Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Matahari tenggelam di ufuk barat meninggalkan semburat jingga di langit Jakarta yang mulai gelap. Andre berdiri di depan pagar rumahnya. Tatapannya mengikuti laju jeep Christian hingga hilang di pertigaan kompleks perumahan tempat tinggalnya. Semula Christian bermaksud hendak menemui kedua orang tua Andre sebelum mengantarkan Wisnu dan Sony pulang. Keinginan Christian hendak menemui kedua orang tua Andre adalah untuk membicarakan keputusan Andre yang tidak lagi ingin mengikuti seleksi Akmil dan karena itu mereka kembali ke Jakarta hari ini. Namun Andre mengatakan pada Christian hal tersebut akan disampaikan oleh Andre sendiri terlebih dahulu pada kedua orang tuanya. Christian mulanya keberatan karena merasa bertanggung jawab dengan amanah yang diberikan oleh orang tua Andre padanya. Keduanya sempat berdebat namun ditengahi oleh Sony. Akhirnya mereka sepakat Andre akan berbicara terlebih dahulu dengan kedua orang tuanya dan nantinya Christian juga akan membicarakan hal tersebut dengan kedua orang tua Andre.
Andre lalu menekan bel pintu gerbang rumahnya. Tak lama dari dalam rumah muncullah Mbak Minah dengan langkah tergopoh-gopoh menuju pintu gerbang.
“Lho, Mas Andre kok cepat pulangnya?” tanya Mbak Minah sambil membuka gembok pintu gerbang.
“Latihannya sudah selesai Mbak,” sahut Andre, “Papa dan Mama ga di rumah ya Mbak?” tanya Andre. Pertanyaaan yang biasa ditanyakannya pada pembantu setia itu karena memang kedua orang tuanya seringkali tidak ada di rumah.
“Gak ada Mas. Bapak sama Ibu sejak pagi sudah pergi,” sahut Mbak Minah.
“Kemana?” tanya Andre sambil berjalan menuju rumah. Mbak Minah berjalan mengikuti langkah anak majikannya itu di belakang.
“Kan hari ini bapak dilantik Mas,”
“Dilantik jadi apa?”
“Mas Andre belum dikabari bapak dan ibu?”
“Belum. Emang ada apa Mbak?” tanya Andre penasaran.
“Bapak dilantik jadi menteri Mas,”
“Apa? Menteri?!” tanya Andre kaget.
“Iya Mas. Saya pikir Mas Andre pasti udah tau,”
“Belum tahu Mbak. Papa sama mama kok gak ngasih kabar ke Andre sih?”
“Waduh gak ngerti saya Mas. Emang Mas Andre enggak liat tipi apa?’
“Mau liat tipi apaan Mbak? Ditempat saya latihan gak ada tipinya, hehe,” sahut Andre. Ada kegembiraan di hati Andre mendengar kabar pelantikan sang papa menjadi menteri.
“Mas Andre mendingan istirahat aja dulu deh. Kelihatannya capek banget. Entar kalo bapak dan ibu pulang, Mas Andre saya panggil dari kamar,” kata Mbak Minah.
“Iya deh Mbak. Andre rasanya emang pengen baringan di kamar nih. Seharian di atas mobil tadi badan jadi pegel semua,” sahut Andre.
Cowok itu kemudian menuju kamarnya. Tiba di dalam kamar, Andre langsung disambut hawa sejuk dari dalam kamarnya yang memiliki pendingin ruangan. Cowok itu melemparkan ranselnya ke lantai dan kemudian merebahkan tubuhnya yang pegal di atas kasur yang empuk.
Andre merogoh kantong celananya mengambil ponselnya. Cowok itu kemudian menekan nomor ponsel Calvin, sahabatnya tersayang. Tak lama cowok itu sudah tersambung dengan Calvin.
“Hai Vin, lagi dimana?” tanya Andre.
“Gue baru nyampe rumah nih Ndre. Barusan aja balik dari makan dan jalan-jalan dengan papa dan mama. Elo lagi dimana?”
“Gue juga baru nyampe rumah nih,”
“Rumah? Lo udah balik ke Jakarta?”
“Yoi. Baru juga nyampe,”
“Maen ke rumah Gue dong Ndre. Gue kangen,”
“Gue juga kangen banget sama Elo Vin. Tapi badan Gue rasanya capek banget nih. Gue istirahat dulu ya sekalian nungguin papa dan mama pulang. Entar malem Gue ke rumah Elo gimana?”
“Gue tunggu ya. Tumben Elo nungguin papa dan mama Elo pulang,”
“Gue mau ngasih ucapan selamat sama papa Gue Vin,”
“Ucapan selamat? Emangnya ada apa?”
“Papa dilantik jadi menteri hari ini,”
“Selamat ya. Gue bener-bener gak tau lo Ndre. Gue senang banget nih,”
“Senang kenapa?”
“Senang dong, bisa ngentot sama anak menteri,” sahut Calvin berbisik.
“Hehe, dasar Lo,” sahut Andre. Kedua remaja itu kemudian tergelak-gelak. “Ya udah deh. Entar malem Gue ke rumah Elo Vin,”
“Iya. Gue tunggu ya Ndre,” sahut Calvin.
Pembicaraan melalui ponsel berakhir. Andre kemudian meletakkan ponselnya di lantai lalu menutup kedua matanya memulai untuk tidur. Tak lama kemudian Andre sudah terlelap.
***
Setelah mengantar Calvin dan mamanya pulang, sang papa pamitan pada anak dan istrinya itu dan langsung berangkat menuju rumah kontrakan Antonius untuk menjemput reserse muda itu. Papa Calvin memang sudah berjanji pada Antonius akan menjemputnya kemudian bersama-sama menuju apartemen miliknya. Singkat cerita (halah, jadul banget ya) tak lama kemudian tibalah Papa Calvin di rumah kontrakan Antonius.
Papa Calvin memarkirkan mobilnya di depan pagar rumah kontrakan reserse itu. Kemudian Papa Calvin masuk ke halaman rumah dan mengetuk pintu rumah kontrakan sang reserse. Beberapa menit pintu terbuka dan Antonius muncul dari balik pintu. Senyum lebar menghiasi wajah tampannya menyambut kedatangan Papa Calvin.
“Ayo masuk dulu Mas Gun,” kata Antonius pada Papa Calvin. Reserse itu telah berpakaian rapi menggenakan setelan kaos oblong dan jeans warna hitam.
“Apa kita gak sebaiknya langsung berangkat aja Ton? Udah sore nih,” sahut Papa Calvin.
“Tadi Mas Sony baru aja nelepon, katanya dia udah hampir nyampe kemari. Gimana kalau kita tunggu dia sebentar lagi,”
“Sony mau ikutan juga?”
“Iya Mas. Dia juga bawa sorang teman yang mau ikutan,”
“Siapa? Reserse juga seperti kalian?”
“Bukan. Kata Mas Sony temannya itu seorang tentara. Saya juga belum kenal dengan temannya itu,”
“Gitu ya. Kita liat dulu deh orangnya. Kalo cocok boleh ikutan, tapi kalo gak cocok mending gak usah ikut aja Ton,” kata Papa Calvin sambil mengerling nakal pada Antonius.
“Setuju Mas. Hehehe,” sahut Antonius sambil tertawa ngakak.
Antonius kemudian mempersilakan Papa Calvin masuk kedalam rumah. Papa Calvin duduk di kursi yang ada di ruang tamu rumah kontrakan itu sementara Antonius ke belakang mengambil minuman untuk Papa Calvin. Tak lama Antonius kembali ke ruang tamu membawa dua gelas berisi Coca Cola dingin dan meletakkannya di atas meja
“Silakan minum Mas,” kata Antonius.
“Makasih Ton,” sahut Papa Calvin. Ia mengambil gelas berisi Coca Cola dingin yang ada di hadapannya dan meneguknya sedikit. “Ton, hari ini saya bahagia sekali,”
“Kenapa Mas?”
“Istri saya sudah sembuh,”
“O ya. Syukurlah Mas. Saya juga gembira mendengarnya,”
“Istri saya menceritakan sebuah rahasia yang selama ini disembunyikannya,”
“Apa itu Mas?”
“Ternyata Desi itu adalah anak kandung istri saya,”
“Anak kandung? Jadi Desi itu anak Mas Gunawan dong?”
“Bukan. Desi itu anak kandung istri saya dari seorang laki-laki yang pernah dikenalnya sebelum menikah dengan saya,”
“Mas Gunawan bisa menerima kenyataan itu?”
“Tentu bisa Ton. Saya bukan orang suci. Untuk apa saya harus mempermasalahkan di masa lalu istri saya,”
“Benar Mas Gun. Orang-orang seperti kita ini memang sudah selayaknya harus siap menerima seperti apapun kondisi perempuan yang kita cintai. Jangan kita menuntut dari mereka kesempurnaan sementara kita sendiri bukanlah lelaki yang sempurna,”
“Saya juga berprinsip seperti itu Ton,”
“Lalu setelah mengetahui rahasia itu apa yang ada dalam pemikiran Mas Gun sekarang?”
“Saya makin tak sabar melihat Dion tertangkap dan kemudian melihatnya menerima hukuman yang setimpal atas perbuatannya,”
“Keinginan Mas Gun itu tak lama lagi akan segera kesampaian. Saya dan Mas Sony akan melakukan yang terbaik untuk merealisasikan keinginan Mas Gun itu,”
“Terima kasih Ton,”
Tiba-tiba pintu rumah Antonius diketuk dari luar.
“Sebentar Mas Gun. Saya rasa itu Mas Sony dan temannya yang datang,” kata Antonius. Reserse itu kemudian menuju pintu dan segera membukanya. Benar saja yang datang adalah Sony. Reserse itu datang berdua saja dengan Christian.
Rupanya sebelum ke rumah kontrakan Antonius mereka mengantarkan Wisnu pulang terlebih dulu. Sony memperkenalkan Christian pada Antonius dan Papa Calvin.
“Kenalkan Mas Gun, ini Christian teman saya,” kata Sony.
Papa Calvin berdiri dari duduknya dan menjabat tangan Christian. Sambil berjabatan tangan Papa Calvin memperhatikan dengan seksama perwira muda yang gagah dan tampan itu.
“Gunawan,” kata Papa Calvin memperkenalkan namanya.
“Christian,” sahut Christian sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.
Setelah itu Sony memperkenalkan Christian pada Antonius.
“Antonius ini mitra saya,” kata Sony pada Christian.
“Mereka mitra dalam urusan dinas dan juga urusan ranjang Chris, hehehe,” kata Papa Calvin menggoda.
Sony, Antonius, dan Christian tertawa terbahak-bahak mendengar godaan Papa Calvin itu.
“Kalau gitu boleh dong saya bergabung menjadi mitra kalian berdua,” sahut Christian sambil menjabat tangat Antonius erat.
“Tentu saja Chris,” sahut Antonius antusias.
“Mas Gun, gimana nih, Christian boleh ikutan apa enggak?” tanya Antonius pada Papa Calvin.
“Sebentar. Sebelum saya jawab, bolehkan kalo saya mastiin dulu,”
“Mastiin apa Mas Gun?” tanya Antonius bingung.
Tanpa meminta ijin terlebih dahulu Papa Calvin langsung membuka resleting celana Christian. Antonius dan Sony langsung memahami maksud Papa Calvin. Christian juga segera paham apa yang dimaksudkan oleh Papa Calvin. Ia kemudian membantu Papa Calvin membuka resleting celananya dan setelah terbuka menurunkan celana sekaligus celana dalamnya ke bawah. Sebatang kontol gemuk panjang dalam keadaan lemas milik Christian terjuntai di antara selangkangannya yang rimbun dengan bulu-bulu jembut hitam.
“Gak pernah dicukur Chris?” tanya Papa Calvin sambil memegang pangkal batang kontol Christian.
“Pernah Mas, tapi udah beberapa bulan ini enggak sempat nyukurnya,” sahut Christian. “Mas Gunawan gak suka ya ngelihat jembut gak dicukur?” tanya Christian.
“Suka banget. Saya maunya kamu gak usah nyukur jembut kamu lagi. Kontol gede berjembut lebat kayak gini kelihatan lebih indah dan lebih macho,” sahut Papa Calvin sambil mulai meremas-remas batang kontol Christian itu.
Antonius menatap batang kontol Christian dengan penuh nafsu. Batang kontol itu berwarna kuning langsat dengan kepala kontol yang kemerahan. Antonius tak sabar ingin segera melumat batang kontol Christian yang indah itu.
Keinginan Antonius itu ternyata didahului oleh Papa Calvin. Disaksikan Sony dan Antonius Papa Calvin langsungberjongkok di depan selangkangan Christian. Mulutnya segera membuka dan memasukkan kepala kontol Christian kedalamnya. Mulut itu kemudian mulai mengisap-isap dengan lembut.
“Mas Gun, saya belum mandi nih, masih keringetan. Baunya pasti kurang enak,” kata Christian berusaha mengelak dari oral yang dilakukan Papa Calvin pada batang kontolnya.
“Yang bau keringet kayak gini yang saya paling suka Chris,” sahut Papa Calvin dan kemudian melanjutkan isapannya semakin binal. Mau tak mau Christian akhirnya pasrah dan membiarkan saja Papa Calvin menyElomoti batang kontolnya.
***
“Kalian mau kemana?” jerit Sonya dari pintu rumah. Jeritan itu ditujukannya pada Dion, David, dan Rafael yang sedang berjalan menuju pagar. Ketiganya sontak kaget dan serempak memandang ke arah datangnya suara Sonya. Kakak tertua mereka yang cantik dan sexy itu menatap kesal pada ketiganya.
“Ada urusan kak,” sahut Dion singkat. Dion, David, dan Rafael sengaja pergi diam-diam untuk menghindari berbagai pertanyaan Sonya, namun ternyata Sonya memergoki mereka.
“Urusan apa Yon?” tanya Sonya menyelidik. Gadis cantik itu berjalan mendekati ketiga adiknya.
“Urusan laki-laki kak,” sahut Dion lagi setenang mungkin, sementara David dan Rafael terlihat salah tingkah.
“Urusan laki-laki apa? Jual diri maksud kamu?!” Sonya mulai meradang.
“Jangan ngomong gitu kak. Nanti didengar tetangga,” kata Rafael dengan suara rendah. Ia memandang ke sekeliling memastikan tidak ada tetangga mereka yang sedang berada di luar rumah dan mendengar kata-kata Sonya itu.
“Kak, jaga bicara kakak,” kata Dion.
“Yon, kakak tidak suka kamu mempengaruhi David dan Rafael. Kalau kamu mau pergi, pergilah! Tapi jangan kamu bawa-bawa David dan Rafael,”
“Kak Dion tidak ada mempengaruhi kami Kak,” kata David.
“Betul kak,” sahut Rafael.
“Kakak dengar sendirikan apa kata mereka. Aku tidak pernah mempengaruhi mereka kak. Mereka berdua sudah besar. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Tolong kak, jangan lagi anggap mereka anak kecil,” tambah Dion.
“Kamu sudah meracuni pikiran mereka Yon,” kata Sonya.
“Terserahlah apa pendapat kakak,” sahut Dion, “ayo kita berangkat Vid, Raf,” sambung Dion dan mengajak kedua adiknya pergi meninggalkan Sonya seorang diri.
“Jangan pergi Vid, Raf!” seru Sonya. Seruannya tak mendapat tanggapan dari kedua adiknya yang masih remaja itu. Mereka tetap berjalan mengikuti Dion. Sonya menangis pilu. Gadis itu menatap dengan hampa kepergian ketiga adiknya hingga hilang dari tatapan matanya.
Dion, David, dan Rafael berjalan menuju pertigaan kompleks perumahan yang jaraknya sekitar dua ratus meter dari rumah mereka. Tujuan mereka adalah lapangan olah raga yang terletak di pertigaan kompleks perumahan. Lapangan olah raga itu cukup luas terdiri dari sebuah lapangan basket, sebuah lapangan voli, dan sebuah lapangan bulu tangkis. Empat buah lampu sorot yang dipasang di setiap sudut menerangi lapangan itu.
Saat itu lapangan olah raga sedang ramai digunakan oleh remaja baik cowok maupun cewek yang tinggal di kompleks perumahan. Ada yang bermain basket, voli, dan juga bulu tangkis. Beberapa ada yang sekadar duduk-duduk di pinggir lapangan untuk menonton pertandingan atau pacaran. Di antara penonton itu ada Robin, Ruben, Randy, Devon, Thomas, Angga, dan Tody. Tujuh siswa SMA Dwi Warna yang ganteng-ganteng itu sedang menunggu kedatangan David dan Rafael. Sesuai kesepakatan mereka berkumpul di lapangan itu dan kemudian berangkat bersama-sama dari sana.
Dion, David, dan Rafael langsung mendekati ketujuh cowok yang sedang duduk-duduk di pinggir lapangan basket. Melihat kedatangan tiga bersaudara itu mendekati mereka, tujuh cowok itu langsung bangkit dari duduk mereka di pinggir lapangan. David langsung mendekati keempat temannya yaitu Robin, Ruben, Randy, dan Devon sedangkan Rafael langsung mendekati ketiga temannya yaitu Thomas, Angga, dan Tody.
Berkumpulnya sepuluh cowok yang ganteng-ganteng dan jangkung-jangkung itu tentu saja menarik perhatian beberapa cewek-cewek remaja yang kebetulan berada di dekat mereka. Cewek-cewek itu mencuri-curi pandang sambil berbisik-bisik tentang kebagusan fisik cowok-cowok itu. Bukan hanya cewek-cewek, beberapa cowok juga ada yang mencuri-curi pandang ke arah Dion dan rombongannya itu.
“Gimana, kalian semua sudah siap berangkat?” tanya Dion ramah pada ketujuh cowok ganteng yang merupakan teman-teman kedua adiknya itu.
“Siap Mas,” sahut ketujuh cowok itu serempak.
“Siapa aja yang bawa mobil?” tanya Dion.
“Saya Mas,” sahut Randy.
“Saya juga Mas,” sahut Tody.
Dion kemudian mengatur rombongan. David dan teman-temannya naik mobil Kijang Innova warna hitam milik Randy. Dion bergabung di mobil Honda Jazz warna merah milik Tody bersama Rafael dan teman-temannya. Tak lama dua mobil itu bergerak meninggalkan lapangan olah raga itu. Honda Jazz milik Tody berjalan di depan memandu Kijang Innova milik Randy. Rombongan itu bergerak menuju apartemen milik Papa Calvin.
***
Sementara itu Ricky bersama dengan Indra, Asep,Albert, Bimo, Stefanus, Dino, Delfi, Hendra, dan Alfonsus sudah berkumpul di sebuah warteg pinggir jalan yang letaknya tidak terlalu jauh dari apartemen milik Papa Calvin. Mereka sedang makan malam sambil menantikan kedatangan rombongan Dion yang sedang dalam perjalanan. Ricky sebelumnya sudah menelepon Dion dan keduanya sudah bersepakat bahwa rombongan Ricky akan dijemput di warteg itu.
***
Andre terbangun dari tidurnya. Sambil menguap dan ngulet—meregangkan tubuhnya—Andre menatap jam dinding kamarnya. Jarum jam menunjukkan waktu pukul setengah delapan malam.
“Kok Mbak Minah enggak bangunin Gue sih? Apa papa dan mama belom pulang juga?” tanya Andre dalam hati. Cowok ganteng itu bangkit dari ranjang empuknya dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tidurnya.
Andre kemudian mandi dengan guyuran air hangat dari shower. Selesai mandi, Andre mengeringkan tubuhnya dengan handuk putih bersih yang ada di kamar mandi itu. Setelah itu Andre melangkah keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat. Andre berdiri di depan meja rias bercermin besar yang ada di kamarnya. Ia menatap tubuhnya yang tinggi kekar di cermin. Tangan mengangkat ke atas, ketiaknya yang putih ditumbuhi bulu ketiak hitam yang lebat langsung terpampang. Andre tersenyum sendiri, ia mengingat-ngingat sudah berapa banyak cowok dan juga cewek yang mencium dan menjilati ketiaknya nan indah itu.
Tangan kiri Andre mengambil botol deodorant dari meja rias dan kemudian melumuri ketiaknya sebelah kanan dengan cairan deodorant. Botol deodorant itu kemudian berpindah ke tangan kanannya, kini giliran ketiak kirinya yang dilumuri cairan deodorant. Andre menggunakan deodorant mahal untuk merawat keindahan ketiaknya. Deodorant itu tidak menyebabkan iritasi seperti deodorant murahan yang sering diiklankan di televisi. Selain itu apabila Andre berkeringat, reaksi antara keringat dengan cairan deodorant itu akan menghasilkan bau jantan yang membuat orang suka untuk menciumnya. Deodorant itu juga tidak berbahaya apabila termakan saat sebuah mulut dan lidah binal menjilati ketiak Andre.
Selesai urusan ketiak, Andre mengambil botol parfum mahal beraroma maskulin dan kemudian menyemprotkannya ke beberapa bagian tubuhnya. Dada bidangnya, perut sixpack-nya, leher, belakang telinga, kedua paha berotot, dan kedua lengannya adalah sasaran semprotan parfum Andre. Tempat-tempat itu perlu disemprot parfum karena tempat-tempat itu adalah sasaran utama yang dituju saat bercumbu.
Andre kemudian menatap daerah seputaran perut sampai selangkangannya. Disana menggantung batang kontolnya dalam keadaan lemas. Kepala kontol Andre yang bak cendawan itu berwarna kemerahan. Bentuk sunatannya sangat rapi dan indah membentuk seperti cincin mengelilingi leher kepala kontolnya itu. Batang kontolnya yang gemuk terlihat berurat menjalar sampai ke pangkalnya.
Pada pangkal batang kontol itu, menggantung di bawah batangnya, dua buah zakar dibalut kulit berkerut-kerut yang ditumbuhi jembut lebat. Andre tak pernah mencukurnya sejak jembut itu mulai tumbuh ketika ia duduk di kelas empat SD. Andre merasa cowok-cowok yang mencukur bulu jembutnya terkesan tidak jantan. Ia juga tidak suka melihat batang kontol cowok yang mulus tanpa bulu jembut. Bulu jembut Andre menjalar halus ke atas sampai perut dan ke samping sampai ke pangkal pahanya.
Andre menaburkan bedak berbau harum yang mengandung deodorant dan tawas di telapak tangannya. Bedak itu kemudian disapukannya ke selangkangan di wilayah lipatan pahanya, buah pelirnya, dan batang kontolnya. Setiap selesai mandi Andre selalu melakukan hal ini untuk mencegah daerah batang kontolnya berbau tak sedap dan juga untuk menghindarkan tumbuhnya jamur di sekitar lipatan pahanya.
Setelah itu Andre menggenakan celana dalam segitiga warna putih membungkus batang kontol dan jembutnya yang lebat. Andre selalu membungkus batang kontolnya dalam keadaan lurus ke atas. Andre tidak suka membungkus batang kontolnya dalam keadaan lurus ke bawah karena ia merasa tidak nyaman apabila batang kontolnya itu mendadak ereksi.
Setelah itu Andre menggenakan celana jeans warna biru tua membalut kakinya yang panjang dan berotot bagus. Ujung pipa celana jeansnya tepat jatuh di mata kakinya. Tubuh atletisnya lalu dibungkusnya dengan kaos oblong berlengan pendek warna putih. Kaos yang dikenakannya ngepas di badan namun tidak ketat. Andre memang tidak suka menggenakan kaos ketat yang mencetak seluruh ototnya.
Selesai berpakaian Andre keluar kamarnya dan menuju ruang makan. Andre merasa perutnya sudah keroncongan dan minta segera diisi. Cowok itu mencari Mbak Minah di ruang makan namun ia tidak menemukan pembatu rumah mereka yang setia itu disana. Andre bermaksud meminta pembantunya itu mempersiapkan makan malam. Mata Andre tertumbuk ke atas meja makan. Di atas meja makan itu dilihatnya sudah terhidang makanan. Rupanya Mbak Minah sudah mempersiapkan makan malam.
Andre tak mencari Mbak Minah lagi. Cowok itu segera duduk di depan meja makan. Ia langsung menyantap sepotong paha ayam panggang dengan lahap. Andre menyantapnya tanpa nasi karena paha ayam panggang yang berukuran cukup besar itu dirasanya sudah cukup untuk mengenyangkannya. Saat Andre melahap paha ayam panggang itu dengan nikmat, Mbak Minah muncul di ruang makan.
“Mbak Minah udah makan?” tanya Andre, “ayo makan bareng Andre disini,”
“Udah Mas Andre. Mbak Minah tadi langsung makan selesai sholat magrib,” sahut Mbak Minah.
“Mmm, Mbak, papa dan mama belum pulang?” tanya Andre lagi.
”Belum juga Mas. Mungkin sebentar lagi,” sahut Mbak Minah.
“Mbak, kalo nanti papa dan mama udah pulang tolong bilangin Andre udah nungguin dari tadi,”
“Iya, nanti Mbak bilangin. Mas Andre mau pergi ya? Kelihatannya udah rapih,”
“Iya Mbak. Selesai makan Andre mau ke rumah Calvin,”
Mbak Minah tidak bertanya lagi. Andre pun melanjutkan kembali makan malamnya.
***
Calvin baru saja selesai mengantarkan sang mama ke kamarnya untuk beristirahat usai keduanya makan malam dan ngobrol-ngobrol sebentar di ruang keluarga sambil nonton acara televisi. Setelah mengantarkan sang mama, Calvin kembali ke ruang keluarga untuk menonton televisi. Tangannya memencet remote mencari-cari siaran televisi Indonesia yang memenarik. Capek tangannya mencari-cari Calvin tak juga menemukan siaran televisi Indonesia yang menarik, semua siaran seragam yaitu acara penciptaan artis baru secara instan.
Calvin bosan. Ia bermaksud menelepon Andre dan mengkonfirmasi jadi atau tidak sahabat tersayangnya itu datang ke rumahnya. Baru saja Calvin hendak menekan nomor ponsel Andre dari ponselnya, tiba-tiba Calvin mendengar bel pintu rumahnya berbunyi. Calvin segera menyerbu ke pintu. Ia berpikir pasti Andre yang datang. Bel terus berbunyi.
“Mbak Sum, biar saya yang buka pintunya!” seru Calvin pada pembantunya yang sedang entah berada dimana.
Biasanya pembantu setia keluarga mereka itu akan tergopoh-gopoh menuju pintu bila mendengar bunyi bel. Benar saja saat Calvin berjalan menuju pintu rumahnya, Mbak Sum muncul dari belakang dengan setengah berlari menuju pintu depan.
“Biar saya yang buka pintunya Mbak. Tadikan Calvin udah bilang, Mbak Sum gak denger ya?” tanya Calvin pada pembantunya itu.
“Maaf Mas Calvin, tadi saya asik banget nonton “Bintang Dangdut Fantastis” di tipi, jadinya kurang kedengeran,” sahut Mbak Sum grogi.
“Ya, udah. Mbak Sum lanjutin aja nontonnya gih,” kata Calvin.
Mbak Sum lalu meninggalkan Calvin kembali ke belakang. Calvin melanjutkan langkahnya menuju pintu. Ia sudah mempersiapkan senyum terbaiknya begitu membuka pintu menyambut kedatangan Andre yang sudah dirindukannya.
Calvin memutar kunci dan gerendel pintu rumahnya. Pelan-pelan pintu itu dibukanya. Senyum mengembang di bibir Calvin. Sesosok tubuh tinggi semampai menggenakan rok kembang di atas lutut berdiri di depan pintu rumah Calvin. Senyum lebar yang sudah terlanjur menghias di wajahnya tetap dibiarkan saja oleh Calvin, tak ditariknya kembali, hanya saja kalimat yang keluar dari mulutnya adalah, “Silvia? Apa kabar?” tanyanya. Ternyata Silvia yang datang, bukan Andre seperti yang dibayangkan Calvin.
“Baik Mas,” sahut Silvia. Senyum mengembang di wajahnya yang cantik. Gadis itu datang dengan menenteng sekeranjang buah-buahan di tangannya kanannya.
“Kok gak nelepon dulu?” tanya Calvin.
“Tadi sore Silvia udah nelepon ke rumah yang ngangkat Mbak Sum. Katanya tante udah sembuh makanya Silvia datang malam ini mau ngelihat tante. Bolehkan Mas?” tanya Silvia.
“Boleh aja sih,” sahut Calvin, “kok gak nelepon ke ponsel mas aja?” tanya Calvin lagi. Meskipun ia menyukai gadis itu namun kedatangan Silvia yang tak memberitahunya dulu seperti ini menimbulkan perasaan kurang suka di hati Calvin.
“Sorry Mas. Tadi Silvia kirain Mas Calvin ada di rumah, makanya Silvia telepon ke rumah. Mas Calvin marah ya sama Silvia?” gadis itu seolah-olah bisa membaca suasana hati Calvin.
“Enggak. Enggak marah kok,” sahut Calvin cepat.
“Bener?”
“Bener,”
“Silvia boleh masuk Mas?” tanya gadis cantik itu.
Calvin tersadar, ia dan Silvia masih sama-sama berdiri di depan pintu. Calvin tak mengajak gadis itu masuk dari tadi. “O, iya. Ayo masuk,” kata Calvin.
Silvia kemudian masuk kedalam rumah. Calvin membawa gadis cantik itu ke ruang tamu.
“Tante mana Mas?” tanya Silvia.
“Mama sedang istirahat Sil. Mas gak enak ngebanguninnya,” sahut Calvin.
“Silvia ngeganggu ya Mas?”
“Enggak. Cuman waktunya aja yang enggak pas. Makanya tadi Mas bilang, kenapa Silvia gak nelepon dulu ke ponsel Mas Calvin,”
“Ya udah deh mas. Kalo gitu Silvia titip buah-buahan ini aja untuk tante,”
“Iya, nanti mas sampaikan. Silvia kemari naik apa tadi?”
“Naik taksi,”
“Lho, trus nanti baliknya naik apa?”
“Mmm …, tadi maksudnya kalau Mas Calvin gak sibuk, Silvia pingin dianter sama Mas Calvin pulangnya,” sahut gadis itu malu-malu.
Calvin kaget. Cowok itu bingung dan merasa semakin kesal atas kedatangan Silvia. Rencana ketemuannya dengan Andre malam ini bakal berantakan.
“Mas Calvin gak bisa nganter ya?” tanya Silvia lirih. Ia menatap Calvin dengan sendu. “Padahal malam ini Silvia pinginnya ngerayain kesembuhan tante berdua dengan Mas Calvin,”
“Maksud kamu?” tanya Calvin bingung.
Silvia tak menjawab. Dengan gerakan perlahan ia mengangkat rok pendek kembangnya ke atas berbarengan dengan gerakan kedua pahanya yang melebar ke kiri dan ke kanan. Gerakan yang dilakukan Silvia itu mau tak mau membawa mata Calvin menatap selangkangan gadis cantik itu. Calvin terhenyak di kursinya. Silvia tak menggenakan celana dalam. Gundukan memek Silvia yang dipenuhi rimbunan jembut halus kini terpampang di depan mata Calvin.
Silvia mengangkat kedua kakinya ke atas kursinya. Pahanya dikangkangkannya selebar-lebarnya. Garis belahan memek Silvia mulai membuka sedikit demi sedikit. Lorong kenikmatan Silvia mulai terlihat, merah dan mengkilap. Ditengah-tengahnya sebuah itil mungil terlihat tegak. Memek Silvia sudah basah oleh lendir. Gadis itu rupanya sudah terangsang sejak tadi.
Calvin belingsatan. Melihat memek Silvia yang bagus mau tak mau membuat Calvin terangsang juga. Batang kontol Calvin mengeras didalam celananya. Calvin sudah beberapa hari tak mengeluarkan sperma karena itu libidonya sedang tinggi-tingginya saat itu dan sebenarnya ingin dituntaskannya bersama Andre.
“Sil …,” kata Calvin lirih. Godaan Silvia membuatnya ingin segera menuntaskan libidonya itu.
“Kentot Silvia Mas,” kata gadis itu lembut.
Calvin semakin horny mendengar kalimat Silvia itu. Otaknya langsung berpikir praktis. Ia butuh penuntasan libido dan saat itu ada Silvia yang menawarkan. Calvin langsung bangkit dari duduknya. Ia menarik tangan Silvia dan membawa gadis itu naik ke kamarnya di lantai dua. Terburu-buru kedua remaja itu berjalan menaiki tangga menuju kamar Calvin. Begitu tiba di kamarnya Calvin langsung membuka pintu dan membawa Silvia kedalam. Pintu kamar ditutup Calvin tanpa dikunci.
Calvin dan Silvia berpelukan dan saling melumat bibir dengan buas. Setelah itu keduanya segera melepaskan pakaian mereka semua masing-masing. Setelah sama-sama bugil Calvin mengangkat tubuh mungil Silvia dan membaringkannya di atas ranjang.
Calvin langsung mengangkangi wajah cantik gadis itu. Batang kontol Calvin yang sudah keras diangsurkannya ke mulut mungil Silvia. Calvin menginginkan sebuah kuluman di batang kontolnya. Ia sudah merindukan kuluman itu cukup lama sejak mengurusi Desi dan sejak mamanya sakit. Calvin sebenarnya merencanakan kuluman kontol itu akan dirasakannya dari mulut Andre ketika sahabat tersayangnya itu datang. Ternyata rencana tinggal rencana.
Silvia menyambut batang kontol itu dengan mulutnya. Dengan penuh nafsu mulutnya mulai bekerja, mencium, mengulum, dan menyedot batang kontol Calvin yang gemuk dan panjang itu dengan buas. Calvin mengerang keras, keenakan.
***
Gunawan alias Papa Calvin, Sony, Antonius, dan Christian sudah tiba di apartemen. Mereka baru saja menyelesaikan acara mandi bareng yang juga diselipkan dengan kegiatan eksplorasi tubuh masing-masing. Tentu saja mereka melakukannya tak sampai ngecrot untuk persiapan acara utama yang akan dilaksanakan sebentar lagi bersama-sama dengan Dion dan teman-temannya.
Gunawan, Sony, Antonius, dan Christian, sedang bersantai di ruang tengah apartemen mewah milik Gunawan menantikan kedatangan Dion dan rombongannya. Gunawan menggenakan pakaian santai berupa setelan kaos lengan pendek warna putih dan celana bermuda. Sedangkan Sony, Antonius, dan Christian yang menyamar sebagai pelayan-pelayannya Om Gunawan menggenakan setelan kaos tanpa lengan dan celana pendek yang ketat. Pakaian yang mereka kenakan itu semakin mempertegas ketampanan dan kejantanan mereka.
Tak lama kemudian, bel pintu apartemen berbunyi. Antonius segera menuju pintu dan langsung mengintip keluar menuju lobang kecil yang ada di pintu. Dari lobang kecil itu ia melihat rombongan cowok-cowok muda yang ganteng-ganteng dan jantan-jantan sedang berdiri menunggu di depan pintu apartemen.
“Mas Gun, mereka sudah datang,” kata Antonius.
“Gimana Ton? Oke-oke semuanya?” tanya Gunawan.
“Oke-oke Mas. Siap-siap deh, dengkul bakalan lemes,” sahut Antonius sambil nyengir mesum.
Gunawan, Sony, dan Christian langsung ikutan nyengir mesum mendengar kata-kata Antonius. Sony dan Christian kemudian menuju mini bar yang ada di ruangan apartemen itu. Mereka berdua akan berakting sebagai penyaji minuman.
Antonius lalu membuka pintu apartemen. Kedua puluh cowok itu masuk kedalam apartemen seperti berbaris. Dion berjalan paling depan dan langsung duduk di sebelah Gunawan. Setelah semuanya masuk, Antonius menutup dan mengunci pintu apartemen.
“Selamat Ulang tahun Om,” kata Dion akrab.
“Terima kasih Yon,” sahut Gunawan pendek. Ia merangkul bahu Dion dan langsung mencium bibir pemuda ganteng itu beringas.
“Gak sabar banget sih Om,” kata Dion setelah Gunawan menuntaskan ciumannya yang beringas pada bibir Dion. Gunawan nyengir, matanya kemudian menatap pada rombongan cowok-cowok muda yang datang bersama Dion. Cowok-cowok itu seperti diperintah saja langsung berbaris berjajar di depan tempat duduk Gunawan dan Dion.
“Gimana hadiah ulang tahunnya Om?” tanya Dion meminta tanggapan Gunawan pada cowok-cowok yang dibawanya.
“Hadiahnya benar-benar oke. Kamu emang paling jago buat urusan begini. Saya suka dengan mereka semua,” sahut Gunawan. Bibirnya menyunggingkan senyuman cabul sambil menatap seluruh cowok-cowok muda itu. “Yang mana yang masih virgin Yon?” tanya Gunawan langsung pada sasaran.
“Tebak dong Om,”
“Capek maen tebak-tebakan Yon. Langsung ngaku aja deh,”
“Hehehe, dasar si Om. Ayo ngaku deh siapa yang masih virgin!” kata Dion pada cowok-cowok yang berdiri di depan. Namun kata-kata Dion itu tak mendapat tanggapan. Semua cowok-cowok yang datang bersama Dion terdiam.
“Kok pada diem sih?” tanya Dion. “Ayo dong angkat tangan siapa yang masih virgin,” ulang Dion. Namun tetap saja semuanya diam. Dion tiba-tiba tersadar bahwa kata-katanya kurang lengkap sehingga teman-temannya itu tidak ada yang mengangkat tangan dan mengaku virgin. “Maksud Gue, ayo angkat tangan yang lobang pantatnya masih virgin,” kata Dion kemudian.
Mendengar kata-kata Dion itu Dino, Delfi, Hendra, Alfonsus, Rafael, Thomas, Angga, dan Tody mengangkat tangan mereka dengan malu-malu. Dion tertawa geli, tentu saja tadi tak ada yang mengangkat tangan karena diantara mereka tak ada yang benar-benar virgin seratus persen. Setiap cowok kalau sudah memasuki masa pubertas pasti tak ada lagi yang virgin. Karena mereka pasti sudah pernah menggunakan kontol mereka meskipun cuman sekadar coli doang.
Gunawan menatap kedelapan cowok yang mengangkat tangan itu dengan tatapan buas seolah akan menerkam. Tatapan Gunawan itu membuat mereka salah tingkah. “Buka pakaian kalian semua!” kata Gunawan singkat pada mereka berdelapan.
Tanpa berkomentar kedelapan cowok itu segera mengerjakan apa yang dikatakan Gunawan. Tak samapai tiga menit, tanggallah sudah seluruh pakaian yang dikenakan kedelapan cowok itu dari tubuh mereka. Kini mereka berdelapan bediri dengan canggung dalam keadaan telanjang bulat memajang tubuh indah mereka untuk disaksikan Gunawan dan juga pria-pria lain yang ada di dalam ruangan itu.
Gunawan mengamati keindahan tubuh cowok-cowok muda itu satu per satu. Mereka semua benar-benar menggairahkan. Gunawan lalu bangkit dari duduknya dan mengajak kedelapan cowok itu mengelilinginya. Gunawan kemudian berjongkok di antara kedelapan cowok itu dan memegangi batang-batang kejantanan mereka satu per satu. Sesekali Gunawan mencium batang kontol dan jembut mereka sambil memandang ke atas dan tersenyum cabul pada cowok-cowok muda itu. Setelah itu mulailah Gunawan melakukan oral pada batang kontol mereka satu per satu.
House music mulai terdengar di dalam ruangan apartemen itu. Antonius yang menyetelnya begitu melihat Gunawan mulai mempereteli perkakas kejantanan cowok-cowok muda itu. Sementara Sony dan Christian mulai menyajikan minuman. Beberapa botol bir dan gelas mereka letakkan di atas meja. Mereka juga membawa beberapa gelas berisi bir dengan nampan dan menawarkannya pada cowok yang lain. Pesta ulang tahun Gunawan dimulai.
SERIAL ANDRE DAN CALVIN 29 : Hadiah untuk Papa Calvin. There are any SERIAL ANDRE DAN CALVIN 29 : Hadiah untuk Papa Calvin in here.
-
Cerita Dewasa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, tahun kedua-ku bersekolah di luar negeri. Aku sedang mandi dan mempersiapkan diri untuk...
-
Inilah cerita seks sedarah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak...
-
Keluarga Calvin pamitan pada Antonius, Ali, Bayu, dan Made setelah cukup lama ngobrol dengan Dion dan saudara-saudaranya. Besok pagi mere...
Search This Blog
Blog Archive
-
►
2022
(2)
- ► December 2022 (2)
-
▼
2021
(300)
- ► December 2021 (12)
- ► November 2021 (26)
- ► October 2021 (15)
- ► September 2021 (3)
- ► August 2021 (2)
- ► April 2021 (1)
- ► March 2021 (16)
- ► February 2021 (54)
-
▼
January 2021
(127)
- Lubang Najis Kak Dewi : part 1
- Sahabat Baik Suamiku
- Jamilah Dan Mertua
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 30 Uenaknya Nyoblos Perjaka
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 29 : Hadiah untuk Papa Calvin
- Air Mani Yang Nyaman 5 By Man
- Air Mani Yang Nyaman 4 By Man
- Cerita Pemerkosaan Teman Kantor
- Air Mani Yang Nyaman 3 By Man
- Air Mani Yang Nyaman 2 By Man
- Air Mani Yang Nyaman By Man
- Ida Dan Uncle Samy Part 2
- Ida Dan Uncle Samy Part 1
- Isteri Di Tebuk Pakistan
- Keluarga Salmiah
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 28 : Kisah Masa Lalu
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 27 Petunjuk
- Pengalaman 5 By Denco
- Pengalaman 4 By Denco
- Pengalaman 3 By Denco
- Pengalaman 2 By Denco
- Gara Gara SMS 2
- Keluarga Elisa
- Ketagihan seorang isteri (2)
- Ketagihan Seorang isteri (1)
- Pengalaman Ustazah Berpesta Sex
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 26 : Wasiat Desi
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 25 : Sex Fiesta
- Nostalgia Kad Raya
- Aku dan Mat Saleh
- Bercinta Dengan Suami Orang
- Lidah Jantan By Nizar
- Isteri Buat Oral Sex Dengan Adik Ipar
- Arisan Para Suami
- Kisah Ngentot bersama Ibu Muda
- Kepuasan Isteri Di Tebuk Negro
- Isteri Gila Sex
- Murni dan Manjit singh
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 24 Welcome to the Jungle
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 23 : Malam Penuh Gairah
- Kenangan di Universiti By adek
- Aku Dan Lembu By luar tabie
- Cinta Sepanjang Hari ini By Steven
- Budak Punk by rintih
- Tukang Cuciku Sayang
- Tukar Isteri
- Kecurangan Si Isteri (2 in 1)
- Melati Gadis Melayu Punggung Negro
- Serial Andre dan Calvin 22 Langkah Baru
- Serial Andre dan Calvin 21 : Sony Sang Penolong
- KALI PERTAMA (PART 4) By BUDAK ADLI
- KALI PERTAMA (PART 3) By Budak Adli
- KALI PERTAMA (PART 2) By BUDAK ADLI
- KALI PERTAMA (PART 1) by BUDAK ADLI
- Gadis Bertudung ( Episod : Main Bontot Selamanya )
- Gadis Bertudung ( Episod : Pehaku Basah )
- Gadis Bertudung ( Episod : Kantoi )
- Gadis Bertudung ( Episod : aku dan paksu )
- Serial Andre dan Calvin part 20 Penantian
- Serial Andre dan Calvin part 19 Hari yang Melelahkan
- Serial Andre dan Calvin part 18. Doni
- Serial Andre dan Calvin part 17 Fadly dan Dharma
- Kisah Sebenar-Benarnya ( bersama Z ) By mazreet
- Erti Sahabat. By Iman.
- Aku Dan Ayam By luar_tabie
- Aku Pondan, Bermain Dengan Roommate By Sheila Harris
- Aku dan Mak Uda part 3
- Aku Dan Mak Uda part 2
- Aku Dan Mak Uda part 1
- Di Goda Isteri Orang
- Serial Andre dan Calvin part 16 : Perpisahan denga...
- Serial Andre dan Calvin part 15 : Masalah demi Mas...
- Serial Andre dan Calvin part 14 : Gelegak Nafsu Asep
- Serial Andre dan Calvin part 13 : SMS Teror!
- Sang Pramugariku
- Cadd, jimmy dan jali pt2 by cadd
- cadd, jimmy dan jali,, pt1 by cadd
- Rahasiaku
- Jude, Guru Privateku
- Mak Cik Yah
- Pengalaman Silam di UK
- Keluarga Bahagia
- Pesta Sex Bersama Rakan
- Yuli Gadis Manisku
- Pengalaman Dengan Ita
- Serial Andre dan Calvin part 12 : Hari Paling Sial
- Derita Seorang Artis Sexy
- X Satu
- Oh My Mom ..
- Ika Gadis Genit dan Sexy
- Sahabatku Levena
- Serial Andre dan Calvin part 11 : Rahasia Dion
- Serial Andre dan Calvin part 10 : Pembalasan Dendam?
- Serial Andre dan Calvin part 09 : Malam Jahanam
- Berlari Untuk Kesihatan by Cadd
- Study Week by Cadd
- Kelegaan. [phone part 3] by Cadd
- Asyik Terbantut. [phone part 2] by Cadd
- KISAH CINTA DUA MARHALAH : Perkhemahan Mak Lang: P...
- KISAH CINTA DUA MARHALAH : Rindu Bertaut Lagi
Powered by Blogger.
Find Your Happiness Within Yourself Quotes
Find Your Happiness Within Yourself Quotes . Web find peace within yourself.” “seeking happiness outside ourselves is like waiting for sunsh...

Labels
- 69
- Abang Angkat
- Air Mani
- Ajudan
- Amput
- Anal
- Askar
- Asrama
- Awek
- Ayah
- Ayam
- Bapa Saudara
- Bas
- Batang Besar
- Batang Kuda
- Bawah Umur
- Beastillity
- Bercuti
- Blowjob
- Bogel
- Bontot
- Boyfriend Orang
- Butuh
- By Budak Adli
- By Denco
- By EddieAmir
- By Jimbob
- By Man
- By Mr Cadd
- By Nicholas
- By Niclit
- By Nur Atikah
- By pangeran212
- By Wanxxx
- Cerita Dewasa
- Cikgu
- Cina
- Daun Muda
- Dildo
- Download
- Driver
- Driver Lori
- Duda
- Emak
- ExBoyfriend
- Fan Fiction
- Foursome
- Glory Hole
- Handsome
- Hensem
- Hetero
- Hisap
- Homo
- Horor
- Hotel
- Housemate
- Ibu Mertua
- Incest
- Indian
- Indonesia
- Interracial
- Isteri Orang
- Jawa
- jiran
- Jubur
- Kampung
- Kebun Teh
- Kisah Cinta Dua Marhalah
- KL&L
- Konek
- Kontol
- Kontol Gede
- Kuli
- Lancap
- Liwat
- Love Story
- Maktab
- Malaysia
- Mat Salleh
- Mature
- Melanau
- Melayu
- MOTNES
- Muscle
- Negro
- News
- Ngentot
- Novel
- Orgy
- Outdoor
- Pakcik
- Pemerkosaan
- Pensyarah
- Pertama
- Polis
- pondan
- Remaja
- Rogol
- Roomate
- Sarawak
- Satpam
- Sedarah
- Sekolah
- Selingkuh
- Serial Andre dan Calvin
- Sesama Wanita
- Siswa
- Skodeng
- Sport
- Suami
- Suami Isteri
- Suami Orang
- Tentera
- Tetek
- Threesome
- Toilet
- Tukar Pasangan
- Umum
- Uncle
- Universiti
- Video