang memang tidak sempat kukunci. Lantas ia merebahkanku di jok tengah Escudo milikku dan merebahkan sandarannya. Kemudian ia mendorong tubuhku ke dalam dan menekuk kakiku hingga posisi kakiku terlipat ke atas sehingga dengan mudahnya kemaluanku terkuak dan pahaku miring ke samping. Lantas dengan segera Lexy menutup pintu dan mengambil kunci mobilku serta menguncinya dari dalam melalui central lock di pintu depan.
Aku semakin tidak berdaya dengan usapannya di kemaluanku apalagi dia telah membuka kancing, gesper dan ritsluiting celana jeansku dan tangannya telah menarik turun celana dalamku. Kemudian Lexy menarik dengan cepat celana jeansku lalu kemudian menarik lagi celana dalamku hingga terlepas semuanya. Aku selama itu hanya bisa pasrah lemas tidak tahu mengapa, mungkin akibat mantera miliknya yang begitu dahsyat. Mungkin juga karena diriku telah dilanda birahi yang sangat hebat karena terus terang, aku memang begitu mudah terangsang sehingga itu pula yang menyebabkan aku telah kehilangan keperawanan di tangan mantan kekasihku di awal masuk kuliah dulu. Namun di luar itu semua yang kurasakan adalah kenikmatan yang teramat sangat karena selanjutnya bukan lagi jemari Lexy yang bermain pada permukaan kemaluan dan klitoris serta pada daerah G-Spot milikku, namun kini justru giliran lidahnya bermain-main di sana dengan kemahiran yang sangat luar biasa jauh daripada yang mampu dilakukan oleh mantan kekasihku. Sehingga tanpa kusadari, aku justru mencengkeram kepala Lexy dan menekannya ke arah kemaluanku agar rangsangan yang kuterima semakin kuat.
Namun rupanya Lexy bukan sembarang pria jantan biasa, tampaknya ia begitu mahir atau justru tengah dikuasai oleh hawa nafsu iblis percabulan (kudengar orang-orang pemilik ilmu hitam, hawa nafsunya adalah murni hawa nafsu iblis) sehingga ia bukan saja memainkan lidahnya ke sekitar klitoris dan daerah G-Spot milikku, namun juga mulutnya mampu menghisap dan lidahnya memilin-milin klitorisku sehingga tanpa kusadari aku semakin diamuk birahi dan memajukan kemaluanku sampai menempel ketat di wajahnya. Dan sungguh mengejutkan, tiba-tiba desakan kenikmatan melanda seluruh diriku, membuat badanku terlonjak-lonjak akibat perasaan nikmat yang dahsyat yang melingkupi diriku, perasaanku seakan melayang-layang dan denyutan-denyutan nikmat terasa pada bagian dalam kemaluanku. Aku mengalami orgasme untuk pertama kalinya hanya dengan oral sex dari seorang pria, padahal mantan kekasihku hanya mampu membuatku orgasme setelah mengkombinasikan oral sex dengan persetubuhan dan itu memakan waktu yang cukup lama. Tubuhku terus mengejan dengan kuat dan kurasakan vaginaku sangat basah dan aku serasa melayang diawang-awang dengan pahaku yang membekap erat wajah dan kepala Lexy.
Beberapa saat kemudian kurasakan tangan Lexy membelai lembut pahaku dan membukanya dengan lembut namun kuat (sebenarnya sejak aku mengalami orgasme akibat dioral oleh Lexy, aku sudah menganggap lembut segala perlakuannya mungkin karena sudah pasrah dan dibuat puas kali). Dan aku hanya bisa menatapnya dengan sayu yg sungguh kali ini bukan tatapan sayu bohong-bohongan seperti yg dilakukan teman-temanku kalau lagi berusaha memikat cowo idamannya namun aku menatap demikian akibat pengaruh orgasme dan rasa lemas namun nikmat yang masih terasa melanda sekujur tubuhku. Saat itu kuperhatikan bahwa Lexy pun mulai membuka kemeja lengan pendeknya dan tanpa kusadari akupun ikut melucuti kaos singlet miliknya serta membantunya membukakan ritsluiting celananya yang dengan sigap diikuti oleh gerakan cepat dari tangan Lexy yang langsung menurunkan celana luar beserta celana dalamnya.
Aku terus terang sungguh sangat terkejut melihat "senjata kejantanan" milik Lexy yang sangat besar dan panjang berwarna coklat agak gelap dengan diameter yang terus terang akupun agak ngeri untuk memegangnya. Terus terang aku sempat berfikir kemaluanku bakal terasa sakit seandainya dia benar-benar menyetubuhiku, namun ternyata itu semua hanyalah khayalanku belaka, karena Lexy tidak langsung menghunjamkan "rudal"-nya itu ke dalam kemaluanku namun layaknya seorang gentleman ia mengusap-usap dulu kemaluanku yang sudah basah itu dengan ujung kemaluannya hingga aku kegelian dan terangsang kembali dan dengan dibantu oleh jari-jari Lexy yang juga bermain didaerah G-Spot-ku serta diclitorisku akupun dibuat semakin becek dan siap untuk dimasuki. Dan ketika aku mulai semakin mendeash-desah, Lexy pun dengan sigap memasukan batangannya ke dalam lubang kemaluanku namun tidak semuanya hanya sebagian ujungnya saja (bagian apa ya namanya, palkon kali ya?) Setelah itu karena dilihatnya aku agak sedikit meringis (terus terang saat itu agak terasa sedikit sakit selain karena aku sudah lama tidak bersenggama sejak putus dari mantanku, juga karena ukuran Lexy yang agak besar) Lexy diam sejenak, setelah dilihatnya ekspresi wajahku sudah normal kembali, ia pun mulai bergoyang memaju-mundurkan senjatanya namun dengan sedikit demi sedikit, jadi tidak langsung amblas main tancap seperti yang dilakukan oleh mantan kekasihku.
Aku pun mulai merasakan sedikit nyaman dengan ukuran "senjata" Lexy dan perlahan-lahan kembali terangsang dan dapat menikmatinya. Namun harus kuakui Lexy ternyata benar-benar seorang pria yang sangat gentle dan juga jantan, ia tidak saja begitu lembut "memerkosa" diriku namun juga sangat memperhatikan kenyamanan dan kepuasanku, bagaimana tidak, jika dibandingkan dengan mantan pacarku yang pernah tidur denganku, Lexy seperti-nya sungguh mengerti keinginanku. Ia tidak saja perlahan-lahan dan dengan penuh kelembutan "memerkosa" diriku namun juga aktif membantu merangsang diriku hingga aku benar-benar sangat terangsang sehingga walaupun ukuran kejantanannya menurutku sangat menyeramkan, namun aku tidak merasa sakit dan dapat menikmatinya.
Seiring semakin terangsangnya diriku, Lexy pun perlahan-lahan mulai semakin dalam menancapkan kemaluannya. Akupun semakin lama semakin horny dan semakin tidak kuat lagi menahan desakan kenikmatan yang makin memuncak dan semakin tidak tertahankan itu. Hingga akhirnya merasa menyentuh awang-awang dan merasakan kenikmatan yang sungguh tidak pernah kualami sebelumnya dengan para kekasihku, tanpa sadar aku melenguh keras "Oooahh.., Lexyy..", dan akupun meremas kuat belakang kepalanya dan menjepit erat pinggangnya dengan kedua paha dan kaki sekuat-kuatnya dan juga mengangkat pinggulku hingga kemaluanku berhimpit kuat dengan kemaluannya dan yang masih kuingat adalah saat itu diriku terasa basah dan nikmat sekali. Basah baik pada lubang kemaluanku maupun sekujur tubuhku yang penuh oleh peluh keringatku maupun keringat dan cairan liur Lexy (ia sangat aktif menjilati sekujur tubuhku baik leher hingga ke payudaraku). Dan selanjutnya akupun terbaring lemas tak berdaya, namun Lexy tidak meneruskan perbuatannya walaupun ia belum mencapai orgasme, tapi justru beristirahat sambil menunggu diriku siap kembali sungguh ia laki-laki yang tahu diri tidak egois seperti pria-pria lainnya walaupun sebagai orang yang sedang memperkosaku ia sebenarnya punya "hak" berbuat sesukanya tapi ternyata bisa dibilang ia adalah "pemerkosa yang baik hati" yang pernah singgah dalam hidupku.
Setelah beristirahat sejenak dan melihat kondisiku yang sudah agak pulih, Lexy mulai meneruskan aksinya yang tertunda tadi. Pada babak berikut ini, gaya permainannya diubah, sekarang ia melakukan serangan dengan tehnik "Total Foot Ball. Gaya serangannya menggebu-gebu dan tekanan-tekanan penisnya benar-benar mengarah pada sasaran-sasaran strategis pada liang kemaluanku. Setiap kali Lexy menancapkan penisnya yang besar itu kedalam lubang kemaluanku, maka tekanan penisnya menarik seluruh bibir kemaluanku melesak kedalam, sehingga klitorisku pun ikut tertekan masuk dan tergesek-gesek dengan batang penisnya yang dilingkari oleh urat-urat menonjol. Hal ini membuatku menggelinjang-gelinjang nikmat, "Aaagghh.., aadduuhh.., Leexx.., peellann-peellann.., doongg..!", akan tetapi kali ini Lexy tidak mengurangi serangan-serangannya, tempo permainannya malah ditingkatkan, semakin aku menggeliat-geliat, semakin menggebu-gebu Lexy memompakan kemaluannya ke dalam liang vaginaku.
Kali ini aku benar-benar dipermainkan habis-habisan oleh Lexy. Perasaan nikmat dan rasa geli telah merambat dari daerah bagian bawah badan keseluruh tubuhku, sehingga perasaanku serasa melayang-layang bagaikan layang-layang yang putus talinya, terbang melayang dipermainkan angin. Perasaan nikmat dan geli akhirnya tidak tertahan lagi dan, "..Leexx.., aakkuu.., aakkaann meelleedaakk.., aauugghh.., oohh..!!", dengan suatu desahan panjang disertai kedua pahaku mengejang dengan keras menjepit melingkari pantat Lexy, aku mencapai orgasme yang hebat dan pada saat bersamaan Lexy juga mencapai klimaksnya dan dengan pelukan yang sangat erat pada badanku, Lexy mendorong pantatnya kuat-kuat, menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga kemaluannya amblas keseluruhan ke dalam liang vaginaku, sambil meyemprotkan cairan kental hangat ke dalamnya. Semprotan demi semprotan kuat dari cairan hangat kental tersebut terasa memenuhi seluruh rongga-rongga di dalam relung vaginaku, menimbulkan perasaan sensasi yang datang bertubi-tubi melanda diriku, benar-benar suatu kenikmatan sempurna yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.
Kami berdua berpelukan erat-erat selama beberapa detik, sambil menghayati denyutan-denyutan pada kemaluan kami masing-masing. Setelah melewati puncak kenikmatan tersebut, maka kami terkapar dalam keadaan lemas sambil tetap berpelukan dengan erat. Dengan perlahan-lahan suatu kesadaran mulai merambati pikiranku, seperti awan yang ditiup angin, aku mulai menyadari apa yang sedang terjadi pada diriku. Kesadaranku mulai pulih secara perlahan-lahan dan menyadari bahwa aku baru saja melakukan persetubuhan yang seru dengan Lexy, orang yang selama ini aku anggap sebagai preman di kampus yang tidak pantas diajak sebagai seorang teman. Sambil masih telentang di atas jok mobil aku mencoba menganalisis mulai dari kejadian yang pertama, dan segera menyadari bahwa aku telah dikerjai Lexy dengan ilmu hitamnya. Menyadari itu, aku mencoba memberontak dan mendorong Lexy dari atas tubuhku, akan tetapi Lexy justru semakin kuat mendekapku, Lexy terus membujuk dan mengelus-elus seluruh tubuhku, sehingga tak berselang lama kemudian aku terlena lagi dan babak kedua "pemerkosaan" itu terjadi lagi, bahkan lebih seru dan lebih mengasyikan daripada sebelumnya. Aku benar-benar tidak peduli lagi, apakah ini disebabkan oleh ilmu hitam Lexy atau apapun, akan tetapi yang jelas ini suatu persetubuhan yang sangat mengasyikkan. Karena itu kulayani permainan Lexy kali ini bahkan dengan tidak kalah serunya.
Aku seorang laki-laki yang masih menganggur. Umurku 30 tahun, sebut saja namaku Zen (bukan nama sebenarnya). Begini ceritaku..
Setiap pagi di SMA itu selalu diadakan mata pelajaran Olahraga dan Kesehatan. Seperti lazimnya SMA yang lain, setiap mengadakannya pasti sebelumnya disertai pemanasan terlebih dahulu, dan pemanasan yang dimaksud di sini adalah lari pagi. Setiap kali siswi-siswi itu lari aku ajak menumpang di mobilku yang pickup itu (jadi muat banyak penumpang) dan mereka tidak pernah menolak bahkan mereka senang.
Lalu timbullah pikiran kotorku. Aku tahu bahwa ada cewek yang menurutku lumayan sporty, cantik, manis dan juga montok dibandingkan teman-temannya yang lain. Sebut saja Widya (bukan nama sebenarnya). Widya lumayan tinggi untuk gadis seumurnya, kulitnya bisa dikatakan sawo matang, tapi benar-benar terang dan keputih-putihan. Yang aku tahu Widya masih duduk di kelas 1 di SMA itu.
Aku benar-benar tidak tahan melihat penampilannya yang sporty dan seksi setiap kali dia kelelahan lari dengan jarak yang lumayan jauh itu, dia tampak sangat seksi dengan seragam kaus yang agak ketat, serta bagian bawahnya celana pendek sexy yang agak ketat juga. Aku melihat dengan penuh nafsu keringat yang membasahi menghiasi tubuhnya yang indah itu hingga terlihat agak tembus pandang.
Singkat cerita Widya aku bisiki, agar pada hari Jumat nanti yang merupakan jadwal kelas Widya untuk berolah raga, dia sengaja berlari sendiri jauh dari teman-temannya yang lain dengan alasan nanti akan kubelikan es sirup dan juga untuk mengerjai teman-temannya agar iri melihatnya naik mobil sambil meminum es sirup. Widya setuju saja karena dia pikir mungkin dengan begitu dia akan dapat mengerjai teman-temannya yang lain (padahal diam-diam aku yang akan mengerjainya habis-habisan).
Sehari sebelum hari H, aku menyiapkan tempat dan peralatan untuk siswi lugu ini di antaranya minuman energi, obat tidur, tali pramuka secukupnya, lakban, dan spons beserta sprei untuk kasur. Mobil pickup-ku pun sebelumnya aku persiapkan sedemikian rupa sehingga ruang tengah benar-benar pas untuk spons beserta spreinya.
Hari Jumat pun tiba. Pada pukul 05:30 WIB pun aku berangkat dari rumah dan menunggu mangsa yang satu ini. Kebetulan aku sudah mengetahui nomor HP-nya, sehingga aku tinggal missed call dia dari kejuhan dan dia langsung paham maksudku (agar dia tidak lupa dengan janjinya). Acara lari sudah dimulai dan tepat seperti dugaanku dia sudah berlari dengan mengurangi kecepatan untuk menjauh dari teman-temannya yang lain (tetapi larinya menurutku sudah telanjur terlalu jauh sekitar 1 km, mungkin ini dimaksudkannya untuk menghindari pengawasan gurunya dari belakang) dan dia juga sudah melihat mobilku dari kejauhan.
Aku langsung menghampiri dan mengajaknya masuk ke mobilku. Dia pun masuk ke mobilku tanpa basa-basi. Lalu aku memberinya es sirup yang telah kujanjikan kepadanya (yang tentunya sudah kuberi obat tidur secukupnya). Dia bahkan hanya melihat teman-temannya di depan yang mendahuluinya dan sama sekali tidak melihat ke belakang jika ada spon bersprei di sana, diapun saking hausnya langsung meneguk es sirup yang aku sebelumnya sudah campur dengan obat tidur tadi.
Dia benar-benar sudah keringatan karena kelelahan lari hingga semakin merangsangku untuk segera melumatnya. Keringatnya pun sudah tercetak di bajunya. Dia ingin agar aku segera mempercepat mobil dan menghampiri temantemannya untuk menggoda mereka, tapi aku menolaknya dengan alasan bahwa aku akan mengisi bensin dulu. Widya menurutinya karena di dekat sekolahnya memang ada tukang bensin pinggir jalan (sambil aku menunggu obat tidurnya bereaksi). Walau bensin mobilku sebenarnya belum habis tapi aku terpaksa menuju ke tukang bensin itu juga.
Aku turun tetapi bukannya membeli bensin (karena memang masih penuh) tetapi malah membeli koran yang aku baca-baca sebentar di luar mobil. Lalu aku membayar koran itu dan kemudian masuk kembali ke mobil. Aku dapati Widya sudah tertidur pulas, tapi rupanya dia masih sempat membuang bungkus es itu keluar mobil agar tidak mengotori lantai mobilku. Untung saja kepalanya tidak terantuk benda keras di depannya atau barang yang lain karena dia menempatkan tubuhnya di antara kursi depan dan pintu di sudut.
Aku pikir anak ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa hingga langsung saja aku telentangkan dia di tempat yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menyumpal mulutnya dengan lakban agar dia tidak bisa berteriak ketika tersadar nanti. Aku mulai menjalankan mobilku dengan kencang ke tempat yang benar-benar sepi dari keramaian dan agak rindang. Beruntung dia belum bangun. Aku pun melanjutkan dengan menelanjanginya, melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat tubuhnya benar-benar seksi untuk gadis seusianya dan kulitnya yang sawo matang namun agak keputih-putihan itu benar benar mulus juga mengkilat mungkin karena terlalu lelah lari tadi.
Kuteruskan membuka BH-nya dan aku melihat pemandangan dua gunung yang lumayan montok untuk gadis seusianya, payudaranya benar-benar kencang. Lalu aku teruskan untuk membuka CD-nya yang putih tipis itu dan aku mendapatkan pemandangan yang sungguh indah, sebuah vagina mungil dengan dihiasi bulu-bulu lembut yang tidak terlalu lebat. Batang kemaluanku sudah mulai tidak bisa diajak berkompromi, maka aku cepat-cepat membuka seluruh pakaiannya kecuali sepatu sportnya yang berkaus kaki putih itu karena aku pikir dengan begitu dia akan terlihat benar-benar cantik dan sangat merangsang untuk dinikmati. Lalu aku cepat-cepat mengikatnya dengan tali pramuka yang telah kupersiapkan sebelumnya.
Aku ikat kedua tangannya di belakang punggung dengan ikatan yang sangat rapat hingga kedua tangannya menyiku. HP miliknya kuletakkan di kursi depan karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Lalu terakhir aku memotretnya habis-habisan dengan HP berkameraku. Kupotret seluruh tubuhnya dari depan, lalu aku balikkan tubuhnya kemudian memotretnya dari belakang. Untuk sementara tugasku kali ini sudah selesai dan aku tinggal menunggunya sadar, tetapi dia belum sadar juga, padahal obat tidur yang kuberikan tidak terlalu banyak. Ah peduli apa, pikirku. Walau dia belum sadar juga tidak ada salahnya jika dicicil sedikit.
Aku mulai dari kedua payudaranya yang sejak tadi seakan menghipnotisku untuk terus menatapnya. Aku mulai menghisapnya dengan kasar, dan rasanya benar-benar lezat. Aku terus menghisap dan menjilati keduanya sambil sesekali aku gigit saking gemasnya. Dan sewaktu aku mengerjai kedua payudaranya dia sedikit demi sedikit mulai tersadar. Kemudian aku melihat ke arah jam tanganku yang menunjukkan pukul 08:15 WIB, berarti dia tadi tertidur sekitar 1 jam lebih.
Mata Widya langsung terbelalak keheranan karena begitu bangun dia langsung mendapatkan dirinya terikat tanpa pakaian di dalam mobil. Dia mencoba berteriak ketika dia mendapatkan dirinya dalam keadaan seperti itu, tapi itu semua sama sekali hanya membuang-buang tenaganya saja karena aku sudah menutup mulutnya dengan lakban.
"Eemmhh..!! Emmhh.. Mm.. Mmhh..!", Widya mencoba bersuara.
"Kamu tenang aja Wid.. Gak ada yang bakalan denger meski kamu berteriak sekencang apa pun, mulutmu itu sudah kubungkam dengan lakban dan di sini benar-benar sepi, paling paling yang mendengarmu cuma kambing sama ayam aja.. Ha.. Ha.., jadi sebaiknya simpan tenagamu dan nikmati saja apa yang akan terjadi sama kamu. Simpan tenagamu ya sayang.. Tugasmu masih banyak dan sama sekali belum dimulai", ujarku.
Widya menatapku dengan ketakutan, matanya memerah dan wajahnya jadi semakin pucat. Tapi dia tidak menghiraukan ucapanku tadi, dan dia meronta semakin kuat.
"Eemmhh..!! Em..!! Mmhh..!! Mm!! Hmmhh..!!" Karena ucapanku tidak diindahkannya, aku langsung mengobok-obok vaginanya dengan kasar sambil mengancamnya..
"Ayo!! Teriak lebih keras lagi!! Dengan begitu aku bisa lebih kasar lagi menghadapimu! Tugasmu masih banyak tahu!!"
Dia dengan sangat ketakutan mengangguk sambil mengucurkan air mata banyak sekali, lalu dia menangis tersedusedu mungkin karena vaginanya terasa sangat kesakitan ketika kuperlakukan dengan kasar tadi. Aku pun melanjutkan dengan menjilati vaginanya yang telah aku obok-obok dengan tangan tadi sambil menghisap-hisap dengan ganasnya serta kucolok-colokkan lidahku di liang senggamanya. Rasanya benar-benar nikmat sekali, belum pernah aku merasakan hal yang seperti ini sebelumnya. Widya hanya bisa menangis dan mengucurkan air mata. Aku jadi semakin terangsang untuk berbuat lebih ganas lagi. Tapi lama-kelamaan aku jadi ingin tahu apa yang akan diucapkannya sedari tadi dan aku membisikinya..
"Aku mau membuka lakban yang menutupi mulutmu asal kamu janji tidak akan berteriak, kalo coba-coba teriak aku janji akan membuatmu lebih menderita lagi!! Tahu!!" Nampaknya Widya merasa tidak bisa berbuat banyak lagi hingga dia hanya bisa mengangguk saja.
Breet.., setelah aku membukanya, dia segera memaki-makiku..
"Om bener-bener bajingan!! Anjing kamu!! Kenapa Om perlakukan aku seperti ini!! Bajingaann!! Anjiing!!" Aku yang tidak terima mendapat makian yang seperti itu hingga langsung menamparnya!! Plaak!! Kemudian Widya membalasku dengan teriakan minta tolong.
"Toloong!! Toloong!! Toolong!!" Aku membiarkannya untuk membuktikan bahwa di sana memang tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya.
"Nah, teriak lebih keras lagi!! Ayo!! Kita lihat siapa yang dapat mendengarmu!!"
Setelah lama sekali minta tolong sampai suaranya parau (mungkin karena kelelahan) dan tidak menghasilkan apa pun, akhirnya Widya hanya bisa menangis tersedu-sedu dengan suara yang serak kemudian dia berkata..
"Oomm.. Tolong lepaskan aku.. Pleeassse.. Apa salahku?? Kenapa aku diperlakukan seperti ini??"
"Kesalahanmu adalah karena berani-beraninya kamu tampil merangsang di depanku selama ini ha.. ha.. ha.. Kamu
tadi ngatain aku anjing kan!? Kita lihat sekarang siapa anjing yang sebenarnya!! Lihat dan rasakan saja!!"
Kemudian aku lepas semua pakaianku, lalu dengan kedua tanganku aku membuka kaki Widya lebar-lebar ke kanan dan ke kiri sampai benar-benar mengangkang dan terlihat benar vagina itu menjadi semakin siap saji. Kemudian aku menancapkan batangku yang sedari tadi sudah tidak bisa lagi diajak kompromi sedikit pun itu ke vaginanya. Mungkin karena kesakitan saking sempitnya, dia berteriak memelas..
"Ammpuun Oom.. Aku jangan diperkosa!! Nanti kalo aku hamil gimanaa!! Pleeassee!!" "Itu urusanmu!! Yang aku tahu, sekarang kita akan bersenang-senang sepuasnya OK!!"
Sepertinya gerakan kakinya mencoba menutupi vaginanya yang sudah tertancap sepertiga batangku dan tampaknya vaginanya juga tidak mau diajak kompromi malah juga mencoba menutupinya sehingga batangku jadi terjepit. Aku yang menjadi agak jengkel lalu membuat kakinya lebih mengangkang lagi lalu dengan ganas kucoba menembus keperawanan Widya hingga dia pun berteriak keras sekali..
"Ooaahh!! Aahh!! Ampuunn Oom!! Sakiit.. Sakiit.. Aakkhh.. Mmaahh.. Iikkhh.. Ampuun oomm!! Aku bisa matii oomm!! Sakiitt!! Uoohh!! Toloong!! Mamaa!! Maamaa!!"
Nampaknya jika Widya merasa kesakitan dia selalu berteriak memanggil ibunya. Aku yang sudah telanjur basah begini terus melanjutkannya saja dengan mencoba menerobos keperawanannya. Dan akhirnya, crrtt.., aku merasa baru saja seperti ada yang sesuatu yang sobek hingga Widya berteriak dan meronta sekuat tenaga.
Kulihat vaginanya dan ternyata benar, darah segar mengalir dengan derasnya. Aku cepat-cepat mengambil CD-nya untuk melap darah vaginanya agar tidak mengotori spreiku. Kulihat juga mulut Widya yang terbuka sangat lebar meronta-ronta dan tampak sangat menderita dengan kedua tangan yang masih terikat erat di belakang dan pakaiannya yang mulai acak-acakan, apalagi ditambah dengan sepatu sport dan kaus kaki putihnya hingga semakin merangsangku untuk berbuat lebih ganas.
Kemudian aku menggenjotnya lagi dan kali ini dengan tanpa ampun lagi karena aku sudah benar-benar kesetanan. Kugenjot vagina Widya yang mulai licin itu dengan semakin ganas. Tetapi kupikir ini masih terlalu sulit dilakukan, tetapi peduli setan, aku terus menggenjotnya semakin ganas dengan genjotan liarku, sampai-sampai suaranya terdengar, clep, clepp, clepp.., sementara Widya hanya bisa mengerang kesakitan.
Begitu seterusnya sampai suara teriakannya lebih serak dari yang sebelumnya, dan ternyata air mata Widya yang menangis tersedu-sedu semenjak tadi belum habis juga malah semakin deras sehingga membasahi payudaranya. Sambil menggenjotnya, aku menjilati air mata Widya itu, lalu aku mengulum mulutnya yang semenjak tadi menganga itu sampai dia sulit untuk bernapas sampai akhirnya, crott.. Spermaku kukeluarkan di rahim gadis SMA kelas 1 yang malang itu. Aku pun lalu berkelojotan kenikmatan.
Entah mengapa, mungkin karena Widya kelelahan lari sewaktu berolah raga tadi, ditambah dengan rontaanrontaannya yang hebat dan payudara dan vaginanya yang kuhisap habis-habisan hingga membuatnya pingsan seperti orang mati saja. Mungkin karena tubuh Widya menindih kedua tangannya sendiri yang terikat ketat di belakang hingga membuat buah dadanya jadi membubung ke atas. Aku jadi bernafsu lagi melihatnya hingga aku mengerjainya kembali selagi dia pingsan. Kuhisap-hisap sambil sedikit kugigit dan menariknya ke atas saking gemasnya hingga akibatnya kedua payudaranya kini jadi memerah, tetapi aku tidak mempedulikannya sama sekali.
Kulihat jam tanganku, waktu telah menunjukkan pukul 12:05 WIB, berarti aku tadi telah mengerjainya selama 4 jam, wajar jika dia sekarang pingsan, mungkin juga pada jam ini Widya sudah seharusnya pulang sekolah karena ini adalah hari Jumat, tapi peduli apa aku.
Aku memutuskan untuk beristirahat dulu sambil minum minuman berenergi yang sudah aku persiapkan dari rumah untuk memulihkan energiku yang sudah lumayan habis dan untuk mempersiapkan diri pada action berikutnya. Karena tali pramuka yang kubawa tidak cuma satu, aku pun mempersiapkan tali pramuka baru yang masih berbentuk gulungan rapi, putih mengkilat, sangat ketat, lumayan besar dan panjang karena yang aku beli adalah tali pramuka berkualitas istimewa, tapi bukannya aku akan menggunakan tali pramuka yang baru itu untuk mengikatnya lebih jauh lagi, melainkan aku menggunakannya sebagai tanda jika dia sudah tersadar nantinya, pasti dia akan meronta. Caranya adalah kumasukkan tali pramuka yang masih berbentuk gulungan itu ke dalam vaginanya dalamdalam. Memang ini agak sulit kulakukan, mungkin karena ukuran vaginanya yang terlalu kecil itu, jadi terpaksa aku memuntir-muntirnya dulu sampai akhirnya masuk walaupun ujungnya masih terlihat sedikit, mungkin ini memang sudah mentok, pikirku.
Untuk sementara aku beristirahat dan mencoba untuk tidur di samping Widya. Aku tidak perlu khawatir dengan halhal yang tidak diinginkan, karena tempat itu benar-benar sepi dan berada di bawah pohon besar yang rindang, lagipula tangan Widya sudah terikat tidak berdaya, dan apabila Widya terbangun atau tersadar nanti dia pasti akan meronta kesakitan karena vaginanya yang telah aku jejali dengan tali pramuka yang masih tergulung itu.
Lalu aku tertidur pulas di samping Widya. Aku tertidur sampai seperti orang mati saja sehingga sewaktu Widya tersadar duluan, aku hanya mendengar erangannya sambil memanggil-manggil mamanya. Aku pikir aku masih dalam keadaan bermimpi saat mendengar suara siapa itu. Dan setelah aku terbangun, aku baru sadar bahwa itu adalah suara Widya yang meronta kesakitan karena tali pramuka yang menyumpal vaginanya. Aku cepat-cepat melihat jam tanganku, dan jam menunjukkan telah pukul 15:10 WIB, berarti aku dan Widya tadi telah tertidur sekitar 3 jam.
"Aakkhh!! Eengghh!! Mmamaa!! Ahaakkhh!! Mamaa!!"
"Tenang aja Wid, di sini nggak ada yang bakalan denger apalagi Mama kamu, jadi simpan saja tenagamu karena tugasmu belum selesai".
Karena tenagaku sudah pulih, aku segera saja menuju target yang belum pernah kujamah dari tadi yaitu anusnya. Sebelumnya aku harus membuat tubuh Widya tertelungkup di kursi paling belakang, tapi kakinya tetap berada di bawah yaitu di spons bersprei itu. Tapi sayangnya sudut atau siku kursi mobilku yang paling belakang kurang pas seperti yang kuharapkan untuk posisi doggy style, yaitu kepala Widya yang tertelungkup sudah mentok ke kursi padahal vaginanya belum menyentuh ujung atau siku kursi sehingga kupikir ini pasti tidak akan seperti yang kuharapkan.
Maka kuangkat kepala Widya tengadah, sehingga muka Widya sekarang menghimpit rapat pada sandaran kursi, sampai-sampai erangannya terbungkam oleh sandaran kursi di mobilku, untungnya semua jok kursi di mobilku telah kubelikan yang berkualitas bagus sehingga benar-benar empuk. Dan akhirnya posisinya telah kurasa pas untuk melakukan posisi doggy style. Setelah mendapatkan posisi yang tepat, pertama aku menjilati dan menusuk-nusuk anus Widya dengan lidahku dengan ganasnya dan rasanya benar-benar nikmat sekali. "Aduuhh!! Aahh!! Nghaa!! Aduduuhh!! Aakkhh!!"
Aku sama sekali tidak tahu mengapa Widya tampak menderita sekali, padahal aku belum melakukan apa-apa, hanya sebatas menjilati sambil menusuk-nusuk anus Widya dengan lidahku. Dan aku baru teringat bahwa ternyata penyebabnya adalah gulungan tali pramuka yang masih bersarang di vagina Widya. Ah peduli apa aku, justru dengan dia meronta-ronta seperti itu akan membuat nafsuku semakin meledak, jadi aku biarkan saja tali pramuka yang masih tergulung rapi dan ketat itu bersarang di vaginanya.
Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil posisi untuk mengerjainya lagi. Pertama-tama aku menancapkan sepertiga batangku dulu di anusnya. Karena anus Widya benar-benar kecil maka ini akan cukup sulit, pikirku. Tibatiba terdengar rontaan Widya meskipun kurang jelas karena terbekap jok mobil.
"Ampuun oomm!! Mau diapakan aku!! Jangan di situ Oom!! Aku bisa mati!! Ampuun!! Ampuun!! Jangan Omm!!"
Tanpa peduli sedikit pun dengan apa yang diucapkan Widya, aku mulai kembali mencoba menerobos anus Widya. Kumasukkan (meskipun hanya bisa sepertiga yang masuk), kemudian aku keluarkan lagi, dan terus kulakukan itu sampai anus Widya menjadi sedikit licin dan longgar. Karena akhirnya aku agak jengkel dan bosan untuk menunggu lebih lama lagi, maka kuterobos saja liang anus Widya dengan sekuat tenaga. Slackk!! Scrrct!!
"Uuookkhh!! Khaakkhh!! Ahhgghh!!", jerit Widya.
Widya tampak benar-benar menderita, dan aku juga sudah merasakan ada sesuatu yang sobek, maka aku teliti anusnya untuk memastikannya dan ternyata benar, darah segar sudah mengucur deras dari liang anusnya. Aku kembali mengambil CD-nya untuk membersihkan darah dari anusnya. Darahnya benar-benar banyak, mungkin karena liang anusnya terlalu kecil. Dan setelah aku memastikan liang anus Widya telah terasa licin dan mulai nikmat untuk digarap, langsung saja kugenjot dia dengan sodokan-sodokanku yang ganas. Widya hanya bisa menangis tersedu-sedu dan memohon untuk segera dipulangkan ke rumahnya karena mungkin orang tuanya sekarang sudah mulai mencemaskan anak gadisnya yang belum pulang dari sekolah.
"Enngghh.. Enngghh.. Mngghh.. Enhgh.. Oom.. Sudah oomm.. Aku mohoon.. Aku pengen pulaang.. Aku pengen pulang Oom.. Heenngghh.. Engghh.."
Mendengar rintihannya yang terdengar serak dan sangat menderita itu menyebabkan birahiku justru semakin meledak, dan aku menggenjot anusnya dengan lebih ganas lagi hingga akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam anus Widya. Aku tahu Widya pasti sangat menderita sekali karena selain dia baru saja kusodomi habishabisan, juga tali pramuka yang masih bersarang di vaginanya, dan juga tali pramuka yang mengikat kedua
tangannya di belakang (sampai kedua tangannya berbentuk siku) akan menambah siksaan yang harus dijalaninya demi memuaskan nafsu bejatku.
Sambil beristirahat sebentar aku kembali membaringkan tubuh Widya yang sudah bermandi peluh itu hingga tampak mengkilap ke spons bersprei itu. Widya tidak henti-hentinya menangis, air matanya juga tidak henti-hentinya keluar. Tiba-tiba terdengar HP Widya berbunyi. Setelah aku lihat identitas pemanggilnya ternyata bertuliskan "Mama". Wah, aku pikir Mama-nya Widya sudah mecemaskan anaknya yang belum pulang juga dari sekolahnya. Aku kemudian memperlihatkan kepada Widya siapa orang yang mencoba menghubunginya. Segera saja mata Widya terbelalak saat mengetahui bahwa itu adalah Mama-nya hingga Widya berteriak sekuat tenaga.
"Maamaa!! Maammaa!! Tooloong aku Maa!! Maamaa!!"
Widya berteriak keras sekali berharap aku mau menyambungkan telepon untuknya, tetapi yang aku lakukan adalah justru memutuskan sambungan telepon itu di hadapannya.
"Bangsaatt!! Anjiing!! Bajingaann kamuu!! Bangsaat kamu!! Anjiing!!", maki Widya, lalu Widya kembali menangis. "Ennghh.. Heennggh.. Kenapa kamu tega melakukan ini? Itu Mamakuu.. Heenggh.. Aku pengen pulaanng!! Mamaa!!"
Bukannya aku kasihan terhadap Widya, aku malah mereply SMS ke Mama-nya yang berisikan, "Ma aku lagi bersenang-senang jadi jangan ganggu aku ya!!" Sebelum aku mengirimkan SMS itu ka Mama-nya aku perlihatkan dulu isi SMS itu kepada Widya hingga kembali ia memakiku.
"Kamu bener-bener menjijikkan!! Terkutuk kamu!! Bangsaat!!"
Aku kemudian menjilati air matanya yang terus bercucuran sampai bersih. Aku juga membenahi kedua kaus kakinya yang mulai merosot, juga tali sepatu sport-nya yang mulai acak-acakan hingga akhirnya Widya kembali rapi dan merangsang untuk dinikmati.
Karena aku tidak mau dia keburu pingsan lagi padahal tugasnya memuaskanku belum selesai, aku memutuskan untuk mengocok batangku di dalam mulut Widya agar sperma yang nanti ditelannya bisa sedikit memberinya energi, lalu aku mengangkat kepalanya, memasukkan batangku ke mulutnya, dan membuat gerakan maju mundur berirama.
"Nymlhh!! Nymngmh!! Ghhkkh!! Nnymhkh!! Ghkmnh!!", gumam Widya saat mulutnya kupaksa dimasuki batangku.
Melihat Widya yang menangis tersedu-sedu dan tampak sangat menderita, nafsu birahiku semakin memuncak, lalu kupercepat saja tempo genjotanku sampai akhirnya.., crott.. croott.. croot.. Akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam mulut Widya. Lalu aku cepat-cepat menutup mulut Widya dengan hati-hati agar jangan sampai ada sperma yang dimuntahkannya lagi.
Widya malah mencoba memaksa memuntahkannya, hingga akhirnya sebagian kecil spermaku berhasil dimuntahkannya lewat sela-sela tanganku. Aku tidak ingin hal ini terjadi lagi hingga tangan kiriku berusaha menutupi mulutnya dan tangan kananku menjepit hidungnya sekuat tenaga agar tidak ada jalan baginya lagi untuk bernapas selain menelan spermaku. Dan kulihat tenggorokannya seperti menelan sesuatu.
Aku pikir dia akhirnyua sudah menelan spermaku semuanya. Kali ini Widya benar-benar seperti mabuk. Spermaku yang sedikit berceceran di mulutnya aku sapukan merata ke mukanya dengan harapan agar dia merasa lebih fresh. Aku merasa kehausan juga, mungkin karena sudah dari tadi berulang-ulang mengeluarkan sperma untuk pelacur kecilku ini. Aku jadi punya ide konyol. Sebelumnya aku keluarkan dulu gulungan tali pramuka yang menyiksanya.
Widya kemudian malah meronta dan badannya juga bergetar, mungkin karena menahan pedih. Tali pramuka yang tadinya putih bersih itu sekarang sudah jadi berwarna agak gelap dan dipenuhi banyak darah dan cairan vagina. Aku menjilatinya sebentar dan, hmm.. rasanya benar benar lezat.
"Wid, aku sekarang pengen kamu kencing!! Cepet!! Aku udah haus banget dari tadi ngerjain kamu!!", perintahku. "Aa.. Aapa maksudmu!? Aku nggak bisa pipis sekaraang.. Aa.. Aaku.. Lagi nggak kebelet.."
"Ya udah kalo gitu aku bantu sini!!"
"Aa.. Apaa..!?" Aku kemudian mengulum vaginanya dan menghisap-hisapnya serta tanganku menggelitikinya dengan harapan dia akan mengompol.
"Ahahaakhh!! Ahaahaahh!! Khaahaa!! Gelii!! Apa-apaan kamu!?"
Pemandangan yang tampak aneh karena dia bisa setengah tertawa geli setengah menangis tersedu-sedu, sambil badannya bergetar hebat. Widya aku perlakukan seperti itu lama sekali sampai akhirnya dia mengompol juga meskipun hanya keluar sedikit-sedikit.
"Aakkhhaakhh!! Aakkhh!! Sakiit!!"
Aku tidak tahu pasti mengapa dia kesakitan padahal dia hanya mengompol saja. Aku baru ingat jika aku tadi sudah mengobok-obok dan memerawani vagina Widya dengan cara yang kasar hingga jika dia sekarang merintih kesakitan tentunya wajar. Tapi peduli apa aku. Kulanjutkan saja dengan menghisap dan menelan air seni gadis SMA kelas 1 itu. Mungkin karena Widya merasakan perih yang teramat sangat, maka dia hanya mengeluarkan air kencing itu sedikitsedikit sambil mengerang kesakitan.
Suara rintihannya jadi semakin lemah mungkin karena dia kelelahan. Air seninya hanya keluar sedikit sehingga lamakelamaan aku agak jengkel juga, lalu aku menghisapnya saja dengan paksa. Hmm.. Ini benar-benar lezat sekali, lebih lezat daripada teh celup manapun, pikirku, hahaha..
Rontaan Widya menjadi lebih panjang dan dia tampak lebih menderita daripada sebelumnya. Setelah aku pikir air seni Widya benar-benar sudah habis, aku sudahi saja permainan itu. Tiba-tiba HP Widya berbunyi lagi, dan setelah kulihat ternyata Mama-nya Widya yang mereply SMS-ku, "Bersenang-senang!? Apa maksudmu sayang!? Kenapa kamu bicara kasar gitu sama Mama!? Kamu sekarang ada dimana sayang!?"
Aku memperlihatkan SMS yang dikirimkan Mamanya kepada Widya. Mungkin karena dipikir dirinya sudah tidak bisa berbuat banyak, Widya menanggapinya hanya dengan menangis tersedu-sedu sambil memanggil-manggil Mamanya. Kemudian aku kembali mereply SMS tersebut, "Apa urusan Mama dg perkataanku yg ksr!! Makanya jgn ganggu aku lg!! Aku ada les privat dadakan, dan lokasinya ada di sorga dunia, mata pelajarannya adl ttg Kenikmatan Duniawi!! Jd Mama gak usah khawatir dan skrg mending Mama tidur aja!! Aku msh hrs bljr lbh byk lg ttg mata pljrn ini!!"
Seperti tadi, sebelum aku mengirimkan SMS itu ke Mama-nya Widya, aku perlihatkan dulu SMS itu kepada Widya. Mata Widya kembali terbelalak, kemudian memakiku habis-habisan.
"Bangsaat kamu Zen!! Kamu bener-bener terkutuk!! Kamu bukan manusiaa!! Anjing kamuu!!"
Mungkin karena saking marahnya, Widya langsung memanggil namaku "Zen" dan bukan "Om" lagi. Tetapi aku sama sekali tidak menghiraukan ucapannya, dan dia kemudian menangis lagi.
Singkat cerita, setelah itu aku kembali terus mengerjai Widya yang sudah tampak seperti orang mabuk itu sampai suara rintihannya menjadi serak sekali. Ketika sedang asyik-asyiknya mengerjai siswi SMA yang lugu dan malang itu, ternyata HP-nya berbunyi lagi, kulihat ternyata Mama-nya yang mencoba menghubungi Widya lagi yang kali ini kuabaikan. Ternyata Mama-nya Widya tidak mudah menyerah, dia malah mengirim SMS lagi, "Sayang, pulang donk, ini kan sudah jam 5 sore & sudah mo maghrib sayang. Pulang ya sayang ya!? Mama kuatir banget sama kamu sayang! Pulang ya sayang ya!?"
Aku terkejut juga, lalu aku melihat jam tanganku dan ternyata benar yang dikatakan Mama-nya Widya, sekarang sudah pukul 17:15 WIB. Mungkin karena keasyikan sekali sewaktu mengerjai tubuh Widya yang indah itu, aku sampai lupa waktu. Aku kembali membalas SMS Mama-nya Widya, "Iya Ma! Aku sgr plg! Cuma tinggal satu permainan, tunggu sebentar ya Ma!!"
Seperti sebelumnya, sebelum aku mengirimkan SMS ke Mama-nya, SMS itu kutunjukkan dulu kepada Widya, dan seperti sebelumnya juga, Widya hanya bisa meresponsnya dengan meronta dan menangis. Kemudian aku memutuskan untuk mengakhiri permainan sampai di sini. Sebagai permainan terakhir, aku mengencingi Widya merata sampai hampir ke seluruh tubuhnya, tapi sebagian besar air seniku kutembakkan ke mukanya.
"Bangsatt!! Apa-apaan ini!! Anjing kamu Zen!! Akh! Udah Zen!! Ampuun!!"
Widya hanya bisa merespons permainan terakhirku dengan memaki-makiku. Aku tidak menanggapi makiannya, karena justru Widyalah yang sekarang tampak seperti seonggok daging hidup yang hina, pikirku. Mobilku jadi bau pesing juga jika begini caranya, pikirku, tapi sudahlah, toh ini juga air seniku sendiri. Kemudian tali yang mengikat ketat tangan Widya sejak dari pagi tadi kulepas, lalu Widya membuka kedua tangannya secara berlahan-lahan dan dengan sedikit gemetaran, mungkin karena terlalu lama dalam keadaan terikat dan ikatannya sangat kencang.
Kemudian setelah itu langsung saja Widya kutarik keluar dari mobil dalam keadaan telanjang bulat, yang menutupi tubuhnya tinggal kaus kaki beserta sepatu sportnya, karena rencanaku semua pakaian Widya termasuk BH dan CDnya yang telah berlumuran darah keperawanan Widya itu akan aku gunakan untuk masturbasi nantinya termasuk juga foto-foto bugil Widya yang telah kuambil sebelum ia kuperkosa tadi.
Widya benar-benar nampak panik. Aku memberikan HP-nya kembali, karena memang hanya HP yang ada di sakunya dan dia tidak membawa benda lain lagi seperti dompet atau yang lain-lain, dengan harapan dia dapat segera menghubungi Mama-nya untuk meminta bantuan. Kemudian aku bergegas menutup pintu mobilku dan segera tancap gas tanpa menghiraukan Widya lagi. Daerah itu memang sangat sepi apalagi jika menjelang larut.
Sempat kulihat dari kaca spion, Widya langsung berlindung di bawah pohon yang rindang dan langsung menggunakan HP-nya untuk mencari bantuan. Tentunya untuk saat ini hanya HP-nyalah satu-satunya alat penentu keselamatan Widya, karena dengan keadaan Widya yang bertelanjang bulat seperti sekarang ini dia menjadi serba salah, jika dia mencari bantuan di tempat yang sepi seperti kepada orang lain yang belum dikenalnya, bisa-bisa malah dia akan dimangsa lelaki hidung belang selain aku. Aku bergegas meninggalkan tempat itu dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk segera pulang ke rumah.
Pada keesokan harinya, aku tidak pernah lagi melintasi jalan di sekitar sekolah Widya dan juga segera mengganti nomor dan penampilan mobilku untuk menghindari pelacakan dari pihak berwajib.
Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.
Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.
Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.
Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.
Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.
"Lho koq lewat sini Pak?", tanya Riska.
"Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup", bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.
Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.
"Lho kenapa masuk sini Pak?", tanya Riska.
"Hujan..", jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.
Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.
"Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..", ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang masih duduk di dalam becak.
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.
"A.. Apa maksudnya Pak?", tanya Riska sambil terbengong-bengong.
"Non cantik, kamu mau ini?" Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.
"J.. Jaangan Pak.. Jangann.." pinta Riska dengan wajah yang memucat.
Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.
"Ampunn Pak.. Jangan Pak..", Riska mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.
Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.
"Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..", Riska meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Riska.
Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.
"Iihh..", pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.
Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak sangat menikmati adegan 'pembuka' ini. Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.
"Cep.. Cep.. Cep..", terdengar suara dari bagian selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno.
Puas dengan adegan 'pembuka' ini, Parno mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis itu.
Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah kelaparan melahap makanan.
"Eemmgghh.. Mmpphh..", Riska mendesah-desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher gadis itu.
"Oohh.. Eenngghh..", Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.
Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di hadapan Parno yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan kekar Parno meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.
"Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu", bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.
Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Parno mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.
"Hmmphh..", Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.
"Akhh.." sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.
Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi batuk-batuk.
Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..
"Aakkhh..", Parno melengking, croot.. croott.. crroott..
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska berusaha melepaskan batang penis Parno dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.
"Ahh", sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.
Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.
"Sudah Pak.. Sudahh.." Riska menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk 'bernego' dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.
Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.
Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.
Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Riska.
"Aakkhh..", Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.
Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan bersemangat.
"Aaiihh..", Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Riska.
"Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh.." Parno mendesis nikmat.
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.
"Oohh.. Oogghh.. Oohh..", Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.
Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.
"Aahh.." Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.
Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.
Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya. Namaku Mei Ling, aku adalah seorang mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi terkemuka yang berada di daerah Jakarta Pusat yang pada masa-masa awal demokrasi terkenal sebagai pusat demonstrasi dan berbagai tragedi politik. Namun sebaiknya lupakan saja masalah itu, selain karena aku tidak pernah ikut kegiatan tersebut, aku juga lebih tertarik dengan urusan kuliah dan cowo ketimbang masalah politik.
Secara fisik aku adalah gadis yang menarik dengan tinggi tubuh sekitar 175 cm, langsing dan seksi (karena rajin ikut senam dan fitness), berwajah lonjong dan berparas melankolis, berambut hitam legam panjang lurus sebahu (ciri khas wanita chinese) serta berkulit putih mulus tanpa cacat sedikit pun dengan puting payudara berwarna merah jambu dan bulu kemaluan tipis agak jarang. Kejadian ini bermula ketika aku baru saja usai pulang dari ruang baca skripsi (tempat kumpulan skripsi alumni) perpustakaan setelah selesai menyusun beberapa bab skripsi yang harus kuperbaiki tatkala siang tadi usai menghadap dosen pembimbing skripsiku. Saat itu keadaan sudah gelap (pukul 19.00) dan kantin pun sudah tutup, praktis tidak ada lagi mahasiswa yang nongkrong di kantin dan kalaupun ada hanya sebagian kecil saja sehingga aku pun memutuskan untuk langsung menuju ke lapangan parkir khusus mahasiswa yang berada disamping kampus.
Tempat parkir sudah agak sepi, hanya tersisa beberapa mobil saja milik mahasiswa S2 ataupun S1 yang kebetulan masih ada jadwal kuliah malam. Kebetulan mobilku tadi siang mendapat tempat parkir agak jauh ke sudut lapangan parkir. Lapangan parkir itu sendiri sebenarnya adalah tanah kosong yang ditimbun oleh batu dan pasir serta dikelilingi oleh pagar seng yang tertutup rapat sehingga tidak dapat dilihat oleh orang dari luar. Mobilku adalah Suzuki Escudo berwarna gelap keluaran terakhir yang kebetulan sempat dibeli oleh Papaku sebelum krismon berawal. Di jajaran mobil yang parkir terlihat hanya ada tinggal 3 mobil lagi yakni satu Toyota kijang berwarna biru gelap dan satu Panther long chassis berwarna hijau gelap serta sebuah Feroza berwarna hitam dimana posisi ketiganya adalah tepat mengelilingi mobilku. Feroza ada tepat dipojok lapangan parkir yang berarti berada tepat di sebelah kiri mobilku, sedangkan Kijang ada di sebelah kanan dan Panther tersebut ada di depan mobilku dengan posisi parkir paralel sehingga menghalangi mobilku keluar. Aku terus terang agak kesal karena selain sudah lelah dan banyak masalah sehubungan dengan skripsiku, eh.., ternyata malam-malam begini masih harus mendorong mobil lagi.
Aku berjalan sedikit setelah sebelumnya meletakkan tas dan buku serta diktat beserta bahan skripsi di mobil, aku melihat-lihat kalau-kalau masih ada tukang parkir atau satpam di gerbang masuk parkiran yang tidak seberapa jauh. Sebab gerbang keluar parkiran sangat jauh letaknya dari posisi mobilku. Ternyata gerbang masuk telah tertutup dan dirantai sehingga untuk mencari orang aku harus menuju ke gerbang keluar. Karena agak malas jalan aku pun terpaksa kembali ke mobil dan berinisiatif mendorong Panther tersebut sendirian. Dengan agak bingung aku letakkan telapak tangan kiriku di belakang mobil tersebut sementara tangan kanan di sisi kanan mobil. Ternyata Panther tersebut tidak bergerak sama sekali. Aku curiga jangan-jangan pemiliknya telah memasang rem tangan sebelumnya. Karena itu aku berniat mengempiskan ban mobil sialan itu. Saat sedang asyik berjongkok dan mencari posisi pentil ban belakang sebelah kanan Panther tersebut, mendadak aku merasakan kehadiran orang di dekatku, tatkala aku menoleh ternyata orang tersebut adalah Lexy teman sekampusku yang sebelumnya sudah lulus namun pernah satu kelas denganku di MKDU.
Lexy adalah seorang pria kelahiran Sumatera berbadan hitam tinggi besar (185 cm/90 kg), dengan perut buncit, berwajah jelek (mukanya terus terang hancur banget penuh parut karena bekas jerawat) dengan gigi agak tonggos dan kepala peyang serta bermata jereng keluar. Tak heran kalau banyak gadis-gadis sering menjadikannya bahan olok-olokan dalam canda mereka karena keburukan wajahnya namun tanpa sepengetahuannya, sebab selain wajah Lexy sangat sangar, dia juga dikenal berkawan dengan banyak pentolan kampus dan juga kabarnya memiliki ilmu hitam. Namun dia juga dikenal sangat pede, dan itulah yang menjadikannya olok-olokan bagi para gadis karena dia tidak pernah malu-malu menatap wanita cantik yang disukainya dengan berlama-lama.
Terus terang jantungku agak berdegup karena perasaanku merasa tidak enak, terutama karena aku mengetahui bahwa Lexy selama ini sering menatapku berlama-lama dan caranya menatapku terasa sangat menelanjangi, seolah-olah ingin memperkosaku. Namun aku berusaha bersikap tenang agar tidak menimbulkan akibat buruk karena menurut teman-teman, jika kita terlihat tenang maka lawan kita cenderung ragu untuk berniat jahat. Namun ternyata Lexy tidak berbuat apa-apa dan hanya berkata, "Ada yang bisa saya bantu, Ling?", "Ehh.., ngg.., anu.., ini mobil sialan diparkir begini, mana susah lagi dorongnya", sahutku agak canggung. "Mari saya bantu, kamu pegang samping kanan ini yach", ujar Lexy memberi aba-aba agar aku berada dibelakang samping kanan Panther sialan itu. Tatkala aku sedang dalam posisi siap mendorong dari arah kiri, kutengokkan kepala ke arah kiri, ternyata Lexy tidak berada pada posisi belakang mobil itu melainkan berada tepat di belakangku dan tangannya dengan cepat telah berada di atas tanganku dan jemarinya telah meremas jemariku dengan lembut, mesra namun kuat. "Ehh .. apa-apaan nih Lex?", ujarku panik. Namun Lexy dengan tenang dan lembut malah menghembuskan nafasnya di balik telingaku dan membisikkan sesuatu yang tidak jelas (mungkin sejenis mantera) lalu menambahkan "Aku mencintaimu Mei Ling", ujarnya lembut. Mendadak aku merasa lemas, namun aku masih sempat berucap "Lepaskan aku Lex, kamu ini udah gila kali?", ujarku lemah. Tapi aku semakin tak berdaya melawan hembusan lembut di belakang telingaku dan kecupan mesranya di belakang leherku tepatnya di bulu-bulu halus tengkukku. Nampaknya Lexy menggunakan sejenis pelet tingkat tinggi yang mampu membuatku tak berdaya dan hanya bisa pasrah menikmati tiap cumbuannya.
Makin lama cumbuan Lexy semakin hebat dan herannya aku yang biasanya sangat jijik kepadanya seperti terbangkitkan gairah birahiku, apalagi Lexy tidak hanya mencium pundak, tengkuk dan telingaku saja, namun tangannya juga telah mulai bermain mengusap-usap daerah terlarang milikku. Yah, tangan kiri Lexy telah mengeluarkan kemejaku dari balik celana jeans yang kukenakan dan masuk ke balik celanaku hingga menembus celana dalamku dan mengusap-usap dengan lembut bukit kemaluanku. Aku hanya bisa mendesah lemah dan mulai merasakan rangsangan yang demikian kuat. Mendadak Lexy menarik dan membimbingku ke arah mobilku dan tangannya menarik pintu belakang sebelah kanan mobilku yang memang tidak sempat kukunci. Lantas ia merebahkanku di jok tengah Escudo milikku dan merebahkan sandarannya. Kemudian ia mendorong tubuhku ke dalam dan menekuk kakiku hingga posisi kakiku terlipat ke atas sehingga dengan mudahnya kemaluanku terkuak dan pahaku miring ke samping. Lantas dengan segera Lexy menutup pintu dan mengambil kunci mobilku serta menguncinya dari dalam melalui central lock di pintu depan.
Aku semakin tidak berdaya dengan usapannya di kemaluanku apalagi dia telah membuka kancing, gesper dan ritsluiting celana jeansku dan tangannya telah menarik turun celana dalamku. Kemudian Lexy menarik dengan cepat celana jeansku lalu kemudian menarik lagi celana dalamku hingga terlepas semuanya. Aku selama itu hanya bisa pasrah lemas tidak tahu mengapa, mungkin akibat mantera miliknya yang begitu dahsyat. Mungkin juga karena diriku telah dilanda birahi yang sangat hebat karena terus terang, aku memang begitu mudah terangsang sehingga itu pula yang menyebabkan aku telah kehilangan keperawanan di tangan mantan kekasihku di awal masuk kuliah dulu. Namun di luar itu semua yang kurasakan adalah kenikmatan yang teramat sangat karena selanjutnya bukan lagi jemari Lexy yang bermain pada permukaan kemaluan dan klitoris serta pada daerah G-Spot milikku, namun kini justru giliran lidahnya bermain-main di sana dengan kemahiran yang sangat luar biasa jauh daripada yang mampu dilakukan oleh mantan kekasihku. Sehingga tanpa kusadari, aku justru mencengkeram kepala Lexy dan menekannya ke arah kemaluanku agar rangsangan yang kuterima semakin kuat.
Namun rupanya Lexy bukan sembarang pria jantan biasa, tampaknya ia begitu mahir atau justru tengah dikuasai oleh hawa nafsu iblis percabulan (kudengar orang-orang pemilik ilmu hitam, hawa nafsunya adalah murni hawa nafsu iblis) sehingga ia bukan saja memainkan lidahnya ke sekitar klitoris dan daerah G-Spot milikku, namun juga mulutnya mampu menghisap dan lidahnya memilin-milin klitorisku sehingga tanpa kusadari aku semakin diamuk birahi dan memajukan kemaluanku sampai menempel ketat di wajahnya. Dan sungguh mengejutkan, tiba-tiba desakan kenikmatan melanda seluruh diriku, membuat badanku terlonjak-lonjak akibat perasaan nikmat yang dahsyat yang melingkupi diriku, perasaanku seakan melayang-layang dan denyutan-denyutan nikmat terasa pada bagian dalam kemaluanku. Aku mengalami orgasme untuk pertama kalinya hanya dengan oral sex dari seorang pria, padahal mantan kekasihku hanya mampu membuatku orgasme setelah mengkombinasikan oral sex dengan persetubuhan dan itu memakan waktu yang cukup lama. Tubuhku terus mengejan dengan kuat dan kurasakan vaginaku sangat basah dan aku serasa melayang diawang-awang dengan pahaku yang membekap erat wajah dan kepala Lexy.
Beberapa saat kemudian kurasakan tangan Lexy membelai lembut pahaku dan membukanya dengan lembut namun kuat (sebenarnya sejak aku mengalami orgasme akibat dioral oleh Lexy, aku sudah menganggap lembut segala perlakuannya mungkin karena sudah pasrah dan dibuat puas kali). Dan aku hanya bisa menatapnya dengan sayu yg sungguh kali ini bukan tatapan sayu bohong-bohongan seperti yg dilakukan teman-temanku kalau lagi berusaha memikat cowo idamannya namun aku menatap demikian akibat pengaruh orgasme dan rasa lemas namun nikmat yang masih terasa melanda sekujur tubuhku. Saat itu kuperhatikan bahwa Lexy pun mulai membuka kemeja lengan pendeknya dan tanpa kusadari akupun ikut melucuti kaos singlet miliknya serta membantunya membukakan ritsluiting celananya yang dengan sigap diikuti oleh gerakan cepat dari tangan Lexy yang langsung menurunkan celana luar beserta celana dalamnya.
Aku terus terang sungguh sangat terkejut melihat "senjata kejantanan" milik Lexy yang sangat besar dan panjang berwarna coklat agak gelap dengan diameter yang terus terang akupun agak ngeri untuk memegangnya. Terus terang aku sempat berfikir kemaluanku bakal terasa sakit seandainya dia benar-benar menyetubuhiku, namun ternyata itu semua hanyalah khayalanku belaka, karena Lexy tidak langsung menghunjamkan "rudal"-nya itu ke dalam kemaluanku namun layaknya seorang gentleman ia mengusap-usap dulu kemaluanku yang sudah basah itu dengan ujung kemaluannya hingga aku kegelian dan terangsang kembali dan dengan dibantu oleh jari-jari Lexy yang juga bermain didaerah G-Spot-ku serta diclitorisku akupun dibuat semakin becek dan siap untuk dimasuki. Dan ketika aku mulai semakin mendeash-desah, Lexy pun dengan sigap memasukan batangannya ke dalam lubang kemaluanku namun tidak semuanya hanya sebagian ujungnya saja (bagian apa ya namanya, palkon kali ya?) Setelah itu karena dilihatnya aku agak sedikit meringis (terus terang saat itu agak terasa sedikit sakit selain karena aku sudah lama tidak bersenggama sejak putus dari mantanku, juga karena ukuran Lexy yang agak besar) Lexy diam sejenak, setelah dilihatnya ekspresi wajahku sudah normal kembali, ia pun mulai bergoyang memaju-mundurkan senjatanya namun dengan sedikit demi sedikit, jadi tidak langsung amblas main tancap seperti yang dilakukan oleh mantan kekasihku.
Aku pun mulai merasakan sedikit nyaman dengan ukuran "senjata" Lexy dan perlahan-lahan kembali terangsang dan dapat menikmatinya. Namun harus kuakui Lexy ternyata benar-benar seorang pria yang sangat gentle dan juga jantan, ia tidak saja begitu lembut "memerkosa" diriku namun juga sangat memperhatikan kenyamanan dan kepuasanku, bagaimana tidak, jika dibandingkan dengan mantan pacarku yang pernah tidur denganku, Lexy seperti-nya sungguh mengerti keinginanku. Ia tidak saja perlahan-lahan dan dengan penuh kelembutan "memerkosa" diriku namun juga aktif membantu merangsang diriku hingga aku benar-benar sangat terangsang sehingga walaupun ukuran kejantanannya menurutku sangat menyeramkan, namun aku tidak merasa sakit dan dapat menikmatinya.
Seiring semakin terangsangnya diriku, Lexy pun perlahan-lahan mulai semakin dalam menancapkan kemaluannya. Akupun semakin lama semakin horny dan semakin tidak kuat lagi menahan desakan kenikmatan yang makin memuncak dan semakin tidak tertahankan itu. Hingga akhirnya merasa menyentuh awang-awang dan merasakan kenikmatan yang sungguh tidak pernah kualami sebelumnya dengan para kekasihku, tanpa sadar aku melenguh keras "Oooahh.., Lexyy..", dan akupun meremas kuat belakang kepalanya dan menjepit erat pinggangnya dengan kedua paha dan kaki sekuat-kuatnya dan juga mengangkat pinggulku hingga kemaluanku berhimpit kuat dengan kemaluannya dan yang masih kuingat adalah saat itu diriku terasa basah dan nikmat sekali. Basah baik pada lubang kemaluanku maupun sekujur tubuhku yang penuh oleh peluh keringatku maupun keringat dan cairan liur Lexy (ia sangat aktif menjilati sekujur tubuhku baik leher hingga ke payudaraku). Dan selanjutnya akupun terbaring lemas tak berdaya, namun Lexy tidak meneruskan perbuatannya walaupun ia belum mencapai orgasme, tapi justru beristirahat sambil menunggu diriku siap kembali sungguh ia laki-laki yang tahu diri tidak egois seperti pria-pria lainnya walaupun sebagai orang yang sedang memperkosaku ia sebenarnya punya "hak" berbuat sesukanya tapi ternyata bisa dibilang ia adalah "pemerkosa yang baik hati" yang pernah singgah dalam hidupku.
Setelah beristirahat sejenak dan melihat kondisiku yang sudah agak pulih, Lexy mulai meneruskan aksinya yang tertunda tadi. Pada babak berikut ini, gaya permainannya diubah, sekarang ia melakukan serangan dengan tehnik "Total Foot Ball. Gaya serangannya menggebu-gebu dan tekanan-tekanan penisnya benar-benar mengarah pada sasaran-sasaran strategis pada liang kemaluanku. Setiap kali Lexy menancapkan penisnya yang besar itu kedalam lubang kemaluanku, maka tekanan penisnya menarik seluruh bibir kemaluanku melesak kedalam, sehingga klitorisku pun ikut tertekan masuk dan tergesek-gesek dengan batang penisnya yang dilingkari oleh urat-urat menonjol. Hal ini membuatku menggelinjang-gelinjang nikmat, "Aaagghh.., aadduuhh.., Leexx.., peellann-peellann.., doongg..!", akan tetapi kali ini Lexy tidak mengurangi serangan-serangannya, tempo permainannya malah ditingkatkan, semakin aku menggeliat-geliat, semakin menggebu-gebu Lexy memompakan kemaluannya ke dalam liang vaginaku.
Kali ini aku benar-benar dipermainkan habis-habisan oleh Lexy. Perasaan nikmat dan rasa geli telah merambat dari daerah bagian bawah badan keseluruh tubuhku, sehingga perasaanku serasa melayang-layang bagaikan layang-layang yang putus talinya, terbang melayang dipermainkan angin. Perasaan nikmat dan geli akhirnya tidak tertahan lagi dan, "..Leexx.., aakkuu.., aakkaann meelleedaakk.., aauugghh.., oohh..!!", dengan suatu desahan panjang disertai kedua pahaku mengejang dengan keras menjepit melingkari pantat Lexy, aku mencapai orgasme yang hebat dan pada saat bersamaan Lexy juga mencapai klimaksnya dan dengan pelukan yang sangat erat pada badanku, Lexy mendorong pantatnya kuat-kuat, menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga kemaluannya amblas keseluruhan ke dalam liang vaginaku, sambil meyemprotkan cairan kental hangat ke dalamnya. Semprotan demi semprotan kuat dari cairan hangat kental tersebut terasa memenuhi seluruh rongga-rongga di dalam relung vaginaku, menimbulkan perasaan sensasi yang datang bertubi-tubi melanda diriku, benar-benar suatu kenikmatan sempurna yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.
Kami berdua berpelukan erat-erat selama beberapa detik, sambil menghayati denyutan-denyutan pada kemaluan kami masing-masing. Setelah melewati puncak kenikmatan tersebut, maka kami terkapar dalam keadaan lemas sambil tetap berpelukan dengan erat. Dengan perlahan-lahan suatu kesadaran mulai merambati pikiranku, seperti awan yang ditiup angin, aku mulai menyadari apa yang sedang terjadi pada diriku. Kesadaranku mulai pulih secara perlahan-lahan dan menyadari bahwa aku baru saja melakukan persetubuhan yang seru dengan Lexy, orang yang selama ini aku anggap sebagai preman di kampus yang tidak pantas diajak sebagai seorang teman. Sambil masih telentang di atas jok mobil aku mencoba menganalisis mulai dari kejadian yang pertama, dan segera menyadari bahwa aku telah dikerjai Lexy dengan ilmu hitamnya. Menyadari itu, aku mencoba memberontak dan mendorong Lexy dari atas tubuhku, akan tetapi Lexy justru semakin kuat mendekapku, Lexy terus membujuk dan mengelus-elus seluruh tubuhku, sehingga tak berselang lama kemudian aku terlena lagi dan babak kedua "pemerkosaan" itu terjadi lagi, bahkan lebih seru dan lebih mengasyikan daripada sebelumnya. Aku benar-benar tidak peduli lagi, apakah ini disebabkan oleh ilmu hitam Lexy atau apapun, akan tetapi yang jelas ini suatu persetubuhan yang sangat mengasyikkan. Karena itu kulayani permainan Lexy kali ini bahkan dengan tidak kalah serunya.
Aku seorang laki-laki yang masih menganggur. Umurku 30 tahun, sebut saja namaku Zen (bukan nama sebenarnya). Begini ceritaku..
Setiap pagi di SMA itu selalu diadakan mata pelajaran Olahraga dan Kesehatan. Seperti lazimnya SMA yang lain, setiap mengadakannya pasti sebelumnya disertai pemanasan terlebih dahulu, dan pemanasan yang dimaksud di sini adalah lari pagi. Setiap kali siswi-siswi itu lari aku ajak menumpang di mobilku yang pickup itu (jadi muat banyak penumpang) dan mereka tidak pernah menolak bahkan mereka senang.
Lalu timbullah pikiran kotorku. Aku tahu bahwa ada cewek yang menurutku lumayan sporty, cantik, manis dan juga montok dibandingkan teman-temannya yang lain. Sebut saja Widya (bukan nama sebenarnya). Widya lumayan tinggi untuk gadis seumurnya, kulitnya bisa dikatakan sawo matang, tapi benar-benar terang dan keputih-putihan. Yang aku tahu Widya masih duduk di kelas 1 di SMA itu.
Aku benar-benar tidak tahan melihat penampilannya yang sporty dan seksi setiap kali dia kelelahan lari dengan jarak yang lumayan jauh itu, dia tampak sangat seksi dengan seragam kaus yang agak ketat, serta bagian bawahnya celana pendek sexy yang agak ketat juga. Aku melihat dengan penuh nafsu keringat yang membasahi menghiasi tubuhnya yang indah itu hingga terlihat agak tembus pandang.
Singkat cerita Widya aku bisiki, agar pada hari Jumat nanti yang merupakan jadwal kelas Widya untuk berolah raga, dia sengaja berlari sendiri jauh dari teman-temannya yang lain dengan alasan nanti akan kubelikan es sirup dan juga untuk mengerjai teman-temannya agar iri melihatnya naik mobil sambil meminum es sirup. Widya setuju saja karena dia pikir mungkin dengan begitu dia akan dapat mengerjai teman-temannya yang lain (padahal diam-diam aku yang akan mengerjainya habis-habisan).
Sehari sebelum hari H, aku menyiapkan tempat dan peralatan untuk siswi lugu ini di antaranya minuman energi, obat tidur, tali pramuka secukupnya, lakban, dan spons beserta sprei untuk kasur. Mobil pickup-ku pun sebelumnya aku persiapkan sedemikian rupa sehingga ruang tengah benar-benar pas untuk spons beserta spreinya.
Hari Jumat pun tiba. Pada pukul 05:30 WIB pun aku berangkat dari rumah dan menunggu mangsa yang satu ini. Kebetulan aku sudah mengetahui nomor HP-nya, sehingga aku tinggal missed call dia dari kejuhan dan dia langsung paham maksudku (agar dia tidak lupa dengan janjinya). Acara lari sudah dimulai dan tepat seperti dugaanku dia sudah berlari dengan mengurangi kecepatan untuk menjauh dari teman-temannya yang lain (tetapi larinya menurutku sudah telanjur terlalu jauh sekitar 1 km, mungkin ini dimaksudkannya untuk menghindari pengawasan gurunya dari belakang) dan dia juga sudah melihat mobilku dari kejauhan.
Aku langsung menghampiri dan mengajaknya masuk ke mobilku. Dia pun masuk ke mobilku tanpa basa-basi. Lalu aku memberinya es sirup yang telah kujanjikan kepadanya (yang tentunya sudah kuberi obat tidur secukupnya). Dia bahkan hanya melihat teman-temannya di depan yang mendahuluinya dan sama sekali tidak melihat ke belakang jika ada spon bersprei di sana, diapun saking hausnya langsung meneguk es sirup yang aku sebelumnya sudah campur dengan obat tidur tadi.
Dia benar-benar sudah keringatan karena kelelahan lari hingga semakin merangsangku untuk segera melumatnya. Keringatnya pun sudah tercetak di bajunya. Dia ingin agar aku segera mempercepat mobil dan menghampiri temantemannya untuk menggoda mereka, tapi aku menolaknya dengan alasan bahwa aku akan mengisi bensin dulu. Widya menurutinya karena di dekat sekolahnya memang ada tukang bensin pinggir jalan (sambil aku menunggu obat tidurnya bereaksi). Walau bensin mobilku sebenarnya belum habis tapi aku terpaksa menuju ke tukang bensin itu juga.
Aku turun tetapi bukannya membeli bensin (karena memang masih penuh) tetapi malah membeli koran yang aku baca-baca sebentar di luar mobil. Lalu aku membayar koran itu dan kemudian masuk kembali ke mobil. Aku dapati Widya sudah tertidur pulas, tapi rupanya dia masih sempat membuang bungkus es itu keluar mobil agar tidak mengotori lantai mobilku. Untung saja kepalanya tidak terantuk benda keras di depannya atau barang yang lain karena dia menempatkan tubuhnya di antara kursi depan dan pintu di sudut.
Aku pikir anak ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa hingga langsung saja aku telentangkan dia di tempat yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menyumpal mulutnya dengan lakban agar dia tidak bisa berteriak ketika tersadar nanti. Aku mulai menjalankan mobilku dengan kencang ke tempat yang benar-benar sepi dari keramaian dan agak rindang. Beruntung dia belum bangun. Aku pun melanjutkan dengan menelanjanginya, melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat tubuhnya benar-benar seksi untuk gadis seusianya dan kulitnya yang sawo matang namun agak keputih-putihan itu benar benar mulus juga mengkilat mungkin karena terlalu lelah lari tadi.
Kuteruskan membuka BH-nya dan aku melihat pemandangan dua gunung yang lumayan montok untuk gadis seusianya, payudaranya benar-benar kencang. Lalu aku teruskan untuk membuka CD-nya yang putih tipis itu dan aku mendapatkan pemandangan yang sungguh indah, sebuah vagina mungil dengan dihiasi bulu-bulu lembut yang tidak terlalu lebat. Batang kemaluanku sudah mulai tidak bisa diajak berkompromi, maka aku cepat-cepat membuka seluruh pakaiannya kecuali sepatu sportnya yang berkaus kaki putih itu karena aku pikir dengan begitu dia akan terlihat benar-benar cantik dan sangat merangsang untuk dinikmati. Lalu aku cepat-cepat mengikatnya dengan tali pramuka yang telah kupersiapkan sebelumnya.
Aku ikat kedua tangannya di belakang punggung dengan ikatan yang sangat rapat hingga kedua tangannya menyiku. HP miliknya kuletakkan di kursi depan karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Lalu terakhir aku memotretnya habis-habisan dengan HP berkameraku. Kupotret seluruh tubuhnya dari depan, lalu aku balikkan tubuhnya kemudian memotretnya dari belakang. Untuk sementara tugasku kali ini sudah selesai dan aku tinggal menunggunya sadar, tetapi dia belum sadar juga, padahal obat tidur yang kuberikan tidak terlalu banyak. Ah peduli apa, pikirku. Walau dia belum sadar juga tidak ada salahnya jika dicicil sedikit.
Aku mulai dari kedua payudaranya yang sejak tadi seakan menghipnotisku untuk terus menatapnya. Aku mulai menghisapnya dengan kasar, dan rasanya benar-benar lezat. Aku terus menghisap dan menjilati keduanya sambil sesekali aku gigit saking gemasnya. Dan sewaktu aku mengerjai kedua payudaranya dia sedikit demi sedikit mulai tersadar. Kemudian aku melihat ke arah jam tanganku yang menunjukkan pukul 08:15 WIB, berarti dia tadi tertidur sekitar 1 jam lebih.
Mata Widya langsung terbelalak keheranan karena begitu bangun dia langsung mendapatkan dirinya terikat tanpa pakaian di dalam mobil. Dia mencoba berteriak ketika dia mendapatkan dirinya dalam keadaan seperti itu, tapi itu semua sama sekali hanya membuang-buang tenaganya saja karena aku sudah menutup mulutnya dengan lakban.
"Eemmhh..!! Emmhh.. Mm.. Mmhh..!", Widya mencoba bersuara.
"Kamu tenang aja Wid.. Gak ada yang bakalan denger meski kamu berteriak sekencang apa pun, mulutmu itu sudah kubungkam dengan lakban dan di sini benar-benar sepi, paling paling yang mendengarmu cuma kambing sama ayam aja.. Ha.. Ha.., jadi sebaiknya simpan tenagamu dan nikmati saja apa yang akan terjadi sama kamu. Simpan tenagamu ya sayang.. Tugasmu masih banyak dan sama sekali belum dimulai", ujarku.
Widya menatapku dengan ketakutan, matanya memerah dan wajahnya jadi semakin pucat. Tapi dia tidak menghiraukan ucapanku tadi, dan dia meronta semakin kuat.
"Eemmhh..!! Em..!! Mmhh..!! Mm!! Hmmhh..!!" Karena ucapanku tidak diindahkannya, aku langsung mengobok-obok vaginanya dengan kasar sambil mengancamnya..
"Ayo!! Teriak lebih keras lagi!! Dengan begitu aku bisa lebih kasar lagi menghadapimu! Tugasmu masih banyak tahu!!"
Dia dengan sangat ketakutan mengangguk sambil mengucurkan air mata banyak sekali, lalu dia menangis tersedusedu mungkin karena vaginanya terasa sangat kesakitan ketika kuperlakukan dengan kasar tadi. Aku pun melanjutkan dengan menjilati vaginanya yang telah aku obok-obok dengan tangan tadi sambil menghisap-hisap dengan ganasnya serta kucolok-colokkan lidahku di liang senggamanya. Rasanya benar-benar nikmat sekali, belum pernah aku merasakan hal yang seperti ini sebelumnya. Widya hanya bisa menangis dan mengucurkan air mata. Aku jadi semakin terangsang untuk berbuat lebih ganas lagi. Tapi lama-kelamaan aku jadi ingin tahu apa yang akan diucapkannya sedari tadi dan aku membisikinya..
"Aku mau membuka lakban yang menutupi mulutmu asal kamu janji tidak akan berteriak, kalo coba-coba teriak aku janji akan membuatmu lebih menderita lagi!! Tahu!!" Nampaknya Widya merasa tidak bisa berbuat banyak lagi hingga dia hanya bisa mengangguk saja.
Breet.., setelah aku membukanya, dia segera memaki-makiku..
"Om bener-bener bajingan!! Anjing kamu!! Kenapa Om perlakukan aku seperti ini!! Bajingaann!! Anjiing!!" Aku yang tidak terima mendapat makian yang seperti itu hingga langsung menamparnya!! Plaak!! Kemudian Widya membalasku dengan teriakan minta tolong.
"Toloong!! Toloong!! Toolong!!" Aku membiarkannya untuk membuktikan bahwa di sana memang tidak ada seorang pun yang dapat mendengarnya.
"Nah, teriak lebih keras lagi!! Ayo!! Kita lihat siapa yang dapat mendengarmu!!"
Setelah lama sekali minta tolong sampai suaranya parau (mungkin karena kelelahan) dan tidak menghasilkan apa pun, akhirnya Widya hanya bisa menangis tersedu-sedu dengan suara yang serak kemudian dia berkata..
"Oomm.. Tolong lepaskan aku.. Pleeassse.. Apa salahku?? Kenapa aku diperlakukan seperti ini??"
"Kesalahanmu adalah karena berani-beraninya kamu tampil merangsang di depanku selama ini ha.. ha.. ha.. Kamu
tadi ngatain aku anjing kan!? Kita lihat sekarang siapa anjing yang sebenarnya!! Lihat dan rasakan saja!!"
Kemudian aku lepas semua pakaianku, lalu dengan kedua tanganku aku membuka kaki Widya lebar-lebar ke kanan dan ke kiri sampai benar-benar mengangkang dan terlihat benar vagina itu menjadi semakin siap saji. Kemudian aku menancapkan batangku yang sedari tadi sudah tidak bisa lagi diajak kompromi sedikit pun itu ke vaginanya. Mungkin karena kesakitan saking sempitnya, dia berteriak memelas..
"Ammpuun Oom.. Aku jangan diperkosa!! Nanti kalo aku hamil gimanaa!! Pleeassee!!" "Itu urusanmu!! Yang aku tahu, sekarang kita akan bersenang-senang sepuasnya OK!!"
Sepertinya gerakan kakinya mencoba menutupi vaginanya yang sudah tertancap sepertiga batangku dan tampaknya vaginanya juga tidak mau diajak kompromi malah juga mencoba menutupinya sehingga batangku jadi terjepit. Aku yang menjadi agak jengkel lalu membuat kakinya lebih mengangkang lagi lalu dengan ganas kucoba menembus keperawanan Widya hingga dia pun berteriak keras sekali..
"Ooaahh!! Aahh!! Ampuunn Oom!! Sakiit.. Sakiit.. Aakkhh.. Mmaahh.. Iikkhh.. Ampuun oomm!! Aku bisa matii oomm!! Sakiitt!! Uoohh!! Toloong!! Mamaa!! Maamaa!!"
Nampaknya jika Widya merasa kesakitan dia selalu berteriak memanggil ibunya. Aku yang sudah telanjur basah begini terus melanjutkannya saja dengan mencoba menerobos keperawanannya. Dan akhirnya, crrtt.., aku merasa baru saja seperti ada yang sesuatu yang sobek hingga Widya berteriak dan meronta sekuat tenaga.
Kulihat vaginanya dan ternyata benar, darah segar mengalir dengan derasnya. Aku cepat-cepat mengambil CD-nya untuk melap darah vaginanya agar tidak mengotori spreiku. Kulihat juga mulut Widya yang terbuka sangat lebar meronta-ronta dan tampak sangat menderita dengan kedua tangan yang masih terikat erat di belakang dan pakaiannya yang mulai acak-acakan, apalagi ditambah dengan sepatu sport dan kaus kaki putihnya hingga semakin merangsangku untuk berbuat lebih ganas.
Kemudian aku menggenjotnya lagi dan kali ini dengan tanpa ampun lagi karena aku sudah benar-benar kesetanan. Kugenjot vagina Widya yang mulai licin itu dengan semakin ganas. Tetapi kupikir ini masih terlalu sulit dilakukan, tetapi peduli setan, aku terus menggenjotnya semakin ganas dengan genjotan liarku, sampai-sampai suaranya terdengar, clep, clepp, clepp.., sementara Widya hanya bisa mengerang kesakitan.
Begitu seterusnya sampai suara teriakannya lebih serak dari yang sebelumnya, dan ternyata air mata Widya yang menangis tersedu-sedu semenjak tadi belum habis juga malah semakin deras sehingga membasahi payudaranya. Sambil menggenjotnya, aku menjilati air mata Widya itu, lalu aku mengulum mulutnya yang semenjak tadi menganga itu sampai dia sulit untuk bernapas sampai akhirnya, crott.. Spermaku kukeluarkan di rahim gadis SMA kelas 1 yang malang itu. Aku pun lalu berkelojotan kenikmatan.
Entah mengapa, mungkin karena Widya kelelahan lari sewaktu berolah raga tadi, ditambah dengan rontaanrontaannya yang hebat dan payudara dan vaginanya yang kuhisap habis-habisan hingga membuatnya pingsan seperti orang mati saja. Mungkin karena tubuh Widya menindih kedua tangannya sendiri yang terikat ketat di belakang hingga membuat buah dadanya jadi membubung ke atas. Aku jadi bernafsu lagi melihatnya hingga aku mengerjainya kembali selagi dia pingsan. Kuhisap-hisap sambil sedikit kugigit dan menariknya ke atas saking gemasnya hingga akibatnya kedua payudaranya kini jadi memerah, tetapi aku tidak mempedulikannya sama sekali.
Kulihat jam tanganku, waktu telah menunjukkan pukul 12:05 WIB, berarti aku tadi telah mengerjainya selama 4 jam, wajar jika dia sekarang pingsan, mungkin juga pada jam ini Widya sudah seharusnya pulang sekolah karena ini adalah hari Jumat, tapi peduli apa aku.
Aku memutuskan untuk beristirahat dulu sambil minum minuman berenergi yang sudah aku persiapkan dari rumah untuk memulihkan energiku yang sudah lumayan habis dan untuk mempersiapkan diri pada action berikutnya. Karena tali pramuka yang kubawa tidak cuma satu, aku pun mempersiapkan tali pramuka baru yang masih berbentuk gulungan rapi, putih mengkilat, sangat ketat, lumayan besar dan panjang karena yang aku beli adalah tali pramuka berkualitas istimewa, tapi bukannya aku akan menggunakan tali pramuka yang baru itu untuk mengikatnya lebih jauh lagi, melainkan aku menggunakannya sebagai tanda jika dia sudah tersadar nantinya, pasti dia akan meronta. Caranya adalah kumasukkan tali pramuka yang masih berbentuk gulungan itu ke dalam vaginanya dalamdalam. Memang ini agak sulit kulakukan, mungkin karena ukuran vaginanya yang terlalu kecil itu, jadi terpaksa aku memuntir-muntirnya dulu sampai akhirnya masuk walaupun ujungnya masih terlihat sedikit, mungkin ini memang sudah mentok, pikirku.
Untuk sementara aku beristirahat dan mencoba untuk tidur di samping Widya. Aku tidak perlu khawatir dengan halhal yang tidak diinginkan, karena tempat itu benar-benar sepi dan berada di bawah pohon besar yang rindang, lagipula tangan Widya sudah terikat tidak berdaya, dan apabila Widya terbangun atau tersadar nanti dia pasti akan meronta kesakitan karena vaginanya yang telah aku jejali dengan tali pramuka yang masih tergulung itu.
Lalu aku tertidur pulas di samping Widya. Aku tertidur sampai seperti orang mati saja sehingga sewaktu Widya tersadar duluan, aku hanya mendengar erangannya sambil memanggil-manggil mamanya. Aku pikir aku masih dalam keadaan bermimpi saat mendengar suara siapa itu. Dan setelah aku terbangun, aku baru sadar bahwa itu adalah suara Widya yang meronta kesakitan karena tali pramuka yang menyumpal vaginanya. Aku cepat-cepat melihat jam tanganku, dan jam menunjukkan telah pukul 15:10 WIB, berarti aku dan Widya tadi telah tertidur sekitar 3 jam.
"Aakkhh!! Eengghh!! Mmamaa!! Ahaakkhh!! Mamaa!!"
"Tenang aja Wid, di sini nggak ada yang bakalan denger apalagi Mama kamu, jadi simpan saja tenagamu karena tugasmu belum selesai".
Karena tenagaku sudah pulih, aku segera saja menuju target yang belum pernah kujamah dari tadi yaitu anusnya. Sebelumnya aku harus membuat tubuh Widya tertelungkup di kursi paling belakang, tapi kakinya tetap berada di bawah yaitu di spons bersprei itu. Tapi sayangnya sudut atau siku kursi mobilku yang paling belakang kurang pas seperti yang kuharapkan untuk posisi doggy style, yaitu kepala Widya yang tertelungkup sudah mentok ke kursi padahal vaginanya belum menyentuh ujung atau siku kursi sehingga kupikir ini pasti tidak akan seperti yang kuharapkan.
Maka kuangkat kepala Widya tengadah, sehingga muka Widya sekarang menghimpit rapat pada sandaran kursi, sampai-sampai erangannya terbungkam oleh sandaran kursi di mobilku, untungnya semua jok kursi di mobilku telah kubelikan yang berkualitas bagus sehingga benar-benar empuk. Dan akhirnya posisinya telah kurasa pas untuk melakukan posisi doggy style. Setelah mendapatkan posisi yang tepat, pertama aku menjilati dan menusuk-nusuk anus Widya dengan lidahku dengan ganasnya dan rasanya benar-benar nikmat sekali. "Aduuhh!! Aahh!! Nghaa!! Aduduuhh!! Aakkhh!!"
Aku sama sekali tidak tahu mengapa Widya tampak menderita sekali, padahal aku belum melakukan apa-apa, hanya sebatas menjilati sambil menusuk-nusuk anus Widya dengan lidahku. Dan aku baru teringat bahwa ternyata penyebabnya adalah gulungan tali pramuka yang masih bersarang di vagina Widya. Ah peduli apa aku, justru dengan dia meronta-ronta seperti itu akan membuat nafsuku semakin meledak, jadi aku biarkan saja tali pramuka yang masih tergulung rapi dan ketat itu bersarang di vaginanya.
Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil posisi untuk mengerjainya lagi. Pertama-tama aku menancapkan sepertiga batangku dulu di anusnya. Karena anus Widya benar-benar kecil maka ini akan cukup sulit, pikirku. Tibatiba terdengar rontaan Widya meskipun kurang jelas karena terbekap jok mobil.
"Ampuun oomm!! Mau diapakan aku!! Jangan di situ Oom!! Aku bisa mati!! Ampuun!! Ampuun!! Jangan Omm!!"
Tanpa peduli sedikit pun dengan apa yang diucapkan Widya, aku mulai kembali mencoba menerobos anus Widya. Kumasukkan (meskipun hanya bisa sepertiga yang masuk), kemudian aku keluarkan lagi, dan terus kulakukan itu sampai anus Widya menjadi sedikit licin dan longgar. Karena akhirnya aku agak jengkel dan bosan untuk menunggu lebih lama lagi, maka kuterobos saja liang anus Widya dengan sekuat tenaga. Slackk!! Scrrct!!
"Uuookkhh!! Khaakkhh!! Ahhgghh!!", jerit Widya.
Widya tampak benar-benar menderita, dan aku juga sudah merasakan ada sesuatu yang sobek, maka aku teliti anusnya untuk memastikannya dan ternyata benar, darah segar sudah mengucur deras dari liang anusnya. Aku kembali mengambil CD-nya untuk membersihkan darah dari anusnya. Darahnya benar-benar banyak, mungkin karena liang anusnya terlalu kecil. Dan setelah aku memastikan liang anus Widya telah terasa licin dan mulai nikmat untuk digarap, langsung saja kugenjot dia dengan sodokan-sodokanku yang ganas. Widya hanya bisa menangis tersedu-sedu dan memohon untuk segera dipulangkan ke rumahnya karena mungkin orang tuanya sekarang sudah mulai mencemaskan anak gadisnya yang belum pulang dari sekolah.
"Enngghh.. Enngghh.. Mngghh.. Enhgh.. Oom.. Sudah oomm.. Aku mohoon.. Aku pengen pulaang.. Aku pengen pulang Oom.. Heenngghh.. Engghh.."
Mendengar rintihannya yang terdengar serak dan sangat menderita itu menyebabkan birahiku justru semakin meledak, dan aku menggenjot anusnya dengan lebih ganas lagi hingga akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam anus Widya. Aku tahu Widya pasti sangat menderita sekali karena selain dia baru saja kusodomi habishabisan, juga tali pramuka yang masih bersarang di vaginanya, dan juga tali pramuka yang mengikat kedua
tangannya di belakang (sampai kedua tangannya berbentuk siku) akan menambah siksaan yang harus dijalaninya demi memuaskan nafsu bejatku.
Sambil beristirahat sebentar aku kembali membaringkan tubuh Widya yang sudah bermandi peluh itu hingga tampak mengkilap ke spons bersprei itu. Widya tidak henti-hentinya menangis, air matanya juga tidak henti-hentinya keluar. Tiba-tiba terdengar HP Widya berbunyi. Setelah aku lihat identitas pemanggilnya ternyata bertuliskan "Mama". Wah, aku pikir Mama-nya Widya sudah mecemaskan anaknya yang belum pulang juga dari sekolahnya. Aku kemudian memperlihatkan kepada Widya siapa orang yang mencoba menghubunginya. Segera saja mata Widya terbelalak saat mengetahui bahwa itu adalah Mama-nya hingga Widya berteriak sekuat tenaga.
"Maamaa!! Maammaa!! Tooloong aku Maa!! Maamaa!!"
Widya berteriak keras sekali berharap aku mau menyambungkan telepon untuknya, tetapi yang aku lakukan adalah justru memutuskan sambungan telepon itu di hadapannya.
"Bangsaatt!! Anjiing!! Bajingaann kamuu!! Bangsaat kamu!! Anjiing!!", maki Widya, lalu Widya kembali menangis. "Ennghh.. Heennggh.. Kenapa kamu tega melakukan ini? Itu Mamakuu.. Heenggh.. Aku pengen pulaanng!! Mamaa!!"
Bukannya aku kasihan terhadap Widya, aku malah mereply SMS ke Mama-nya yang berisikan, "Ma aku lagi bersenang-senang jadi jangan ganggu aku ya!!" Sebelum aku mengirimkan SMS itu ka Mama-nya aku perlihatkan dulu isi SMS itu kepada Widya hingga kembali ia memakiku.
"Kamu bener-bener menjijikkan!! Terkutuk kamu!! Bangsaat!!"
Aku kemudian menjilati air matanya yang terus bercucuran sampai bersih. Aku juga membenahi kedua kaus kakinya yang mulai merosot, juga tali sepatu sport-nya yang mulai acak-acakan hingga akhirnya Widya kembali rapi dan merangsang untuk dinikmati.
Karena aku tidak mau dia keburu pingsan lagi padahal tugasnya memuaskanku belum selesai, aku memutuskan untuk mengocok batangku di dalam mulut Widya agar sperma yang nanti ditelannya bisa sedikit memberinya energi, lalu aku mengangkat kepalanya, memasukkan batangku ke mulutnya, dan membuat gerakan maju mundur berirama.
"Nymlhh!! Nymngmh!! Ghhkkh!! Nnymhkh!! Ghkmnh!!", gumam Widya saat mulutnya kupaksa dimasuki batangku.
Melihat Widya yang menangis tersedu-sedu dan tampak sangat menderita, nafsu birahiku semakin memuncak, lalu kupercepat saja tempo genjotanku sampai akhirnya.., crott.. croott.. croot.. Akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam mulut Widya. Lalu aku cepat-cepat menutup mulut Widya dengan hati-hati agar jangan sampai ada sperma yang dimuntahkannya lagi.
Widya malah mencoba memaksa memuntahkannya, hingga akhirnya sebagian kecil spermaku berhasil dimuntahkannya lewat sela-sela tanganku. Aku tidak ingin hal ini terjadi lagi hingga tangan kiriku berusaha menutupi mulutnya dan tangan kananku menjepit hidungnya sekuat tenaga agar tidak ada jalan baginya lagi untuk bernapas selain menelan spermaku. Dan kulihat tenggorokannya seperti menelan sesuatu.
Aku pikir dia akhirnyua sudah menelan spermaku semuanya. Kali ini Widya benar-benar seperti mabuk. Spermaku yang sedikit berceceran di mulutnya aku sapukan merata ke mukanya dengan harapan agar dia merasa lebih fresh. Aku merasa kehausan juga, mungkin karena sudah dari tadi berulang-ulang mengeluarkan sperma untuk pelacur kecilku ini. Aku jadi punya ide konyol. Sebelumnya aku keluarkan dulu gulungan tali pramuka yang menyiksanya.
Widya kemudian malah meronta dan badannya juga bergetar, mungkin karena menahan pedih. Tali pramuka yang tadinya putih bersih itu sekarang sudah jadi berwarna agak gelap dan dipenuhi banyak darah dan cairan vagina. Aku menjilatinya sebentar dan, hmm.. rasanya benar benar lezat.
"Wid, aku sekarang pengen kamu kencing!! Cepet!! Aku udah haus banget dari tadi ngerjain kamu!!", perintahku. "Aa.. Aapa maksudmu!? Aku nggak bisa pipis sekaraang.. Aa.. Aaku.. Lagi nggak kebelet.."
"Ya udah kalo gitu aku bantu sini!!"
"Aa.. Apaa..!?" Aku kemudian mengulum vaginanya dan menghisap-hisapnya serta tanganku menggelitikinya dengan harapan dia akan mengompol.
"Ahahaakhh!! Ahaahaahh!! Khaahaa!! Gelii!! Apa-apaan kamu!?"
Pemandangan yang tampak aneh karena dia bisa setengah tertawa geli setengah menangis tersedu-sedu, sambil badannya bergetar hebat. Widya aku perlakukan seperti itu lama sekali sampai akhirnya dia mengompol juga meskipun hanya keluar sedikit-sedikit.
"Aakkhhaakhh!! Aakkhh!! Sakiit!!"
Aku tidak tahu pasti mengapa dia kesakitan padahal dia hanya mengompol saja. Aku baru ingat jika aku tadi sudah mengobok-obok dan memerawani vagina Widya dengan cara yang kasar hingga jika dia sekarang merintih kesakitan tentunya wajar. Tapi peduli apa aku. Kulanjutkan saja dengan menghisap dan menelan air seni gadis SMA kelas 1 itu. Mungkin karena Widya merasakan perih yang teramat sangat, maka dia hanya mengeluarkan air kencing itu sedikitsedikit sambil mengerang kesakitan.
Suara rintihannya jadi semakin lemah mungkin karena dia kelelahan. Air seninya hanya keluar sedikit sehingga lamakelamaan aku agak jengkel juga, lalu aku menghisapnya saja dengan paksa. Hmm.. Ini benar-benar lezat sekali, lebih lezat daripada teh celup manapun, pikirku, hahaha..
Rontaan Widya menjadi lebih panjang dan dia tampak lebih menderita daripada sebelumnya. Setelah aku pikir air seni Widya benar-benar sudah habis, aku sudahi saja permainan itu. Tiba-tiba HP Widya berbunyi lagi, dan setelah kulihat ternyata Mama-nya Widya yang mereply SMS-ku, "Bersenang-senang!? Apa maksudmu sayang!? Kenapa kamu bicara kasar gitu sama Mama!? Kamu sekarang ada dimana sayang!?"
Aku memperlihatkan SMS yang dikirimkan Mamanya kepada Widya. Mungkin karena dipikir dirinya sudah tidak bisa berbuat banyak, Widya menanggapinya hanya dengan menangis tersedu-sedu sambil memanggil-manggil Mamanya. Kemudian aku kembali mereply SMS tersebut, "Apa urusan Mama dg perkataanku yg ksr!! Makanya jgn ganggu aku lg!! Aku ada les privat dadakan, dan lokasinya ada di sorga dunia, mata pelajarannya adl ttg Kenikmatan Duniawi!! Jd Mama gak usah khawatir dan skrg mending Mama tidur aja!! Aku msh hrs bljr lbh byk lg ttg mata pljrn ini!!"
Seperti tadi, sebelum aku mengirimkan SMS itu ke Mama-nya Widya, aku perlihatkan dulu SMS itu kepada Widya. Mata Widya kembali terbelalak, kemudian memakiku habis-habisan.
"Bangsaat kamu Zen!! Kamu bener-bener terkutuk!! Kamu bukan manusiaa!! Anjing kamuu!!"
Mungkin karena saking marahnya, Widya langsung memanggil namaku "Zen" dan bukan "Om" lagi. Tetapi aku sama sekali tidak menghiraukan ucapannya, dan dia kemudian menangis lagi.
Singkat cerita, setelah itu aku kembali terus mengerjai Widya yang sudah tampak seperti orang mabuk itu sampai suara rintihannya menjadi serak sekali. Ketika sedang asyik-asyiknya mengerjai siswi SMA yang lugu dan malang itu, ternyata HP-nya berbunyi lagi, kulihat ternyata Mama-nya yang mencoba menghubungi Widya lagi yang kali ini kuabaikan. Ternyata Mama-nya Widya tidak mudah menyerah, dia malah mengirim SMS lagi, "Sayang, pulang donk, ini kan sudah jam 5 sore & sudah mo maghrib sayang. Pulang ya sayang ya!? Mama kuatir banget sama kamu sayang! Pulang ya sayang ya!?"
Aku terkejut juga, lalu aku melihat jam tanganku dan ternyata benar yang dikatakan Mama-nya Widya, sekarang sudah pukul 17:15 WIB. Mungkin karena keasyikan sekali sewaktu mengerjai tubuh Widya yang indah itu, aku sampai lupa waktu. Aku kembali membalas SMS Mama-nya Widya, "Iya Ma! Aku sgr plg! Cuma tinggal satu permainan, tunggu sebentar ya Ma!!"
Seperti sebelumnya, sebelum aku mengirimkan SMS ke Mama-nya, SMS itu kutunjukkan dulu kepada Widya, dan seperti sebelumnya juga, Widya hanya bisa meresponsnya dengan meronta dan menangis. Kemudian aku memutuskan untuk mengakhiri permainan sampai di sini. Sebagai permainan terakhir, aku mengencingi Widya merata sampai hampir ke seluruh tubuhnya, tapi sebagian besar air seniku kutembakkan ke mukanya.
"Bangsatt!! Apa-apaan ini!! Anjing kamu Zen!! Akh! Udah Zen!! Ampuun!!"
Widya hanya bisa merespons permainan terakhirku dengan memaki-makiku. Aku tidak menanggapi makiannya, karena justru Widyalah yang sekarang tampak seperti seonggok daging hidup yang hina, pikirku. Mobilku jadi bau pesing juga jika begini caranya, pikirku, tapi sudahlah, toh ini juga air seniku sendiri. Kemudian tali yang mengikat ketat tangan Widya sejak dari pagi tadi kulepas, lalu Widya membuka kedua tangannya secara berlahan-lahan dan dengan sedikit gemetaran, mungkin karena terlalu lama dalam keadaan terikat dan ikatannya sangat kencang.
Kemudian setelah itu langsung saja Widya kutarik keluar dari mobil dalam keadaan telanjang bulat, yang menutupi tubuhnya tinggal kaus kaki beserta sepatu sportnya, karena rencanaku semua pakaian Widya termasuk BH dan CDnya yang telah berlumuran darah keperawanan Widya itu akan aku gunakan untuk masturbasi nantinya termasuk juga foto-foto bugil Widya yang telah kuambil sebelum ia kuperkosa tadi.
Widya benar-benar nampak panik. Aku memberikan HP-nya kembali, karena memang hanya HP yang ada di sakunya dan dia tidak membawa benda lain lagi seperti dompet atau yang lain-lain, dengan harapan dia dapat segera menghubungi Mama-nya untuk meminta bantuan. Kemudian aku bergegas menutup pintu mobilku dan segera tancap gas tanpa menghiraukan Widya lagi. Daerah itu memang sangat sepi apalagi jika menjelang larut.
Sempat kulihat dari kaca spion, Widya langsung berlindung di bawah pohon yang rindang dan langsung menggunakan HP-nya untuk mencari bantuan. Tentunya untuk saat ini hanya HP-nyalah satu-satunya alat penentu keselamatan Widya, karena dengan keadaan Widya yang bertelanjang bulat seperti sekarang ini dia menjadi serba salah, jika dia mencari bantuan di tempat yang sepi seperti kepada orang lain yang belum dikenalnya, bisa-bisa malah dia akan dimangsa lelaki hidung belang selain aku. Aku bergegas meninggalkan tempat itu dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk segera pulang ke rumah.
Pada keesokan harinya, aku tidak pernah lagi melintasi jalan di sekitar sekolah Widya dan juga segera mengganti nomor dan penampilan mobilku untuk menghindari pelacakan dari pihak berwajib.
-
Cerita Dewasa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, tahun kedua-ku bersekolah di luar negeri. Aku sedang mandi dan mempersiapkan diri untuk...
-
Inilah cerita seks sedarah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak...
-
Keluarga Calvin pamitan pada Antonius, Ali, Bayu, dan Made setelah cukup lama ngobrol dengan Dion dan saudara-saudaranya. Besok pagi mere...
Search This Blog
Blog Archive
-
►
2021
(300)
- ► December 2021 (12)
- ► November 2021 (26)
- ► October 2021 (15)
- ► September 2021 (3)
- ► August 2021 (2)
- ► April 2021 (1)
- ► March 2021 (16)
- ► February 2021 (54)
- ► January 2021 (127)
Powered by Blogger.
Find Your Happiness Within Yourself Quotes
Find Your Happiness Within Yourself Quotes . Web find peace within yourself.” “seeking happiness outside ourselves is like waiting for sunsh...

Labels
- 69
- Abang Angkat
- Air Mani
- Ajudan
- Amput
- Anal
- Askar
- Asrama
- Awek
- Ayah
- Ayam
- Bapa Saudara
- Bas
- Batang Besar
- Batang Kuda
- Bawah Umur
- Beastillity
- Bercuti
- Blowjob
- Bogel
- Bontot
- Boyfriend Orang
- Butuh
- By Budak Adli
- By Denco
- By EddieAmir
- By Jimbob
- By Man
- By Mr Cadd
- By Nicholas
- By Niclit
- By Nur Atikah
- By pangeran212
- By Wanxxx
- Cerita Dewasa
- Cikgu
- Cina
- Daun Muda
- Dildo
- Download
- Driver
- Driver Lori
- Duda
- Emak
- ExBoyfriend
- Fan Fiction
- Foursome
- Glory Hole
- Handsome
- Hensem
- Hetero
- Hisap
- Homo
- Horor
- Hotel
- Housemate
- Ibu Mertua
- Incest
- Indian
- Indonesia
- Interracial
- Isteri Orang
- Jawa
- jiran
- Jubur
- Kampung
- Kebun Teh
- Kisah Cinta Dua Marhalah
- KL&L
- Konek
- Kontol
- Kontol Gede
- Kuli
- Lancap
- Liwat
- Love Story
- Maktab
- Malaysia
- Mat Salleh
- Mature
- Melanau
- Melayu
- MOTNES
- Muscle
- Negro
- News
- Ngentot
- Novel
- Orgy
- Outdoor
- Pakcik
- Pemerkosaan
- Pensyarah
- Pertama
- Polis
- pondan
- Remaja
- Rogol
- Roomate
- Sarawak
- Satpam
- Sedarah
- Sekolah
- Selingkuh
- Serial Andre dan Calvin
- Sesama Wanita
- Siswa
- Skodeng
- Sport
- Suami
- Suami Isteri
- Suami Orang
- Tentera
- Tetek
- Threesome
- Toilet
- Tukar Pasangan
- Umum
- Uncle
- Universiti
- Video