Dunia Esensi

Ini cerita kejadian pada waktu aku sedang ada masalah dengan pacarku, namanya Susi, tinggi badannya 160 cm, berat 57 kg, kulit putih bersih, bra 36B. Namaku panggil saja Andi. Pacarku itu sangat seksi karena bokongnya menonjol ke belakang dan pinggangnya kecil jadi kata temanku dia sangat montok.
Masalahnya kami sedang bosan satu sama lain, karena hubungan kami sudah 2 tahun sementara untuk pikiran menikah masih dibahas tidak kunjung selesai karena ada faktor X diantara kami. Untuk menghilangkan kebosanan pada saat kami berhubungan badan dia sering membayangkan yang melakukan hal ini dengan batang kemaluan yang besar dan hot, batang kemaluanku sendiri panjangnya 15 cm dan diameter 2,5 cm, katanya kurang? dan karena saat itu aku sedang sibuk kerja di kantor maka kalau sedang berhubungan badan, biasanya bisa 30 menit di luar pemanasan, pemanasan biasanya 30 menit juga mulai dari atas sampai menjilat liang kemaluan, sekarang pemanasan 15 menit dan hubungan badan 5 menit. Wah, dia protes setiap selesai berhubungan badan, sudah pasti saya keluar duluan sementara dia naik saja belum. Sementara saya juga tidak terpikir untuk menyeleweng dan dia juga menjaga perasaan saya dengan tidak menyeleweng, tapi yang terjadi kami sering berantem kecil-kecilan dan dia kalau diajak berhubungan badan sering malas.

Ceritanya sendiri kami jalan-jalan malam itu kurang lebih jam 9.00 malam berkeliling di daerah Thamrin. Sambil jalan kami membicarakan masalah hubungan badan, dia protes karena kondisiku yang tidak berubah. Dia bicara begini, "Andi, aku bosen nih kamu kalau hubungan sekarang cepet banget, kan Susi belum puas", katanya merengek.
"Habis aku lagi capai sih.." kataku.
"Ah, gitu terus alasannya.." katanya.
"Yaa bukan gitu dong.. tapi lagi bener tidak fit", kataku.
"Tapi aku kan jadi suntuk nih, kepalaku sering nyut-nyutan, aku jadi kepengen banget badanku digerayangin sama cowok lain! Aku pengen gituan yang hot yang lama 2 jam dan batang kemaluannya gede", kata Susi.
"Enak kali ya.. sama bule", katanya menyambung.
"Memang kamu berani Si.." kataku sedikit cemburu tapi ada perasaan lain ingin menantang dia.
"Yaa, iyalah.. tapi aku kan tidak enak sama kamu", katanya.
"Memang kamu pengen batang kemaluan yang gede dan yang hot?" tanyaku.
"Yaa.. habis kamu kalau hubungan sepertinya sudah tidak full lagi tegangnya dan mana cepet lagi. Pusing aku, tahu!" katanya.
"Yaa.. sudah kalau gitu sini kamu tiduran biar tidak pusing."
Kemudian jok kursinya dia mundurkan dan dia rebahan di pangkuanku, tangan kiriku langsung membelai rambutnya.
Terus kupijat kepalanya dan ternyata dia keenakan, lalu merem pelan-pelan. Tanganku turun ke leher, pundak dan ke dadanya. Kuremas perlahan, dia diam saja, kancing bajunya satu persatu kubuka sambil mobil jalan terus berputar di sekitar Monas dan Sabang. Perlahan tanganku meremas buah dadanya ternyata sudah mengeras. Dadanya montok, bentuknya bulat penuh dengan puting berwarna merah jambu. Ketika kusuruh melepas branya, dia langsung membuka kancing branya dan melepas bra tersebut sehingga buah dadanya yang montok itu menantang keluar kedua-duanya karena bajunya sudah kupinggirkan ke samping. Dengan leluasa tangan dan jari-jariku bermain meremas dan memijat pelan putingnya yang telah mengeras.
"Akkhh.." desah Susi keenakan.
"Mhh.. enak Si.." tanyaku.
"Iyyaa.." desahnya keenakan.
Jari tanganku lalu turun ke bawah mengusap perut dan pusarnya, terus ke bawah membuka kancing celana jeans-nya dan menarik reitsletingnya. Srett.. terbuka sudah dan perlahan jari ini menyentuh bulu-bulu halus di atas bibir kemaluannya. Kemudian kuremas perlahan dan kuusap.
"Aakhh.. Andii.." keenakan rupanya dia dan.., "Aduuhh, aku pengen batang kemaluan yang gede Ndii.." Wah mulai deh dia ingin berhubungan badan.
"Yang lamaa.. yang hot.. akhh.." desah dia keenakan.
Jariku naik turun dari dada ke sekitar liang kemaluannya, dengan perasaan cemburu aku bertanya kepadanya, "Kamu mau sama yang gede kayak bule Si..?" tanyaku.
"Mauu.." desahnya sambil badannya bergetar.
Wah, kepalang tanggung nih pikiranku jadi kotor.
"Kamu pengen yang hot yaa?" tanyaku lagi.
"Akhh.. aahh iyaa.." katanya.
"Ya sudah kamu cari aja.." kataku penasaran ingin membuktikan kepadanya.
Pikir-pikir dari pada dia main di belakang lebih baik terus terang kalau memang berani.
Ketika di jalan sekitar McDonald, kulihat ada bule sendirian di pinggir jalan sedang berdiri, badannya besar dan tinggi. Aku melihat dia sedang mencari bantuan. Ketika kulihat, dia juga melihat. Setelah sekali putar kulihat dia masih di tempat, sementara jariku sedang merayap di sekitar bibir kemaluan Susi, kemudian mobil kupinggirkan. Ehh, bule itu mendekati mobil kami, Susi tidak tahu kalau kaca jendela kubuka. Dia pikir aku ke pinggir karena capai keliling terus, jadi dia biarkan saja dadanya terbuka dengan putingnya yang mengeras dan bulu-bulu halus yang terlihat dari luar. Bule tersebut mendekat dari sisi pintu Susi dan melihat ke dalam sambil berbicara,
"Maukah anda menolong saya.. ups.. maaf.." katanya sambil terbelalak matanya.
Dia kaget melihat posisi Susi terlihat buah dadanya yang putih mulus keluar dengan puting yang telah mengeras dan bulu halus kemaluan Susi terpampang tepat di wajahnya. Karena badannya menjorok ke dalam pada saat berbicara.
Susi tidak kalah kaget. "Lhoo?" dia segera bangkit dari tidurnya dan merapikan kemejanya.
"Kok kamu tidak bilang kalau ada orang sih.." wajahnya merah karena malu.
"Sudah tidak apa-apa.." kataku tersenyum, lalu aku bilang ke bulenya, "Ma'af, ini pacar saya. Apa yang bisa saya bantu."
Setelah tenang sedikit sambil melihat ke Susi dia bilang, "Mobil saya rusak dan tidak ada bantuan", kata si bule.
"Mobil saya rusak dan saya sudah minta tolong teman saya tapi teman saya sedang pergi jadi saya tunggu di sini", katanya lagi.
"Ya sudah, anda masuk saja ke belakang", kataku.
"Ooh ya, terima kasih.." katanya sambil melirik ke arah Susi.
Dia naik dan duduk di belakang. Sementara Susi masih kaget sedikit tapi melihat bule itu ganteng (katanya) dia perlahan protes, "Aku kan malu.." katanya.
"Katanya pengen bule", kataku berbisik.
"Tapi kan tidak begini dong.." katanya merajuk.
Kulihat dia tidak marah berarti dia juga kemungkinan suka.
"Aah ya, saya Andi", kataku bersalaman, "Dan ini Susi.."
Sambil tersenyum mereka berdua bersalaman dan terus mengobrol basa-basi dari mana dan seterusnya. Setelah basa-basi selesai lalu dia bilang, "Kamu punya body bagus Si.."
Susi mencubit pahaku, "Aku kan maluu.."
Terus aku bilang, "Katanya kamu pengen tahu Si.., gedenya seberapa", kataku.
"Yaa, aku kan cuma.." kata dia tidak meneruskan karena si bule (namanya Chalued) menyeletuk.
"Kalau kamu pengen tahu, kamu lihat saja", katanya sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa kok.." kata si bule.
Aku yang sudah penasaran sejak tadi oleh keinginan Susi terus menimpali, "Ya sudah Si.. kamu ke belakang saja Si.." kataku.
"Aakhh, tidak ahh. Gila kali.." kata Susi tersenyum.
"Ya tidak, kan cuma lihat saja biar kamu tidak penasaran", kataku.
Eeh, si bule bilang mengenai hal tersebut tidak jadi masalah kalau di negaranya (Prancis) di sana mereka sudah bebas kalau suka ya bilang suka.
"Kalau kamu penasaran ya lihat saja", katanya tersenyum.
Karena terus diajak bicara dan Susi antusias mendengarnya akhirnya dia mau juga ke belakang.
"Lihat saja yaa.." kata Susi tersenyum malu.
Kemudian kujalankan mobil ke jalan Menteng, sementara Chal kulihat segera membuka kancing celananya dan reitsletingnya terus menarik ke bawah celananya. Susi yang duduk di sampingnya melihat keluar jendela sampai Chal mengeluarkan batang kemaluannya yang besar walaupun belum tegang sekali.
"Hai.. lihat ini", katanya sambil tangan kirinya memegang batang kemaluannya sendiri dan tangan kanannya memegang tangan kiri Susi.
Susi melihat batang kemaluan bule itu dan terlihat wajahnya menegang terpaku melihat batang kemaluan yang besar berwarna putih dengan kepala batang kemaluan seperti topi baja. Sementara aku menyetir terus dan dapat melihat melalui spion atas kelakuan mereka berdua di belakang.
"Kamu lihat ini dan pegang saja!" kata Chal.
"Wihh takut akhh.." desah Susi dengan suara serak.
"Tidak apa-apa biar kamu tidak penasaran lagi", kata Chal.
Susi terpaku melihat batang kemaluan Chal di samping tangannya. Chal mengambil inisiatif, langsung dia mencium pipi Susi perlahan, karena Susi diam saja maka wajah Susi dipegangnya dan.. Gila dia mencium bibir Susi dengan perlahan dan perlahan kulihat Susi membalas ciuman itu dengan membuka bibirnya serta merta Chal melumat bibir itu dan memasukkan lidahnya.
"Emmhh.." desah Susi perlahan.
"Kamu suka Si.." bisik Chal di kuping Susi.
Melihat reaksi positif dari Susi, tangan kiri Susi diarahkan untuk memegang batang kemaluan besar yang telah menyembul dari atas celananya. Ternyata Chal sudah melepaskan celananya berikut celana dalamnya sampai di paha. Walaupun belum keras tapi sudah berdiri tegak batang kemaluan itu berikut bijinya yang ditutupi rambut kemaluan. Susi mulai memegang batang kemaluan itu dan ternyata walaupun masih lemas jari telunjuk dan ibu jarinya tidak dapat bersentuhan (membuat bentuk huruf O) membuat Susi penasaran dan melihat secara jelas bentuk batang kemaluan bule tersebut dan mendesah, "Aakkhh gedee bangeet.." desahnya dengan suara parau dan wajah memerah.
Wah, kudengar dia sudah birahi, panik juga aku. Kemudian Chal sambil mencium telinga Susi berbisik, "Kamu kocokin dong.." desah si bule tidak tahan keenakan.
Wah sudah lupa mereka berdua, katanya hanya lihat saja, kok minta dipegangi dan dikocok lagi. Eeh, ternyata Susi menuruti permintaan Chal dan perlahan jari-jari tangannya meremas dan mulai mengurut ke atas dan ke bawah dan dalam relatif singkat batang kemaluan bule tersebut berdiri dengan kokohnya di tangan Susi. Panjangnya lebih dari batang kemaluanku atau lebih kurang 22 cm dan diameternya sekitar 4 sampai 5 cm.
"Emmhh.. akhh.." desah mereka berdua di jok belakang.
Makin lama semakin hot saja mereka berdua, sementara tangan Susi terus mengocok kejantanan Chal. Chal pun dengan nafsunya mengulum bibir Susi dan jemarinya dengan cepat membuka kancing kemeja Susi, karena Susi belum mengancingkan semua kancingnya (sengaja barangkali) maka kemeja tersebut dengan cepat terbuka semua dan dengan sigap tangan dan jari Chal langsung meremas susu Susi yang ternyata telah mengeras dan menonjol.
"Akhh enak Chal.." desah Susi menggelinjang. Baju itu disingkirkan ke samping dan begitu bibir Susi dilepas ciumannya maka mulut Chal langsung mendekat ke dada Susi sambil terus meremas perlahan. Puting Susi dihisap sambil dijilat, gundukan daging dada berganti-ganti sehingga, "Akhh.. uuff.." erang Susi keenakan. Wajah Susi sudah menengadah ke atas dengan posisi pasrah, sementara tangan kirinya terus mengocok batang kemaluan Chal yang besar dan penuh digenggamannya dengan makin cepat, kadang-kadang diremas batang kemaluan itu dengan kuat tanda dia sudah tidak tahan karena rangsangan yang ada pada sekujur tubuhnya dan bergetar badannya.
"Ooohh.. Anndii.." desahnya keenakan lupa kalau yang sedang bersamanya itu si Chal. Tangan kanan Susi menekan kepala Chal ke dadanya sementara tangan kirinya sudah tidak beraturan mengocok batang kemaluan besar dan menariknya ke atas seakan-akan ingin digesekkan atau dimasukkan ke dalam liang kemaluannya sendiri dan seakan-akan memaksa untuk segera dituntaskan semuanya.
Chal menyadari yang diminta Susi dan tangan kiri Chal segera membuka kancing celana Susi dan menarik ke bawah reitsleting celana Susi. Tahu atau pura-pura tidak tahu Susi membiarkan tangan itu membuka reitsleting dan dengan mengangkat sedikit pantat Susi tangan Chal itu berhasil meloloskan celana panjang berikut celana dalam Susi yang berwarna hitam tipis terbawa tertarik ke bawah. Celana itu tertarik hingga di tengah paha Susi di atas dengkul Susi sedikit. Tersembul sudah batang paha Susi yang putih mulus dan gundukan kemaluan Susi yang ditutupi oleh rambut kemaluannya yang halus berwarna hitam ikal.
"Kamu mulus sekali Sii.." bisik Chal sambil tangannya mengusap paha jenjang milik Susi.
"Ahh kamuu.." Susi tersenyum keenakan dan mata memerah. Keadaan mereka berdua sudah sama-sama dengan celana yang telah merosot dan posisi celana mereka berdua telah berada di atas dengkul masing-masing. Susi hanya mendesah dan menggelinjangkan pinggulnya sambil merenggangkan paha atasnya ketika jari-jari Chal itu mulai merayap perlahan, mengelus dan menekan sekitar atas kemaluan Susi yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan menyebarkan aroma yang khas dari kemaluan Susi. Mereka benar-benar telah tidak memperhatikanku yang membawa mobil dengan perlahan sekali dan terus memperhatikan kelakuan mereka berdua yang sudah seperti orang kepanasan.
Mereka sama-sama mendesah dan mengerang perlahan.
"Saya suka sekali wanita Indonesia.." desah Chal.
"Wanginya sangat enak sekali", kata Chal sambil mendesah.
"Emmhh.." desah Susi sambil mengerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Sementara batang kemaluanku sendiri sudah kukeluarkan sejak tadi dan perlahan kukocok sendiri, "Sialan", makiku dalam hati, cemburu tapi enak juga aku melihatnya serasa menonton film BF beneran di depan mata lagi. Jari bule itu mulai menyentuh belahan kemaluan dan mengusap perlahan terus dari atas ke bawah. Belahan kemaluan Susi sudah terlihat basah dan menjadi licin di sekitar belahan tersebut dan semakin lama menyebarkan aroma yang membuat Chal dan aku menjadi makin terangsang. Tangan Susi sudah terlepas dari mengocok batang kemaluan itu dan kedua tangan itu terkulai lemas meremas kepala Chal dan kadang-kadang mengusap punggung Chal dengan sangat merangsang sekali. Chal sabar sekali sementara tangan kiri dan jarinya terus membelai belahan kemaluan Susi, tangan kanannya terlihat meremas buah dada Susi, sementara itu mulutnya menghisap puting Susi yang telah mengeras serta menjilati permukaan dari gundukan buah dada Susi atau mengulum bibir Susi dengan emosi yang teratur.
Kurang lebih 20 menit Chal telah merangsang sekujur tubuh Susi sementara baju Susi telah terlepas membuat dia leluasa menggerayangi sekujur tubuh putih mulus itu. Terlihat Susi tersenyum puas dan memasrahkan diri sepenuhnya untuk diraba dan diremas oleh jari Chal dan Chal pun menciumi seluruh tubuh Susi yang telah polos sampai ke punggung pun dia ciumi dengan penuh gairah. Suatu pemandangan yang eksotik dan luar biasa, kupandangi kekasihku digerayangi dan dilumat habis seluruh badannya dan wajahnya tapi aku tidak cemburu, malah terasa puas dan bernafsu sendiri melihat adegan tersebut.
Sungguh sensasi luar biasa. Susi sudah bugil setengah badan ke atas tanpa sehelai benang pun di tubuh atasnya terlihat tonjolan buah dadanya yang putih bulat penuh mengeras dengan puting merah jambu dan sementara itu celana panjang Susi telah merosot sampai ke bawah dengkulnya sehingga dengan makin leluasa jemari bule tersebut meremas gumpalan daging kemaluan Susi dan jari tengahnya terus menggesek belahan kemaluan tersebut. Chal terus membelai belahan kemaluan Susi tanpa dia berusaha memasukkan jari tengah tersebut ke dalam kemaluan Susi yang telah terpampang dengan pasrah. Sementara Susi telah dalam posisi setengah rebahan dengan kaki terbuka atau bisa disebut mengangkangkan kakinya.
Chal melihat Susi sudah pasrah dan seluruh badannya bergetar seperti menahan sesuatu segera merubah posisi badannya menghadap ke Susi. Dia berlutut di depan Susi yang telah mengangkangkan kakinya sehingga posisi badannya sekarang telah berada di antara kedua kaki Susi yang mengangkang lebar dan lubang kemaluannya yang telah terlihat jelas telah basah. Karena posisi yang sempit di belakang mobil maka Chal mendorong dan melipat kursi di sampingku ke depan.
Wah aku takut juga kalau sampai batang kemaluan Chal yang panjang dan besar itu telah siap-siap mengarahkan ke belahan kemaluan Susi yang telah menantikan dengan mata terpejam dan mulut yang terbuka dengan desahan, "Jangan Chal.." desah Susi.
"Takuut.." erang Susi.
"Tidak apa-apa.. sakitnya hanya sebentar", desah Chal sambil mengambil posisi sementara tangannya terus merayap di sekujur tubuh Susi.
"Tapi aku takut tidak muaat.. nanti kemaluanku robeek.." kata Susi sambil ketakutan melihat batang kemaluan Chal yang benar-benar luar biasa besarnya telah berada di depan permukaan kemaluannya.
"Kamu harus mencobanya Si.. pelan-pelan saja.." desah Chal sambil mulai mengarahkan batang kemaluannya ke lubang kemaluan Susi yang telah terbuka sedikit akibat jari-jari Chal yang terus membelai belahan kemaluan Susi. Rupanya Susi benar-benar takut dan membuatku juga ketakutan. Wah, bahaya nih kalau sampai ada apa-apa aku juga yang ketimpa pulungnya, kami berdua juga nanti menanggung resikonya. Mobil segera kupinggirkan di sisi jalan yang agak gelap dan kuhentikan secara perlahan. Setelah kurasa aman di sekitar jalan aku segera membalikkan tubuhku ke belakang untuk melihat lebih jelas lagi.
"Kamu jangan takut, saya tempelkan saja dahulu batang kemaluan ini sampai kamu nanti mau.." kata Chal merayu sambil lidahnya menjilati sekitar kuping Susi. Susi yang keenakan lalu membiarkan Chal melanjutkan aksinya, dengan menjepit pinggang Chal dengan kedua kakinya, Susi melihat batang kemaluan Chal yang besar itu ditempelkan tepat di belahan kemaluan Susi yang telah basah hanya setengah ke bawah menempel tepat di lubang kemaluan Susi sedangkan setengah lagi berada di atas belahan Susi, Susi merasa dengan posisi yang aman menerima kuluman Chal dan merasakan batang kemaluan besar milik Chal mulai secara perlahan menggeser di belahan kemaluannya.
"Oohh.. Chal.. enaakk.. emmhh.." erang Susi.
"Uuuff.." desah Chal keenakan.
"Yaa enakk Si.." kata Chal.
"Teruss digeseek dan ditekan Chal.." pinta Susi.
"Ya sayang.." kata Chal mulai mempercepat gesekan di belahan kemaluan Susi. Dengan cara naik turun posisi badan Chal terlihat seperti ingin naik dan tidak.
"Tekan teruuss Chal.." erang Susi yang makin lama semakin keenakan.
"Enaakk.. oohh.. puasin aku Chal.. ahkk.." desah Susi dengan suara yang telah parau.
Posisi kaki Susi telah mengangkang dengan lebar membuat Chal lebih leluasa menggerakkan badannya kadang naik-turun dan kadang mendorongkan batang kemaluannya ke depan sehingga lebih menekan belahan kemaluan Susi. Kulihat kemaluan Susi telah terbelah bibir kemaluannya karena tekanan batang kemaluan Chal yang terus bergerak menekan belahan bibir kemaluan Susi, sementara terlihat batang kemaluan Chal mulai mengambil posisi setengah ke atas, batangnya yang menggeser belahan bibir kemaluan Susi dengan sedikit tekanan yang terus menerus. Kepala batang kemaluan Chal mulai secara beraturan menyentuh dan mendorong klitoris Susi yang telah terbuka.
"Aahh.. aduuhh.. ennaakk.. sshh", desah Susi sementara tangan Susi telah berada di belakang punggung Chal dan sambil menekan pantat Chal, Susi membetulkan arah gerakan batang kemaluan Chal yang terus berusaha mendobrak klitoris Susi.
"Emh.. uff.." erang Chal menahan sesuatu. Aku tahu dia sudah ingin menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Susi tapi kerena Susi tidak mengatakannya dia berusaha menahan keinginannya yang telah di kepalanya.
"Chal.. Chal.. eeng.." Susi bergumam, aku tahu kalau Susi telah siap dimasuki oleh batang kemaluan besar itu. Terlihat tangan Susi gerakannya sekarang mendorong dan menarik pantat Chal sedangkan posisi kepala batang kemaluan Chal telah terbenam melewati klitoris Susi. Terlihat batang kemaluan itu mulai bergerak mengikuti arahan Susi mencoba untuk terus menerobos liang kemaluan Susi yang terasa sempit sekali untuk ukuran batang kemaluan sebesar Chal. Kepala Susi sudah menengadah ke atas dengan mata terbelalak tinggal putihnya, sementara mulutnya terbuka mengerang, "Ahhkk.. sakiitt.. ahh.." Chal menahan aksinya dengan mulai menarik kepala batang kemaluannya yang telah terbenam di dalam kemaluan Susi. Dia melihat Susi dan ada perasaan sedikit takut dan ragu untuk meneruskan aksinya.
"Susii.. Susssii.. akhh", desah Chal meminta kepastian kesiapan Susi apakah seluruh batang kemaluannya dapat menerobos masuk ke dalam kemaluan Susi. Tapi Susi sudah tidak dapat berkata-kata karena mulutnya hanya dapat menganga terbuka.
"Ekhh.. akkhh.. oohkk", dengan keraguan Chal terus melanjutkan aksinya dengan posisi sama seperti sebelumnya. Terlihat batang kemaluan Chal terus berusaha menekan lubang kemaluan Susi dengan kepala batang kemaluannya yang besar itu, tapi dia menarik kembali ketika Susi mulai seperti orang tercekik dan mulutnya yang mengerang kesakitan.
"Uuff.. uff.. uuff.." desah Chal sambil terus memajukan dan menarik pantatnya dan makin lama semakin cepat dan terlihat begitu liar gerakan keduanya. Kepala batang kemaluan Chal terus menekan klitoris Susi berulang-ulang kadang masuk kadang di luar bibir kemaluan. "Akhh.. akhh.. akhh.. engg.. engg.. aakhh.. eengg.." Susi mencengkeram pantat Chal kuat-kuat dan akibat sundulan kepala batang kemaluan, "Oohh.. akuu.. keluaarr.. Chal.. uuff.. aahh.. enaak.." erang Susi kelonjotan dan bergetar seluruh badan Susi di dalam pelukan Chal. Chal merasakan siraman air hangat dari dalam lubang kemaluan Susi yang terus mengalir membasahi batang dan kepala batang kemaluannya, membuat batang kemaluan itu menjadi mengkilap dan basah.
"Kamuu.. keluar Siii.. sayaa.. jugaa mauu.. uuff.. uuff.. aahh.. aahh.." desah Chal dengan nafas berirama, nafasnya terdengar keras.
"Eeennakk.. oohh akuu.. puaass", Susi terus mengerang karena terus merasakan sundulan kepala batang kemaluan Chal di dalam kemaluan dan gesekan batang kemaluan Chal di bibir dan dinding luar kemaluannya. Ternyata hanya sebatas leher kepala batang kemaluan Chal yang dapat terbenam di dalam lubang kemaluan Susi dan terasa terus menggesek dinding kemaluan Susi terus menerus.
"Teruss.. Chal.. tekan teruuss.. oohh.. oohh.. benar enak.. ahh.." Susi tersenyum puas melihat Chal masih terus berusaha memberikan rangsangan di sekitar dinding kemaluannya. Chal melihat Susi tersenyum dan ikut tersenyum puas.
"Kamu puass.. Sii.. enak.. kan.." senyum Chal sambil menjilat bibirnya sendiri dengan lidahnya.
"Biar kamuu.. puaas Sii.." kata Chal sambil terus menghujamkan sepertiga batang kemaluannya ke dalam liang kemaluan Susi.
Terdengar bunyi, "Sleepp.. ahhkk.. sleepp.. brreet.." rupanya kemaluan Susi terus semakin basah dan semakin licin untuk batang kemaluan Chal yang terjepit di lubang kemaluan Susi.
"Gilaa.. kamuu rapat sekali lubangnya.. uuffhh.. susah.. Siii.. untuk masuk.." Chal penasaran sekali dengan kemaluan Susi yang terlalu sempit. Gila memang, batang kemaluan Chal yang besar itu berhasil menggelosor keluar masuk di lubang kemaluan Susi, posisi Susi sudah ditindih oleh badan Chal. Kulihat mereka berdua telah telanjang bulat saling merapatkan dan menggesekkan badannya. Sementara kulihat juga pantat Chal melakukan irama naik turun dan kadang diselingi gerakan mendorong dan menarik.
Benar-benar membuat penasaran karena gerakan Chal, aku merubah posisi duduk ke belakang mereka, tanpa mereka sadari aku melihat dengan jelas batang kemaluan Chal yang besar dan panjang itu sebagian telah keluar masuk di dalam kemaluan Susi, sementara gerakan mereka makin lama semakin lincah karena kemaluan Susi terus mengeluarkan cairan yang membuat batang kemaluan Chal terus dapat menerobos dinding kemaluan Susi.
"Aakkhh.. uuff.. eennak.. aahh.. teruuss.. tekan.. sayang.. aahh.. ngg.. aku mau batang kemaluan gedee.. ahh enaak ngentot.." Susi kelojotan dihujami batang kemaluan bule walaupun belum semua batang kemaluan Chal masuk menembus kemaluan Susi. Tangan Susi terus memberikan remasan di pantat Chal dan kadang menekan pantat itu ke bawah.
"Kamuu kuat.. Susii.. kemaluan kamu masih sempit.. sayang.. oohh.. nikmatnya.. kemaluan.. kamuu.. enak.. adduuhh batang kemaluan sayaa.. dijepit aah enak.. haa.. haa.. mhh.. ennak.." Chal tersenyum melihat Susi merem-melek keenakan. "Sleep.. poof.. sleep.. poof.. breett.. aahh.. sleep.. breet.. breet.." gerakan pantatnya menekan dua kali dan memutar dua kali pada saat posisinya menekan, terlihat pantatnya kempes memberikan tekanan agar batang kemaluannya lebih masuk lagi ke dalam kemaluan Susi setelah 2 sampai 3 kali menekan batang kemaluannya ke dalam pada saat menekan terakhir, pantat Chal memutar ke kiri dua dan ke kanan dua kali.
Gila, Susi sudah tidak sempat lagi bergerak, posisinya hanya mengangkangkan kakinya lebar-lebar terlihat jari-jari kakinya menegang dan tangannya hanya dapat memegang punggung Chal dan sekali menjambak rambut Chal kadang-kadang seperti orang kehilangan pegangan menggapai-gapai mencari pegangan. Sementara nafasnya terdengar tidak beraturan yang ada hanya lenguhan dan lenguhan disertai erangan panjang.
Dengan gerakan itu Chal telah melakukan gerakan menghujamkan kemaluan Susi yang tadinya hanya menggesek-gesek bibir kemaluan Susi, sekarang batang kemaluannya telah masuk menembus dinding kemaluan Susi yang sempit dan basah. Terlihat bibir kemaluan Susi tertarik keluar dan terdorong masuk mengikuti gerakan batang kemaluan Chal, tiga puluh menit mereka berdua saling menerima dan memberikan kepuasan. Terlihat keringat telah membasahi badan mereka berdua.
"Kamuu berbalik Susi.." desah Chal, lalu Chal menarik batang kemaluannya, terdengar bunyi "Plooff.." dan Susi mengambil posisi menunggingkan pantatnya (gaya anjing) dengan satu kaki di atas jok dan satu kaki di karpet mobil sementara tangannya memegang sandaran jok belakang ini, posisi yang disukai bule dan tentunya kami juga. Melihat bibir kemaluan Susi dengan jelas telah terbuka sehingga terlihat cairan di pinggiran kemaluan Susi yang telah banyak mengeluarkan air kewanitaannya. Sementara klitorisnya terus bergerak mencari sesuatu untuk digesekkan, Chal mengambil posisi tepat di belakang pantat Susi setelah lima kali meremas bongkahan daging pantat Susi dengan remasan penuh nafsu. Sekali menguakkan kemaluan Susi dengan jarinya terlihat daging dalam kemaluan Susi yang berwarna merah karena terlalu lama digesekkan batang kemaluan Chal. Dengan sedikit demi sedikit Chal mulai menempelkan kepala batang kemaluannya dibelahan kemaluan Susi dan terus menggesekkan kepala batang kemaluan tersebut ke atas dan ke bawah belahan kemaluan Susi.
"Aahh.. ennaak.. Chal.." desah Susi terpejam.
"Nikmatnya batang kemaluan kamuu.. enak.. Chal.." setelah delapan gesekan naik turun Susi mendesah.
"Masukin Chal.. aku mau ngentot.. yang enak.. aahhk", dengan sedikit hentakan kepala batang kemaluan Chal mulai menerobos dinding kemaluan Susi. Perlahan melakukan gerakan maju mundur dan makin lama semakin terasa gerakan pantat Chal. Terlihat mulai membuat batang kemaluan Chal sebagian tenggelam di dalam kemaluan Susi.
"Ahhk.. aakhh.. uuff.. ahkk.. enaak.. aahh.. oohhkk.. yaa.. teruus.. akhh.. haak! haak! hak!" Chal terlihat mengeram dengan nafas yang memburu begitu juga Susi.
"Ookk.. yak.. yak.." Chal mulai dengan gerakan sepenuhnya tangannya memegang pinggul Susi untuk menahan gerakan akibat dorongan batang kemaluan Chal yang menghujam semakin dalam ke dalam kemaluan Susi.
"Hee.. aakhh.. okh.." nafas Chal memburu dengan cepat sementara gerakan batang kemaluannya di dalam kemaluan Susi terus keluar masuk dan kadang berputar seperti mengebor kemaluan Susi.
"Akhh.. aakhh.. eennak.. giila.. gila.. aakhh.. aduh.. duh.. gila.. mentok.. ahh.. batangnya mentook.. aahk ennak mmffhh.. terus.. yaa terus.." erang Susi. Sementara kepalanya terdorong dan berputar menambah makin seksi dilihat oleh Chal.
"Suussii.. enak.. aahk.. akhh.. gilaa.. masuk.. semuaa.. Siii.. enaak.. mmffhh aakhh puas, gilaa.. kamu.. kuat aakh.." Chal terus menghujamkan batang kemaluannya dalam-dalam ke lubang kemaluan Susi. Sementara Susi hanya bisa mengerang dan menjerit ketika kepala batang kemaluan Chal mentok di dinding rahimnya.
"Aku keluarr lagi.. Chal.. aahk ah.. ahk enak.." erang Susi terpejam.
Telah 20 menit Chal memainkan batang kemaluannya di dalam kemaluan Susi, keringatnya telah menetes ke punggung Susi. Sementara punggung Susi telah terdapat lima bekas gigitan Chal, tiga di pundak Susi dua di leher belakang Gina. Sungguh buas si Chal ini kalau sedang bersetubuh, kadang-kadang tangannya meremas buah dada Susi dan meremas serta menarik ke bawah sehingga memberikan dorongan lebih menekan batang kemaluan Chal. Susi benar-benar sudah lemas dan tidak bertenaga lagi. Kepalanya sudah rebah ke jok mobil, sementara tangannya terkulai lemas, terlihat rambutnya telah basah semua dan badannya telah bermandikan keringat.
"Aahk Chal, aku.. lemes.. gila.. keluarin Chal.." pinta Susi memelas.
"Yaa.. akh yak.. duh.. yaa.. Siii.. aku keluarin.. huu.. huuf.. aakh.. enaak kemaluan kamu.. akh aku mau keluarr.. aakh akh gila! Enaak.. ahh.. aku mamu keluaar.. aahh.. hak.. haakk.. uuff.. oohk.. kamu hebat Siii.." Chal melakukan gerakan sangat cepat menghentakkan batang kemaluannya sampai berbunyi, "Cepaak.. cepakk.." beradu pantat Susi dengan paha Susi dan bunyi peraduan kemaluan dan batang kemaluan.
"Breet.. bret.. plooff.. broot.. ploof.. brot.. broot.. poof.. broot.. ahk.. ya.." Susi yang mengetahui Chal mulai menghentakkan batang kemaluannya dalam-dalam melakukan gerakan liar memutar dan menghisap serta memijat batang kemaluan Chal dengan lubang kemaluannya.
"Akuu juga.. mau keluar.. ahh.. lagi.. Chal.. gila.. aahh.. ahh.. keluaar.. haa.. enak.." Chal tersenyum puas sambil tangannya meremas payudara Susi dan mulutnya mencium bibir Susi yang telah terkulai lemas di jok mobilku.
Keadaan menjadi hening lebih kurang lima menit, Chal tetap dalam posisi memeluk Susi dari belakang kudengar mereka berbisik dan berbicara perlahan sementara batang kemaluan Chal walaupun sudah mengeluarkan maninya di dalam kemaluan Susi terlihat masih berada di dalam kemaluan Susi, belum menyusut mengecil dan terlepas. Setelah saling membersihkan keringat dengan tissue, kami pulang dengan perasaan masing-masing puas telah saling memberikan kepuasan kepada pasangannya.
Sebenarnya aku malu menceritakan kejadian yang sampai sekarang masih sering kulakukan ini. Aku adalah seorang ibu rumah tangga dan aku juga punya status sebagai janda. Kehidupan aku cukup baik, karena peninggalan deposito dari suami dan kadang2 ada bisnis jual beli perhiasan dengan teman. Anak aku ada 2 orang dan mereka semua sekolah di Jogya, karena dekat dengan kakek neneknya. Dirumah aku cuma ditemani oleh Surti (pembantu) dan Remi, anjing herder peninggalan suami juga.
Suatu hari teman jual beli perhiasan aku yang bernama Tina datang kerumah. Teman bisnis aku banyak, dengan Tina aku baru kenal kira2 1 bulan yang lalu. Usia wanita itu sama dengan aku dan punya anak satu, wajahnya cukup cantik ditambah dengan make up yang pandai, dan Tina tahu cara merawat tubuh dengan baik, aku mendengar dari teman2 bahwa dia sangat pandai dalam berbisnis perhiasan, apalagi ditambah kepandaiannya berbicara merayu pembeli. Tina datang kerumahku hari itu untuk menitipkan perhiasan yang hendak dijual, biasanya kami suka bertemu direstoran padang langganannya, tumben hari ini dia datang mengunjungiku.
"Halooo Rin.......apa khabar nih???" aku tersenyum senang sambil membalas salam Tina."Tumben, kok bisa nyasar kesini Tin?""Kangen aku tidak ketemu kamu 2 minggu""Ahhhh....bisa aja....ayo masuk, maaf ya rumah aku berantakan dan kecil" aku mempersilahkan Tina masuk keruang tamu."Ah rumah kamu bagus kok, dilingkungan elite lagi" Komentar Tina sambil duduk disofa."Seperti yg tadi kukatakan di telepon, aku ingin menitipkan perhiasan ini untuk kamu jualin, soalnya lusa aku akan keluar kota dengan suamiku" Kulihat Tina mengeluarkan kantong beludru hitam dari dalam tasnya."Lebih baik dikamar saja Tin, soalnya si Surti ada di dapur" Ajak aku. aku selalu berhati2 dalam berbisnis di bidang ini. Tina mengikuti masuk kekamar aku. Lalu kami duduk diatas ranjang dan Tina mengeluarkan semua isi kantung beludru itu. Perhiasan bertahtakan berlian terpampang diatas ranjang, berkilauan. aku kuatir juga melihat perhiasan banyak begitu, aku mengambil salah satu kalung yang paling indah.
"Waah indah sekali kalung ini" Kataku, lalu aku mencoba memasangnya dileherku."Sini aku bantu" Tina beranjak kebelakangku, lalu tangannya berusaha mengaitkan kunci kalung itu."Leher kamu bagus sekali Rin" Ujar Tina, kurasakan leherku dibelainya, bulu romaku jadi berdiri, perasaanku jadi nggak enak. Lalu tangan Tina membelai pipiku, sementara tangannya yang lain menelusuri leherku terus merayap menuju dadaku.
"Tin....jangan gitu ah.....aku jadi geli nih" Tapi Tina tidak menjawab. Tiba2 aku merasakan pipi kiriku panas, aku menoleh, belum sempat aku sadar apa yang membuat panas pipiku, bibir Tina sudah menyambar bibirku. Aku gelagapan dan aku berontak berusaha menghindar, tapi Tina seperti kesetanan, ia terus menekan mulutnya ke mulutku. Dan kurasakan buah dadaku diremas olehnya. Aku benar2 terkejut sekali dengan perlakuan seperti itu, aku mencoba mendorongnya, tapi tubuhnya sudah menindih tubuhku. Aku menendang dan Tina melepaskan pelukannya. Aku berusaha membetulkan letak buah dadaku yang tadi sampai keluar dari BH. Tina memandangku dengan mata yang redup.
"Sori Rin.....sejak kenal denganmu aku merasa kamu sangat merangsang sekali" Aku terdiam sambil menahan amarah."Kok kamu gitu sih? Kan kamu sudah punya suami??? Teganya kamu...." Sergahku sambil memelototinya. Tina memandangku dengan pandangan yang makin redup."Aku lebih bernafsu dengan wanita sepertimu, lagi pula suamiku tidak pernah bisa memuaskanku, belum apa2 sudah loyo sehingga selama perkawinan aku belum pernah merasakan kepuasan""Tapi dengan modal kecantikanmu kan kamu bisa cari laki2 lain utk memuaskanmu!""Aku tidak merasakan kenikmatan seperti kalau dengan wanita, aku ingin kamu juga mencoba merasakannya Rin" Jawab Tina sambil mendekatiku. Aku beringsut mundur kekepala ranjang."Tapi aku tidak pernah lesbian begitu" Hatiku berdebar2 memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi bila Tina menyergapku seperti tadi."Jangan takut Rin, aku tidak akan memaksamu, cuma aku ingin kamu mengijinkanku menciummu sekali saja, tolonglah....." Hatiku makin tak keruan, sudah lama sekali aku tidak pernah dijamah oleh laki2 apalagi perempuan. Mendengar kata cium saja, aku sudah merasa tidak keruan. Lagi pula apa salahnya dicium Tina, apalagi mulutnya tidak bau. Aku tahu hati kecilku bersikap pasrah."Baiklah.....tapi sekali saja, dan jangan macam2 ya" Jawabku. Tina lalu mendekatiku lalu tangannya merangkul leherku, lalu bibirnya mencium mulutku dengan lembut, perasaanku tak keruan merasakan ciuman itu, aku memberanikan diri membalas ciumanya. Lalu kurasakan lidah Tina menjalar masuk kedalam mulutku mencari2 lidahku. Yang kurasakan kemudian adalah perasaan aneh dan gamang yang tidak dapat dilukiskan. Kurasakan hembusan napas Tina yang panas dipipiku dan lumatan mulutnya yang begitu merangsang birahi.
Hampir 3 menit kami berciuman dan aku tahu kemaluanku sudah basah karena nafsu. Sekarang aku benar2 pasrah waktu Tina menjilati leherku dengan lembut, tangannya melepaskan tali daster dipundakku, lalu dengan lembut buah dadaku yang masih tertuutp bh diremas2."Tiin.....jangan ah....malu Tin" Aku berusaha mencegah setengah hati. Dan Tina tahu aku tidak benar2 ingin menghentikan aktivitasnya.Aku merasakan tangan kirinya masuk kedalam celana dalamku, dan jari2nya memainkan klitorisku, kadang2 dicubit2 kecil, benar2 sensasi yang hebat sekali. Tanpa kusadari aku juga sedang meremas2 pantat Tina. Tubuhnya menindih tubuhku dan kurasakan buah dadanya yang berukuran sedang menekan buah dadaku yang memang dari dulu tergolong besar. Tiba2 aku baru sadar Tina sudah setengah telanjang, cuma memakai cd saja, sedangkan aku benar2 bugil total. Tubuh Tina berbau harum, entah parfum apa yang dipakainya, tapi wangi tubuhnya menambah getaran berahiku. Tanganku menjalar melepaskan celana dalamnya, lalu kulihat sekilas kemaluannya berkilat tanpa sehelai bulu, rupanya bulunya dicukur rutin. Jari2ku masuk kedalam lubang kemaluannya lalu kutusuk2 dengan lembut. Tina merintih keenakan, tangannya makin dalam beroperasi dilubang kemaluanku. Aku juga merintih keenakan. Aku tidak tahu ternyata wanita dengan wanita dapat saling memuaskan dalam urusan sex.

Sekarang Tina sedang menghisap puting buah dadaku, sementara tangannya yang lain terus bermain di klitorisku. Aku merasakan Tina mulai menciumi perutku, lalu memainkan lidahnya di pusarku, aku kegelian, tak lama kemudian lidahnya sudah menjilati kemaluanku."Tin jangan disitu ah......kan jorok" Bisikku sambil berusaha mendorong kepalanya. Tapi Tina malah makin merenggangkan pahaku dan klitorisku dhisap2 olehnya, kadang2 lidahnya masuk keluar dalam lubang kemaluanku. Aku sudah tak dapat berpikir sehat lagi, yang kurasakan cuma kenikmatan yang tiada taranya. Tahu2 didepan wajahku sudah ada kemaluan Tina, kedua lututnya ada dikiri kanan kepalaku. Tina tidak menurunkan pinggulnya, jadi aku dapat dengan jelas melihat kemaluanya yang botak. Bibir kemaluannya berwarna merah kehitaman dan kulihat klitorisnya cukup besar menonjol bertengger diatas bibir kemaluannya. Aku menyibak bibir kemaluan Tina, dan kulihat kemaluannya basah sekali oleh lendir yang bening, aku lalu menusuk2 kemaluan itu dengan telunjuk, jari tengah dan jari manisku, kadang2 dengan kelingking juga. Lubang kemaluan Tina sudah agak kendur, mungkin punyaku juga sama. Aku ragu2 mejilat kemaluannya, soalnya aku belum pernah menjilat kemaluan sesama wanita. Tina terus mengeluar masukkan lidahnya dilubang kemaluanku, aku sudah tak tahan lagi.
"Tin....aku hendak keluarrrr....." Tubuhku bergetar hebat, kurasakan lidah Tina masuk makin dalam kedalam kemaluanku, dan aku merasakan orgasme yang hebat sekali. Sepertinya ini yang paling enak semenjak aku menikah. Tina masih terus menjilati lendirku, aku juga tak perduli lagi, kuraih pinggul Tina lalu ketarik sampai wajahku terbenam disela2 pahanya. Tercium bau yang sama dengan bau kemaluanku. Kujilat2 klitorisnya lalu kumasukkan juga lidahku kedalam lubang kemaluannya, kurasakan lendir asin masuk kedalam mulutku. Aku tidak perduli lagi. Lalu kurasakan ada yang geli di lubang pantatku.
"Aduh Tin jangan disitu dong.....jorok kan?" Kurasakan lubang pantatku berkerut ketika lidah Tina berusaha menerobos masuk. Kemudian aku tak perduli juga, karena aku merasakan kenikmatan yang sama, aku juga melakukan hal yang sama dengan Tina. Kutusuk2 lubang pantatnya dengan lidahku, lubang yang kehitam2an itu jadi becek oleh air liurku dan lendir kemaluannya. Tiba2 Tina seperti tersentak lalu beku.......mulutnya mengeluarkan jeritan kecil, lalu kurasakan ia menekan lubang memiawnya makin dalam kewajahku dan menggoyang2kan pinggulnya sehingga hampir seluruh wajahku tersapu oleh kemaluannya.
"Aduuuuh riiin.....enak sekaliii...." Ia memeluk erat2 pinggulku, klitorisku digigit2 kecil olehnya. Tak lama kemudian tubuhnya melemas lalu betul2 lemas sehingga aku tidak bisa bernapas karena tekanan kemaluannya diwajahku. Keringatnya bergulir turun masuk kedalam mulutku. Aku juga benar2 puas sekali.
Kemudian Tina bangun lalu mencium mulutku, kami kembali bergelut sambil mendesah2. Tina menempelkan kemaluannya pada kemaluanku, lalu menggosok2nya. Kira2 15 menit kami berciuman sambil berpelukan erat sampai aku tak merasa kalau aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur, samar2 aku seperti mendengar suara Remi. Aku membuka mataku dan......astaga!!! Kulihat Tina sedang bergelut dengan Remi dilantai kamarku yang beralaskan karpet biru. Kulihat Tina sedang menjilat2 kemaluan Remi yang sudah keluar dan berwarna merah sekali. Mulut Tina berlumuran cairan yang keluar terus dari kemaluan anjing itu, dan anjing itu bersuara kecil sepertinya keenakan kemaluannya dihisap oleh Tina. Kemaluan Remi cukup besar, mungkin karena anjing herder dan cairan seperti lendir itu terus keluar menetes netes, dan Tina mencerucup cairan itu......
"Tin!! Gila kamu......kok sama Remi sih???" Aku memberondong Tina. Tapi lagi2 Tina tidak menjawab, yang kulihat kemudian ia berusaha menuntun kemaluan Remi memasuki kemaluannya. Dan Kudengar rintihan Tina ketika kemaluan yang cukup besar itu masuk kedalam lubang kemaluannya. Kulihat Remi menggerakkan bokongnya dengan amat cepat, lalu tidak berapa lama kemudian terdengar Remi mendeking halus lalu dari sela2 kemaluan Tina kulihat cairan merembes keluar banyak sekali, seperti air kencing tapi juga seperti lendir yang encer. Kulihat Tina mengerang2 lalu tangannya meraih kemaluan Remi dan dimasuk keluarkan sendiri olehnya. Melihat pemadangan itu tubuhku kembali bergidik, ada perasaan aneh merayap kedalam jiwaku. Aku tahu bahwa aku terangsang oleh aksi Tina. Tanpa sadar aku juga turun kelantai dan kepalaku mengarah menuju selangkangan Tina. Kulihat dari dekat kemaluan Remi masih digerak2an Tina keluar masuk dalam kemaluannya, dan dari kemaluan hewan itu masih terus menetes lendir, sedangkan kemaluan Tina kulihat sudah merah sekali, juga kulihat lendir Remi memenuhi kemaluan Tina.
"Rin....dijilat Rin....tolonglah Rin" Rintihan Tina makin merangsang nafsuku. Seperti ada yang mendorong, kepalaku segera menyusup keselangkangan Tina. Pelan2 kujilat kemaluan Tina yang sangat banjir itu. Aku merasa cairan kemaluan Remi terasa asin sekali, tapi baunya tidak menyengat. Seperti kesetanan aku menghirup dan mencelucupi kemaluan Tina. Persis seperti Remi jika sedang minum air. Lidahku menguak bibir kemaluan Tina, lalu masuk menjelajahi seluruh dinding vaginanya.
"Riiiiiiinnnnnn.........." Tina merengek hebat,pinggulnya terangkat menekan mulutku. Aku tak perduli lagi. Kemudian aku berpindah menghisap kemaluan Remi, kumasukkan seluruh kemaluannya kedalam mulutku. Penis Remi terasa panas dalam mulutku dan aku mencium bau hewan itu, tapi pikiranku sudah gelap yang ada hanya nafsu yang selama ini terkubur dalam2 dan kini meledak tak terbendung.Aku tahu aku bakalan menyesali perbuatanku setelah ini.
Aku terus menjilat dan mengulum penis Remi. Anjing itu mendeking2 pelan, kadang2 berusaha menghindar, tapi Tina memegang kedua kakinya dengan erat. Tak lama kemudian dari penis Remi menyembur cairan panas kedalam mulutku. Kumasukkan seluruh penis Remi lalu kusedot2, anjing itu mencoba memberontak, entah kenikmatan atau kegelian. Tina memajukan wajahnya lalu kami saling berciuman, kukeluarkan sebagian cairan Remi kedalam mulutnya. Wajah kami sudah basah oleh cairan encer itu.
Sekarang aku berbaring dibawah Remi, kemudian Tina mulai menghisap kemaluan Remi agar nafsu Remi kembali. Setelah itu Tina mencoba memasukkan penis Remi kedalam vaginaku. Ternyata penis itu kebesaran untuk lubang vaginaku. Mungkin lubang vaginaku menciut sepeninggal suamiku yang meninggal 4 tahun yang lalu. Kepala penis Remi yang meruncing itu masuk sedikit, tiba2 Remi mendorong keras sambil menusuk2 cepat sekali. Aku merasa agak perih, tapi kemudian kurasakan kenikmatan yang tak terbayangkan, lubang vaginaku seperti ditusuk oleh mesin penggerak yang amat cepat. Aku tak tahu bagaimana melukiskannya sampai aku mencapai orgasme yang sangat hebat. Seluruh rambut ditubuhku seperti berdiri tegak membuatku merinding. Tak lama kemudian aku merasakan cairan panas menyemprot dalam vaginaku, aku berusaha mengeluarkan penis Remi, tapi hewan itu seperti tak perduli, aku pasrah membiarkan seluruh cairannya keluar dalam vaginaku. Kemudian Tina menyuruhku jongkok diatas wajahnya. Tina melumat vaginaku dengan penuh nafsu, kulihat dari vaginaku mengalir cairan Remi yang tersisa, mengalir seperti air kencing masuk dalam mulut Tina. Akupun tidak mau ketinggalan, kulumat juga vagina Tina yang sekarang sudah agak lembab dan lengket.
Hari itu aku dan Tina bersetubuh 3 kali, pagi, siang dan malam hari. Aku tak mengerti lagi apakah aku ini normal atau tidak. Yang pasti kebutuhan yang selama ini tak tersalurkan, kini menemukan muaranya. Aku sangat menyesal dengan perbuatanku yang mungkin bertentangan dengan agama yang kuanut, tapi aku terus menerus melakukannya dengan Tina. Seolah2 kami sudah tak terpisahkan. Tina selalu mempunyai ide2 yang baru dalam setiap permainan kami. Aku juga tak tahu apakah aku harus berterima kasih padanya atau mengutuknya. Dan belakangan aku Tina mengatakan bahwa hampir semua ibu2 yang kukenal pernah diajak berlesbi olehnya.
Gue mau nyeritain pengalaman gue yang aneh tapi lucu, deh. ‘Kali aje elu elu semua pade ketawa.
Ceritanya gini, waktu itu gue kebetulan lagi mandi dan ada yang ketok-ketok pintu terus kedengeran suara nyokap gue, katanya biar gue mandinya agak cepetan abis dia mau berak. Tapi apa boleh buat, gue lagi bersiin mem*k gue, trus gue buka aja pintunya dan gue suruh dia masuk. Karena nyokap udah kagak tahan lagi, langsung aja nyelonong, jadi berduaan deh kita di dalem.
Selesai berak, nyokap cebok dan kelihatan, deh, jembutnye yang lebat tapi mem*knya kagak kelihatan lantaran ketutupan ame jembut yang udah kayak utan belantara gitu. Trus nyokap ngomong ke gue kalo’ jembut gue juga lebat banget, karena nyokap juga suka bercanda, ya gue tanya aja sama dia apa gue boleh liat mem*knya. Eh, dia kasih liat juga, lho.
Mungkin juga karena sama-sama cewek dan apalagi gue adalah anaknya sendiri, jadi dia kagak malu. Lumayan indah juga, sih, hampir sama ama yang pernah gue liat di majalah porno ama film cabul. Bibir mem*knya berwarna merah muda dan sudah agak keluar, dan kelihatan masih seger banget. Kayaknya nyokap gue ini rajin juga dalam hal pemeliharaan mem*k.
Udah liat begitu gue bilang ame tuh nyokap kalau mem*knya seindah seperti yang di majalah cabul ama filem jorok, trus dia ngomong, “Masa, Lin. Kamu udah sering, ya, liat-liat yang begituan.”
Gue bilang aja, “Emang bener, kok, Ma. Malah suka diliatin yang lagi dijilatin. Kelihatan merangsang juga, Ma. Aaaa…..aah, Mama kayak pura-pura nggak tau aja. Punya Mama juga sering ‘kan dijilatin ama Papa.”

Nyokap gue agak melotot meliat ke gue sambil ngomong, “Hush, kamu ‘ni ngomong sembarangan aja. Jangan gitu, ah.” Terus gue godain lagi, “Kira-kiraaaaa…………Ellin boleh nggak, Ma, nyoba njilatin mem*knya Mama.” Nyokap melotot lagi sambil ngomong, “Udah, ah, kamu ‘ni kayak orang kurang kerjaan aja.” Trus gue rayu lagi, “Yaaaa…… Mama orang Ellin cuma ngajak becanda gitu aja marah. Masak, sih, Ma ama anak sendiri yang sesama cewek, Mama nggak mau. Sekaliiii…aja, deh, Ma.”
Nyokap terus menyanggupi, “Ya udah, ya udah. Tapi hanya sekedar coba sekali ini aja, lho.” Gue cuma ngangguk sambil senyum gembira dan nyokap duduk lagi di kloset tetapi di atas tutupnya, terus gue jongkok di depan kedua kakinya dan pelan-pelan nyokap mulai ngangkang. Wah !! OK banget, deh, mem*knya, gue liatin ‘bentar dan trus gue julurin lidah gue dan gue sentuh-sentuhin di depan bibir mem*knya. Masih basah karena kena air waktu nyokap cebok tadi. Tapi gue cuek aja dan mulai, deh, gue berani njilatin semuanya sembari kedua tangan gue ngelus-ngelus daerah deket pangkal kedua pahanya. Lama-lama enak juga rasanya karena gue juga kebayang action-action yang ada di blue film yang pernah gue liat sama temen-temen.
Nggak lama kemudian kedengeran, deh, suara nyokap mendesah dan agak merintih. Emh, emh, uuuuh, uuuu…..uuuuh. Wah ! rupanya nyokap udah mulai keenakan terangsang. Ya gue terusin aja soalnya gue juga tambah seneng. Lama-lama nyokap semakin sering merintih keenakan sambil nyebutin nama gue, Elliiii….iin, uuuuu….uuh, Liiii…..in, Elliiiiii…..in, emmmmm…mmmh, uuuu…..uuuh. Gue liatin matanya udah merem ikut nikmatin rasa enak.
Trus keluar, deh, cairan-cairan dari mem*k nyokap, baunya kurang bisa gue sebutin tetapi sempet gue jilat juga, rasanya asin dan kecut. Rupanya nyokap udah nyampe kli- maksnye dan kelihatan dia agak lemes. Gue tanya, “Gimana, Ma. Enak Ma?” Terus nyokap ngejawab sambil senyum dan melambaikan tangan kanannya ke arah muka gue, “Lumayan juga. Sialan kamu, ah. Ada-ada aja.” Abis itu gue tanya lagi, “Kita gantian. Mau nggak, Ma?” Langsung dia jawab, “Eh !!! Kamu ‘ni kok jadi nglunjak. Udah, ah.” Mulai gue rayu lagi, “Yaaaaaa…….Mama payah. Nggak feee..eer. Curang.” Nyokap ngomong agak ngotot, “Ya jiiii…iijik donk Lin. Kamu ‘ni apa-apan, sih.” Trus gue berlagak marah sambil cemberut, “Ya, udah !!!!” Tapi nyokap nimpalin lagi, “Lhooo…..Kamu, kok, jadi gitu siiii….iiih.
Gue ama nyokap diem sebentar, tapi nyokap akhirnya ngajakin juga, “Ya udah, Lin, sini, deh, mama kerjain daripada kamu cemberut aja. Tapi sekali ini aja, lho.” Akhirnye gue mulai senyum lagi dan ngomong ke nyokap, “Tapi, Ma.” Belum gue selesai nyokap nyamber lagi, “Tapi apa lagi.” Gue sambung lagi, “Mama juga harus telanjang donk biar kayak di filem jorok.” Nyokap ngejawab lagi, “Aduh, Lin, kamu ini cerewet banget, deh.” Gue mau berpura-pura marah lagi, “Yaaaaa……..Mama.”
Terus nyokap mulai buka-bukain baju dan BH-nya. Kelihatan toketnya yang bulet cukup gede tapi udah mulai turun. Asik juga, sih, sempet gue elus-elus dan remes-remes. Udah gitu nyokap nyuruh gue duduk di kloset kayak dia tadi. Langsung aje gue kangkangin kaki gue lebar- lebar karena gue udah kepengen banget. Nyokap ngeliat sebentar ke mem*k gue sembari ngomong, “Punya kamu masih rapet. Perawan, sih.” Abis itu, gila, nyokap tanpa ngomong lagi langsungjilatin mem*k gue. Wuah ! Rasanya darah gue jadi panas, rasa geli dan enak di mem*k terasa hebat banget. Mata gue arahin ke bawah, wah !! gila, lidah nyokap gue lincah banget gerakannye ngeji- latin mem*k gue.
Terus kedua tangannya membuka belahan mem*k gue yang masih rapet dan lidahnya dimasukin. Uuuuuu…..uuuuh asik banget. Nyokap matanya lihat ke arah muka gue dan brenti’ sebentar terus nanya, “Gimana Lin. Enak?” Gue jawab aja, “OK banget, Ma. Terus donk Ma.” Langsung aje nyokap nyamber mem*k gue lagi, malah sekarang lebih ganas lagi. Bibir mulutnya ikut beroperasi nyiumin mem*k gue seperti orang ciuman mulut ame mulut. Busyet deh ! Asik banget. Mata gue ampe merem terus gue merintih keenakan. Uuuuuuh, uuuuuuh, aaaaah, Maaaaa…., emmmmm….mh.
Lama-lama gue terasa mau pipis dan langsung gue agak treak, “Maaa…..,Maaa….., mau pipis, Ma.” Langsung aje nyokap brentiin jilatannya dan gue juga langsung jongkok sembari ngangkang dansyurrrrrrr……………. air pipis gue keluar semua dan rasanya nikmaaaaa…..aat banget. Terasa yang keluar banyak banget. Gue nggak perhatiin apa cairan yang kayak punya nyokap juga keluar dari mem*k gue.
Abis itu nyokap nanya, “Puas Lin. Enak? He’eh?” Gue ngangguk sembari senyum. Trus nyokap nyebokin mem*k gue dengan sabun ampe busanya banyak banget. Terasa enak lagi elusan tangan nyokap gue. Abis itu kita berdua pada pake baju dan gue nanya lagi ke nyokap, “Kapan-kapan lagi, ya, Ma. Mama juga suka ‘kan.” Sembari buka pintu kamar mandi nyokap ngomong, “Bodo’ ah. Ayo keluar. Udah kelamaan di dalem.” Tapi gue bisa tebak kalo’ nyokap gue doyan banget cuma nggak mau terus
terang aja. Yang penting sekarang gue udah punya pengalaman lah main jilat-jilatan mem*k ame nyokap. Enak juga lho.
Eh !! Lu temen-temen, berani nggak jilatin mem*k nyokap lu pade
Kuliah adalah tempat seseorang untuk menuntaskan cita-citanya. Dan juga mungkin tempat di mana kita akan mengenal sebuah dunia baru. Dunia ini begitu luas, sampai-sampai kita tak sadar bahwa dunia itu sedikit demi sedikit mempengaruhi kita. Kita tak heran banyak orang-orang yang pergi kuliah pulang ke kampung halamannya sudah berubah drastis. Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi sok gaul, dari mereka yang sifatnya jelek bisa jadi pulang menjadi orang yang alim banget. Inilah yang terjadi padaku, sebuah pengalaman yang entah aku harus menyebutnya apa. Namaku Gun, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa fakultas Tehnik di kampus X, salah satu PTS terkenal di kota Y.
Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya setahun sekali. Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat. Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman. Baru saja keluargaku di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja. Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.
Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu. Aku mengajukan cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami. Dan syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang cukup.
Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya. Usianya baru 38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung lama, hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah SMP, namanya Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa...masih takut-takut.
Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak bisa berbuat banyak. Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia benar-benar sehat.

Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka semua ikut berbela sungkawa terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku, ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2 hardcore. Kata mereka, "Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka terus". Sialan. Tapi nggak apa-apalah, soalnya juga sudah lama aku nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian selanjutnya.
Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di kamarnya. Ibuku sudah bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di dekatnya.
"Kau sudah pulang Gun?", tanyanya.
"Iya bu", kataku.
"Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli sesuatu", kata ibuku.
"iya", kataku singkat.
Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar. Aku pun mulai menonton bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa menghiburku. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para wanita itu. Aku keluar kamar dengan maksud hati untuk makan apa pun yang ada di meja makan.
Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku. Astaga, apa yang aku lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya, sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus. Aku mulai berpikiran jorok, ini pasti akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika tidur. Aku berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar sewaktu-waktu kalau ia memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil membayangkan beliau membelai punyaku. Aku kocok pelan-pelan. "Ohh....Mega..", aku panggil nama ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku muncrat...CROOT....CROTT..., banyak banget sampai mengotori lantai, buru-buru aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di situ saja.
Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan. Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku ingin melihat tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar ibuku, ia sudah bangun dan sedang bersiap mandi.
"Ibu, ibu mau mandi?", tanyaku.
"Iya Gun", katanya.
"Boleh Gun, mandiin ibu?", tanyaku.
"Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq", jawabnya.
"Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih benar", kataku merayu.
Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab, "Baiklah".
Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku melihatnya melepas daster, BH dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat dari dulu. Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah mengalir cepat ke ubun-ubunku.
"Kenapa Gun?", tanya ibu.
"Ah..nggak apa-apa ", jawabku.
"Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah", kata ibuku. "Kamu belum mandi juga kan?"
"I...iya",kataku.
Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut melihat punyaku yang tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke tubuhku. Kami benar-benar saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair. Kusabuni punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri pundak, hingga ke depan, aku agak takut menyentuh dadanya. Takut kalau dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan agak meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke perut. Ketika mau menuju miss-v, ibuku menahan.
"Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan", katanya. "Bersihkan dulu tubuh ibu".
Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan. Lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai menyabun tempat itu pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi lama-lama aku sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun aku tak berani lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas agak dalam, sepertinya ia sedikit horni.
Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya. Bersihlah sudah sekarang. Lalu giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku yang tegang. Ia mengurut tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.
"E...bu...boleh Gun minta sesuatu?", tanyaku.
"Apa itu?"
"Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin ibu mengocok punya Gun sebentar bu", aku mengatakan hal yang aneh-aneh. Yang memang tak perkikirkan sebelumnya.
Ibuku terdiam.
"Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti ini", kataku.
"Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa", katanya.
Tangannya yang lembut itu pun akhirnya mengocok punyaku, membelainya. Oh...apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang sudah tegang. Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK....CLUK...CLUK...bunyi tongkolku yang dikocok berpadu dengan air sabun. Busanya sangat banyak, aku ingin sekali meremas toket ibuku.
"Bu, boleh Gun meremas dada ibu?", tanyaku. "Gun sangat terangsang sekali".
"Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun", kata ibu.
"Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun tidak tahan lagi", kataku.
Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme. Ibuku tahu hal itu, dan ia mengocok tongkolku dengan cepat, CROOT.....CROOT.....CROT....sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan perutnya. Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya.
"Sudah Gun?", tanya ibu.
"I...iya...", kataku lemas.
Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.
"Jangan bilang ini sama Arin ya", katanya. "Atau orang lain."
Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku lakukan barusan. Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja. Aku membawanya sampai ke kamar. Di kamar aku masih horny, dengan posisi ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, membuatku makin terangsang.
Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya.
"Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi", kataku.
"Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti demikian, bahkan bisa lebih", kata ibuku.
"Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?", tanyaku.
"Buat apa Gun?", tanyanya. "Ibu masih sakit Gun".
"Sebentar saja bu, boleh ya?", tanyaku.
"Baiklah", katanya.
Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan. Aku memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana.
"Oh...Gun...jangan Gun....ahkk", ibuku tampak tak melawan walaupun aku menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya. Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun. Aku pun menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. Miss-v-nya yang keset membuatku makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli, nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku itu. Ia pun secara tak sengaja membuka pahanya, tongkolku sudah siap, dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. Ibuku tampak meneteskan air mata.
"Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini", kataku lagi.
Penisku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang, setiap kali kepala penisku menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya. Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga banyak untuk bisa masuk. SLEEB!! Sensasinya luar biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan sekarang. Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai miss-v ibuku yang masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku usahakan ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas. Kakinya mulai kejang dan menjepit pinggangku.
"Ohh....Ahh...terus Gun...cepat selesaikan, cepat Gun....", kata ibuku. Ia mencengkram sprei tempat tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang. Dadanya naik turun, oh...seksi sekali.
"Mega, tubuhmu nikmat Mega...ahh....aku ingin ngent*t terus denganmu, aku ingin keluar Mega...OOHH...Ahhhh", aku percepat goyanganku. Ibuku pun sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan bertumpu kepada kedua tangannya, pertanda orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngent*t dengan ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam penisku, sampai spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas. Ia masih beralaskan handuk bekas mandi. Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya ketika aku cabut.
"Maafkan aku bu, tapi enak sekali", kataku.
Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku. "Kamu bajingan!!" Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk dirinya sendiri.
Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya telanjang. Aku mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah yang aku rasakan. Aku mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke vaginanya. Nggak perlu susah-susah dan Bless...."Aah...Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu menyiksa ibu?"
"Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka", kataku. Posisiku kini dari samping. Dan aku keluar masukkan penisku. Pantatnya dan perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi, semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi lagi di dalam rahimnya. Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku.
Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon maaf.
"Maafkan Gun bu, maafkan Gun", kataku.
Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku kembali ke kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak durhaka.
*******
Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung.
Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya.
Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya.
"Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun", katanya.
"Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin", kataku.
Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya. Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar....sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi dan...aahh..benar...CROT...CROT...CROT...spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis.
"Nih lihat", kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.
"Ibu hebat", kataku.
"Ibu masih belum puas", katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat."Ah.."
Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Oh...ini baru, tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung penisku. Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, "Oh...Gun...Oh...anak mama yang nakal....tongkolmu gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu Gun...Ahh...Sampai...sampai...ibu mau sampai, kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini".
Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme bersama-sama. Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur.
******
Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin.
Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan.
"Aku tahu kakak gituan sama ibu", kata Arin.
Aku kaget tentu saja.
"Gituan gimana?", tanyaku jaim.
"Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t ama ibu kan?", tanyanya.
"Kalau iya kenapa?", tanyaku menantang.
"Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu", katanya.
"Kamu kepengen ya?",
"Nggak ah"
"Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?"
"Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?"
"Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan", kataku.
"Kakak jahat!", katanya sambil memukul bahuku.
"Aduh, koq mukul", kataku.
"Habisnya kakak jahat!", katanya.
"Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?"
Arin diam sejenak, "Iya juga sih, ibu makin membaik".
"Mau tau rahasia?", tanyaku.
"Apa ?", tanyanya.
"Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu", kataku.
"Busett...kakak ternyata...", Arin menggeleng-geleng.
"Yee...ini juga karena memang ibu wanita yang cantik", kataku. "Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?"
Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang.
Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya.
"Kakak ngapain? Jorok ih", katanya.
"Yeee...suka-suka dong", kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. "Kamu boleh koq sentuh"
"Nggak ah..", katanya.
"SENTUH!!", aku sedikit membentak.
Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku.
"Nah, gitu...", kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. "Sekarang kocok dong!!"
"Udah ya kak, jangan deh", katanya.
"Kocok!", kataku.
Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kis denganku.
Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, "Kak...jangan..."
Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya.
"Ayo isep!", kataku.
"Nggak ah kak, koq jadi gini sih", katanya.
"Isep!", kataku.
Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suara..."Hmmmhh...hmmmh...hmmmh..."
Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.
"Kaakk....sakit kaak...jangan perkosa Arin", katanya meminta.
"Nanti juga enak koq Rin", kataku.
Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.
"Rin, kakak mau menghamili kamu....ahh...keluar riiinn...Akkkhh...aaahhkkk", benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.
Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa.
"Maafkan kakak ya", kataku. "Kalau kau mau marah, kakak ada di sini"
"Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku", katanya. "Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!"
"Baiklah kakak berjanji", kataku.
"Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak", katanya.
Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahla ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.