Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Setelah mandi, Fadly dan Dharma pamitan pada Andre hendak kembali ke kamar mereka. Namun Andre melarang, ia mengajak kedua ajudan itu istirahat dulu di kamarnya. Andre masih ingin bersama-sama dengan kedua ajudan ganteng itu.
“Kita istirahat sambil ngobrol-ngobrol di sini aja dulu,” kata Andre pada Fadly dan Dharma. Kedua ajudan itu mulanya menolak karena kuatir kedua orang tua Andre akan pulang tak lama lagi. “Cuek aja Mas. Kalo papa dan mama pulang juga gak akan ke kamar Andre. Pasti mereka langsung istirahat. Kan capek setelah menghadiri acara resepsi di istana,” jawab Andre menghilangkan kekuatiran kedua ajudan ganteng itu. Akhirnya Fadly dan Dharma setuju.
Ketiganya lalu merebahkan diri di ranjang Andre yang empuk. Mereka tidur bersisian sambil menonton acara televisi yang ada di kamar Andre. Sang ajudan mengapit Andre yang berbaring di tengah.
“Sejak kapan sih Mas Dharma dan Mas Fadly mulai ginian?” tanya Andre tiba-tiba.
“Mulai ginian gimana maksud Mas Andre?” tanya Fadly yang berbaring di sisi kanan Andre.
“Ya ginian, masak gak ngerti sih?” kata Andre lagi.
“Saya benar-benar gak ngerti Mas,” sahut Fadly. Sementara di sisi kiri Andre, Dharma hanya berbaring diam menyaksikan siaran televisi.
“Ngentot dengan cowok,” sahut Andre.
“Oooo …,” kata Fadly.
“Sejak kapan Mas?” tanya Andre lagi.
“Emang kalo Mas Andre sejak kapan?” tanya Fadly balik.
“Mas Fadly ditanya kok malah balik bertanya sih?”
“Kenapa Mas Andre bertanya begitu?”
“Pengen tau aja. Soalnya Mas berduakan ganteng-ganteng dan macho-macho. Kok bisa,”
“Apa bedanya dengan Mas Andre?” kali ini Dharma yang menyahut. Fadly terkekeh.
“Bener juga ya,” kata Andre.
“Kalau Mas Andre sejak kapan?” tanya Dharma.
“Sejak masuk SMA,” sahut Andre.
“O, ya? Siapa yang ngajarin?” tanya Fadly.
“Bukan diajarin sih, tapi ditularin sama senior Andre,” sahut Andre.
“Hehehe, mirip dong,” kata Fadly.
“Mirip? Mas Fadly ditularin senior di SMA juga?”
“Bukan di SMA, tapi di STPDN,” kata Dharma.
“Gimana ceritanya?” tanya Andre.
“Ya, gitu deh,” kata Fadly lagi.
“Ceritain dong,” kata Andre.
“Untuk apa?”
“Pengen tau aja Mas, itung-itung cerita menjelang perpisahan,” kata Andre.
“Gimana Dhar?” tanya Fadly pada Dharma.
“Terserah. Tapi saya ada permintaan ke Mas Andre,” kata Dharma.
“Permintaan apa?” tanya Andre.
“Kalo kami ceritain pengalaman kami, Mas Andre juga harus ceritain juga pengalaman Mas Andre,”
“Oke,” sahut Andre.
Fadly dan Dharmapun mulai bercerita. Andre serius mendengarkan.
***
Fadly berasal dari Makassar sedangkan Dharma berasal dari Manado. Keduanya lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang relijius sesuai agama masing-masing. Keduanya bersahabat kental sejak pertama kali menginjakkan kaki mereka di STPDN.
“Kami punya dua sahabat kental lagi namanya Dadang dan Yusuf. Dadang berasal dari Banten sedangkan Yusuf berasal dari Aceh,” kata Fadly.
“O, ya. Asik dong, mereka pati kayak Mas berdua jugakan?” tanya Andre nyengir. Fadly dan Dharma tertawa dan melanjutkan cerita mereka.
Fadly, Dharma, Dadang dan Yusuf tinggal bersama dalam satu kamar di asrama. Segala kegiatan selalu mereka lakukan bersama-sama, mulai dari belajar, olah raga, kegiatan organisasi, plesir, sampai godain praja putri. Suatu hari di pertengahan semester awal mereka berempat pergi plesiran dengan empat orang praja putri cantik yang mereka rencanakan untuk dijadiin pacar (pacaran kok direncanain, hehe).
Sekembalinya dari plesiran sekitar pukul 21.00 WIB, keempatnya mandi bersama di kamar mandi umum yang ada di asrama. Karena sudah malam hanya mereka berempat yang mandi di dalam kamar mandi umum yang ukurannya cukup luas itu. Kamar mandi itu memang bisa menampung dua puluh orang sekaligus karenanya disebut kamar mandi umum.
Kebiasaan mandi bersama ini mulanya agak aneh bagi keduanya, khususnya Fadly yang pernah menjadi ketua rohis di SMA-nya dulu. Selama ini ia tak pernah mempertontonkan auratnya pada siapapun termasuk sesama jenis. Namun karena kebiasaan mandi bersama ini merupakan tradisi di STPDN mau tak mau akhirnya ia membiasakan dirinya. Sejak di STPDN ia terbiasa melihat praja cowok lain telanjang bulat dan sebaliknya membiarkan praja cowok lain melihatnya dalam keadaan telanjang bulat.
Saat asik mandi sambil ngobrol dan bercanda-canda tentang praja putri yang menjadi pasangan mereka dan apa yang mereka lakukan saat plesiran tadi tiba-tiba empat orang senior yang merupakan kakak asuh mereka (dan entah mengapa keempat kakak asuh mereka ini kebetulan juga bersahabat kental) memasuki kamar mandi. Keempat senior itu sepertinya tidak akan mandi juga seperti Fadly dan teman-temannya karena mereka tidak membawa perlengkapan mandi sama sekali. Keempat senior itu datang dengan mengenakan pakaian santai berupa baju kaos dan celana pendek doang.
Kamar mandi asrama mereka memang tidak biasa dikunci. Siapa saja bebas keluar-masuk untuk menggunakan kamar mandi meskipun di dalam ada orang lain yang sedang menggunakan kamar mandi itu.
“Kalian berempat dari mana?” tanya salah seorang kakak asuh dengan suara ramah namun berwibawa. Kakak asuh yang bertanya ini namanya Samuel, berasal dari Nusa Tenggara Timur. Tubuhnya kekar dibungkus kulitnya yang sawo matang cenderung gelap. Wajahnya tentu saja ganteng. Ia menjabat sebagai walikota di asrama tempat Fadly dan teman-temannya. Samuel adalah kakak asuh Fadly.
Keempatnya segera berdiri tegak dengan sikap sempurna tak sempat mengambil handuk untuk menutupi tubuh mereka yang yang masih telanjang bulat dan basah bercampur busa sabun. Keempatnya memang sangat segan dengan para kakak asuh mereka ini.
“Siap! Kami plesir!” sahut mereka serempak.
“Udah, gak usah sikap sempurna. Santai aja,” kata senior yang lain. Kakak asuh yang bicara ini bernama Wayan, berasal dari Bali. Tubuhnya lebih ramping dibandingkan Samuel namun atletis juga. Kulitnya sawo matang. Wayan adalah kakak asuh Dadang. Ia menjabat sebagai salah seorang pengurus di pemerintahan mahasiswa STPDN.
“Iya santai saja, inikan tidak di lapangan,” kata senior yang lain lagi. Kakak asuh yang berbicara ini bernama Sakti, berasal dari Sumatera Utara. Dibandingkan kakak asuh yang lain Sakti berwajah paling ganteng dan berkulit paling putih. Sakti ini menjabat sebagai Wakil Walikota di pemerintahan mahasiswa. Ia adalah kakak asuh Yusuf. Sakti juga lebih lembut saat berbicara. Mendengar kata-kata Sakti, Fadly dan teman-temannya kini lebih relaks dan tidak sekaku tadi. “Kenapa kalian plesir bersama-sama dengan praja putri. Itukan pelanggaran,” tambah Sakti lagi.
“Kalau pihak lembaga mengetahuinya kalian bisa dikeluarkan,” kata senior lain bernama Ryan, berasal dari Jakarta. Seperti kakak asuh yang lain, Ryan juga ganteng dan kekar. Ia adalah kakak asuh Dharma.
“Mohon maaf kak, kami salah,” sahut Dharma memohon maaf dan seolah-olah mengharapkan pembelaan dari Ryan kakak asuhnya yang selama ini selalu membantu dan membimbingnya.
Para kakak asuh memang bertugas untuk membantu dan membimbing adik asuh mereka. Mereka sangat ramah dan penuh perhatian pada adik asuhnya. Karena itu hubungan antara kakak dan adik asuh biasanya terjalin akrab. Namun situasi kali ini dirasakan oleh Fadly dan teman-temannya sangat berbeda. Mereka sangat takut kalau kakak asuh mereka yang selama ini baik pada mereka akan melaporkan pelanggaran yang mereka lakukan.
Melakukan hubungan percintaan dengan praja putri memang termasuk pelanggaran di STPDN karenanya dilarang. Hal ini disebabkan pihak kampus tidak mau mengambil risiko sedikitpun terjadinya hal-hal yang bukan tidak mungkin bisa terjadi karena adanya hubungan percintaan ini, misalnya hamil di luar nikah. Karena itu hubungan percintaan antar praja biasanya dilakukan sembunyi-sembunyi. Namun pihak kampus tidak pernah memikirkan larangan ini malahan menimbulkan efek negatif berupa prilaku sex menyimpang. Dan sistem hubungan kakak-adik asuh semakin menumbuhsuburkan prilaku sex menyimpang itu.
“Kami siap menerima hukuman kak,” kata Fadly.
“Jangan laporkan kami kak,” kata Dadang.
Yusuf hanya menunduk lesu. Meskipun diam ia juga sangat ketakutan seperti ketiga temannya yang lain. Siapa juga yang rela dikeluarkan dari STPDN setelah orang tua mereka mengeluarkan biaya yang tidak sedikit agar anak mereka bisa lulus pada seleksi penerimaan pendidikan calon birokrat yang sarat KKN itu?
“Kenapa kalian plesiran dengan para praja putri. Kaliankan sudah mengetahui itu dilarang. Kami sebagai kakak asuh kalian sudah berkali-kali mengingatkan kalian jangan sekali-kali melanggar larangan disini,” kata Samuel, sang walikota bergaya bijak.
“Kalian udah kebelet pengen kawin ya?” kata Ryan menggoda keempatnya. Dharma, Fadly, Dadang, dan Yusuf menggeleng-geleng dengan sikap malu-malu dan takut.
“Kalau kawin sih pasti bisa. Ngelihat ukuran kontol kalian yang gede-gede kayaknya cewek-cewek pada doyan deh kawin sama kalian, hehehe,” kata Wayan.
“Ngentot maksud Lho,” sambut Ryan yang meski ramah tapi kalo ngomong memang lebih asal dibandingkan yang lain.
“Iya, ngentot maksud Gue, hehehehe,” jawab Wayan.
Keempat senior itu kemudian tertawa bersama-sama. Fadly dan teman-temannya hanya bisa tersenyum kecut.
“Tapi pastiin dulu nih, adik-asik asuh kita yang ganteng-ganteng dan macho-macho ini udah bisa kawin apa bElon? Belum tentukan kalo punya kontol gede pasti bisa muasin calon istrinya,” kata Ryan.
“Maksud Lo gimana nih?” tanya Wayan.
“Bisa ngaceng gak kontol mereka ngelihat memek,” sambung Ryan lagi.
“Di tes aja kalo gitu,” sambung Wayan lagi.
“Bener-bener. Gue setuju di tes aja. Bisa ngaceng gak mereka?” kata Ryan, “ Tapi gimana caranya ngetesnya? Disinikan gak ada memek?”
“Kebetulan Gue bawa majalah Playboy nih. Coba kita liat mereka ngaceng gak kalo ngeliat memek-memek bule, hehehe,” kata Wayan. Sepertinya para kakak asuh ini sudah menyusun rencana untuk mengerjain adik asuh mereka sampai-sampai sempat membawa-bawa majalah porno segala.
Percakapan itu memang hanya terjadi antara Ryan dan Wayan saja. Sementara Samuel dan Sakti lebih banyak diam dan hanya tersenyum-senyum. Fadly, Dharma, Yusuf, dan Dadang salah tingkah mendengar pembicaraan dua kakak asuh mereka itu.
“Siapa yang duluan di tes nih?” tanya Wayan
“Fadly, sini Lo!” kata Ryan. Ia mengambil majalah Playboy yang dipegang Wayan.
“Siap kak!’ sahut Fadly. Ia segera berjalan mendekati kakak asuh yang memanggilnya itu.
“Coba Lo liat nih bule telanjang,” kata Ryan. Majalah Playboy yang dipegangnya dikembangkannya di hadapan Fadly.
Dengan takut-takut Fadly memandang halaman majalah Playboy yang terbuka itu. Halaman itu menampilkan seorang gadis bule blonde telanjang bulat yang sedang mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Memeknya yang merah muda dihiasi jembut-jembut halus warna pirang terpampang jelas di mata Fadly.
Ryan membalik-balik halaman demi halaman majalah. Berbagai pose gadis telanjang bulat yang menggairahkan diangsurkannya ke tatapan Fadly. Semenit berlalu, namun Fadly gak bisa ngaceng.
“Payah Lo!” kata Ryan, “Dharma sini Lo!” seru Ryan memanggil Dharma. Fadly dibiarkannya tetap berdiri di depannya. Cowok Makassar itu hanya bisa menunduk.
“Siap kak!” sahut Dharma. Ia segera mendekati Ryan dan berdiri di samping Fadly.
Ryan kembali memampangkan gambar-gambar porno itu. Kali ini ke hadapan Dharma. Sama seperti Fadly, Dharma juga gak bisa ngaceng.
“Gimana sih Lo berdua? Penampilan macho, kontol gede, tapi liat gambar gituan gak bisa ngaceng,” kata Wayan.
Dadang dan Yusuf lalu dipanggil juga untuk mendekat dan melihat gambar-gambar cabul itu. Sama seperti Fadly dan Dharma mereka juga gak bisa ngaceng.
“Payah Lo semua,” kata Wayan dan Ryan serempak. Samuel dan Sakti hanya memperhatikan sambil tersenyum-senyum.
Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf hanya bisa menundukkan kepala (atas buka kepala bawahm hehehe) mereka dalam-dalam.
“Malu-maluin aja nih kalian,” kata Wayan.
“Gimana mau kawin kalo kalian gak bisa ngaceng,” kata Ryan.
“Maaf kak,” kata Dharma dengan suara pelan.
“Maaf kenapa? Maaf karena gak bisa ngaceng?” tanya Ryan.
“Iya kak,” sahut Dharma lagi.
Keempat senior itu tertawa mendengar jawaban Dharma.
“Atau kalian memerlukan bantuan?” tiba-tiba Sakti berbicara dari tempatnya berdiri.
“Iya bener, kalau kalian memerlukan bantuan ngomong dong. Kami kan kakak asuh kalian, kalau kalian minta tolong kami pasti akan membantu kalian,” kata Ryan membenarkan kata-kata Sakti.
Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf bingung, bantuan apa yang dimaksudkan oleh kakak asuh mereka itu, namun mereka tak berani bertanya apa maksud kata-kata itu.
“Kok diam?” tanya Sakti lembut. Ia mendekati Yusuf adik asuhnya.
“Kalau mau dibantu ngomong dong. Jangan membisu,” kata Wayan lagi.
Akhirnya karena tak tahu harus menjawab apalagi dan tak berani menanyakan maksud bantuan para senior itu, keempatnya hanya mengangguk.
“Jadi kalian memerlukan bantuan kami?” tanya Samuel menegaskan. Ia berjalan dengan gagah mendekati keempat praja junior yang menunduk itu.
Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf kembali menganggukkan kepala mereka kuat-kuat.
“Baiklah kalo begitu. Sekarang kalian berempat balik kanan!” perintah Samuel mengambil alih situasi.
Keempatnya menurut. Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf kini membelakangi keempat senior mereka. Wayan menuju pintu kamar mandi dan mengunci pintu itu dari dalam. Setelah itu ia kembali ke belakang keempat praja junior itu. Suasana hening beberapa saat. Fadly, Dharma, dadang, dan Yusuf menantikan bantuan apa yang akan dilakukan para senior itu.
Tiba-tiba keempat praja muda itu terkejut. Masing-masing mereka didekap dengan lembut oleh masing-masing kakak asuh mereka dari belakang. Para senior itu sudah telanjang bulat seperti junior mereka. Lebih lagi, kontol para senior itu sudah ngaceng dan sengaja mereka tempelkan dan gesek-gesekkan ke tubuh bagian belakang para junior mereka.
“Kak, mau ngapain?” tanya Fadly dengan suara lirih pada Samuel yang mendekapnya. Ia merasakan batang kontol Samuel seolah-olah terong ungu yang sedang menggesek-gesek buah pantatnya. “Gede banget kontol Kak Samuel,” batin Fadly dalam hati.
“Katanya tadi kalian minta bantuan,” sahut Samuel. Jemari tangan kanannya mengelus-elus tubuh bagian depan Fadly, mulai dari dadanya yang bidang sampai ke perutnya yang berkotak-kotak. Sementara jemari tangan kirinya dengan lembut meremas-remas batang kontol praja muda itu. Hal yang sama juga dialami oleh ketiga teman Fadly.
Rasa segan, takut, dan malu campur aduk di benak keempat praja muda itu sehingga membuat mereka tak berani menolak apa yang dilakukan para senior kepada mereka. Dengan leluasa para senior melakukan rangsangan-rangsangan pada junior mereka.
“Kak, saya bukan homo,” kata Yusuf lirih dari tempatnya berdiri pada Sakti.
“Saya tau, saya juga bukan homo Suf,” sahut Sakti yang sedang mendekap Yusuf. Bibirnya menjalar ke bagian belakang leher praja muda itu, mencium dan menjilat dengan lembut. Apa yang dilakukan Sakti itu entah kenapa membuat Yusuf merasa nyaman dan birahinya mulai bangkit.
Fadly, Dharma, Dadang juga merasakan seperti apa yang dirasakan Yusuf. Keempatnya terlena dan terperdaya dengan perbuatan senior mereka itu. Tanpa mereka sadari batang kontol mereka sudah mengeras dalam genggaman senior mereka. Genggaman tangan senior itu bergerak-gerak maju mundur berkali-kali diawali dengan gerakan lembut dan kemudian bergerak cepat dan semakin cepat menimbulkan sensasi nikmat buat mereka. Tanpa sadar keempat praja muda itu mengerang-erang keenakan sampai orgasme mereka datang.
***
“Itulah pengalaman pertama kami bersama kakak asuh kami,” kata Dharma pada Andre.
Andre terhanyut juga mendengar cerita Fadly dan Dharma. Kontolnya kembali mengeras mendengar pengalaman cabul kedua ajudan orang tuanya itu.
“Jadi pertama kali itu gak langsung ngentot dong,” kata Andre.
“Ya enggak dong,” sahut Fadly.
“Lebih seru pengalaman Andre dong kalo gitu,” kata Andre.
“O, ya? Emang Mas Andre pertama kali langsung ngentot?” tanya Dharma.
“Yup,”
“Gimana ceritanya?”
“Nanti dong, habisin dulu cerita Mas Fadly dan Mas Dharma. Nanti gantian Andre yang cerita,” kata Andre.
Fadly dan Dharma tersenyum mendengar jawaban Andre. Keduanya lalu kembali melanjutkan cerita mereka.
***
Setelah pengalaman pertama itu para senior mengajak Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf untuk mengulangi permainan kocok kontol itu besok sorenya di kamar Samuel dan ketiga temannya. Disinilah mereka mengajarkan keempat praja junior itu tentang sex sejenis yang lebih lengkap. Mereka tidak hanya mengocok kontol tapi juga melakukan kuluman dengan penuh nafsu pada batang kontol Fadly, Dharma, dan kedua temannya.
Setelah itu mereka meminta para praja junior itu untuk melakukan hal yang sama kepada mereka. Karena sudah dibius nafsu setan keempat praja junior itu tak menolak permintaan senior mereka.
“Karena kalian sudah bersedia melakukannya dengan patuh, maka kami akan memberikan hadiah pada kalian,” kata Samuel setelah dia bersama ketiga temannya menyemprotkan sperma mereka ke masing-masing wajah ganteng Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf.
“Apa hadiahnya kak?” tanya Fadly sambil mengelap wajahnya yang belepotan sperma Samuel dengan tissue yang ada di kamar itu.
“Sakti, coba kamu katakan pada adik-adik asuh kita yang ganteng-ganteng ini apa hadiah yang akan mereka dapatkan dari kita,” kata Samuel pada Sakti wakilnya.
“Baiklah,” sahut Sakti yang saat itu duduk mengangkang di atas ranjangnya sambil memeluk tubuh Yusuf yang juga telanjang, “Hadiahnya adalah kalian kami ijinkan menikmati lobang pantat kami sekarang,”
Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf terkejut mendengar kata-kata Sakti yang diucapkannya dengan lembut itu. Mereka tak menyangka permainan sex yang mereka kira hanya sebatas kocok-kocok dan kulum-kulum kontol saja sebagai sarana menyalurkan birahi semata seperti yang dikatakan para kakak asuh mereka itu ternyata hanya masih tahap pertama saja. Mereka tak pernah membayangkan bahwa tahap berikutnya ternyata menikmati lobang pantat para kakak asuh mereka yang jantan-jantan itu.
Ketika azan maghrib memanggil-manggil dari mesjid di kompleks asrama STPDN, keempat praja junior itu sibuk menggoyang-goyangkan pantat mereka mengeluarmasukkan batang kontol mereka yang keras di dalam lobang pantat kakak asuh mereka. Fadly mengentoti lobang pantat Samuel yang berbaring telentang mengangkang di atas ranjangnya. Dharma mengentoti lobang pantat Ryan yang sedang menungging sambil berpegangan pada tiang tempat tidur yang bertingkat. Dadang berbaring di lantai mengentoti Wayan yang menduduki batang kontolnya. Sedangkan Yusuf mengentoti Sakti dalam posisi sama-sama berbaring setengah miring di atas ranjang Sakti.
***
“Mas Fadly gak sholat maghrib dong,” kata Andre.
“Mau gimana lagi, hehehe. Bukan cuman Gue yang gak sholat maghrib, Dadang, dan Yusuf juga. Malahan Sakti yang sering jadi imam di mesjid kampus juga sedang asik dikentot Yusuf,” sahut Fadly.
“Emang susah ngelawan godaan setan,” celetuk Dharma.
***
Besoknya giliran para senior yang menagih kenikmatan ngentot lobang pantat dari para juniornya yang masih perjaka itu di kamar para junior. Tak ada alasan para junior untuk menolak. Para senior sudah memberikan segalanya pada mereka, karena itu para junior harus dengan rela membalas budi baik para senior itu.
“Pelan-pelan ya kak, kami belum pernah,” kata Yusuf pada Sakti.
“Iya. Kalian akan kami perlakukan dengan penuh kelembutan,” sahut Sakti pada Yusuf.
Tapi itu hanya diawal saja saat penetrasi pertama kali dilakukan kedalam lobang pantat perjaka para praja junior. Setelah batang kontol berhasil masuk selanjutnya terserah bagaimana para senior menikmatinya. Namanya juga enak, mana mungkin bisa ditahan-tahan. Para kakak asuh itu dengan buas menikmati lobang pantat adik asuh mereka yang masih sempit. Sakti saja yang biasanya lembut dan santun tak peduli saat mendengar erangan-erangan Yusuf menahan sakit gempuran batang kontol Sakti di dalam lobang pantatnya. Ia terus bergerak buas sampai spermanya menyembur di dalam lobang pantat adik asuhnya yang jantan dan ganteng itu. Begitu juga yang dialami oleh Fadly, Dharma, dan Dadang oleh perlakukan kakak asuh mereka di lobang pantat mereka. Akhirnya semalaman Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf harus menahan rasa perih di rongga lobang pantat mereka setelah diperjakai oleh kakak asuh mereka.
Besoknya para kakak asuh kembali mendatangi kamar adik asuh mereka dan mengulangi perbuatan mereka semalam. Besoknya lagi, dan besoknya lagi, hingga rasa sakit sirna dan berganti dengan rasa nikmat. Akhirnya setelah kenikmatan itu bisa dirasakan oleh praja junior mereka tak cukup hanya melakukannya dengan para kakak asuh mereka saja. Saat nafsu mereka menggelegak Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf bermain sendiri di dalam kamar mereka atau di dalam kamar mandi saat mereka mandi berempat tanpa sepengetahuan kakak asuh mereka.
Selain itu kakak asuh mereka juga memperkenalkan mereka pada praja-praja lain yang melakukan kegiatan sex sejenis, baik yang tingkatannya di atas mereka ataupun yang setingkat dengan mereka karena ditularkan oleh senior. Meskipun tidak seluruhnya ternyata cukup banyak praja yang melakukan hal itu. Entah mengapa praja-praja yang tertular umumnya ganteng-ganteng. Kalaupun tidak terlalu ganteng mereka pasti memiliki tubuh yang bagus dan memiliki kontol yang gede.
Namun demikian pada dasarnya mereka tetap straightkarena mereka juga tetap menjalin hubungan percintaan dengan wanita. Malahan ada salah seorang teman mereka yang suka sex sejenis harus dikeluarkan dari STPDN karena telah menghamili pacarnya sesama praja putri.
Prilaku sex menyimpang ini mereka lakukan dengan sangat rahasia. Hanya sesama mereka yang sudah tertular saja yang mengetahuinya. Teman-teman mereka yang lain sama sekali tidak mengetahui apa yang mereka lakukan apalagi pacar-pacar mereka. Ketika Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf naik tingkat, merekapun menularkan prilaku sex menyimpang ini pada adik-adik asuh mereka.
Ketika memasuki dunia kerja, kebiasaan sex sejenis sempat hilang dalam kehidupan Fadly dan Dharma, juga kedua teman mereka Yusuf dan Dadang. Dua tahun bekerja di sebuah kantor kecamatan di daerah mereka masing-masing membuat mereka hanya sibuk bekerja dan tidak pernah berinteraksi dengan hal tersebut lagi. Merekapun hanya berhubungan melalui telepon sekadar menanyakan kabar masing-masing.
Namun semuanya kembali berubah saat Fadly ditarik ke kenator pusat Depdagri di Jakarta. Disana ia banyak bertemu dengan teman-teman sekampusnya dulu di STPDN termasuk Sakti, seniornya. Sakti sudah menikah dan sudah dikaruniai seorang bocah lelaki. Suatu saat mereka bertugas ke daerah berdua. Saat menginap di hotel keduanya tak sanggup menahan nafsu dan mengulangi lagi kenikmatan yang pernah meraka rasakan saat kuliah dulu. Hal ini merupakan titik balik kembalinya Fadly melakukan sex sejenis.
Tak lama Fadly juga bertemu kembali dengan Dharma, Dadang, dan Yusuf yang juga ditarik ke Jakarta. Fisik yang oke ternyata membawa berkah buat mereka berempat. Mereka diangkat menjadi ajudan bagi pejabat-pejabat tertentu di kantor pusat Depdagri. Dan sejak menjadi ajudan inilah sex sejenis mulai meningkat frekuensinya mereka lakukan.
Ternyata para pejabat itu banyak yang doyan hal ini. Karena kebanyakan duit hasil korupsi para pejabat ini terbenam dalam kehidupan sex bebas. Sudah menjadi rahasia umum jika para pejabat itu memiliki wanita simpanan atau doyan ngesex dengan pelacur kelas tinggi. Segala macam jenis variasi sex sudah mereka lakukan dengan berbagai macam wanita untuk memuaskan fantasi sex mereka yang liar. Rupanya lama kelamaan hal ini membosankan juga. Akhirnya mereka mencari variasi-variasi baru dalam memuaskan nafsu sex mereka yang menggila. Ajudan-ajudan mereka yang umumnya muda-muda dan secara fisik sangat oke akhirnya menjadi tempat melampiaskan libido mereka dengan dalih variasi. Termasuk yang terjadi pada Papa Andre.
Menjadi ajudan memang enak. Apabila atasan mereka puas terhadap layanan mereka baik layanan urusan dinas maupun urusan sex maka segala kebutuhan mereka akan terpenuhi. Urusan duit menjadi sangat gampang. Sejak menjadi ajudan tabungan Fadly dan Dharma bertambah terus jumlahnya. Keduanya sudah bisa membelikan tanah dan rumah yang cukup mewah untuk orang tua mereka.
***
“Mas Dadang dan Mas Yusuf sekarang jadi ajudan dimana Mas?” tanya Andre.
“Mas Andre akan bertemu dengan mereka besok,” sahut Fadly.
“Maksudnya?” tanya Andre bingung.
“Mereka berdua yang akan menggantikan kami menjadi ajudan di rumah ini mulai besok,” sahut Dharma.
“O, ya? Asik dong kalo gitu, hehehe. Ngomong-ngomong kenapa harus mereka yang menggantikan Mas berdua, bukan orang lain? Papa udah kenal juga dengan mereka sebelumnya?” tanya Andre.
“Kami yang merekomendasikannya pada Bapak,” sahut Fadly.
“Dan papa langsung oke karena mereka berdua juga sama ganteng dan jantannya seperti Mas berduakan? Jangan-jangan papa juga udah pernah ngentot dengan mereka berdua ya Mas?” tanya Andre lagi. Meskipun sudah berbaikan dengan papanya, namun kadang-kadang Andre kurang bisa menerima kenyataan bahwa sang papa juga sama-sama punya hobi ngentot dengan cowok seperti dirinya.
“Udah deh Mas Andre, gak usah ngebahas soal gituan sekarang ini. Mas Andrekan tadi janji mau cerita, nah sekarang mendingan Mas Andre mulai bercerita aja ke kami berdua,” kata Dharma menetralisir.
“Oke, oke. Tapi sebelum Andre cerita, Mas Fadly dan Mas Dharma harus isepin kontol Andre dulu. Udah hampir ngecret nih dengerin cerita kalian berdua tadi. Lebih enak ngecretnya sambil dijilat-jilatin Mas berdua,” kata Andre. Ia bisa menerima apa yang dikatakan Dharma dan tak melanjutkan lagi pikirannya soal papanya.
Fadly dan Dharma tersenyum mesum dan kemudian keduanya segera membungkuk di selangkangan Andre. Keduanya segera menjilati dan mengulum-ngulum batang kontol cowok ganteng yang memang sudah mengacung keras itu. Tak lama sperma putih kental berlompatan dari lobang kencing Andre, dan jatuh di pipi kedua ajudan ganteng itu.
Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Andre memarkirkan sepeda motornya di garasi rumahnya. Jalan-jalan bersama Calvin dan Desi tadi di rasakannya cukup melelahkan. Apalagi pikirannya juga sedang kalut karena teror sms. Andre pengen segera menyegarkan diri. Mengguyur tubuhnya di bawah showeryang hangat.Mobil dinas Papanya tak terlihat di garasi. Tampaknya sang Papa sedang pergi. Andre berlalu dari garasi tak mau pusing memikirkan kemana Papanya pergi. Dia terbiasa kok di tinggal sendiri di rumah.
Masuk kedalam rumah, Andre menemukan Mas Dharma dan Mas Fadly sedang asik nonton televisi di ruang keluarga. Lho? Kok dua ajudan ini ada di sini? Pikir Andre. Biasanya salah satu dari mereka akan mendampingi sang Papa. Seringnya sih Mas Fadly, sedangkan Mas Dharma mendampingi Mamanya.
“Udah pulang Mas?” tegur Mas Fadly pada Andre.
“Udah Mas. Papa pergi ya Mas?” tanya Andre.
“Iya Mas Andre. Sama Ibu, tadi berdua.”
“Kok Mas berdua gak dampingin?” tanya Andre.
“Bapak sama Ibu pergi sama ajudan baru Mas,” yang jawab Mas Dharma.
“Ajudan baru? Lalu Mas berdua?”
“Mulai besok, kita tidak bertugas di sini lagi Mas Andre. Masing-masing dapat job baru,” masih Mas Dharma yang menyahut.
Andre tertarik dengan apa yang di katakan Mas Dharma. Ia lalu ikut duduk bersama mereka. Pengen tau lebih banyak soal pergantian kedua ajudan itu.
“Job baru? Jadi apaan Mas?”
“Mudah-mudahan dalam waktu gak terlalu lama, kami berdua di angkat jadi Camat Mas Andre. Kemungkinan saya di Depok, sedangkan Dharma di Bekasi,” jawab Mas Fadly.
Ia terlihat sangat gembira menyampaikan jawaban itu ke Andre. Rupanya cita-citanya kesampaian juga. Papa Andre benar-benar memperjuangkan kedua ajudannya ini untuk mendapat jabatan rupanya.
“Berhasil juga ya Mas,” kata Andre dengan senyum penuh arti pada Mas Fadly.
“Iya Mas. Berkat bantuan Bapak,” jawab Mas Fadly, nyengir.
“Tapi, sementara kami di tarik ke kantor pusat dulu. Kata Bapak, nikah dulu baru setelah itu di usulkan olehnya jadi Camat,” sambung Mas Fadly lagi.
“Kapan nikahnya nih?” tanya Andre.
“Mungkin dalam waktu dekat inilah. Saya duluan, Fadly menyusul. Keluarga kami di kampung udah mempersiapkan segalanya,” jawab Mas Dharma.
Andre memandangi kedua ajudan ganteng dan jantan itu satu persatu. Keduanya sama-sama menggenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Memamerkan otot-otot lengan yang terbentuk dan ketiak mereka. Ketiak Mas Fadly lebat dengan bulu, sedangkan ketiak Mas Dharma putih bersih tanpa bulu. Otak mesum Andre segera muncul. Segala kekalutannya oleh sms sang peneror sirna. Pikirannya dipenuhi nafsu untuk mencumbui kedua ajudan itu.
“Kesempatan Gue tinggal malam ini doang,” pikir Andre.
Kesempatan untuk merasakan nikmatnya tubuh Mas Dharma sekaligus Mas Fadly sekali lagi. Kalau tidak malam ini, kapan lagi? Keduanya sudah bakal cabut dari rumah besok.
“Papa sama Mama pergi kemana Mas?” tanya Andre.
Ia melirik jam tangannya. Masih pukul sembilan malam.
“Ke Istana Negara Mas. Ada resepsi para menteri dalam negeri se-ASEAN,” jawab Mas Fadly.
Mas Dharma memandang layar televisi yang sedang menyiarkan sinetron Indonesia. Gak nyangka ajudan ganteng ini doyan nonton acara ibu-ibu rupanya. Tapi kayaknya sinetron Indonesia sekarang gak cuman tontonan ibu-ibu doang deh. Berhubung sinetron Indonesia kini banyak bertaburan bintang-bintang muda termasuk aktor-aktor cowok yang semuanya cakep-cakep, sinetron Indonesia banyak juga ditonton cowok-cowok sekarang. Khususnya cowok-cowok yang demen liat cowok cakep, hehehe.
“Lama dong pulangnya. Mmmm… kalo gitu enaknya kita bikin acara perpisahan aja yuk, Mas,” kata Andre.
Ia duduk mendekat ke Mas Fadly, bibirnya menyunggingkan senyum cabul. Mas Fadly segera menangkap maksud pembicaraan Andre. Ia ikut tersenyum, cabul juga tentu saja.
“Perpisahan? Asik juga. Dimana?”
“Terserah Mas Fadly aja.”
“Dharma di ajak gak?”
“Di ajak dong.”
“Eh, pada mau bikin acara apaan nih?” tanya Mas Dharma.
Ia agak bingung. Ia memandangi kedua cowok yang sedang tersenyum-senyum padanya itu.
“Elo ikutan aja deh pokoknya,” kata Mas Fadly pada temannya.
“Kalo gitu, Mas berdua ikutan ke kamar Andre aja deh. Andre bElon mandi nih,” ajak Andre.
Ia segera berjalan menuju kamarnya.
“Boleh, ayok Dhar,” kata Fadly.
Ia mengikuti langkah Andre sambil menarik lengan temannya untuk mengikutinya.
“Mau ngapain sih?” Mas Dharma bingung.
Tapi di ikutinya juga langkah Fadly. Ketiganya lalu masuk ke dalam kamar Andre yang luas. Mas Fadly duduk di atas ranjang Andre pun Mas Dharma. Sementara Andre berdiri tegak di hadapan kedua ajudan ganteng itu.
“Andre mandi dulu yah. Badan rasanya gerah nih,” kata Andre.
Dengan santai ia melepaskan seluruh pakaiannya di hadapan kedua ajudan itu. Mas Fadly hanya nyengir-nyengir saja melihat Andre yang menelanjangi dirinya, sementara Mas Dharma mElotot. Ia kaget melihat kenekatan Andre yang berbugil ria di hadapan mereka, matanya tak lepas memandangi tubuh indah milik anak bosnya itu. Terutama di daerah selangkangan Andre yang penuh bulu lebat dan sebatang kontol yang masih tidur namun sudah besar ukurannya itu.
“Mau ngapain sih?” tanyanya lirih.
Ia mulai terangsang. Didepan matanya, Andre seperti sengaja memamerkan tubuh remajanya yang bagus itu.
“Kenapa Dhar? Bingung? Jangan bingung-bingung deh. Andre mau bikin acara perpisahan dengan kita, abis mandi entar,” jawab Mas Fadly.
Dengan santai, ia mengacak-acak jembut lebat Andre dengan jemarinya. Mas Dharma terperangah. Sesaat kemudian ia tersenyum. Ia segera mengerti apa yang akan terjadi.
“Maksud Elo, kita mau pesta sex nih?” tanya Mas Dharma.
Mas Fadly mengangguk. Andre menyeringai lebar.
“Oke deh, Andre mandi dulu ya,” kata Andre.
Ia lalu melangkah ke kamar mandi. Pintu kamar mandi sengaja tidak di tutupnya. Dari tempat duduk mereka, Mas Dharma dan Mas Fadly bisa mengawasi apa yang di lakukan Andre di dalam kamar mandi. Remaja tanggung itu asik mengguyur tubuhnya dengan air shower. Kemudian menyabuni seluruh tubuhnya sambil tersenyum-senyum nakal pada kedua ajudan itu.
Mas Dharma rupanya tak bisa menahan birahinya melihat remaja ganteng yang sedang mandi sambil menggoda itu. Ia lalu melepaskan seluruh pakaian yang di kenakannya dan menyusul Andre ke dalam kamar mandi. Ia kemudian berdiri tepat di belakang tubuh Andre. Jemarinya mulai mengelus-elus punggung lebar Andre yang penuh busa sabun. Sesaat kemudian ia sudah memeluk erat tubuh Andre, mulutnya sibuk menciumi leher remaja ganteng itu.
Mas Fadly berdiri di depan pintu kamar mandi. Ia tersenyum melihat temannya yang mulai mencumbu anak bosnya itu.
“Mas Andre udah sering ngentot ya dengan Fadly?” tanyanya lirih.
Bibirnya terus menjelajahi leher dan punggung Andre.
“Enggak sering ahhh… pernahhh..,” jawab Andre lirih.
Ia mendesah oleh cumbuan Mas Dharma pada tubuhnya.
“Ohhh… kenapa gak pernah ngajak sihhh… ohhh..,” kata Mas Dharma.
“Abis Mas Dharma sibuk ngentot dengan Mama terus sih,” jawab Andre.
Mas Dharma menghentikan cumbuannya. Ia kaget mendengar jawaban Andre seperti itu.
“Maksud Mas Andre?” tanyanya.
Ia menatap wajah ganteng Andre lekat. Anak bosnya itu malah tersenyum. Andre membalikkan tubuhnya hingga ia dan Mas Dharma kini berdiri berhadapan.
“Kok bingung sih? Mas Dharma kan sering ngentot dengan Mama. Andre sering lihat kok. Udahlah… nyantai aja, gak papa kok. Kemaren-kemaren Andre emang marah sama Mas Dharma. Tapi sekarang udah enggak kok,” jawab Andre.
Ia kemudian merengkuh tubuh Mas Dharma. Di gesek-gesekkannya tubuhnya pada ajudan ganteng itu.
“Udah Dhar, nikmatin aja. Gak usah mikirin hal itu,” Mas Fadly sudah berdiri di dekat mereka.
Tubuhnya juga sudah telanjang bulat. Ia mulai menciumi punggung sahabatnya.
“Andre udah tahu semua rahasia kita,” sambung Mas Fadly.
Mas Dharma terlihat salah tingkah. Rahasianya dengan istri bosnya rupanya sudah di ketahui oleh sang anak. Ia menjadi merasa tidak enak hati. Namun rangsangan Andre di tubuhnya tak mampu di lawannya. Di tambah lagi cumbuan lidah dan mulut temannya, Fadly di seluruh tubuh bagian belakangnya.
“Mas Andre gak marah kan?” tanyanya pada Andre.
“Ngapain juga marah. Udahlah…. Lupain aja. Sekarang ini kita puas-puasin diri aja. Soalnya gak tau kapan lagi punya kesempatan kayak gini Mas. Kalian kan udah mau pergi,” kata Andre.
“Mas Andre udah tau apa aja?” tanya Mas Dharma.
“Semuanya.”
“Semuanya? Apa aja itu?”
“Semuanya deh. Termasuk juga hubungan Mas berdua dengan Papa,” jawab Andre.
“Mmm… jadi gak papa nih? Beneran?”
“Bener. Udah deh, gak usah ngomongin itu lagi.”
“Iya Dhar. Mas Andre aja nyantai. Ngapain juga Elo pusing mikirin itu,” sambung Mas Fadly yang kini asik membelah buah pantat Mas Dharma dan mulai menjilat-jilat celah sempit milik sahabatnya itu.
“Ohhh… ya udah kalo gituhhh… aohhh..,” kata Mas Dharma.
Ia menggelinjang-gelinjang oleh kenakalan lidah Mas Fadly di celah pantatnya. Nafsu Mas Dharma menggelegak. Ia mengangkat kedua lengan Andre ke atas. Ketiak Andre yang penuh bulu ketiak sangat menggodanya, mulutnya langsung bersarang di ketiak itu. Bergantian ketiak kiri dan kanan Andre di sElomotinya, Andre mengerang-erang. Tubuhnya terus bergerak bergesekan dengan tubuh Mas Dharma.
Di bawah Mas Fadly asik dengan pantat Mas Dharma yang putih dan sexy. Tangannya melebarkan buah pantat itu. Lidah dan mulutnya asik menjilat-jilat, mencium-cium dan mengisap-isap lobang pantat yang penuh bulu-bulu halus itu.
“Ooohhh… Ohhh… Fadddssshhh… ohhh…,” erang Mas Dharma diantara kesibukannya mengerjai ketiak Andre.
Ia keenakan. Tangan Andre menjelajahi tubuh atletis Mas Dharma. Sampai kemudian tangannya menemukan batang kontol milik ajudan itu yang sedang bergesekan dengan batang kontolnya sendiri. Di genggamnya kedua kontol itu sekaligus. Agak repot memang buatnya menggenggam kedua batang itu sekaligus. Ukurannya yang besar membuat genggamannya tak sempurna. Di kocok-kocoknya kedua kontol itu sekaligus, benar-benar nikmat rasanya.
Cukup lama mereka asik melakukan cumbuan liar itu. Setelah lima belas menit, ketiganya mengubah posisi cumbuan. Andre duduk di tepi bath tub. Kedua ajudan itu jongkok di samping kiri dan kanan Andre. Mulut keduanya lalu melakukan oral pada batang kontol Andre bergantian dengan lahap. Kadang mereka berebutan seperti layaknya anjing berebut tulang saja.
Dengan tatapan sayu, Andre memandangi kontolnya yang sedang di oral oleh kedua ajudan ganteng itu. Ia benar-benar keenakan. Nafsunya bergejolak melihat dua wajah tampan yang menyerbu kontolnya. Pantatnya bergerak-gerak naik turun. Kontolnya keluar masuk mulut kedua ajudan itu bergantian, Andre seperti sedang mengentoti kedua mulut itu jadinya.
“Ahhh… ahhh… ahhh..,” Andre tak kuasa lagi menahan orgasmenya.
Saat itu kontolnya sedang terbenam dalam mulut Mas Dharma. Di pegangnya kepala Mas Dharma kuat-kuat. Kontolnya di kocoknya kuat-kuat dalam mulut ajudan itu. Ia ingin menumpahkan spermanya dalam mulut Mas Dharma.
Meski kerepotan oleh kelakuan Andre, Mas Dharma membiarkan saja mulutnya di gempur. Ia terus mengisap-isap batang kontol Andre sekuat tenaga, dia menantikan semburan sperma remaja itu dalam mulutnya. Mas Fadly mendekatkan wajahnya ke dada bidang Andre, mulutnya langsung mengisap-isap pentil Andre yang sudah keras karena penuh birahi.
Akhirnya orgasme Andrepun sampai, tubuhnya berkElojotan. Spermanya menyembur deras dalam mulut Mas Dharma beberapa kali.
“Oooaaahhh… ahhh… arghhh…,” Andre mengerang keras.
Mas Dharma terus menyedot kontol Andre yang menumpahkan sperma. Hingga seluruh sperma itu habis menyembur dan tubuh Andre terduduk lemas. Nafas remaja itu ngos-ngosan.
Mulut Mas Dharma melepaskan kontol Andre. Kemudian ia meludahkan sperma Andre yang tadi terkumpul di mulutnya pada batang kontol Andre. Tangannya lalu melumuri sperma itu keseluruh batang kontol itu. Sebagian cairan kental putih itu masih tersisa di tepi bibir Mas Dharma.
“Banyak banget Mas Andre,” kata Mas Dharma tersenyum pada Andre.
Sementara Andre hanya bisa tersenyum dengan wajah sayu. Mas Dharma lalu melumat bibir Andre. Membagi sisa sperma di mulutnya pada pemilik sperma. Mereka saling melumat dengan buas. Mas Fadly ikutan nimbrung. Ketiganya lalu asik saling melumat bibir.
“Udah dulu Massshhh… Andre capek nih… Mas lanjutin berdua aja dulu deh,” kata Andre.
Tubuhnya di rasakannya sangat lelah setelah orgasmenya yang dahsyat tadi. Ia perlu istirahat sejenak memulihkan tenaga untuk sesi berikutnya.
***
Di rumah Cinta. Sampai pukul tujuh malam ternyata hanya Yudha saja yang tiba di rumah, sementara adiknya Indra belum juga pulang. Setelah Yudha membersihkan tubuhnya yang gerah sepulang kerja, Cinta mengajak suaminya untuk makan malam bersama – sama kedua tamu mereka.
“Udah lama banget ya Cindy enggak maen kemari,” kata Yudha membuka percakapan di meja makan.
“Iya Mas, belakangan ini Cindy sibuk ujian kenaikan kelas sih,” sahut Cindy.
“Mas dengar Cindy udah jadi cover majalah remaja terkenal ya?”
“Baru juga menang Mas, masak langsung terkenal. Mas Yudha nambah-nambahin nih,”
“Mbakmu itu ngoleksi semua foto kamu yang di pajang di majalah lho. Soalnya kamu jarang banget kesini. Jadi kalo lagi kangen kamu, Mbakmu bisa liatin foto kamu.”
Mendengar kata-kata suaminya, Cinta hanya tersenyum-senyum sambil memandangi Cindy, adik semata wayangnya itu dengan sayang. Cindy jadi agak gak enak mendengar kata-kata Mas Yudha. Kalau pembicaraan seperti ini di lanjutkan, ujung-ujungnya pasti akan ngebahas soal masa lalu.
Cindy langsung mengalihkan pembicaraan ke masalah Asep. Cindy mengutarakan maksud kedatangannya meminta tolong pada abang iparnya itu untuk mencarikan Asep pekerjaan.
Cinta menambahkan kata-kata Cindy dengan menerangkan siapa Asep itu pada suaminya. Sepanjang Cindy dan Cinta berganti-gantian “menjajakan” Asep pada Yudha, pemuda desa yang sedang jadi topik pembicaraan itu hanya terdiam seribu bahasa mendengarkan sambil mengunyah makanannya sepelan mungkin. Berusaha untuk tidak menimbulkan efek suara mengunyah yang bisa menjijikkan orang lain. Sambil mendengarkan keterangan Cindy dan Cinta, Yudha sesekali memperhatikan Asep dengan serius.
“Kamu punya ijazah SMA Sep?” tanya Yudha pada Asep setelah Cindy dan Cinta berhenti ngomong.
“Ada Den,” sahut Asep.
“Jangan panggil aden-adenan gitu Sep. Panggil aja saya Mas!” potong Yudha.
Dari tekanan suara Yudha, terasa kalau bapak muda itu kurang suka di perlakukan secara feodal.
“Ada Den, eh Mas,” sahut Asep lagi.
“Kalo gitu kamu berikan ke saya segera. Nanti saya carikan kamu lowongan pekerjaan ya. Mungkin jadi satpam atau office boy gitu deh,” kata Yudha lagi.
Kali ini tekakan suaranya lebih ramah setelah Asep merubah panggilannya dari Den ke Mas.
“Ijazahnya ada saya bawa di tas, Mas,” kata Asep.
“Kalo gitu selesai makan ini, lamaran kamu kita buat aja. Besok biar saya bawa ke kantor.”
“Terima kasih banget atuh, Mas,” kata Asep riang.
Cindy pun senang atas reaksi suami kakaknya itu yang terlihat sangat membantu.
***
Andre masih berendam di dalam bath tub dengan air hangat yang terasa nyaman membelai di tubuhnya yang lelah. Sementara itu Mas Fadly dan Mas Dharma melanjutkan percumbuan berdua saja. Mereka memberikan kesempatan untuk Andre istirahat sejenak memulihkan staminanya.
“Fad, entot Gue dong,” kata Mas Dharma pada Mas Fadly yang langsung mengangguk setuju.
“Licinin dulu kontol Gue pake mulut Elo dong,” kata Mas Fadly.
“Siniin,” kata Mas Dharma.
Mas Fadly segera berdiri tegak di depan Mas Dharma yang berjongkok. Kontolnya langsung di solomoti oleh Mas Dharma dengan lahap. Setelah di rasakan cukup, keduanya menghentikan oral itu. Mas Dharma lalu berbaring di lantai kamar mandi. Badannya di sandarkannya ke dinding. Mas Fadly berjongkok di hadapan Mas Dharma. Selangkangannya tepat di hadapan selangkangan Mas Dharma. Kemudian ia merenggangkan kedua paha sahabatnya itu lebar-lebar ke kiri dan kanan dan meletakkannya di atas pahanya sendiri.
Kemudian Mas Fadly menyorongkan kontolnya yang sudah tegak sekeras kayu memasuki lobang pantat Mas Dharma yang merekah. Perlahan-lahan kontol itu menembus masuk. Dari dalam bath tub, Andre mengawasi kedua ajudan Papanya itu. Setelah masuk, Mas Fadly langsung menggerakkan pantatnya. Gerakan yang cepat dan keras. Keduanya memang sudah terbiasa saling mengentot, jadi tidak perlu penyesuaian lagi. Gerakan pantat kedua ajudan itu saling berbalasan. Mereka mengerang-erang keenakan.
Jemari Mas Dharma meraba-raba seluruh tubuh kekar Mas Fadly yang basah oleh keringat. Ia terlihat sangat menikmati di sodomi oleh sahabat kentalnya itu.
“Fadddhhh… ohhh… Fadhhh… enak bangethhh… yahhh… yahhh… yahhh… ohhh… yang dalemmm… ohhh… ohhh… yahhh… yahhh…,” racau Mas Dharma.
“Hegghhh… heghhh… heghhh… heghhh… heghhh… hosshhh… hoshhh… ohhh… hohhh… hoshhh..,” racau Mas Fadly.
Menit-menit berlalu. Andre terus menonton persetubuhan dua ajudan yang ganteng dan jantan itu. Tenaganya di rasakannya mulai pulih. Ia kembali terangsang menonton pergumulan yang buas itu. Kontolnya yang kembali mulai mengeras di elus-elusnya dengan lembut. Namun ia tak berniat untuk mengganggu kenikmatan dua sahabat itu.
Sambil mengentot, keduanya sesekali berciuman. Ciuman yang penuh birahi. Selain itu Mas Fadly juga mennyElomoti ketiak Mas Dharma yang bersih dari bulu itu. Atau mengisap-isap pentil dada Mas Dharma seperti bayi menetek pada ibunya.
“Dharhhh… ohhh… ohhh… Gue nyampehhh… ohhh… ohhh..,” Mas Fadly mengerang.
Ia sudah orgasme rupanya, kontolnya di benamkannya dalam-dalam di lobang pantat sahabatnya itu. Mas Dharma menjerit tertahan, bahu lebar Mas Fadly di gigitnya menahan nikmatnya semburan sperma Mas Fadly yang membasahi rongga lobang pantatnya.
Setelah beberapa saat kedua tubuh kekar bersimbah keringat itu tergolek tak berdaya bertindihan.
“Mau Gue keluarin Dhar?” tanya Mas Fadly lirih pada sahabatnya.
Ia menyadari bahwa temannya itu belum menikmati orgasme sejak tadi.
“Enggak usah. Biar Mas Andre aja yang ngeluarin. Kayaknya dia udah ready lagi tuh,” kata Mas Dharma mengerling pada Andre.
Andre yang terbaring di bath tub mengangguk mengiyakan. Ia memang sudah siap untuk melanjutkan sesi selanjutnya.
“Sini Mas,” katanya mengundang Mas Dharme mendatanginya.
Kemudian Mas Dharma melangkah mendekati Andre yang sedang berbaring di dalam bath tub. Kontolnya mengacung tegak. Saat dientot Mas Fadly tadi, kontolnya juga tetap keras. Sepertinya ia sangat nyaman di sodomi. Seringkali saat di sodomi, kontol tidak bisa ngaceng karena merasa tidak nyaman atau kesakitan. Tapi Mas Dharma tidak rupanya.
Sambil berjalan, Mas Dharma menutup lobang pantatnya dengan jari telunjuk tangan kirinya. Ia tidak mau sperma Mas Fadly yang berkumpul di dalam rongga lobang pantatnya meleleh keluar. Ia pengen memasukkan kontol Andre dalam lobang pantatnya. Karena itu ia perlu pelumas, dan pelumas itu adalah sperma Mas Fadly.
“Mau ngentotin lobang pantat Saya, Mas Andre?” tanya Mas Dharma pada Andre.
“Siapa takut,” jawab Andre lucu.
Mas Dharma kemudian masuk kedalam bath tub. Kedua kakinya di tekukkannya di samping paha Andre. Pantatnya kemudian di arahkannya tepat di atas kontol Andre. Setelah posisinya pas, Mas Dharma menurunkan pantatnya. Jarinya yang menyumpal lobang pantatnya di lepas. Sperma Mas Fadly menyembur keluar dari lobang pantat itu. membasahi batang kontol Andre. Mas Dharma langsung memasukkan kontol yang berlumuran sperma itu kedalam lobang pantatnya. Bless.
Tidak susah. Karena baik kontol Andre dan lobang pantat Mas Dharma licin oleh sperma milik Mas Fadly. Setelah masuk seluruhnya, keduanya mulai menggenjotkan pantat berbalasan. Air dalam bath tub langsung seperti berombak. Goyangan pantat mereka cepat dan menghentak-hentak. Sebagian air dari bath tub itu tumpah keluar.
“Isep kontol Saya, Mas Andrehhh… ohhh..,” pinta Mas Dharma.
“Ohhh… hoshhh… hoshhh… susah Mashhh..,” jawab Andre.
“Bisahhh… aohhh… bisahhh… tekukkan badanhhh… Mashhh… Andrehhh… dikithhh..,” kata Mas Dharma mengajari.
Andre mencoba apa yang di katakan Mas Dharma. Badannya di tekukkannya ke depan. Mulutnya mencoba menggapai kepala kontol Mas Dharma yang merah. Susah memang, tapi ia terus berusaha. Dan akhirnya bisa. Memang hanya kepala kontol Mas Dharma saja yang bisa di gapainya dengan mulutnya, tapi itu udah cukup. Dengan kuat Andre menyeruput kepala kontol itu. Mas Dharma keenakan. Ia menghentakkan pantatnya semakin kuat.
Gantian kini Mas Fadly yang nonton. Ia duduk di sudut kamar mandi melihat apa yang di lakukan sahabatnya beserta anak bosnya itu. Tangannya meremas-remas kontolnya sendiri sembari juga memilin-milin puting susunya.
“Ohhh… ohhh… ohhh… ohhh… ohhh…,” Mas Dharma mengerang-erang.
Tangan kanannya mengocok kontolnya secepat-cepatnya. Ia akan orgasme. Andre melepaskan mulutnya dari kontol Mas Dharma lalu menunggu orgasme ajudan itu. Beberapa saat kemudian dari lobang kencing Mas Dharma menyembur sperma kental. MElompat membasahi wajah ganteng Andre dan juga dada serta perutnya.
Tubuh Mas Dharma yang mengkilap karena cucuran keringat kElojotan. Wajahnya terlihat kepayahan, nafasnya mendengus-dengus. Mulutnya manyun, kulitnya memerah. Otot-ototnya mengencang.
Mas Dharma terus mengocok kontolnya sampai spermanya tak lagi menyembur. Nafasnya tersengal-sengal. Ia memandangi wajah Andre sambil tertawa senang. Sepertinya ia sangat puas dengan orgasmenya itu. Kemudian ia membungkukkan wajahnya, mulut Andre di ciumnya dengan ganas. Andre membalas tak kalah ganas.
“Mmm… cup… cup… cup… cup… cup…”
“Puas Masss… mmmppp?” tanya Andre di antara ciuman mereka.
“Mmm… uahhh… puas banget. Enak banget… mmm…,” sahut Mas Dharma.
Ia tersenyum kegirangan.
“Mas, Andre nanggung nih,” kata Andre.
Kontolnya yang keras memang masih bersarang di dalam lobang pantat Mas Dharma.
“Sini Mas Andre, biar Saya bantu,” kata Mas Fadly menawarkan diri.
Ia berdiri mendekati kedua lelaki yang masih bertindihan di dalam bath tub itu.
“Gak usah Fad, biar Gue aja,” kata Mas Dharma.
“Masih bisa Mas?” tanya Andre gak percaya.
Ia ragu ajudan satu ini masih sanggup setelah orgasmenya yang gila-gilaan tadi.
“Bisa. Santai aja,” jawab Mas Dharma mantap.
Mas Fadly pun kemudian duduk di samping bath tub. Tidak jadi membantu Andre orgasme.
Mas Dharma lalu kembali duduk. Kedua tangannya berpegangan pada sisi bath tub. Lalu pantatnya mulai bergerak naik turun. Kontol Andre kembali keluar masuk lobang pantat itu. Andre tak menduga stamina Mas Dharma ternyata kuat sekali. Pantes aja Mamanya doyan banget ngentot dengan ajudan ini. Pasti Mamanya berkali-kali orgasme di gempur oleh Mas Dharma, batin Andre.
Mas Fadly menonton dari tepi bath tub. Sesekali tangannya mengocok kontol Mas Dharma, sekaligus melakukan oral pada kontol besar yang mulai tegak keras itu.
Andre mencengkeram pinggang Mas Dharma kuat-kuat. Pantatnya di goyangkannya naik turun dengan keras dan menghentak. Air dalam bath tub tumpah ruah. Ia meluapkan seluruh gElora birahinya dengan menghajar lobang pantat ajudan ganteng itu.
“Boleh ikutan gak?” tanya Mas Fadly.
“Pengen ya? Ohhh… ohhh..,” tanya Mas Dharma.
“He eh. Abis kalian gila-gilaan sih,” sahut Mas Fadly.
“Gimana Mas Andrehhh..,” Mas Dharma meminta pendapat Andre.
“Hohhh… hohhh… boleh..,” jawab Andre.
Mereka bersiap-siap untuk ngentot bertiga. Andre dan Mas Dharma keluar dari dalam bath tub. Dengan sigap Mas Fadly langsung menungging di tepi bath tub. Ia siap di sodomi. Mas Dharma bersimpuh di belakang Mas Fadly. Kontolnya langsung di masukkannya kedalam lobang pantat sahabatnya itu.
Di belakang Mas Dharma, Andre mengambil posisi. Di masukkan kontolnya ke lobang pantat ajudan ganteng itu. Ketiganya mengentot berantai. Pantat mereka bergerak-gerak berbalasan dengan cepat. Sambil mengentoti, Mas Dharma tak lupa mengocok kontol Mas Fadly. Ketiganya mengerang.
Persenggamaan itu mereka tuntaskan setelah beberapa menit kemudian. Ketiganya kembali orgasme untuk kedua kalinya. Andre orgasme dalam lobang pantat Mas Dharma, sedangkan Mas Dharma menyemburkan spermanya dalam lobang pantat Mas Fadly. Sementara sperma Mas Fadly menyembur deras membasahi dinding luar bath tub.
***
Usai makan malam, Cinta mengajak suami dan adiknya ke ruang keluarga. Meja makan segera di bereskan oleh sang pengasuh yang rupanya merangkap sebagai pembantu di rumah itu. Asep membantu sang pengasuh membereskan meja makan dan mencuci piring. Sekalian niatnya menggodain sang pengasuh, hehehe.
Saat berdua menjagai putri Cinta tadi, ketika Cinta dan Cindy mempersiapkan makan malam. Asep dan sang pengasuh sudah berkenalan. Surti nama pengasuh itu. Katanya pernah jadi nakerwati di Arab Saudi. Apakah memang sudah ada bakat gatel sejak dulu atau efek dari bekerja sebagai babu di Arab Saudi, Surti ini memang kecentilan banget di depan Asep.
Ketika Asep dengan sengaja mencolek-colek pantat dan payudaranya yang gede tadi, Surti enggak protes. Malahan dengan genitnya dia mencubit Asep, karena itu Asep jadi makin berani pada Surti. Tentu saja tanpa sepengetahuan tuan rumah. Seperti saat membereskan meja makan dan mencuci piring kali ini.
“Neng, akang boleh nanya?” bisik Asep pada Surti.
“Nanya apa Mas?” sahut Surti berbisik juga dengan logat jawanya yang medok.
“Eneng udah pernah ngerasain kontol apa enggak?”
“Ih… Mas Asep ini pertanyaannya nakal deh,” sahutnya kenes.
“Seep! Asep!” tiba-tiba dari ruang keluarga terdengar suara Cindy memanggil Asep.
Dengan buru-buru pemuda desa itu segera menuju ruang keluarga, tak sempat lagi menunggu jawaban Surti.
-
Cerita Dewasa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, tahun kedua-ku bersekolah di luar negeri. Aku sedang mandi dan mempersiapkan diri untuk...
-
Inilah cerita seks sedarah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak...
-
Keluarga Calvin pamitan pada Antonius, Ali, Bayu, dan Made setelah cukup lama ngobrol dengan Dion dan saudara-saudaranya. Besok pagi mere...
Search This Blog
Blog Archive
-
►
2021
(300)
- ► December 2021 (12)
- ► November 2021 (26)
- ► October 2021 (15)
- ► September 2021 (3)
- ► August 2021 (2)
- ► April 2021 (1)
- ► March 2021 (16)
- ► February 2021 (54)
- ► January 2021 (127)
Powered by Blogger.
Find Your Happiness Within Yourself Quotes
Find Your Happiness Within Yourself Quotes . Web find peace within yourself.” “seeking happiness outside ourselves is like waiting for sunsh...

Labels
- 69
- Abang Angkat
- Air Mani
- Ajudan
- Amput
- Anal
- Askar
- Asrama
- Awek
- Ayah
- Ayam
- Bapa Saudara
- Bas
- Batang Besar
- Batang Kuda
- Bawah Umur
- Beastillity
- Bercuti
- Blowjob
- Bogel
- Bontot
- Boyfriend Orang
- Butuh
- By Budak Adli
- By Denco
- By EddieAmir
- By Jimbob
- By Man
- By Mr Cadd
- By Nicholas
- By Niclit
- By Nur Atikah
- By pangeran212
- By Wanxxx
- Cerita Dewasa
- Cikgu
- Cina
- Daun Muda
- Dildo
- Download
- Driver
- Driver Lori
- Duda
- Emak
- ExBoyfriend
- Fan Fiction
- Foursome
- Glory Hole
- Handsome
- Hensem
- Hetero
- Hisap
- Homo
- Horor
- Hotel
- Housemate
- Ibu Mertua
- Incest
- Indian
- Indonesia
- Interracial
- Isteri Orang
- Jawa
- jiran
- Jubur
- Kampung
- Kebun Teh
- Kisah Cinta Dua Marhalah
- KL&L
- Konek
- Kontol
- Kontol Gede
- Kuli
- Lancap
- Liwat
- Love Story
- Maktab
- Malaysia
- Mat Salleh
- Mature
- Melanau
- Melayu
- MOTNES
- Muscle
- Negro
- News
- Ngentot
- Novel
- Orgy
- Outdoor
- Pakcik
- Pemerkosaan
- Pensyarah
- Pertama
- Polis
- pondan
- Remaja
- Rogol
- Roomate
- Sarawak
- Satpam
- Sedarah
- Sekolah
- Selingkuh
- Serial Andre dan Calvin
- Sesama Wanita
- Siswa
- Skodeng
- Sport
- Suami
- Suami Isteri
- Suami Orang
- Tentera
- Tetek
- Threesome
- Toilet
- Tukar Pasangan
- Umum
- Uncle
- Universiti
- Video