Keluarga Calvin pamitan pada Antonius, Ali, Bayu, dan Made setelah cukup lama ngobrol dengan Dion dan saudara-saudaranya. Besok pagi mereka berjanji akan datang ke kantor polisi untuk mencabut pengaduan mereka pada Dion.
“Saya tunggu kedatangan Mas Gun dan Mbak Rina besok,” sahut Antonius pada Papa dan Mama Calvin.
“Baiklah kalau begitu kami permisi sekarang,” kata Papa Calvin.
“Silakan Mas,” sahut Antonius.
Setelah keluarga Calvin pulang, Antonius, Ali, dan Bayu juga pamit duluan ke Made. Mereka juga akan pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat setelah semalaman sampai pagi ini bertugas. Made mempersilakan ketiga reserse itu pulang. Setelah itu Made menemui Dion dan saudara-saudaranya ke kamar tempat Dion dirawat.
“Apa kabar Yon?” sapa Made ketika masuk kedalam kamar.
“Baik De. Rasanya aku sudah sembuh total sekarang,” sahut Dion.
“Syukurlah. Aku sangat gembira mendengar kabar bahwa kasusmu akan segera dicabut,” kata Made.
“Aku juga sangat gembira De. O ya, kenalkan ini saudara-saudaraku,” kata Dion memperkenalkan Sonya, David, dan Rafael kepada Made.
Setelah berbincang-bincang ringan sejenak dengan keluarga Dion, Made pamitan.
“Aku pamit dulu Yon. Aku akan melaporkan perkembangan kasusmu ini ke Om Handoko. Kebetulan tadi aku ditelpon oleh ajudannya dan disuruh untuk menemuinya hari ini,” kata Made.
“Baiklah De. Tolong sampaikan salam dan ucapan terima kasihku ke Om Handoko. Satu waktu aku akan datang menemuinya untuk mengucapkan terima kasih secara langsung,” sahut Dion.
“Nanti akan kusampaikan,” sahut Made dan kemudian meninggalkan Dion dan keluarganya.
Made memang sudah ditelepon oleh Dadang tadi. Dadang menyuruh Made untuk datang ke rumah Handoko alias Papa Andre segera. Dengan mengendarai sepeda motornya Made segera melaju menuju ke rumah Andre. Made akan melaporkan perkembangan kasus Dion yang selesai dengan baik-baik.
***
Sementara itu Andre, Calvin, dan Wisnu sudah meninggalkan rumah Calvin menuju rumah Doni. Mereka menaiki mobil milik Calvin yang dikemudikan oleh Andre. Akhirnya tibalah mereka di rumah Doni tak lama kemudian.
Kedatangan Andre, Calvin, dan Wisnu disambut oleh Doni dan Christian yang sudah selesai membereskan barang-barang Doni dan siap untuk dibawa ke rumah Christian. Doni dan Christian hanya menggenakan celana dalam saja dengan tubuh bersimbah keringat saat Andre, Calvin, dan Wisnu tiba.
“Kalian habis ngapain sih berdua?” tanya Andre pada Doni dan Christian yang terlihat lelah.
“Habis beres-beres,” sahut Doni.
“Cuman beres-beres doang kok sampe kelelahan banget gitu?” tanya Andre menyelidik.
“Lo berdua habis ngentot ya?” tanya Wisnu tanpa tedeng aling-aling.
“Iya, hehehe. Soalnya kalian kelamaan sih,” sahut Doni nyengir. “Duduk deh. Mau minum apa nih?” tanya Doni.
“Terserah Lo aja Don. Yang penting dingin,” sahut Andre.
“Oke deh, bentar ya,” sahut Doni dan kemudian berlalu menuju dapur.
“Mas Chris masih ingat gak dengan Calvin?” tanya Andre pada Christian sambil menunjuk ke arah Calvin yang duduk disampingnya.
“Masih dong,” sahut Christian sambil tersenyum pada Calvin. “Apa kabar Vin?” tanya Christian.
“Baek Mas,” sahut Calvin senyum juga.
“Ngomong-ngomong barang bawaan Doni kok banyak banget sih? Emang Doni pindahan Mas?” tanya Wisnu sambil menatap barang-barang Doni yang sudah tersusun rapi.
“Doni memang mau pindah Wis,” sahut Christian.
“Pindah kemana Mas?” tanya Wisnu lagi.
“Ke rumah saya,”
“Lho? Kenapa gitu Mas?” tanya Andre.
“Silvia mergokin Gue dan Om Christian lagi ngentot di ruang tamu, semalam,” sahut Doni yang sudah kembali dari dapur membawa dua botol besar soda dingin.
“Apa? Silvia mergokin kalian?!” seru Calvin kaget sekali. Andre dan Wisnu pun sama kagetnya dengan Calvin. “Trus Silvia dimana sekarang?” tanya Calvin lagi.
“Silvia di rumah sakit sekarang. Dia shock,” sahut Doni dengan suara lemah.
“Emang gimana sih kejadiannya?” tanya Wisnu.
Doni lalu menceritakan secara singkat kejadian yang dialaminya bersama Christian semalam sampai dengan kesimpulan yang diambil oleh Sony, Doni, dan Christian bahwa Doni harus pindah dari rumah. “Itulah sebabnya Gue harus pindah dari rumah ini,” kata Doni mengakhiri ceritanya.
“Kalian bener-bener gila deh,” kata Calvin.
“Gila gimana? Kejadiannya seperti itukan gak pernah kita bayangkan akan terjadi Vin,” sahut Doni.
“Tapi harusnya kalian mikir dong,” tambah Calvin lagi. Calvin terlihat kesal sekali.
“Udah Vin, tenang dulu deh. Mentang-mentang Lo suka dengan Silvia bukan berarti Lo harus nyalah-nyalahin Doni dan Mas Christian kayak gitu dong. Lo harus ngerti dong situasinya. Inikan ketidaksengajaan,” kata Wisnu bijak.
“Bener apa yang dikatakan Wisnu itu Vin,” kata Andre “Lo tenang dulu deh,” tambah Andre sambil menepuk-nepuk bahu sahabat tersayangnya itu untuk menenangkan Calvin.
“Trus gimana kondisi Silvia sekarang?” tanya Calvin.
“Dia masih belon sadar waktu Gue dan Om Chris ninggalin rumah sakit,” sahut Doni.
“Sekarang Silvia ditemani Mas Sony disana,” tambah Christian.
“Vin, Gue tau Lo suka sama adik Gue, Silvia. Gue tau Lo kesal gara-gara kejadian ini membuat Silvia jadi shock. Maafin Gue ya Vin. Gue juga gak pernah ingin ini terjadi,” kata Doni pada Calvin. Suara Doni terdengar nelangsa sekali.
“Ndre, ayo kita ke rumah sakit. Gue mau melihat Silvia sekarang,” kata Calvin berdiri dan menarik tangan Andre mengajaknya untuk pergi.
“Tunggu Vin,” kata Doni menahan. “Masih ada yang yang akan Gue sampaikan. Ini terkait dengan kasus Elo dan Andre,” tambah Doni.
“Lo mau ngomong tentang sms yang Lo kirim ke Gue tadi?” tanya Andre pada Doni.
“Bukan,” sahut Doni.
“Sms apaan sih?” tanya Calvin penasaran. Ia tidak mengetahui soal sms yang dikirimkan Doni ke Andre.
“Tadi Doni nge-sms Gue, isinya permintaan maaf untuk sementara penyelesaian kasus kita tertunda karena Silvia sakit. Gue tadi belon mau bilang ke Elo bahwa Silvia sakit karena Gue belum jelas Silvia sakit apa. Maksud Gue mendingan kita dengar langsung penjelasan dari Doni. Sekarang semua udah jelas,” sahut Andre menjelaskan pada Calvin.
“Tadinya memang seperti itu Ndre. Dengan sakitnya Silvia mau gak mau papa harus konsentrasi mendampinginya. Karena itu papa gak bisa melanjutkan penyelidikannya pada kasus kalian. Sedangkan Gue juga gak bisa bantu karena gak lama lagi Gue juga harus segera balik ke kampus. Liburankan udah mau usai. Tapi tadi Gue dan Om Christian menemukan sesuatu yang sangat penting menyangkut kasus kalian,” sahut Doni sambil menuju sebuah tas miliknya di antara kumpulan barang-barangnya.
“Apa yang Lo temukan?” tanya Andre pensaran.
“Waktu Gue ke kamar Silvia, mencari-cari siapa tau ada barang-barang Gue di yang terselip di kamarnya, Gue menemukan ini,” kata Doni menyerahkan sebuah diary warna pink pada Andre yang diambilnya dari dalam tasnya.
“Diary siapa nih?” tanya Andre.
“Itu diary Silvia,” sahut Doni.
“Kenapa Lo baca diary Silvia? Itukan udah melanggar privacy-nya?” tanya Calvin kembali sewot.
“Sorry Vin. Gue harap Lo bisa tenang dulu sebentar, biar Gue jelasin. Diary itu terletak di meja belajarnya dalam keadaan terbuka. Gue juga mulanya gak ada niat mau ngebaca. Tapi terbaca dan kebetulan halaman yang terbuka berisi tulisan Silvia tentang Elo dan Andre,” sahut Doni.
“Maksud Lo?” tanya Calvin.
“Mending Lo dan Andre baca sendiri diary itu,” sahut Doni.
“Gue gak mau. Gue gak mau melanggar privacy Silvia,” sahut Calvin.
“Gue rasa kita harus lupakan soal privacy sejenak Vin. Gue rasa kita memang harus membaca diary ini. Doni pasti punya masud baik kenapa menyuruh kita membaca ini,” kata Andre tegas sambil menatap wajah sahabat tersayangnya itu dengan tajam.
Andre merasa dalam situasi ini dia harus mengambil sikap tegas karena Andre tak mau kasusnya bersama Calvin semakin berlarut-larut tanpa penyelesaian. Sebagai remaja yang berpengalaman menjadi kapten dalam tim olah raga, Andre sudah terbiasa mengambil keputusan yang tegas tanpa keraguan dalam situasi yang sulit. Sikap tegas Andre ini membuat Calvin terdiam dan tak berani berkomentar lagi. Ia akhirnya menurut dan duduk disebelah Andre yang sudah membuka diary Silvia dan akan mulai membacanya.
***
Indra, Asep, dan Eka sudah kembali menggenakan pakaian mereka masing-masing. Ketiganya duduk di sofa bekas mereka ngentot tadi, beristirahat sambil menonton televisi yang terletak di lobby kantor.
“Kamu kayaknya nikmatin banget ngentot kita tadi,” kata Indra sambil meremas dada bidang sang satpam ganteng.
“Habisnya enak sih Mas,” sahut Eka nyengir.
“Mana lebih enak dibanding ngentot sama istri kamu?” tanya Indra lagi.
“Susah ngebandinginnya Mas. Sama-sama enak sih. Cuman kalo ngentot sama cowok lebih nafsuin karena gila-gilaan dan kasar gitu, hehehehehehe,” sahut Eka sambil ngakak.
“Hehehehehe, bener juga kamu. Kalo ngentot sama istri gila-gilaan dan kasar, bisa gempor deh istri kamu,”
“Iya Mas. Kesian kan,”
“Kamu mau enggak ngentot sama cowok trus dapet duit?” tanya Eka.
“Maksud Mas?”
“Habis kamu ngentot sama cowok trus kamu dibayar. Mau gak?”
“Maksudnya jadi lonte, Mas?”
“Terserah deh apa istilah kamu, mau lonte atau gigolo atau cowok bispak, yang penting selain dapet enak juga dapet duit. Gimana, mau gak?”
“Iya Mas. Mau gak, ngitung-ngitung nambah penghasilan euy,” sambung Asep.
Eka mikir sesaat.
“Bayarannya lumayan gede lho. Apalagi kamu kan ganteng, jantan, dan punya kontol gede. Pasti banyak yang mau make kamu,” kata Indra memprovokasi.
“Emang bayarannya sampe berapa Mas?” tanya Eka.
“Tergantung permaenan kamu dan waktunya Ka. Bisa short time atau long time. Selain itu kalo kamu yang dikentot lebih mahal bayarannya. Paling murah untuk orang kayak kamu ini bisa pasang tarif sekali ngentot alias short time, paling enggak tiga ratus sampe lima ratus ribu. Itu kalo kamu yang ngentot dia. Kalo dia minta ngentotin kamu bisa pasang tarif lima ratus sampe enam ratus ribu gitu deh,” sahut Indra menjelaskan.
“Mahal juga ya Mas. Itu hampir setengah gaji saya,” sahut Eka antusias. Ia jadi tertarik dengan tawaran Indra itu.
“Ya mahal dong. Karena orang yang bakal make kamu bukan orang sembarangan, mereka orang-orang kelas tinggi. Ngentotnya juga di tempat mewah biasanya di hotel berbintang. Asik kan?”
Eka mengangguk. Ia tergoda dengan tawaran Indra. Ia berpikir betapa gampangnya mendapatkan uang hanya dengan ngentot. Kehidupannya yang selama ini pas-pasan akan berubah kalo bisa mendapatkan penghasilan tambahan seperti yang dijelaskan Indra.
“Udah Mas Eka, gak usah lama-lama atuh mikirnya. Okeh ajah deh,” kata Asep memanas-manasi.
“Tapi nanti saya bakal sering pulang lama dong. Gimana saya ngomong ke istri?” tanya Eka.
“Gitu aja kok pusing. Kamukan kerjanya satpam, bilang dong sama istri kamu kalo ada tambahan waktu kerja. Entar kamu pulang bawa duit kasih deh ke istri kamu, dia pasti senang. Malahan entar lama-lama dia makin seneng kamu lama pulang karena duit nambah terus, hahahahahahaha,” sahut Indra ngakak.
“Bener juga Mas,” sahut Eka sambil mesem.
“Nah, gimana Ka?” tanya Indra lagi.
“Oke deh Mas,”
“Nah gitu dong. Entar kamu aku kenalin sama Ricky deh,”
“Ricky? Siapa Ricky itu Mas?”
“Ricky itu koordinator kita. Dia yang ngatur kegiatan kita. Jadi kita gak nyari konsumen sendiri. Entar dari penghasilan kita dipotong dua puluh persen bagiannya Ricky,” sahut Indra.
“Gitu ya Mas,”
“Iya. Entar kalo ada konsumen, Ricky akan nelpon kamu,”
“Kapan kita ketemu sama Ricky?” Tanya Eka.
“Hari ini gak bisa Ka. Aku kan shift sore. Entar deh kita atur waktunya,”
“Oke Mas,”
“Kalo gitu aku kerja dulu deh,” kata Indra bersiap untuk berangkat kerja.
“Hati-hati di jalan Mas,” kata Asep.
“Sip. Kalian jangan ngentot mulu ya. Udah sore nih, entar satpam yang jadwal sore datang kalian berdua bisa kepergok,” kata Indra.
“Kalo kepergok entar diajak ikut maen bareng atuh Mas,” sahut Asep nakal.
Indra terbahak mendengar jawaban Asep.
***
Made tiba di rumah keluarga Andre. Kedatangan Made disambut Dadang yang langsung membuka pintu gerbang. Made yang datang menunggangi sepeda motornya langsung masuk ke halaman rumah Andre.
“Parkirin di garasi aja,” kata Dadang pada Made sambil menunjuk ke arah garasi yang pintunya terbuka.
“Oke,” sahut Made dan melajukan sepeda kotornya masuk ke garasi.
“Ayo masuk,” ajak Dadang ke Made setelah pengacara muda itu memarkirkan sepeda motornya. “Kamu sudah ditunggu sama Bapak dan Ibu,” tambah Dadang.
Made kemudian mengikuti langkah Dadang memasuki rumah.
“Udah berapa lama jadi ajudan Bapak?” tanya Made.
“Baru aja Mas,” sahut Dadang.
“Dharma dan Fadly sekarang dimana?”
“Kenal sama Dharma dan Fadly?”
“Iya,”
“Dharma dan Fadly udah jadi camat sekarang,”
“Bagus ya karir mereka,”
“Ya gitu deh. Bapak memang suka membantu karir ajudan-ajudannya,”
“Kalo gitu sebentar lagi kamu juga jadi camat dong,”
“Mudah-mudahan. O iya, kenalin nama saya Dadang,”
“Saya Made,”
Tak lama tibalah Made dan Dadang di ruang tamu rumah. Papa dan Mama Andre sudah berdiri menyambut kedatangan Made. Pengacara muda itu segera mendekati Papa dan mama Andre dan menjabat tangan keduanya dengan santun.
“Apa kabar De?” tanya Papa Andre.
“Sehat Om,” sahut Made sambil tersenyum membuat wajahnya yang tampan semakin menarik dilihat.
“Silakan duduk De,” kata Mama Andre.
“Terimakasih tante,” sahut Made.
“Kamu mau minum apa nih?” tanya Mama Andre lagi.
“Terserah tante aja,”
“Yang seger-seger mau ya,” tanya Mama Andre sambil menaikkan alis matanya sebelah dengan nakal.
“Boleh tante,” sahut Made salah tingkah, bingung juga Made dengan tingkah nakal Mama Andre itu. Selama ini Made belum pernah bertemu dengan Mama Andre, ia hanya bertemu dengan Papa Andre saja. Pertemuan pertama dengan Mama Andre dan langsung melihat tingkah Mama Andre yang nakal, didepan Papa Andre pula, tentu saja membuat Made bingung dan salah tingkah.
“Ya udah tante kebelakang dulu, ngobrolnya dilanjutin deh,” kata Mama Andre dan kemudian melangkah kebelakang rumah. Mama Andre melangkah dengan sengaja menggeol-geolkan buah pantatnya, nakal sekali.
Made melirik langkah nakal Mama Andre itu.
“Gimana perkembangan kasus Dion?” tanya papa Andre pada Made. Papa Andre terlihat cuek tak memperdulikan tingkah istrinya itu.
“Hmmm…, sudah selesai Om,” sahut Made gugup karena tiba-tiba mendapat pertanyaan dari Papa Andre sementara matanya masih melirik ke Mama Andre.
“Selesai bagaimana?”
“Pak Gunawan dan keluarganya telah berdamai dengan Dion,”
“Baguslah kalau begitu. Saya senang kamu bisa menyelesaikan kasus Dion dengan baik,”
“Sebenarnya peran saya juga tidak terlalu besar Om. Kebetulan sekali keluarga Pak Gunawan mau berdamai,”
“Kamu sangat rendah hati De. Itu yang membuat saya simpatik sama kamu,”
“Terimakasih Om,”
“Papa dan Mama kamu gimana? Sehat?”
“Sehat Om,”
“Apa kegiatan papa kamu sekarang?”
“Papa sekarang mengelola usaha travel Om. Kadang-kadang juga jadi guide kalo kebetulan banyak order dan perusahaan travel-nya kekurangan guide,”
“Papa kamu itu dari dulu gak pernah bisa diam ya,”
“Ya gitu deh Om,”
Beberapa saat kemudian Mama Andre tiba dengan membawa nampan berisi tiga gelas berisi sirup dingin. Kedatangan Mama Andre membuat Made terkesima karena wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu datang dengan menggenakan lingerie tipis warna putih. Bahan lingerie yang dikenakan Mama Andre itu cukup transparan sehingga Made bisa melihat dengan jelas puting susu Mama Andre di tengah-tengah buah dadanya yang besar.
“Ayo diminum De,” kata Mama Andre mempersilakan Made minum. Mama Andre lalu duduk tepat didepan Made dengan menyilangkan kakinya. Pahanya yang putih mulus terpampang jelas di depan mata Made.
Papa Andre terlihat santai saja melihat kedatangan Mama Andre menggenakan lingerie yang seronok itu.
“Kamu udah mandi De?” tanya Papa Andre.
“Udah Om,” sahut Made salah tingkah. Suaranya bergetar. Ia grogi melihat Mama Andre dan bingung dengan pertanyaan Papa Andre yang gak nyambung sama sekali dengan apa yang tadi mereka bicarakan.
“Dang, coba kamu cek bener apa enggak Made udah mandi,” kata Papa Andre pada Dadang yang sejak tadi hanya diam dan duduk tidak jauh dari sofa.
“Baik Pak,” sahut Dadang dan kemudian mendekati Made.
Dadang kemudian mendekatkan wajahnya ke leher bagian belakang Made. Ajudan ganteng itu mengendus aroma tubuh Made yang segar. Kemudian Dadang mengangkat lengan Made dan dengan santainya ia mengendus bagian ketiak Made.
“Benar Pak. Baunya harum,” kata Dadang.
Made salah tingkah.
“Om apa-apan ini?” tanyanya.
“Gak usah bingung De. Hari ini kita akan senang-senang,” kata Papa Andre sambil menyunggingkan senyum lebar ke pengacara muda itu.
“Maksud Om?”
“Ma, tolong jelasin deh sama Made apa maksudnya,” kata Papa Andre pada Mama Andre.
“Baik Pa,” sahut Mama Andre dan kemudian melangkah mendekati Made.
Made melotot ketika dengan sengaja Mama Andre mengangkat lingerie-nya, memamerkan memeknya yang tak menggenakan celana dalam. Mama Andre lalu mengambil satu gelas sirup dan menuangkan air sirup itu ke memek dan jembutnya yang lebat.
“Ayo diminum sirupnya De,” kata Mama Andre sambil menyorongkan memeknya yang basah oleh air sirup itu ke mulut Made yang ternganga karena bingung.
Mama Andre menekan memeknya ke mulut Made dan menggoyang-goyangkan pantatnya berputar menggesekkan memeknya yang basah ke mulut pengacara muda itu.
“Diminum dong De,” kata Mama Andre sambil menundukkan kepalanya memandang wajah ganteng Made yang kebingungan. Wajah Mama Andre sangat nakal dan kelihatan bernafsu sekali.
“Ayo De diminum, jangan malu-malu,” kata Papa Andre.
Made pun akhirnya paham dengan penjelasan apa yang dimaksudkan Papa dan Mama Andre. Selanjutnya dengan penuh semangat ia mencumbu memek Mama Andre dengan mulutnya. Made menjilat-jilat memek Mama Andre sambil menghisap-hisapnya dengan buas. Mama Andre langsung keenakan. Dari mulutnya keluar erangan kuat.
“Ooohhhhhhhhh…,”
“Nah gitu dong,” kata Papa Andre sambil berdiri dan mendekati Mama Andre dan Made. Sambil jalan Papa Andre membuka celananya. “Kalau perlu sendok, nih sendoknya De,” kata Papa Andre menyorongkan kontolnya yang udah ngaceng ke celah antara mulut Made dan memek Mama Andre.
Made kaget. Ia menjauhkan wajahnya dari kontol Papa Andre. Wajahnya terlihat jengah dan malu karena disodorin kontol oleh Papa Andre sementara ada Mama Andre diantara mereka.
“Udah gak usah malu-malu, pake aja sendoknya,” kata Mama Andre sambil mengedipkan matanya dengan nakal pada Made.
Made segera sadar permainan mesum ini rupanya sudah dirancang untuknya. Selanjutnya tanpa malu-malu Made pun mulai mencium dan menjilat kontol Papa Andre bergantian dengan menjilati memek Mama Andre.
“Dang, sini dong. Jilatin pantat saya,” kata Papa Andre pada ajudannya. Dengan sigap Dadang melakukan apa yang dikatakan oleh Papa Andre. Mulutnya segera menjilati celah lobang pantat atasannya itu.
***
Andre yang duduk di tengah diapit Calvin dan Wisnu. Cowok itu mulai membuka lembar demi lembar buku diary Silvia dan membacanya bersama kedua temannya dari halaman pertama.
Dalam diary-nya itu, Silvia banyak bertutur tentang perasaan hatinya yang hampa karena merasa hidupnya tidak memperoleh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ia merasa hidup sebatang kara saja layaknya. Papanya jarang menemaninya di rumah karena kesibukan pekerjaannya sebagai reserse. Mamanya pergi entah kemana dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Sementara kakak satu-satunya, yaitu Doni, sedang mengenyam pendidikan di akademi militer.
Karena kesepian, Silvia sering mengunjungi neneknya–ibu dari mamanya. Sang nenek sangat menyayangi dirinya. Namun demikian sang nenek sering uring-uringan dan selalu menyalahkan papa Silvia sebagai penyebab kepergian mamanya itu.
Silvia juga menulis tentang kawan-kawannya di sekolah, baik yang disukainya maupun yang tidak disukainya. Yang mengejutkan ternyata Silvia tidak menyukai Cindy! Ia menilai Cindy terlalu over acting. Namun karena dirinya bergabung dalam tim cheerleader yang diketuai oleh Cindy, mau tak mau Silvia harus menampilkan sikap yang sangat bersahabat pada gadis itu.
Ternyata anggota tim cheerleader juga sering memuaskan nafsu mereka bersama-sama termasuk dengan anggota mereka yang cowok alias pom pom boy yaitu Rafael, Thomas, Angga, dan Tody. Namun para cewek hanya mau ngesex sebatas oral saja dengan pom pom boy itu. ‘Ini memang sumpah kami para cewek, bahwa memek kami hanya kami persembahkan untuk cowok-cowok macho di sekolah bukan untuk pom pom boy yang kayaknya punya sisi feminin dalam diri mereka, :p’ tulis Silvia dalam diary-nya itu. Andre, Calvin, dan Wisnu serentak—tanpa dikomando–tersenyum simpul membaca tulisan Silvia itu ini.
“Ngapain Lo bertiga senyum-senyum? Lagi baca bagian yang cabul ya,” celetuk Doni melihat ketiganya tersenyum simpul bersama-sama itu.
“Adek Lo nulis buku harian kayak novel porno aja Don. Pake kata-kata vulgar segala,” sahut Andre sambil nyengir.
“Dasar otak mesum Lo! Udah lanjut lagi bacanya!” kata Doni.
“Oke bos,” sahut Andre dan membuka halaman berikutnya. Andre, Calvin, dan Wisnu kembali melanjutkan membaca diary Silvia.
‘Begitu banyak cowok cakep di sekolah Gue, tapi yang paling Gue suka adalah Calvin.’
“Wah ini cerita tentang Elo Vin,” celetuk Wisnu melihat halaman Diary yang dibuka oleh Andre berisi tulisan Silvia tentang awal pertemuan dan ketertarikannya pada Calvin.
“Ssst…,” kata Calvin menoleh ke Wisnu sambil meletakkan jari telunjuknya ke bibir menyuruh Wisnu diam. Calvin penasaran ingin tahu apa saja yang ditulis Silvia tentang dirinya.
‘Gue suka karena dia gak sekadar cakep doang tapi juga punya otak yang encer. Gue denger, sejak kelas satu dia selalu jadi juara umum di sekolah. Selain itu anaknya juga sangat bersahaja meski keluarganya tajir.’
Calvin tersenyum simpul membaca tulisan Silvia yang memujinya itu.
“Ge er, Lo Vin,” goda Andre sambil mengacak rambut sahabat tersayangnya itu.
“Ge er gimana? Emang bener kok apa yang ditulis Silvia,” sahut Calvin dengan wajah bersemu merah malu-malu.
Melihat wajah Calvin yang bersemu merah itu membuat Andre gemes. Dijawilnya pipi Calvin untuk kemudian mengecup pipi cowok itu dengan lembut penuh kemesraan.
“Ih, homo banget sih lo berdua. Sono gih ke Belanda biar sekalian diresmiin,” kata Doni melihat kemesraan Andre dan Calvin.
“Cemburu Lo Don? Mesra-mesraan aja sama Mas Christian tuh, hehehe,” sahut Andre sambil meneruskan ciumannya menuju bibir Calvin. Kedua cowok itu kemudian berpagutan mesra.
“Udah-udah. Ngebacanya dilanjutin dong,” kata Wisnu yang agak risih juga melihat kemesraan Andre dan Calvin.
Andre dan Calvin menghentikan pagutan mereka sambil nyengir pada Wisnu. Kemudian mereka kembali membaca diary Silvia yang masih berisi tulisan gadis itu tentang puja-pujinya pada sosok Calvin.
***
Sony terlelap di kursi tunggu didekat ruang Silvia dirawat. Tiba-tiba ia merasakan bahunya ditepuk agak keras dan Sony pun langsung terbangun dari tidurnya. Matanya yang terbuka langsung menangkap bayangan wajah seorang perempuan tua yang menatap dengan pandangan tajam ke arah matanya. Tak ada senyum di wajah perempuan tua itu.
“Eh, Ibu, kapan datang?” tanya Sony gugup dan langsung berdiri dari duduknya di depan perempuan tua itu.
“Baru saja,” sahut perempuan tua yang dipanggil ibu itu dengan suara dingin. “Dimana Silvia?” tanyanya.
“Di kamar itu bu,” sahut Sony sambil menunjuk ruang tempat Silvia dirawat.
“Aku mau lihat cucuku itu,” kata perempuan tua itu yang ternyata nenek Silvia yang merupakan mertua Sony.
“Mari bu,” sahut Sony mengajak mertuanya menuju ruangan Silvia. “Ibu kemari sama siapa?” tanya Sony.
“Naik taksi. Begitu Doni memberitahukanku bahwa Silvia sedang dirawat di rumah sakit, aku langsung berangkat kemari,” sahut mertua Sony itu dengan suara yang tetap dingin sambil menjajari langkah Sony menuju ruangan Silvia.
“Mari bu,” kata Sony membuka pintu kamar ruangan Silvia dan mempersilakan mertuanya masuk.
“Silvia kok bisa tidak sadar seperti ini? Apa yang telah terjadi padanya?” tanya mertuanya menatap Sony tajam sambil berdiri disamping tempat tidur Silvia.
Sony terdiam. Bingung harus menjelaskan apa pada mertuanya.
“Kenapa kamu diam Son? Apalagi yang kamu lakukan saat ini? Tidak cukupkah perbuatan bejatmu dahulu membuat istrimu stress dan hampir bunuh diri?” tanya mertua Sony dengan penuh amarah. Suaranya meninggi.
“Maafkan saya bu. Saya memang khilaf,” shut Sony lirih.
“Khilaf? Itu bukan khilaf namanya Son. Itu bejat! Kamu benar-benar tidak tahu malu dan tidak tahu diri. Kamu sadar gak sih, kalo kamu itu dulunya hanya anak jalanan? Dari kecil kamu aku asuh bersama almarhum suamiku, kami sekolahkan sampe kamu masuk Akpol, bahkan kami nikahkan kamu dengan anak kandungku sendiri karena kalian berdua mengaku saling mencintai. Lalu apa balasan kamu pada keluargaku? Apa?! Apa?!”
“Maafkan saya bu. Kalau ibu memang mau memarahi saya marahilah saya. Tapi mohon jangan disini. Silvia butuh istirahat yang tenang,” kata Sony.
Mertua Sony yang ternyata adalah ibu asuhnya itu tersadar bahwa saat itu ia sedang berada dalam ruangan perawatan Silvia. Ia kemudian terdiam. Dengan wajah sedih ia menatap cucunya.
“Pergilah kamu Son. Aku ingin berdua saja dengan cucuku disini,” kata mertua Sony lirih.
Sony mengangguk dan kemudian meninggalkan ruangan perawatan Silvia. Di luar kamar Sony menangis. Ia teringat kembali masa lalunya. Ia teringat kebejatan yang dilakukannya dulu sehingga membuat istrinya stress dan hampir bunuh diri dengan menenggak cairan anti nyamuk. Untunglah istrinya bisa diselamatkan. Namun setelah sembuh istrinya tidak mau lagi menemuinya. Istri Sony lalu pergi entah kemana dengan meninggalkan kedua anak mereka untuk diasuh oleh Sony.
Apakah kebejatan yang dilakukan oleh Sony? Sabar ya, saat ini kita lanjutkan kisah ini dengan mengikuti perjalanan Yusuf yang sudah tiba kembali di rumah keluarga Andre.
***
Yusuf terkejut sekaligus horny begitu menyaksikan di ruang tamu sedang berlangsung pergumulan cabul Papa dan Mama Andre bersama dengan Dadang dan seorang pemuda tampan yang belum pernah dikenalnya—yaitu Made.
Made yang berkulit sawo matang itu terlihat sedang asik melakukan oral di memek Mama Andre dalam posisi menungging sementara dibelakangnya Papa Andre dengan genjotan pantat yang sangat bersemangat mengentoti lobang pantat Made dalam posisi anjing kawin alias doggy style.
Dadang berjongkok di wajah Mama Andre memberikan celah lobang pantat dan kontol sekaligus buah pelirnya untuk dinikmati oleh mulut binal sang ibu menteri yang berbaring telentang sambil menikmati mulut Made mengerjai memeknya.
“Yusuf, kamu sudah pulang? Ohhh…,” tegur Mama Andre yang melihat kedatangan Yusuf. Dihentikannya sejenak pekerjaan mulutnya di perkakas Dadang.
“Sudah bu,” sahut Yusuf sopan.
“Eh, Suf udah pulang ya. Sini, langsung gabung aja,” ajak Papa Andre.
Made yang mendengar pembicaraan Mama dan Papa Andre langsung menolehkan wajahnya ke arah Yusuf karena terkejut ada orang lain yang datang menyaksikan pesta percabulan mereka. Tentu saja hal ini membuat aktivitasnya mulutnya di memek Mama Andre terhenti.
“Kok berhenti sih De?” rajuk Mama Andre dan langsung menarik wajah tampan Made menuju memeknya kembali.
“Maaf tante, saya tadi kaget ada orang lain yang datang,” sahut Made.
“Santai aja lagi. Itu si Yusuf, ajudan disini juga kayak Dadang. Dia juga suka kok maen-maen kayak gini,” sahut Mama Andre.
“O gitu,” sahut Made.
“Dang, bawa kemari Yusuf biar Made kenalan sama dia,” kata Mama Andre sambil menepuk paha Dadang menyuruh ajudan itu membawa Yusuf mendekat.
Dadang langsung melaksanakan perintah itu ia berjalan mendekati Yusuf.
“Ayo Suf,” ajak Dadang sambil memegang lengan sahabatnya itu.
“Gue capek banget Dang. Tadi juga barusan ngentot,” bisik Yusuf pada sahabatnya itu.
“Rasain. Siapa suruh Lo ngentot tadi,” sahut Dadang sambil senyum lucu.
“Mampus deh Gua. Bakal gempor nih saking capeknya,” sahut Yusuf lagi.
Keduanya berjalan mendekati Mama Andre.
“Suf, kenalin nih Made,” kata Mama Andre pada Yusuf.
“Yusuf,” kata Yusuf sambil menganggukkan mukanya dan tersenyum manis pada Made.
“Made,” sahut Made kemudian mengulurkan tangannya pada Yusuf.
Kedua cowok itu berjabat tangan sementara Papa Andre masih terus mengentoti Made.
Mama Andre langsung mempreteli resleting celana Yusuf dan kemudian menurunkan celana panjang plus celana dalam ajudan ganteng itu hingga ke lututnya.
“Dang, kamu ngentotin pantat Bapak aja deh sana. Saya mau menikmati kontol Yusuf dulu,” kata Mama Andre.
“Baik bu,” sahut Dadang.
“Sini Dang, sini. Masukin kontol kamu ke pantat saya,” sahut Papa Andre.
Dadang mendatangi Papa Andre dari belakang. Sejenak Papa Andre menghentikan kentotannya pada Made untuk memberikan kesempatan pada Dadang menyusupkan kontolnya. Setelah kontol Dadang masuk kentotan berantai antara Dadang, Papa Andre, dan Made dimulai.
***
‘Diary, akhirnya Gue udah gak perawan lagi sekarang. Kemaren untuk pertama kalinya Gue merasakan nikmatnya kontol menyodok memek Gue. Bukan cuman satu kontol tapi banyak kontol dan guede-guede banget. Mana yang punya kontol cakep-cakep dan macho-macho lagi. Bener-bener kayak di surga deh, hehehe.
Kemaren itu pesta ulang tahunnya Cindy. Dia ngajak Gue dan temen-temen yang laen bikin pesta di villa keluarga mereka. Tantenya si Cindy ikut, namanya Tante Vonny. Nih tante emang binal banget deh. Dia yang bikin acara ulang tahunan Cindy jadi ajang pesta sex. Bener-bener dahsyat.
Meski Gue suka semua kontol yang masuk ke memek Gue, cuman yang paling Gue suka sebenernya kontol si Wisnu. Kontolnya paling gede dan item. Rasanya enak banget saat mengaduk-aduk memek Gue. Kapan-kapan Gue pingin ngentot lagi sama dia.’ Tulis Silvia di diary-nya.
“Jangan sedih gitu dong Vin. Emang faktanya kontol Gue paling bisa bikin enak memek cewek,” celetuk Wisnu bangga membaca tulisan Silvia itu.
“Dan juga pantat cowok Wis,” tambah Doni sambil nyengir. Mas Christian yang duduk disamping Doni juga ikut nyengir sambil mengangguk-angguk.
“So pasti Don,” sahut Wisnu.
“Sial, ngapain adek Lo suka sama Gue Don, kalo ternyata dia lebih suka sama kontolnya si Wisnu,” kata Calvin kesal.
“Udahlah Vin. Soal gituan gak usah dibahas. Emang kontolnya Wisnu belum ada tandingannya,” sahut Andre membujuk.
“Kok Elo malah ngebela si Wisnu sih Ndre?” tanya Calvin merajuk.
“Bukan membela Vin. Gue hanya mengatakan yang benar doang,” sahut Andre.
“Oke-oke, jadi Lo lebih suka kontol dia daripada kontol Gue?” tanya Calvin.
“Kontol Lo Gue juga suka Vin. Tapi Gue harus objektif dong. Lo cobain deh kontolnya si Wisnu, pasti Lo juga akan membenarkan apa yang Gue bilang,” sahut Andre.
“Gue pulang aja. Males Gue ngelanjutin baca diary ini,” kata Calvin merajuk dan kemudian berdiri dari duduknya bersiap-siap untuk pergi.
“Jangan gitu dong Vin. Masak langsung merajuk gitu sih?” kata Andre menahan sambil memgang tangan sahabatnya tersayang itu. “Lo baca deh terusannya tulisan Silvia, Lo pasti gak jadi merajuk,” sambung Andre sambil menunjuk kalimat selanjutnya yang ditulis Silvia.
‘Tapi momen yang paling Gue suka waktu Calvin dikasih kesempatan sama temen-temennya untuk pertama kali memerawani Gue. Gue diperawanin Calvin disaksikan semua temen-temennya.
Kontol Calvin lumayan gede, pas masuk pertama kali rasanya sakit banget. Tapi Gue suka banget ngelihat saat kontolnya Calvin perlahan-lahan menembus memek Gue, sensasinya bikin badan Gue merinding.
Ketika akhirnya semua kontol itu masuk Calvin mencium bibir Gue mesra. Gue juga membalas ciumannya mesra. Gue suka banget sama dia. Setelah kontolnya yang tegang itu dibenamkan cukup lama didalam memek Gue, kontol itu lalu ditariknya keluar. Memek Gue terasa perih banget. Gue lihat batang kontol Calvin merah berlumuran darah. Itu darah perawan Gue. Melihat darah itu Calvin mencium Gue lagi, lama dan sangat mesra. Temen-temen yang menyaksikan langsung bertepuk tangan dengan riuh. Gue dan Calvin jadi malu-malu kucing, hehehe.
Ketika kontol itu mulai bergoyang keluar masuk dalam memek Gue, bener-bener bikin Gue menggelinjang-gelinjang diantara rasa sakitnya. Gue gak peduli dengan rasa sakitnya karena diantara rasa sakitnya ada kenikmatan yang sangat luar biasa.’
“Masih marah?” tanya Andre melihat Calvin usai membaca kalimat yang ditulis Silvia itu.
“Udah enggak,” sahut Calvin tersenyum dengan gaya malu-malu.
Wisnu, Doni, dan Christian ikut tersenyum melihat Calvin.
Andre membelai rambut Calvin mesra.
“Dih, homonya balik lagi,” celetuk Wisnu.
Andre dan Calvin cuek.
‘Diary, ternyata Gue gak bertepuk sebelah tangan. Calvin, eh Koh Calvin (hehe) juga suka sama Gue. Karena dia Cina, Gue manggil dia Kokoh dan dia suka dengan panggilan itu.
Sepulang dari acara ulang tahun Cindya, Gue dan Koh Calvin jadi sering makan atau minum berdua di kantin. Temen suka godain kalo menemukan kita berdua di kantin. Tapi Gue cuek aja, toh yang laen juga pacaran kok, bukan kita doang.
Engg, pacaran? Kayaknya belum deh. Dia belum bilang kalo kita jadian. Koh Calvin emang pemalu banget. Mungkin karena itu dia belum berani bilang kita jadian. Tapi biar aja deh. Gue suka dia dan Gue yakin banget dia juga suka sama Gue.
Tapi Gue agak kesal juga sama Calvin. Dia gak pernah ngajak Gue pulang bareng. Dia selalu pulang bareng Andre. Emang sih dia ditugasin Pak Simangunsong untuk ngajarin Andre, tapi masak dia gak pernah ngeluangin waktu sekali-kali untuk ngajak Gue pulang bareng sih?’
Calvin tercenung membaca tulisan Silvia itu. Dalam hatinya tersadar ia memang tidak pernah sekalipun mengajak Silvia untuk pulang bareng. Ia selalu pulang sekolah bersama Andre.
‘Diary, enak aja si Rafael ngomong jangan-jangan si Calvin Gay! Enggak banget deh. Dasar Rafael banci sialan. Mentang-mentang dia gak jelas statusnya gitu trus semua orang dituduh gay sama dia. Hampir aja tadi Gue remes mulut bawel si Rafael.
Tapi kalo Gue pikir-pikir emang tingkah laku di Calvin agak membingungkan gitu. Dia deket banget sama Andre. Kemana-mana sama Andre. Kalo udah ngebahas Andre pasti semangat banget.
Tapi gak mungkin deh. Mereka kan sex maniac gitu. Waktu pestanya Cindy udah jelas banget kalo mereka semua doyan memek.
Tapi, Rafael bilang bisa aja doyan memek tapi doyan kontol juga.
Tapi, kalopun Calvin gay, apa Andre gay juga?
Gak mungkin banget kan?
Duh, gue jadi bingung deh.’
“Kayaknya Silvia mulai curiga sama Lo berdua nih,” celetuk Wisnu.
Andre dan Calvin terdiam.
“Lo udah baca sampe halaman itu ya?” tanya Doni.
Andre, Calvin, dan Wisnu serempak mengangguk.
“Lanjutin deh bacanya, bentar lagi semua tanda tanya di benak Elo akan terjawab,” kata Doni tanpa ekspresi.
Ketiganya kembali melanjutkan membaca. Halaman-halaman selanjutnya penuh dengan tanda tanya Silvia akan kedekatan Calvin dengan Andre. Silvia juga mengajak Cindy membicarakan hal ini.
‘Diary, Cindy tadi bilang kalo dia sebenarnya juga curiga dengan kedekatan Calvin dengan Andre. Meski gitu dia bisa cuek. Dia bilang sepanjang masih banyak kontol yang laen ngapain mikirin mereka berdua.
Tapi Gue gak bisa cuek kayak Cindy.
Gue harus cari tahu bener apa enggak Calvin dan Andre emang punya hubungan aneh?
Mudah-mudahan enggak deh.
Tapi kalo iya gimana dunk?
Duh…’
“Dasar sial si Cindy!” rutuk Andre. “Lo hati-hati Wis. Jangan-jangan nanti dia curiga sama Lo,” kata Andre pada Wisnu.
“Pasti Ndre. Lagian Gue juga gak suka-suka amat sama dia. Gue cuman nikmatin memeknya doang. Lagian memeknya sebenernya juga udah kurang enak. Udah banyak kontol yang masuk, hehehe,” sahut Wisnu terkekeh.
“Emangnya Cindy lagi deket sama Lo Wis?” tanya Doni.
“Ya gitu deh. Sejak Andre sama dia udah gak jelas, Cindy sering sama Gue,” sahut Wisnu.
“Lo gak keberatan Wisnu deket sama Cindy?”
“Ngapain keberatan Don? Cindy bukan istri Gue kok. Lagian masih banyak cewek lain yang punya memek perawan yang bisa Gue dapet, hehehe,”
“Dasar Lo,” sahut Doni.
“Juga pantat perjaka ya Ndre,” tambah Christian.
“Betul Mas,” sahut Andre.
Calvin melotot ke Andre.
“Jangan marah Vin. Lo juga suka pantat perjaka kan?” tanya Andre.
“Iya sih,” sahut Calvin nyengir.
Kelima pria cabul itu lalu tertawa terbahak-bahak bersama-sama.
***
“Ouuhhhh… ah… ahh… ahhh… ahhhkkk…,” erang Mama Andre sambil menekan memeknya memasukkan seluruh batang kontol Made sedalam-dalamnya.
Orgasmenya sudah datang setelah berkali-kali memeknya digempur kontol Made yang menyodok-nyodok bak piston. Made meremas buah pantat Mama Andre sekuat-kuatnya, menambahkan sensasi nikmat yang luar biasa buat wanita setengah baya itu.
“Gimana Ma? Enak?” tanya Papa Andre yang sedang duduk melepas lelah di sofa setelah tadi usai menuntaskan orgasmenya didalam lobang pantat Made. Yusuf dan Dadang duduk mengapit Papa Andre sambil membelai-belai tubuh atasannya itu. Mereka bertiga memang sengaja menonton pertunjukan ngentot Mama Andre dan Made menunggu orgasme Mama Andre tiba.
“Oohhhhh… enak bangethhh… Pahh…,” sahut Mama Andre dengan rintihannya yang keras diantara nafasnya yang memburu.
Made lalu merebahkan tubuh Mama Andre ke lantai. Dengan satu hentakan dicabutnya batang kontolnya dari lobang memek Mama Andre.
“Akhhh..,” rintih Mama Andre saat batang kontol Made itu tercabut dengan cepat dari lobang memeknya.
Made berdiri tegak di tengah ruang tamu. Tubuhnya yang atletis bersimbah keringat. Batang kontolnya yang gemuk panjang dan hitam masih ngaceng tegak mengkilap dengan cairan kental dari memek Mama Andre.
“Masih nanggung nih,” kata Made sambil menatap Papa Andre, Dadang, dan Yusuf bergantian.
“Lalu?” tanya Papa Andre.
“Saya butuh lobang nih untuk menuntaskannya,” sahut Made.
“Kamu mau lobang siapa?” tanya Papa Andre lagi.
“Om dan mas-mas sekalian silakan ngangkang deh. Saya mau ngerasain tiga-tiganya sekaligus,” sahut Made sambil menatap dengan tatapan nakal pada Papa Andre, Dadang, dan Yusuf.
“Oke, siapa takut,” sahut Papa Andre. Dadang dan Yusuf mengangguk-angguk tanda setuju.
Ketiganya kemudian melebarkan paha mereka memamerkan lobang pantat masing-masing pada Made.
Made mendekati ketiganya. Pertama kali yang didatangi Made adalah Yusuf. Dipegangnya paha ajudan ganteng itu dan diletakkannya tungkai betis Yusuf ke bahunya. Pelan-pelan dimasukkannya batang kontolnya ke lobang pantat Yusuf.
“Okhhh…,” erang Yusuf saat Made melakukan penetrasi di lobangnya.
Made menekan kuat hingga seluruh batang kontolnya langsung terbenam di lobang pantat Yusuf.
“Akhhh… pelan dong. Sakit banget tahu,” kata Yusuf sambil memukul pantat Made keras karena kesal.
“Sakit tapi Lo doyankan?” sahut Made menatap mata Yusuf.
“Doyan sih doyan, cuman Lo kan gak pake pelumas jadi masuknya harus pelan-pelan,” sahut Yusuf lagi.
“Udah masuk semua nih? Gimana dong? Apa harus diulang lagi masukinnya?” tanya Made.
“Ya gak usah, dasar bego. Tadi maksudnya yang harusnya masukinnya pelan-pelan. Kalo sekarang ya tinggal genjot aja,” sahut Yusuf lagi.
“Oke,” sahut Made.
Made mulai menggenjot lobang pantat Yusuf dengan gerakan perlahan. Yusuf meremas-remas dada bidang Made sambil memejamkan matanya menikmati genjotan batang kontol Made di lobang pantatnya.
“Sshhhh… ohh… gede banget kontol Lo,” erang Yusuf.
“Lo suka kontol gede ya?” tanya Made.
“Banget…,” sahut Yusuf.
“Dasar homo Lo!” hardik Made dan dengan mendadak menggenjotkan pantatnya sekuat-kuatnya sambil meludahi wajah tampan Made.
“Bangsat! Lo yang homo, setan! Lebih keras genjotnya! Lebih keras! Lo cuman bisa genjot segitu hah?!!” hardik Yusuf mambalas hardikan Made dan juga meludahi wajah ganteng Made.
Keduanya saling menggenjotkan pantat berbalasan sekuat-kuatnya sambil menghardik-hardik dan meludah. Sofa tempat Yusuf duduk mengangkang berderak-derak. Suara tepukan paha Made dan buah selangkangan Yusuf yang beradu terdengar keras. Papa Andre, Mama Andre, dan Dadang terlihat sangat bernafsu melihat aksi ngentot kasar dan beringas yang dipertontonkan oleh Made dan Yusuf itu.
Tiba-tiba Made mencabut kontolnya dari lobang pantat Yusuf dengan satu sentakan keras. Dilepaskannya paha Yusuf dengan keras dan kasar membuat tubuh Yusuf terhempas di atas sofa. Made lalu menuju Dadang.
“Bangsat Lo! Gue belum puas, maen berenti aja Lo!” hardik Yusuf dan kemudian bangkit berdiri.
Made cuek. Ditariknya tangan Dadang dengan kasar. Ajudan ganteng itu disuruhnya menungging dengan meletakkan kedua tangannya di sandaran sofa. paha Dadang dikangkangkannya sambil membuka celah lobang pantat Dadang selebar-lebarnya.
Tanpa permisi Made langsung membenamkan batang kontolnya ke lobang pantat Dadang. Setelah itu tanpa ampun dihajarnya lobang pantat Dadang sekuat-kuatnya.
“Arghhh…,” jerit Dadang. Namun tanpa protes dibiarkannya Made memulai kentotan kasar di lobang pantatnya.
Yusuf berdiri dibelakang Made. Ditamparnya buah pantat Made berkali-kali sementara Made terus mengentoti Dadang. Tamparan Yusuf ini membuat Made makin buas mengentoti Dadang.
“Ohhh…ohhh….enak banget pantat ajudan homo ohh…oh…,” racau Made.
***
‘Diary, kayaknya emang bener deh ada hubungan ‘aneh’ antara Calvin dan Andre. Tadi waktu pulang sekolah Gue sengaja nguntit mereka berdua menuju parkir sekolah. Waktu Calvin duduk di boncengan Andre kelihatannya mesra banget. Duduknya Calvin aja sampe rapet banget gitu. Andre gak kelihatan risih sama sekali membonceng Calvin yang duduk serapat itu dengannya. Dia kelihatan oke-oke aja.
Duh, diary bener gak sih mereka berdua homoan?’
“Gak nyangka Silvia sampe nguntit kita berdua Ndre,” celetuk Calvin.
“Iya Vin. Dia bener-bener penasaran rupanya,” sahut Andre.
“Gimana gak penasaran Elo berdua sih gak nyadar emang kentara banget Lo berdua itu kalo dah boncengan kayak orang pacaran. Kita aja yang kebetulan udah maklum makanya cuek. Kalo orang laen ya pasti curiga,” komentar Wisnu.
“Masak sih sampe kelihatan mesra gitu?” tanya Andre.
“Ya emang gitu,” sahut Wisnu lagi.
“Kenapa Lo selama ini gak mengingatkan mereka Wis?” tanya Doni.
“Ngapain juga diingetin. Pasti percumalah,” sahut Wisnu.
“Udah deh, lanjut lagi bacanya Gue pingin tahu apa yang terjadi selanjutnya,” kata Calvin memotong pembicaraan ketiga temannya itu.
Andre kemudian membalik lembaran diary itu untuk membaca tulisan Silvia selanjutnya.
‘BANGSAT!!!!!’
Hanya itu tulisan tangan Silvia dihalaman selanjutnya. Ukurannya sangat besar hingga penuh satu halaman selanjutnya diikuti coretan abstrak di halaman selanjutnya.
“Apa maksudnya nih?” tanya Calvin bingung.
Andre membalik lagi halaman diary. Ada sepuluh lembar halaman diary hanya berisi coretan abstrak.
‘MAMPUS!!!!!’
Tulisan tangan Silvia ini muncul dihalaman selanjutnya dengan ukuran tulisan yang juga sangat besar sampai memenuhi satu halaman.
‘HOMO SIALAN!!!! BANGSAT!!!!’
‘Gue jijik mengingat peristiwa di sekolah tadi!!!!
‘ANDRE DAN CALVIN MEMANG HOMO BANGSAT!!!’
Andre dan Calvin serta Wisnu langsung terhenyak membaca tulisan Silvia itu. Ketiganya saling berpandangan bergantian, wajah Andre dan Calvin pucat pasi. Tubuh keduanya lemas.
“Nih,” kata Doni yang sudah berdiri didepan Andre, Calvin, dan Wisnu sambil menyerahkan sekeping cd pada Andre dan Calvin.
“Cd apaan?” tanya Andre bingung.
“Ini cd rekaman ngentot Elo berdua yang terselip di buku diary Silvia,” Sahut Doni.
“Jadi teror itu dilakukan oleh Silvia?” Tanya Calvin.
“Sepertinya begitu,” Mas Christian yang menyahut. “Dan kayaknya cd itu adalah master rekaman kalian.”
“Kalo begitu musnahkan saja cd ini, selesai deh,” kata Wisnu.
“Tidak sesederhana itu Wis,” sahut Doni.
“Kenapa?” Tanya Wisnu.
“Silvia merekam dengan menggunakan kamera ponselnya. Gua gak tau apakah ia masih menyimpan rekaman itu di ponselnya atau tidak,” sahut Doni.
“Apa yang dikatakan Doni itu benar. Menurut saya rekaman yang ada di ponsel Silvia harus segera dimusnahkan,” tambah Mas Christian.
“Kalau begitu ponsel Silvia diambil dong, supaya rekamannya bisa dimusnahkan,” sahut Wisnu.
“Iya, gua setuju yang dikatakan Wisnu,” kata Calvin yang mulai bersemangat mendengar solusi yang dikemukakan Wisnu.
“Gua juga,” sahut Andre.
“Kita juga sudah punya rencana seperti itu. Kita memang sengaja memanggil kalian dulu kemari untuk mengetahui apa yang terjadi dan setelah itu baru kita lanjutkan dengan rencana mengambil ponsel adik gue,” sahut Doni.
“Terima kasih Don. Lo memang bener-bener kakak kelas yang baik sekaligus sahabat setia,” kata Andre. Ia bangkit dari duduknya dan langsung mendekap erat tubuh Doni yang tak berpakaian.
“Udah-udah. Ngapain Lo meluk-meluk Gua kayak gini. Entar Calvin cemburu lagi,” kata Doni.
“Enggak, Gua gak cemburu. Gua juga sangat berterima kasih sama Lo,” sahut Calvin. Cowok itu pun ikutan berdiri dan memeluk erat Doni dari belakang. Jadilah Doni yang cuman menggenakan cawat doang dikepit dari depan dan belakang oleh Andre dan Calvin dengan erat.
“Ngapain sih Lo bertiga? Kok posisinya mesum banget sih?” goda Wisnu.
“Dasar otak Lo ngeres,” sahut Andre.
“Gua bukan ngeres. Cuman posisi Lo bertiga ini Gua yakin akan membuat Mas Christian cemburu,” sahut Wisnu sambil mengerling nakal kearah Mas Christian menggoda perwira muda itu.
“Enggak-enggak, saya enggak cemburu,” sahut Mas Christian agak salah tingkah digoda oleh Wisnu.
Andre, Doni, dan Calvin serempak menoleh kearah Mas Christian.
“Kok salah tingkah gitu Mas?” Tanya Doni ikut menggoda.
“Enggak ah,” sahut Mas Christian makin salah tingkah.
“Mas Christian gak suka ya kalo aku dipeluk sama Andre dan Calvin kayak gini?” Tanya Doni lagi makin memperjelas.
Mas Christian hanya diam dengan wajah menunduk malu-malu.
Doni melepaskan dirinya dari pelukan Andre dan Calvin lalu berjalan mendekati Christian. Setelah dekat ia berdiri di depan perwira muda itu dan merangkul pinggang ramping Christian dengan lembut.
“Mas Chris, kenapa jadi salah tingkah sih?” Tanya Doni lembut.
“Aku sayang sama kamu Don,” sahut Mas Christian dengan suara bergetar sambil menatap wajah Doni. Kata-kata Mas Christian itu diungkapkannya dengan penuh perasaan. Sangat jelas adanya aura cinta disana.
Doni tersenyum mendengar kata-kata Mas Christian itu.
“Aku juga sayang sama Mas,” sahut Doni dengan suara mantap. Selanjutnya bibirnya mendekati bibir Mas Christian. Kedua pria tampan itu kemudian berciuman dengan penuh kemesraan sambil berpelukan erat.
“Tambah lagi deh daftar homo yang bakal menikah di Belanda dalam waktu dekat,” ledek Wisnu melihat kemesaan Doni dan Mas Christian. Cowok ini memang kurang suka kalau hubungan sejenis ditingkatkan menjadi cinta. Wisnu sepertinya sangat konsisten dengan hubungan sejenis yang didasarkan pada pemuasan nafsu semata.
“Lo jangan ngomong gitu Wis. Belon ketemu aja Lo sama orang yang bener-bener Lo sayangi,” kata Calvin pada Wisnu sambil merangkul pinggang Andre mesra dan memandangi kemesraan yang dipertontonkan Doni dan Mas Christian dengan perasaan senang.
“Mudah-mudahan jangan deh,” sahut Wisnu.
“Lagian juga cinta kayak gini gak mesti harus diresmiin dengan pernikahan sampe ke Belanda segala. Yang penting adalah perasaan sayang itu ada di hati kita. Bener gak Ndre?” Tanya Calvin meminta persetujuan sahabatnya tersayangnya–Andre.
Andre tak menyahut. Ia terlihat sedang mengingat-ingat sesuatu.
“Lo kenapa Ndre?” Tanya Calvin.
“Gua rasa ada yang aneh,” gumam Andre.
“Aneh? Ya iyalah. Dua cowok saling mencintai emang aneh,” sahut Wisnu yang rupanya mendengar gumaman Andre.
“Bukan itu maksud Gua,” sahut Andre.
“Trus maksud Lo yang aneh itu apa?” Tanya Wisnu.
“Iya Ndre. Apa yang aneh?”Tanya Calvin.
Doni dan Mas Christian menghentikan ciuman mereka karena penasaran mendengar pembicaraan Andre, Calvin,dan Wisnu.
“Lo kenapa sih Ndre? Kok tiba-tiba ngomong ada yang aneh,” kata Doni.
“Seingat Gua, Mbak Minah bilang pengirim misterius yang menyerahkan rekaman CD ke rumah adalah seorang cowok. Trus penjaga sekolah juga bilang murid yang meninggalkan sekolah sebelum Gua dan Calvin pulang setelah ngentot di kelas itu juga cowok. Kalo ternyata emang benar Silvia yang merekam dan yang melakukan teror, lalu siapa cowok itu? Itu yang Gua rasa aneh,” sahut Andre.
“Maksud Lo Silvia melakukannya tidak sendirian?” Tanya Doni.
“Entahlah,” sahut Andre dengan wajah keruh.
Calvin langsung lemas lagi.
SERIAL ANDRE DAN CALVIN 42 : Silvia …, Oh Silvia …. There are any SERIAL ANDRE DAN CALVIN 42 : Silvia …, Oh Silvia … in here.
-
Cerita Dewasa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, tahun kedua-ku bersekolah di luar negeri. Aku sedang mandi dan mempersiapkan diri untuk...
-
Inilah cerita seks sedarah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak...
-
Keluarga Calvin pamitan pada Antonius, Ali, Bayu, dan Made setelah cukup lama ngobrol dengan Dion dan saudara-saudaranya. Besok pagi mere...
Search This Blog
Blog Archive
-
►
2022
(2)
- ► December 2022 (2)
-
▼
2021
(300)
- ► December 2021 (12)
- ► November 2021 (26)
- ► October 2021 (15)
- ► September 2021 (3)
- ► August 2021 (2)
- ► April 2021 (1)
- ► March 2021 (16)
-
▼
February 2021
(54)
- Ada Apa Dengan Rangga?
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 43 : Bangsal Nomor 19
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 42 : Silvia …, Oh Silvia …
- Keperawanan Ibu Guru
- Ngentot Tante Sexy
- Kenalan Remaja Jilbab Perawan
- Perjalanan Seks Seorang Guru
- Tante Ken Aduhai Seksi
- Irwan 2 : Kakakku dan Pengertiannya
- Irwan 1 : Mamaku Pengalaman Pertamaku
- Takan Lari Orgasme DiKejar
- PEJUH SIAPA INI??
- Demi Sahabat
- Erli Berikan Keperawananmu
- Dari Pada Nganggur
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 41 : Damai Itu, Indah …
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 40 : Arti Persahabatan
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 39 : Akhir Kisah Dion
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 38 : Tak Terduga
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 37 : Interogasi
- Derita ABG saat Jogging Pagi
- Hadiah Kedewasaan
- [Video] Aino Kishi SOE-472
- [Video] Sayaka Fukuyama - Beautiful Young Nurses O...
- Cinta 10 minit By eDdieaMir
- Aku Masih Ingat - Ricky and big black car By Edd
- Adik Kesayangan Saya By Isaac
- Kenangan di Kampus (2) By adekku
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 36 : Nafsu Reserse
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 35 : Made
- Mau Dibikin Apa... Mas ? By Jee
- Semalam Bersama Syam By Rizal
- Kena Amput Oleh Orang Melanau Di Sarawak By Wanxxx
- Melancap Bersama Seorang Cikgu Berusia 42 Tahun By...
- Aku Anak Siapa : part 3
- Aku Anak Siapa : part 2
- Aku Anak Siapa : part 1
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 34 : Om Handoko
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 33 : Kejujuran Hati
- Beromen Diatas Katil Double Decker By eDdieaMir
- Terkenang Dipeluk Ejan By eDdieaMir
- Sex Dengan Bapa Saudara By Jimbob
- Thank You Ian By Wan
- Kongsi Selamanya 2
- Kongsi Selamanya 1
- Dua Batang Untuk Isteri ku
- Mengayat Anak Buah Sendiri
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 32 : Ternyata, Oh Ternyata …
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 31 : Penangkapan
- Abang Aziz , Aku Rindu Padamu By Arjuna Asmara
- Malam Yang Hebat Sekali By Shamsuddin@22
- Bestnya Main Ngan Abang By hadi
- Pengalaman di Tempat Awam By Zoey
- Lubang Najis Kak Dewi : part 2
- ► January 2021 (127)
Powered by Blogger.
Find Your Happiness Within Yourself Quotes
Find Your Happiness Within Yourself Quotes . Web find peace within yourself.” “seeking happiness outside ourselves is like waiting for sunsh...

Labels
- 69
- Abang Angkat
- Air Mani
- Ajudan
- Amput
- Anal
- Askar
- Asrama
- Awek
- Ayah
- Ayam
- Bapa Saudara
- Bas
- Batang Besar
- Batang Kuda
- Bawah Umur
- Beastillity
- Bercuti
- Blowjob
- Bogel
- Bontot
- Boyfriend Orang
- Butuh
- By Budak Adli
- By Denco
- By EddieAmir
- By Jimbob
- By Man
- By Mr Cadd
- By Nicholas
- By Niclit
- By Nur Atikah
- By pangeran212
- By Wanxxx
- Cerita Dewasa
- Cikgu
- Cina
- Daun Muda
- Dildo
- Download
- Driver
- Driver Lori
- Duda
- Emak
- ExBoyfriend
- Fan Fiction
- Foursome
- Glory Hole
- Handsome
- Hensem
- Hetero
- Hisap
- Homo
- Horor
- Hotel
- Housemate
- Ibu Mertua
- Incest
- Indian
- Indonesia
- Interracial
- Isteri Orang
- Jawa
- jiran
- Jubur
- Kampung
- Kebun Teh
- Kisah Cinta Dua Marhalah
- KL&L
- Konek
- Kontol
- Kontol Gede
- Kuli
- Lancap
- Liwat
- Love Story
- Maktab
- Malaysia
- Mat Salleh
- Mature
- Melanau
- Melayu
- MOTNES
- Muscle
- Negro
- News
- Ngentot
- Novel
- Orgy
- Outdoor
- Pakcik
- Pemerkosaan
- Pensyarah
- Pertama
- Polis
- pondan
- Remaja
- Rogol
- Roomate
- Sarawak
- Satpam
- Sedarah
- Sekolah
- Selingkuh
- Serial Andre dan Calvin
- Sesama Wanita
- Siswa
- Skodeng
- Sport
- Suami
- Suami Isteri
- Suami Orang
- Tentera
- Tetek
- Threesome
- Toilet
- Tukar Pasangan
- Umum
- Uncle
- Universiti
- Video