Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Andre sangat kikuk bertemu papanya keesokan pagi. Apa yang dilihatnya tadi malam membuatnya merasa aneh berdekatan dengan sang papa. Saat sarapan pagi di meja makan, Andre hanya banyak diam dan menunduk, tak mau memandang wajah papanya. Sementara sang papa terlihat sangat santai seperti biasa, mulutnya terus mengunyah nasi gorengnya sambil asik membaca koran paginya.
Wajar saja sang papa santai, ia tak mengetahui bahwa anak ganteng semata wayangnya itu menyaksikan pertarungan cabulnya dengan sang ajudan tadi malam. Sementara Andre yang dengan mata kepala sendiri melihat betapa sang papa sangat bernafsu digagahi sang ajudan tentu saja salah tingkah.
“Kenapa Ndre? Kok kelihatannya bingung?” tanya sang papa. Rupanya ia memperhatikan juga perubahan sikap sang anak.
“Nggg… Gak ada apa-apa Pa,” jawabnya gugup.
“Kalau ada yang perlu diomongin, omongin aja ke papa. Gak usah malu-malu,”
“Enggak kok Pa. Biasa aja,” jawab Andre. Apa yang mau diomongin? Masak Andre harus ngomong kalau ia memergoki sang papa sedang ngangkang di entot oleh Mas Fadly. Gila apa?
Tiba-tiba masuk Mas Fadly. Ia sudah rapi. Ajudan itu terlihat sangat ganteng dengan setelan safari gelapnya. Tubuhnya yang tinggi ramping dan atletis terlihat sangat cowok menggenakan safari yang ngepas di tubuhnya itu.
“Pak, mobil sudah siap. Berangkat sekarang?” tanyanya. Wajahnya menoleh pada Andre, kemudian sebuah senyum manis tersungging di wajah ganteng itu. Andre membalas dengan senyuman kaku.
“Oke, terima kasih Fad. Kita berangkat sekarang. Andre bareng papa?”
“Gak usah pa. Andre kan biasa naik sepeda motor,”
“Oke deh kalo gitu. Hati-hati di jalan ya,” sang papa menepuk bahu Andre. Kemudian dengan gagah melangkah ke luar rumah diikuti Mas Fadly yang berjalan di belakangnya membawa tas kerja sang papa. Mereka terlihat sangat biasa. Seperti tidak terjadi apa-apa semalam di garasi mobil. Tinggal Andre yang pusing sendiri melihat keduanya.
Dua hari berlalu. Dan selama itu pula Andre suntuk sendiri. Cindy pacarnya berulangkali bertanya apa yang sedang terjadi pada Andre, namun terang saja Andre tak mungkin menceritakannya pada Cindy. Calvin juga bertanya, namun Andre belum berani bercerita. Ia merasa malu apabila Calvin mengetahui betapa rusak keluarganya. Anak beranak sama gila sexnya. Malamnya, saat belajar bersama Calvin kembali bertanya pada Andre.
“Elo kenapa sih Ndre? Segala apa yang Gue ajarin Elo gak nangkap deh sejak kemaren. Capek Gue nerangin tentang gerak jatuh bebas, eh Elo malah bengong. Kenapa sih? Cerita dong Ndre. Jangan disimpan sendiri. Elo masak gak percaya sama Gue sih?” kata Calvin.
“Enghhh.. apa Vin?”
“Tuh kan. Tetap aja bengong,”
“Sorry. Sorry Vin,”
“Cerita dong Ndre,”
“Ngghhh. Gue bingung mau ngomonginnya dari mana,”
“Ada apa sih? Cerita ajalah. Meskipun Elo mau ngomong kalao Elo gak mau dekat sama Gue lagi, Gue siap kok dengarnya,”
“Bukan. Bukan itu Vin. Tapi….,”
“Trus apa?”
“Bingung ngomongnya,”
“Kayaknya masalahnya berat banget ya?”
“Vin. Gue nginep disini aja malam ini ya?” mohon Andre.
“Lho. Hmmm… kalo itu bisa buat Elo sedikit lebih tenang, ya gak papa,” kata Calvin mengijinkan.
Akhirnya mereka tidak belajar malam itu. Andre mengajak Calvin jalan-jalan naik sepeda motornya malam itu. Calvin meminjamkan Andre kaos dan celana pendeknya. Berdua dengan celana pendek dan kaos kedua cowok ganteng itu jalan-jalan malam. Waktu menunjukkan pukul delapan malam.
Gak tau mau kemana Andre membawa Calvin ke Plaza yang terdapat di daerah Bintaro yang letaknya tak jauh dari rumah Calvin. Tak banyak bicara, Calvin mengikuti saja kemana langkah Andre membawanya. Mulai dari toko buku, peralatan komputer, sampai tempat bermain anak-anak mereka telusuri. Berhenti di studio 21, Calvin mengikuti Andre yang dengan serius mengamati poster film. Namun Andre tak hendak mengajaknya menonton rupanya. Puas melihat-lihat poster film yang hampir semuanya bertema hantu lokal, Andre kembali mengajak Calvin menyusuri plaza. Sepanjang langkah keduanya tetap sama-sama diam tak berbicara.
Zaman memang sudah berubah. Kini bukan hanya cowok yang godain cewek, sebaliknya cewek juga godain cowok. Sepanjang jalan sudah beberapa kali kedua cowok itu digodain rombongan gadis-gadis belia atau tante-tante yang kebetulan berselisih jalan dengan mereka. Andre dan Calvin memang pantas digodain karena keduanya memang mempesona. Namun Andre benar-benar cuek malam itu, ia tak peduli dengan segala godaan yang ada. Hanya Calvin yang melayani, senyuman manis dihadiahkannya pada setiap gadis-gadis belia atau tante-tante yang menggodanya.
Dan bukan hanya cewek saja yang terpesona pada mereka berdua, cowok juga. Ada yang banci, ada yang macho, bahkan ada juga seorang suami muda yang sedang menemani belanja sang istri sempat-sempatnya mengerling nakal pada Andre dan Calvin. Padahal saat itu sang istri sedang berada di dekatnya. Sang istri rupanya tak sempat mengawasi kelakuan nakal sang suami karena sibuk mengisi kereta belanjaan yang didorong suaminya itu dengan barang-barang belanjaan sampai isinya penuh menggunung. Andre masih tetap cuek seperti tadi. Kali ini Calvinpun cuek. Ia tak melayani godaan cowok-cowok itu seperti ia melayani godaan cewek-cewek. Meskipun suka dengan cowok bukan berarti Calvin membuka dirinya pada siapa saja.
Calvin terus mengikuti langkah Andre sampai mereka tiba di sebuah outlet fastfood. Andre lapar rupanya. Mereka lalu memesan makanan dan makan tanpa bicara sama sekali. Usai makan, Andre mengajak Calvin pulang. Saat keduanya berbaring di atas ranjang melepas lelah karena sudah mondar-mandir mengelilingi plaza barulah Andre memulai percakapan.
“Gue bingung mau gimana ngomongnya ke Elo Vin,” kata Andre.
Calvin deg-degan. “Apa sih yang akan dikatakan Andre? Apakah Andre hendak mengatakan sesuatu yang akan menyakitkan hati?” batin Calvin. “Gue siap ngedengerin semuanya Ndre. Santai aja. Bahkan kalo Elo akan mengatakan hubungan kita ini harus dihentikan, Gue berusaha untuk siap mendengarnya,” kata Calvin pada Andre.
“Bukan… bukan itu yang mau Gue omongin Vin. Ini soal Gue pribadi. Gak ada hubungannya dengan Elo,” sahut Andre cepat. Dipeluknya tubuh Calvin erat-erat, “Lo jangan berpikir sejauh itu dong Vin,”
“Trus Elo mau ngomongin apaan? Kok kelihatannya berat banget untuk mengatakannya,”
Andre terdiam sejenak. Dilonggarkannya pelukannya pada Calvin. Ia menatap wajah sahabat tersayangnya itu lekat-lekat.
“Apa sih? Gue kok jadi deg-degan,” kata Calvin.
Andre mencium bibir Calvin lembut. Lalu ia melepaskan pelukannya dan mulai bercerita tentang apa yang dilihatnya dilakukan oleh papanya dan Fadly. Calvin kaget tak percaya dengan apa yang didengarnya, namun ia membiarkan saja Andre terus bercerita, Calvin tak tahu harus berkomentar apa mendengar cerita sahabat tersayangnya itu.
“Begitulah Vin, Gue bingung,” kata Andre mengakhiri ceritanya.
Keduanya lalu sama-sama terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Ahhhhhh… Gue pengen tidur. Mungkin bisa ngilangin suntuk,” kata Andre setelah lama hening menghinggapi mereka berdua. Andre membaringkan tubuhnya membelakangi Calvin. Berusaha tidur. Calvin hanya memandangi sahabatnya itu dengan segala gundah, ia merasa bersalah karena tak bisa memberikan solusi apapun pada Andre.
Calvin tak bisa tidur. Calvin yakin Andrepun demikian. Meskipun Andre memejamkan matanya namun tubuhnya yang tak henti merubah posisi tidurnya meyakinkan Calvin bahwa sahabatnya itu tak bisa tidur.
“Gue pengen balas dendam Vin,” kata Andre keesokan pagi saat keduanya berboncengan sepeda motor menuju sekolah. Inilah kata-kata Andre yang pertama pada Calvin sejak tadi malam.
“Maksud Elo?” tanya Calvin bingung. “Balas dendam bagaimana?”
“Mmmmm, Gue pengen kerjain tuh ajudan berdua,”
“Dikerjain bagaimana maksud Elo?”
“Gue entotin sampe puas,”
“Itu bukan balas dendam namanya. Itu malah bikin mereka berdua keenakan,”
“Gue ngerjainnya didepan bokap Gue,”
“Gila lho,”
“Ya biar sekalian rusak semua deh,”
“Kok sampe segitunya Ndre?”
“Abis mo gimana lagi. Masak bokap Gue bisa begitu kelakuannya,”
“Kayaknya Elo musti sabar Ndre. Mungkin udah nasib kita kayak gitu. Gue yakin bokap Elo juga gak pernah punya rencana untuk begitu. Namun mau gimana lagi,”
“Trus gimana dong Vin, Gue kayaknya gak bisa nerima kalo bokap Gue begitu,”
“Konsekuensinya udah Elo pikirin matang-matang?”
“Gue gak mau mikir-mikir apapun lagi Vin. Keluarga Gue udah rusak,”
Pembicaraan berakhir. Keduanya telah tiba di depan pintu gerbang sekolah mereka. Sebelum berpisah Calvin masih mengingatkan Andre untuk memikirkan matang-matang rencananya itu. Andre hanya mengangguk-angguk.
Pulang sekolah Calvin tak bertemu lagi dengan Andre. Calvin mencoba menghubungi nomor ponsel sahabatnya itu. Namun ternyata Andre tidak mengaktifkannya. Calvin sangat kuatir, Andre benar-benar melaksanakan rencananya. Ia ingin mendatangi Andre ke rumahnya, namun Calvin kuatir dianggap terlalu mencampuri urusan pribadi Andre.
Calvin terus mencoba menghubungi Andre. Namun ponsel sahabatnya itu tidak aktif terus. Tiba-tiba ponselnya berdering. Di layar muncul nama Dion. “Mau ngapain nih anak?” tanya Calvin bingung.
“Halo, Dion ya? Ada apa?”
“Halo Vin, Gue lagi di Jakarta nih,” sahut Dion dari seberang sana.
“O ya? Bareng Desi?”
“Enggak. Gue ada urusan organisasi kampus disini. Kongres,” sahut Dion.
“Trus?”
“Gue maen ke rumah Elo ya,” kata Dion. Calvin mikir sejenak. Kalo Dion maen ke rumah pastinya bakal kejadian deh. Perasaan bersalahnya pada Andre tiba-tiba muncul. Namun Dion begitu menggairahkan. Calvin tergoda untuk mengulang kembali pergumulannya yang seru dengan Dion. Apalagi beberapa hari ini ia gak pernah ngesex dengan Andre karena sahabatnya itu sedang suntuk berat.
“Boleh. Silakan aja. Kapan mau dateng?” akhirnya Calvin mempersilakan cowok sepupunya yang ganteng itu untuk datang ke rumahnya. Bayangan akan nikmatnya pergumulannya nanti dengan Dion mengalahkan rasa bersalahnya pada Andre.
“Entar lagi Gue nyampe sana. Ini udah di jalan,” sahut Dion.
“Yakin banget ya Elo bakal Gue terima,” sela Calvin menggoda.
“Hehehe. Pastilah. Gue yakin Elo pasti udah rindu banget ama Gue, terutama kontol Gue,” sahut Dion nakal.
“Ge er lo. Tapi iya juga sih. Cepetan datengnya ya,”
“Yoi. Udah gak nahan ya. Hehehe. Eh Gue bawa temen. Gak papa kan?”
“Temen? Temen apaan?”
“Laki-laki dong. Kenalan Gue selama di kongres. Anak Jakarta sini. Gue dateng pake mobil dia,”
“Entar kita gak bisa ngapa-ngapain dong. Gak bebas,” sahut Calvin.
“Bebas dong. Anaknya pengen Gue kenalin dengan Elo. Gue ceritain soal Elo ke dia,”
“Dasar. Elo jual Gue ke dia ya,”
“Enggaklah. Cuman Gue promosiin doang. Hehehe,”
“Oke gak anaknya? Jangan-jangan banci lagi yang Elo bawa,”
“Enak aja. Emang Gue cowok apaan. Elo liat sendiri aja deh entar. Dua orang,”
“Apa??!”
“Hehehehe. Udah ya. Gue bentar lagi nyampe. Bye. Klik,” Dion menutup pembicaraan. Tinggal Calvin yang bingung. Dua orang? Dion udah ngerencanain bikin sex party rupanya.
***
Pada waktu yang bersamaan, Andre sedang menantikan kedatangan papanya dan Fadly di rumahnya. Ia sudah nekat, malam ini akan ngerjain sang ajudan dihadapan sang papa. Usai makan malam biasanya ia dan sang papa nonton televisi bareng. Rencananya ia akan mengajak Fadly untuk nonton televisi bareng. Saat itulah rencananya ia akan beraksi dihadapan sang papa.
Pukul delapan malam sang papa dan ajudan tiba di rumah. Andre sudah menyuruh Mbak Minah mempersiapkan makan malam di atas meja makan.
“Pa makan malam bareng-bareng ya,” kata Andre menyambut papa.
“Waduh, papa sama Fadly udah makan tadi Ndre,”
“Yaaa… papa. Jarang-jarang kita makan malam bareng,”
“Gitu ya. Oke deh. Papa bersih-bersih dulu ya. Fadly kamu juga bersih-bersih deh. Terus kita makan malam bareng-bareng,” jawab sang papa.
Makan malam terasa sangat hangat malam itu. Ketiganya sibuk saling bercerita tentang kegiatan masing-masing. Usai makan sang papa menuju ruang televisi dan Andre mengikutinya, sedangkan Fadly menuju ke kamarnya. Papa dan Andre nonton televisi bersama. Mereka saling berkomentar. Lima belas menit kemudian Andre menuju ke dapur. Mbak Minah sudah membereskan piring-piring dari atas meja makan. Kemudian Andre menyuruh pembantunya itu untuk tidur dan berpesan jangan sekali-kali ke luar kamar malam itu, setelah itu ia menuju kamar Fadly. Diputarnya engsel pintu yang tak dikunci itu. Pintu kamar terbuka, Andre berdiri di pintu menatap ke dalam kamar. Fadly sedang berbaring di atas ranjang.
“Mas Fadly, nonton televisi bareng yok. Masak jam segini udah tidur,” kata Andre. Fadly kaget didatangi Andre tiba-tiba tanpa mengetuk pintu lagi. Saat itu sang ajudan hanya bercelana pendek warna putih dan bertelanjang dada. Mata Andre mElotot menelisik tubuh sang ajudan dan terus ke selengkangannya. Sepertinya Fadly tidak menggenakan celana dalam, tonjolannya terlihat jelas dari celana pendeknya yang tipis.
“Badan saya capek banget nih Mas Andre. Saya istirahat aja di kamar,” sahutnya.
“Istirahat? Pasti untuk persiapan ngentot entar malam dengan bokap Gue deh,” batin Andre. Tapi yang keluar dari mulutnya bukan kata-kata itu, melainkan, “Kelihatannya Mas Fadly capek banget ya. Ya udah deh, Mas Fadly istirahat aja. Gue temenin disini gak papakan Mas? Acara televisinya juga gak ada yang bagus. Berita mulu,”
“Ya gak papa, terserah Mas Andre aja,” sahut Fadly.
Andre melangkah masuk ke dalam kamar. Dengan berlagak santai meski deg-degan ia duduk di tempat tidur. Pintu kamar dibiarkannya saja tetap terbuka. Otaknya dengan cepat berpikir merubah rencananya. “Gue ngerjain Mas Fadly disini aja,” kata Andre dalam hati, “papa pasti akan mendengar dari ruang televisi karena letaknya tidak jauh dari kamar tidur ini,”
Andre duduk di atas salah satu ranjang. Fadly kemudian menyusul duduk di ranjang yang lain. Keduanya duduk berhadapan. Dalam posisi duduk seperti itu, Andre bisa melihat lebih jelas tonjolan di selangkangan Fadly. Matanya melirik-lirik ke arah selangkangan, paha dan kaki Fadly yang berotot. Nafsunya semakin bergElora melihat ajudan papanya yang bagus itu. “Pantes aja papa dan mama doyan dengan ajudan satu ini. Bagus banget sih,” batin Andre.
“Tubuh Mas Fadly bagus banget,” kata-kata pujian yang terlontar dari mulut Andre.
“Ah.. biasa aja. Tubuh Mas Andre juga bagus kok,” sahut Fadly.
“Mas Fadly ngejek saya nih. Liat tuh dada Mas Fadly bidang banget. Otot-otot lengannya juga terbentuk bagus. Kalau saya kan enggak,”
“Mas Andre jangan ngerendah gitu dong,”
“Gak percaya ya. Liat sendiri deh,” Andre merentangkan lengannya ke atas. Dengan cepat ia melepaskan kaos yang dikenakannya. Tubuh atasnya telanjang kini. “Tuh kan biasa aja,” kata Andre. Lengannya sengaja direntangkannya sedikit ke atas. Memamerkan ketiaknya yang lebat dengan bulu-bulu halus.
Sekuat tenaga Fadly mencoba bersikap tetap tenang melihat aksi pamer ketiak anak atasannya itu. Padahal dadanya mulai berdegup kencang. Ia terangsang melihat tubuh remaja Andre yang atletis dan proporsional itu. Kulitnya yang putih dan menyebarkan wangi harum jantan itu semakin menggodanya.
“Tuh kan. Bagus,” puji Fadly. Matanya menatap lekat ke tubuh Andre.
“Masak sih Mas,” Andre mendekat ke arah Fadly. Ia duduk di samping ajudan papanya itu. Dengan sengaja merapatkan tubuhnya dengan tubuh Fadly. Kulit mereka yang telanjang bersentuhan. Fadly semakin terangsang. Kontolnya semakin keras. Andre menggesek tubuhnya ke tubuh Fadly. Lembut, seperti tanpa disengaja.
“Cewek Mas Fadly pasti suka banget ya dengan tubuh Mas Fadly yang bagus kayak gini,” kata Andre. Tangannya menjamah otot lengan Fadly dan meremasnya dengan lembut. Dada Andre yang bidang menempel di lengan sang ajudan. Fadly bisa merasakan puting susu remaja ganteng itu menggelitik kulitnya. Fadly merinding horny.
“Apalagi dada bidang Mas Fadly,” lanjut Andre, tangannya menjalar lembut menuju dada bidang Fadly. Membelainya kemudian. Tubuh Fadly makin merinding.
“Mas Andre ngapain. Udah Mas, risih rasanya,” kata Fadly dengan suara bergetar.
“Dasar muna! Gue yakin Elo suka,” batin Andre dalam hati, “Kok risih Mas. Saya suka kok kalau Cindy ngeremas dada saya, apalagi kalau ia meraba-raba puting saya kayak gini,” ini kata-kata yang keluar dari mulut Andre. Cowok itu makin nekat. Puting susu Fadly digeseknya dengan telapak tangannya. Andre merasakan tubuh Fadly bergetar.
“Apalagi kalau dijilat Mas, lebih asik,” kata Andre kemudian. Wajahnya mendekat ke dada bidang ajudan itu lalu lidahnya menyembul dari bibirnya yang membuka sedikit. Ujung lidahnya itu kemudian mendarat di puting susu Fadly dan dengan perlahan menyapu puting susu berwarna kemerahan itu. Fadly semakin bergetar. Godaan anak atasannya ini semakin membangkitkan birahinya.
“Mas Andrehh… udah donghh…,” rintih Fadly. Andre tak peduli. Ngapain juga mesti peduli. Ia tau ajudan ini sedang asik menikmati, namun tetap saja muna pura-pura menolak. Kalau ia menolak beneran pasti ia bisa melakukan apa saja agar Andre melepaskan dirinya. Namun tak ada tanda-tanda penolakan dari Fadly. Hanya mulutnya saja yang pura-pura nolak, namun tubuhnya membiarkan saja Andre akan melakukan apa. Lidah Andre terus sibuk menggelitik puting susu Fadly.
“Nikmatin aja Mas Fadly, saya tau Mas Fadly suka diginiin,” sahut Andre dingin. Lidahnya terus menjalar di puting susu sang ajudan.
***
Sementara itu Dion telah tiba di rumah Calvin. Kekasih Desi itu datang bersama dua orang cowok yang pengakuannya pada Calvin adalah sahabatnya di kongres. Kedua cowok itu ganteng dan terkesan jantan. Rambut gondrong dan tubuh atletis mereka yang harum mau tak mau membuat Calvin horny.
Keduanya memperkenalkan diri pada Calvin. “Fahri,” kata yang berambut gondrong ikal. “Dhika,” kata yang berambut gondrong lurus. Keduanya mengaku mahasiswa di Jakarta.
“Fahri itu turunan Arab lho,” kata Dion berbisik pada Calvin, seringai senyum mesum menyertai kalimatnya itu.
“Trus kalo turunan Arab emang kenapa?” sahut Calvin berbisik pura-pura bego gak ngerti maksud kalimat Dion. Lagian juga ngapain si Dion mesti ngomong begitu, dari hidung, bekas cukuran brewok, dan bulu-bulu di tangan Fahri aja Calvin udah bisa menduga kalo Fahri ini turunan Arab.
“Lo liat entar aja sendiri,” sahut Dion.
“Maksudnya?” tanya Calvin meminta penjelasan, namun Dion tak menjawab ia malah berbicara pada Fahri dan Dhika.
“Ini sepupu cewek Gue yang pernah Gue ceritain ke Elo-Elo,” kata Dion.
“Emang Lo cerita apa aja tentang Gue ke temen-temen Elo Yon?” tanya Calvin lagi.
“Ada deh,” sahut Dion nyengir.
Calvin sebenarnya sudah menangkap maksud-maksud kalimat Dion sejak tadi. Sepertinya kekasih Desi ini membutuhkan tempat untuk sebuah pesta sex dengan cowok-cowok ganteng dan jantan itu karenanya ia menghubungi Calvin. Calvin merasa bersyukur karena kebetulan sekali kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah hari itu.
“Enaknya ngobrolnya di kamar Gue aja deh,” ajak Calvin. Dion, Fahri, dan Dhika langsung setuju. Keempatnya segera mengikuti Calvin menuju ke kamarnya.
“Foto siapa nih? Cewek Lo ya Vin?” tanya Fahri ketika mereka sudah tiba di kamar Calvin. Foto itu memang jelas terlihat karena posisinya yang terletak manis dalam bingkai warna merah jambu di atas meja belajar Calvin.
“Ya gitu deh Mas. Sedang PDKT,” sahut Calvin nyengir.
“Gak salah pilih Lo Vin. Cantik banget cewek lo. Pas dengan Lo yang ganteng dan macho,” sambung Dhika.
“Mas sendiri gimana? Pasti juga udah punya cewek dong?” tanya Calvin balik.
“Mereka mah playboy Calv,” kata Dion. “Gak mau pacaran, takut berkomitmen katanya. Tapi kerjaannya ngelabain cewek mulu. Pokoknya semua cewek cakep di kongres mereka labain semua deh,” Dion yang menyahut. Fahri dan Dhika hanya cengengesan.
“Abis mereka sih yang godain,” kata Dhika membela diri.
“Kalo Dion tipe lelaki setia Calv,” kata Fahri, ia ikut-ikutan Dion manggil Calvin dengan sebutan Calv. “Selama kongres gak ada cewek yang dilabainnya. Sayang banget dia sama sepupu Elo si Desi,”
“Gitu ya. Baguslah. Kalo enggak kan bisa Gue laporin ke Desi,” sahut Calvin. Dion nyengir. “Kongresnya udah selesai?” tanya Calvin.
“Udah. Kemaren. Dua hari lagi Gue harus balik ke kampus. Makanya hari ini kemari. Soalnya waktunya mepet banget. Takut gak sempat,” kata Dion, “Calv, Gue nginep disini ya,” kata Dion lagi.
“Terserah Elo aja,” sahut Calvin.
“Gue dan Dhika ikutan nginep disini aja deh. Males nih langsung balik kos,” sahut Fahri.
“Kos? Elo berdua bukan asli Jakarta?” tanya Calvin.
“Enggak. Kita bertiga sama-sama dari Palembang Calv. Makanya cepat kompak waktu Munas. Mereka kuliah di Jakarta sini. Untung aja bokap Fahri ngasih mobil buat Fahri. Jadinya kita bisa jalan-jalan keliling Jakarta, terus kesini. Tapi efek negatifnya, karena dikasih mobil nih anak jadi suka kelayapan,” jelas Dion.
“Udah bawaan badan kali,” sahut Calvin. Keempat pemuda itu tertawa. Calvin sebenarnya mulai bosan dengan pembicaraan seputar basa-basi doang seperti itu. Belum ada yang memulai membuka pembicaraan yang mengarah ke sex. Calvinpun tak mau memulainya.
“Gue ke dapur dulu deh. Lo semua enakin aja deh disini,” kata Calvin.
“Oke, bawa aja semua yang ada Calv, Gue laper nih,” sahut Dion.
Tak lama Calvin kembali ke kamarnya bersama-sama dengan Mbak Sum. Dion dan kedua teman-temannya sedang asik membolak-balik majalah-majalah lama yang ada di kamar ketika Calvin dan Mbak Sum tiba. Pembantu setia di rumah keluarga Calvin itu membawa nampan besar berisi berbagai makanan dan minuman. Setelah meletakkan nampan itu di atas meja belajar Calvin, Mbak Sum kembali ke dapur. Dion, Dhika, dan Fahri segera menyerbu makanan yang sudah disediakan oleh tuan rumah.
“Enaknya ngapain nih?” tanya Dhika sambil mengunyah sebuah biskuit.
“Ada bokep gak Calv?” tanya Fahri.
“Ngapain sih nonton bokep, udah gede-gede gini juga, kayak anak SMP aja,” kata Dion, “enakan bikin bokep beneran, hehehe,”
“Maksudnya gimana nih?” tanya Calvin pura-pura bingung dengan kalimat Dion, padahal kalimat inilah yang ditunggu-tunggunya sejak tadi.
“Jangan pura-pura gak ngerti deh Calv,” sahut Dion.
“Apaan sih?” tanya Calvin lagi.
Dion tak menjawab, ia hanya mulai beraksi melepaskan seluruh pakaiannya satu demi satu dan melemparkannya kepada Calvin, Dhika, dan Fahri. Calvin mendapat lemparan baju, Dhika mendapat lemparan jeans, sedangkan Fahri mendapat lembaran celana dalam Dion. Kemudian Dion menyuguhkan sebuah tarian asal-asalan yang sangat erotis pada ketiga cowok yang menyaksikannya bugil dengan penuh nafsu.
“Kenapa gak diomongin langsung aja sih dari tadi,” kata Calvin. Ia segera menyusul Dion, begitu pula Dhika dan Fahri. Keempatnya kini sudah telanjang bulat semua dan menari-nari asal-asalan sambil tertawa-tawa. Tak peduli tawa keras mereka akan kedengaran oleh Mbak Sum. Sambil menari-nari mereka saling menyentuh-nyentuhkan tubuh telanjang mereka satu sama lain. Kontol keempatnya mulai mengeras.
“Elo kangen junior Gue Calv?” tanya Dion menggoda pada Calvin. Kontolnya digesek-gesekkannya pada paha sepupu kekasihnya itu.
“Iya sih, tapi kayaknya kangennya ditunda dulu deh. Soalnya Gue kan bElon kenalan sama kontol dua temen Elo ini,” sahut Calvin nakal. Matanya menatap perkakas jantan milik Dhika dan Fahri berganti-ganti. Perkakas jantan milik kedua teman Dion itu memang benar-benar menggiurkan. Ukurannya pun big size. Malahan kontol Fahri ukurannya luar biasa, gemuk dan panjang kayak uler. “Bener deh kata Dion tadi. Fahri emang gak percuma turunan Arab asli,” batin Calvin sambil menelan ludah memandang perkakas jantan Fahri itu.
“Lo kepengen ngerasain kontolnya si Fahri ya Calv? Tuh liat dan rasain sendiri sana,” kata Dion terkekeh.
“He eh, he eh,” kata Calvin mengangguk cepat. Setelah itu ia segera berjongkok dihadapan Fahri yang masih menari-nari erotis. Dipegangnya batang kontol Fahri dengan tak sabar dan kemudian mulutnya langsung melahap kontol arab itu.
“Silakan Calv, Lo mau apain kontol Gue terseroh Elo aja,” kata Fahri sambil tertawa-tawa. Calvin tak memperhatikan kata-kata Fahri lagi ia sudah sibuk mengerjai kontol Fahri yang gedenya luar biasa itu.
“Kalo gitu Lo sepong Gue deh Dhik, soalnya Calvin lebih suka sama kontol Fahri daripada kontol Gue,” kata Dion.
“Harap maklum deh. Siapapun yang begitu ngelihat kontol Gue pasti bakalan ngelupain kontol yang laen, hehehehe,” kata Fahri lagi dengan tertawa bangga.
“Jangan sedih gitu dong Yon, pokoknya Lo kebagian juga deh entar, tapi nanti ya. Habis ini Gue ke kontol Dhika terakhir kontol Elo,” kata Calvin menyahut. Sejenak dihentikannya kulumannya pada batang kontol Fahri yang sekeras kayu dan berurat-urat itu.
Fahri dan Dhika tertawa mendengar kata-kata Calvin itu. Sementara Dion mulanya manyun namun setelah itu iapun ikut tertawa. Dhika lalu berlutut di depan Dion kemudian mulutnya tanpa ragu langsung menyambar kontol besar Dion.
“Mmmmm… slurrpp… slurpppp… enak bangethh… mmmm…,” kata Dhika.
“Kayak permen ya Dhik,” komentar Fahri.
“Yoi. Tapi masih enakan ini daripada permen,” sahut Dhika lagi.
“Elo kok bisa suka ngemut kontol sih Dhik?” tanya Dion. “Kan enakan memek Reni cewek Elo,”
“Gara-gara si Fahri sih, dia ngemut kontol Gue, terus Gue disuruh ngemut kontolnya ya udah ketagihan deh Gue jadinya sampe sekarang,” sahut Dhika, “mmmpphh…, slurupp…,”.
“Enak aja Lo Dhik. Perasaan Elo deh yang duluan ngemut kontol Gue. Inget gak waktu kita kemping. Gue lagi enak-enakan ngocok sambil ngebayangin ngentotin memek cewek Gue si Wiwik, eh tiba-tiba mulut Elo udah menclok aja di kontol Gue,” kata Fahri membela diri, “Ouhh… enak bangethh, terus Calv…,”
“Abis Elonya sih mamer-mamerin kontol ke Gue. Gue udah seminggu gak dapet jatah memeknya Reni jadi tergoda,” sahut Dhika lagi, “sruppp…,”
“Ohhh…, enak banget Dhikhh.., ohhh…, Udah deh, gak usah berantemhhhhh….,” kata Dion melerai sambil merem melek keenakan diemut Dhika. Calvin yang sedang menjilati urat-urat di batang kontol Fahri tersenyum-senyum geli mendengar percakapan ngawur cowok-cowok itu.
“Iya juga ya. Hehehe. Tapi kok ngemut kontol bisa enak banget kayak gini ya?” kata Dhika. “Mmmmm… mmm… slurpp… slurpppp… slurrpp…. buah peler Elo kayak rambutan nih Yon. Lebat banget bulunya, slurrppppp…,”
“Ohkkhhhh…., Enak banget ya Dhik peler Gue … ohhhhh?” tanya Dion.
“Enak banget.. slurrppp…. slurrpp…. Ngangkang lagi dong biar bisa keisep semuanya.. slurrpp..,”
“Calv. Kok diam aja sih?” tanya Fahri. “Jangan-jangan kontol ama biji Gue udah tertelan Elo semua ya,”
“Iya nih. Udah masuk lambung Gue,” sahut Calvin.
“Hehehe..,”
“Desi gak curiga nih liat lobang pantat Elo udah dower kayak gini?” tanya Dhika pada Dion. Rupanya ia mulai sibuk mengobok-obok lobang pantat Dion.
“Enak aja dower. Lobang pantat Gue masih sempit. Gue jarang dianal. Elo tuh sama Fahri yang udah dower abis. Masak tiap hari Elo gantian entot-entotan berdua,” kata Dion.
“Abis enak banget sih. Gue mendingan ngentot deh daripada makan,” sahut Dhika.
“Udah berapa banyak tuh calon presiden yang Elo buang di lobang pantat si Fahri?” tanya Dion.
“Gak keitung, ribuan kali. Hehehe,”
“Si Wiwik gak pernah komplain dengan lobang pantat Elo yang dower ini Ri?” tanya Dion ke Fahri sambil merem melek keenakan diemut Dhika.
“Mana sempat nanya dia. Kontol Gue udah bikin dia repot,” sahut Fahri.
“Si Reni suka banget Lho ngemut kontol Gue sampe abis kayak nelen gitu. Sampe kerongkongannya dia. Rasanya enak banget Yon. Elo mau Gue cobain gitu gak?” tanya Dhika.
“Cobain aja,” sahut Dion. Dhika segera mempraktikkan kata-katanya. Pengaruhnya luar biasa. Dion mengerang lebih keras. Jemarinya meremas rambut Dhika yang lurus semakin kuat.
“Slurruppp… glekhh… slurruppp….slurrppp… ihh. … enak banget kontol Elo Yon,” komentar Dhika diantara kesibukannya melumat kontol Dion. Fahri memandangi wajah Dhika, sepertinya diapun ngiler dengan kelakuan Dhika yang sangat binal itu.
“Entar ke gua ya Dhik, ahhhh…,” kata Fahri. Pantat Fahri bergoyang pelan maju mundur mengeluar masukkan kontolnya di mulut Calvin.
Calvin terus sibuk menyElomoti kontol Fahri. Sesekali ia senyum-senyum sendiri mendengarkan obrolan Dion, Fahri, dan Dhika yang nakal. Gak habis pikir dia melihat tiga mahasiswa ganteng dan jantan itu. Kok bisa sambil ngesex kayak gini masih disempetin buat ngobrol. Ngobrolnya ngawur lagi soal enakan mana kontol mereka dengan memek cewek mereka masing-masing.
***
Kembali ke Andre dan Fadly yang permainan cabulnya semakin dahsyat. Saat itu Andre sedang asik berjongkok di depan Fadly yang duduk mengangkang di atas ranjang dengan kedua kakinya menjuntai ke lantai. Celana pendek Fadly sudah lepas dari tempatnya semula. Entah dimana kini. Tadi Andre melemparkan celana pendek itu sembarangan saja. Tangan Andre berpegangan pada paha kokoh Fadly dan kepalanya bergerak maju mundur di selangkangan sang ajudan mengerjai batang kontol gemuk besar yang menegang keras disana.
“Ooohhhh…. oohhhhh…. ooohhhh…. yahhh… yahhh… oohhhhh… oohhhhh…,” Fadly mengerang-erang.
“Enak massshh?” tanya Andre.
“Ooohhhh… enak banget Mas Andrehhh.. kamu pinter sekalihhh…. kamu pinterhhh.. ohhhhh..,”
“Mas Fadly doyan yah?”
“Doyan Masshhh… doyann.. ohhhh…,”
“Kalau ngebool doyan masshh?”
“Doyan jugah… banget… ohhh…. Mas Andrehhh..mauh sayahh.. bool…? Ohhhh…,”
“Sekarang masshhh?”
“Yahhh… sekaranghh ohhh…. yahh… ohhh….,”
Andre segera melepaskan mulutnya dari kontol Fadly. Ia berdiri kemudian menduduki kontol Fadly dalam posisi berpelukan berhadapan. Kontol Fadly menerobos lobang pantat Andre.
“Oooohhhhhhhhhhh… seret banget Mas Andrehhhh…,” kata Fadly.
Andre mulai bergerak naik turun sambil berpegangan pada bahu Fadly erat-erat. Keduanya bergerak seirama. Andre menghentak-hentakkan pantatnya keras-keras. Fadly benar-benar keenakan oleh gerakan pantat Andre yang penuh semangat itu.
Papa Andre yang sedang nonton televisi tersadar. Andre tak ada disampingnya. Ia menduga anak semata wayangnya itu sudah tidur di kamarnya. Papa mematikan televisi, lalu berjalan menuju kamar Fadly. Ia berjalan bergegas, tak sabar ingin segera mengulangi kenikmatan sex dengan ajudannya yang ganteng itu. Batang kontol sang papa langsung mengeras.
Sebentar saja sang papa sudah sampai di depan pintu kamar Fadly yang terbuka lebar. Menyaksikan apa yang sedang terjadi di dalam kamar itu membuat sang papa terhenyak. Ia kaget luar biasa. Matanya mElotot menyaksikan adegan porno antara dua laki-laki tampan yang sangat dikenalnya. Dalam posisi duduk di atas ranjang Fadly, sang ajudan sedang memacu birahi dengan Andre, putra semata wayangnya yang dengan penuh semangat menggoyang-goyang pantatnya naik turun, menghentak-hentak kuat, mengeluar masukkan kontol sang ajudan yang keras ke dalam lobang pantatnya. Sementara sang ajudan melakukan gerakan pantat balasan dibarengi erangan-erangan dan tak lupa jemarinya meremas-remas pantat Andre yang putih, montok dan sedang basah bersimbah keringat.
Sang papa berteriak, wajahnya memerah. Ia marah besar. “Apa yang kalian lakukan?!!!!” seru sang papa dengan suara keras. Fadly terkejut. Ekspresi wajahnya sangat ketakutan. Ia baru sadar kalau pintu kamar belum ditutup dan dikunci.
“Ehh….. Bapak..,” kata Fadly ketakutan. Gerakan pantatnya terhenti.
Andre menoleh ke arah pintu. Ia menatap papanya namun kemudian ia berpaling dan terus melanjutkan genjotan pantatnya dengan penuh semangat. Ia tak menghiraukan kehadiran papanya.
“Kalian gila! Hentikan!” kata sang papa lagi.
“Ada apa sih paahh ahhh.. hehkkk.. ahh… gangguin orang sedang enak ajahhh… ahhh..,” sahut Andre santai. “Mas Fadly terusin donghh ahhh… ahhh… Jangan diem gituhhh oohhhh,”
Sang papa bingung, tak percaya melihat sikap anaknya yang cuek. Ia mendekati Andre dan menarik tubuh putranya itu berusaha menghentikan apa yang sedang dilakukan Andre. Namun sang putra memegang bahu Fadly yang kokoh sekuat-kuatnya dan tak henti bergoyang naik turun juga sekuat-kuatnya.
“Apa-apan kamu Ndre. Hentikan. Gila!” kata sang papa.
“Ih papa.. ngapain sihhh… ahhh… ahhh…. nanggung nih….. ahhhh… ahhh…,”
“Kamu benar-benar gila… hentikan!” sang papa terus menarik tubuh Andre. Fadly bingung dan ketakutan. Ajudan ganteng itu tak tahu harus melakukan apa. Ia hanya melihati saja ayah dan anak yang sama-sama ganteng itu saling tarik menarik. Tak ada upaya Fadly agar Andre menghentikan goyangannya. Antara kebingungan dan ketakutannya, Fadly tak hendak kehilangan momen-momen nikmatnya genjotan pantat Andre mengocok kontolnya.
Siapapun yang melihat ke dalam kamar itu pasti akan tersenyum lucu. Sang papa berteriak-teriak sambil menarik-narik tubuh putranya agar menghentikan aksinya. Andre memegang bahu Fadly erat-erat sambil terus menghentak-hentakkan pantatnya. Sementara Fadly hanya diam. Matanya merem melek menahan kenikmatan.
“Kamu tak boleh melakukan ini Ndre. Hentikan! Hentikan sekarang!” seru sang papa.
“Ohhh… kenapahh.. ahhh… kenapah… gak boleh pahh.. ahhh.. ahhhh…errghhh…,”
“Kalian laki-laki… ini homosexual namanya. Ini tidak boleh Ndre,”
“Masak gak bolehhh ssshhhh….. sihh… pahh… ahhh…..,”
“Hentikan Ndre. Ini dosa namanya. Dosa!”
“Papahh ahhh… masih ingat dosah jugahhh ahhh.. ahhhhh,”
“Sudahlah Ndre.. sudahhh…. kamu hentikan sekarang. Papa akan menyimpan rahasia ini nak,”
“Enggak pahh.. ahhh… gak perluhh… sshhhh…. enak bangethh… ahhh..,”
“Kalau kamu memang udah pengen banget Ndre, biar papa cari perempuan untuk kamu Ndre. Hentikan!”
Andre tiba-tiba menghentikan genjotannya. Fadly terlihat kurang senang karena Andre menghentikan genjotannya. Kontolnya sudah hampir menumpahkan sperma.
“Kenapa pa?” tanya Andre menatap tajam ke arah papanya. “Kenapa papa mau mencarikan Andre seorang perempuan? Bukannya ngentot dengan perempuan bukan istri sendiri juga dosa namanya?” tanyanya.
“Ndre, papa tau itu juga dosa. Tapi itu lebih baik daripada kamu melakukannya dengan Fadly. Kalian sama-sama laki-laki nak,” kata sang papa dengan gaya pura-pura bijaksana. Padahal saat itu ia sangat geram. Cemburu melihat Fadly yang sangat menikmati genjotan Andre.
“Benar hanya itu alasannya pa?”
“Iya Ndre. Apa yang kamu lakukan ini benar-benar salah,”
“Andre kira bukan itu alasan sesungguhnya,” mata Andre menyipit. Ekspresinya menunjukkan kebencian pada sang papa.
“Apa maksud kamu Ndre?” sang papa merasa aneh dengan tatapan putranya itu.
“Papa tidak usah sok suci pa. Andre sudah tahu semuanya,” suara Andre terdengar geram.
“Papa tidak mengerti,”
“Andre sudah tahu pa. Andre tahu papa dan Mas Fadly juga sama gilanya seperti Andre,” Andre melanjutkan lagi genjotannya. “Andre sudah melihat apa yang papa lakukan dengan Mas Fadly di dalam mobil, di garasi, tiga hari yang lalu. Karena itu jangan ganggu Andre pa!” suara Andre tegas. Papa terhenyak, Fadly juga.
Papa terduduk di atas ranjang di depan ranjang tempat Andre dan Fadly melanjutkan pacu birahi mereka.
“Mas Andrehh tahu?” tanya Fadly.
“Ya Mas. Andre tahu. Sekarang Mas gak usah banyak tanya. Andre mau tuntasin entotan Andrehh.. ahhhh… ahhh…,”
“Kamu tahu Ndre?” tanya sang papa lirih. Tubuhnya terduduk lemas. Matanya memandang kosong pada Andre dan Fadly yang sedang memburu birahi.
“Udah deh pa, jangan pura-pura merasa bersalah gituhh.. ahhh… ahhh… ahhh..,” Andre merasa sangat puas karena telah berhasil membuat papanya merasa malu, marah, dan sedih, seperti itu. Ia merasa sakit hatinya pada sang papa terbalaskan sudah. Dengan bersemangat itu terus menggenjot pantatnya sambil kontolnya menggesek-gesek perut Fadly. Ia merasa orgasmenya akan segara tiba.
Fadly pun rupanya demikian. Tak memperdulikan lagi kalau saat itu atasannya sedang melihatnya Fadly menggenjot pantatnya cepat. Kontolnya seperti piston keluar masuk lobang pantat Andre. Fadly mengerang-erang, mendengus-dengus. Orgasmenya akan segera tiba juga.
Akhirnya tubuh keduanya berkElojotan. Otot mereka mengejang. Erangan keras terdengar dari mulut mereka. Pantat mereka saling menekan sekuat-kuatnya. Sperma mereka tumpah ruah dari kontol masing-masing. Sperma Fadly menyembur menyirami lorong lobang pantat Andre. Sementara sperma Andre mElompat hingga menyiram wajah ganteng Fadly.
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh……..,” desah keduanya serentak kemudian mereka saling melumat bibir dengan buas. Keduanya terlihat sangat puas. Andre puas karena sudah dapat membalaskan sakit hatinya pada sang papa sekaligus menikmati kejantanan ajudan sang papa. Sementara Fadly puas karena telah menuntaskan birahinya pada Andre.
Fadly dan Andre tergolek lemas diatas ranjang. Nafas keduanya memburu. Sementara sang papa hanya bisa menatap pilu ke arah keduanya. Pelan-pelan ia meninggalkan kamar itu tetap dengan wajah pilu.
“Pa jangan pura-pura sedih gitu dong,” ejek Andre saat sang papa meninggalkan kamar. Sang papa hanya diam. Sejak itu hubungan Andre dan sang papa menjadi kaku. Sang papa juga menjadi kurang suka pada Fadly. Andre tak perduli. Yang penting ia merasa puas dapat membalaskan sakit hatinya pada sang papa sekaligus dapat memuaskan nafsunya pada Fadly sang ajudan dan pada akhirnya nanti juga pada Dharma.
Serial Andre dan Calvin part 10 : Pembalasan Dendam?. There are any Serial Andre dan Calvin part 10 : Pembalasan Dendam? in here.
-
Cerita Dewasa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, tahun kedua-ku bersekolah di luar negeri. Aku sedang mandi dan mempersiapkan diri untuk...
-
Inilah cerita seks sedarah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak...
-
Keluarga Calvin pamitan pada Antonius, Ali, Bayu, dan Made setelah cukup lama ngobrol dengan Dion dan saudara-saudaranya. Besok pagi mere...
Search This Blog
Blog Archive
-
►
2022
(2)
- ► December 2022 (2)
-
▼
2021
(300)
- ► December 2021 (12)
- ► November 2021 (26)
- ► October 2021 (15)
- ► September 2021 (3)
- ► August 2021 (2)
- ► April 2021 (1)
- ► March 2021 (16)
- ► February 2021 (54)
-
▼
January 2021
(127)
- Lubang Najis Kak Dewi : part 1
- Sahabat Baik Suamiku
- Jamilah Dan Mertua
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 30 Uenaknya Nyoblos Perjaka
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 29 : Hadiah untuk Papa Calvin
- Air Mani Yang Nyaman 5 By Man
- Air Mani Yang Nyaman 4 By Man
- Cerita Pemerkosaan Teman Kantor
- Air Mani Yang Nyaman 3 By Man
- Air Mani Yang Nyaman 2 By Man
- Air Mani Yang Nyaman By Man
- Ida Dan Uncle Samy Part 2
- Ida Dan Uncle Samy Part 1
- Isteri Di Tebuk Pakistan
- Keluarga Salmiah
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 28 : Kisah Masa Lalu
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 27 Petunjuk
- Pengalaman 5 By Denco
- Pengalaman 4 By Denco
- Pengalaman 3 By Denco
- Pengalaman 2 By Denco
- Gara Gara SMS 2
- Keluarga Elisa
- Ketagihan seorang isteri (2)
- Ketagihan Seorang isteri (1)
- Pengalaman Ustazah Berpesta Sex
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 26 : Wasiat Desi
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 25 : Sex Fiesta
- Nostalgia Kad Raya
- Aku dan Mat Saleh
- Bercinta Dengan Suami Orang
- Lidah Jantan By Nizar
- Isteri Buat Oral Sex Dengan Adik Ipar
- Arisan Para Suami
- Kisah Ngentot bersama Ibu Muda
- Kepuasan Isteri Di Tebuk Negro
- Isteri Gila Sex
- Murni dan Manjit singh
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 24 Welcome to the Jungle
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 23 : Malam Penuh Gairah
- Kenangan di Universiti By adek
- Aku Dan Lembu By luar tabie
- Cinta Sepanjang Hari ini By Steven
- Budak Punk by rintih
- Tukang Cuciku Sayang
- Tukar Isteri
- Kecurangan Si Isteri (2 in 1)
- Melati Gadis Melayu Punggung Negro
- Serial Andre dan Calvin 22 Langkah Baru
- Serial Andre dan Calvin 21 : Sony Sang Penolong
- KALI PERTAMA (PART 4) By BUDAK ADLI
- KALI PERTAMA (PART 3) By Budak Adli
- KALI PERTAMA (PART 2) By BUDAK ADLI
- KALI PERTAMA (PART 1) by BUDAK ADLI
- Gadis Bertudung ( Episod : Main Bontot Selamanya )
- Gadis Bertudung ( Episod : Pehaku Basah )
- Gadis Bertudung ( Episod : Kantoi )
- Gadis Bertudung ( Episod : aku dan paksu )
- Serial Andre dan Calvin part 20 Penantian
- Serial Andre dan Calvin part 19 Hari yang Melelahkan
- Serial Andre dan Calvin part 18. Doni
- Serial Andre dan Calvin part 17 Fadly dan Dharma
- Kisah Sebenar-Benarnya ( bersama Z ) By mazreet
- Erti Sahabat. By Iman.
- Aku Dan Ayam By luar_tabie
- Aku Pondan, Bermain Dengan Roommate By Sheila Harris
- Aku dan Mak Uda part 3
- Aku Dan Mak Uda part 2
- Aku Dan Mak Uda part 1
- Di Goda Isteri Orang
- Serial Andre dan Calvin part 16 : Perpisahan denga...
- Serial Andre dan Calvin part 15 : Masalah demi Mas...
- Serial Andre dan Calvin part 14 : Gelegak Nafsu Asep
- Serial Andre dan Calvin part 13 : SMS Teror!
- Sang Pramugariku
- Cadd, jimmy dan jali pt2 by cadd
- cadd, jimmy dan jali,, pt1 by cadd
- Rahasiaku
- Jude, Guru Privateku
- Mak Cik Yah
- Pengalaman Silam di UK
- Keluarga Bahagia
- Pesta Sex Bersama Rakan
- Yuli Gadis Manisku
- Pengalaman Dengan Ita
- Serial Andre dan Calvin part 12 : Hari Paling Sial
- Derita Seorang Artis Sexy
- X Satu
- Oh My Mom ..
- Ika Gadis Genit dan Sexy
- Sahabatku Levena
- Serial Andre dan Calvin part 11 : Rahasia Dion
- Serial Andre dan Calvin part 10 : Pembalasan Dendam?
- Serial Andre dan Calvin part 09 : Malam Jahanam
- Berlari Untuk Kesihatan by Cadd
- Study Week by Cadd
- Kelegaan. [phone part 3] by Cadd
- Asyik Terbantut. [phone part 2] by Cadd
- KISAH CINTA DUA MARHALAH : Perkhemahan Mak Lang: P...
- KISAH CINTA DUA MARHALAH : Rindu Bertaut Lagi
Powered by Blogger.
Find Your Happiness Within Yourself Quotes
Find Your Happiness Within Yourself Quotes . Web find peace within yourself.” “seeking happiness outside ourselves is like waiting for sunsh...

Labels
- 69
- Abang Angkat
- Air Mani
- Ajudan
- Amput
- Anal
- Askar
- Asrama
- Awek
- Ayah
- Ayam
- Bapa Saudara
- Bas
- Batang Besar
- Batang Kuda
- Bawah Umur
- Beastillity
- Bercuti
- Blowjob
- Bogel
- Bontot
- Boyfriend Orang
- Butuh
- By Budak Adli
- By Denco
- By EddieAmir
- By Jimbob
- By Man
- By Mr Cadd
- By Nicholas
- By Niclit
- By Nur Atikah
- By pangeran212
- By Wanxxx
- Cerita Dewasa
- Cikgu
- Cina
- Daun Muda
- Dildo
- Download
- Driver
- Driver Lori
- Duda
- Emak
- ExBoyfriend
- Fan Fiction
- Foursome
- Glory Hole
- Handsome
- Hensem
- Hetero
- Hisap
- Homo
- Horor
- Hotel
- Housemate
- Ibu Mertua
- Incest
- Indian
- Indonesia
- Interracial
- Isteri Orang
- Jawa
- jiran
- Jubur
- Kampung
- Kebun Teh
- Kisah Cinta Dua Marhalah
- KL&L
- Konek
- Kontol
- Kontol Gede
- Kuli
- Lancap
- Liwat
- Love Story
- Maktab
- Malaysia
- Mat Salleh
- Mature
- Melanau
- Melayu
- MOTNES
- Muscle
- Negro
- News
- Ngentot
- Novel
- Orgy
- Outdoor
- Pakcik
- Pemerkosaan
- Pensyarah
- Pertama
- Polis
- pondan
- Remaja
- Rogol
- Roomate
- Sarawak
- Satpam
- Sedarah
- Sekolah
- Selingkuh
- Serial Andre dan Calvin
- Sesama Wanita
- Siswa
- Skodeng
- Sport
- Suami
- Suami Isteri
- Suami Orang
- Tentera
- Tetek
- Threesome
- Toilet
- Tukar Pasangan
- Umum
- Uncle
- Universiti
- Video