Serial Andre dan Calvin part 12 : Hari Paling Sial



Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi

Pulang sekolah Andre sudah nongol di rumah Calvin. “Kok Elo tadi gak masuk sih?” pertanyaan langsung meluncur dari bibir tipis Andre pada Calvin begitu mereka bertemu di pintu gerbang rumah Calvin.

“Gak papa, lagi bete aja,” jawab Calvin berbohong. Ia tak akan menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada sahabat dekatnya itu. Biarlah kemarahan dan kekesalannya pada Dion disimpannya sendiri saja.

Andre menduga Calvin menutupi sesuatu darinya. Namun karena Calvin tidak mau bercerita, iapun tak mau memaksa. Ia yakin apabila nanti Calvin merasa perlu untuk menceritakannya, pasti akan diceritakannya pada Andre.

Saat belajar bersama malam itu, Calvin banyak terdiam. Andrelah yang selalu berusaha memancing percakapan.

“Senin depan kita udah ujian akhir ya Vin,” celetuk Andre sambil menulis angka perhitungan mekanika di buku tulisnya.

“Iya Ndre,” sahut Calvin pendek.

“Gue bisa lulus gak ya? Rasanya pikiran Gue masih mumet karena kejadian kemaren,” sambung Andre sambil melirik wajah ganteng Calvin yang tepekur menatap buku fisika didepannya.

“Elo harus berusaha semaksimal mungkin Ndre,” jawab Calvin tanpa menolehkan pandangannya.

“Tapi Gue ragu Vin, Elo tau kan beratnya masalah Gue,”

“Iya sih, tapi jangan sampe masalah Elo semakin berat dengan tidak lulusnya Elo. Semua kita punya masalah Ndre dan upayakan jangan kita sampai terpuruk dengan masalah itu,” ini jawaban Calvin yang lumayan panjang. Tapi tetap aja dia menjawab tanpa menoleh pada Andre.

“Iya Vin, Gue akan berusaha. Gue yakin masalah Elo juga sama beratnya dengan Gue. Buktinya Elo banyak diam aja malam ini,” pancing Andre soal kediaman Calvin.

“Ndre, maaf kalo Gue gak bisa cerita ke Elo. Bukan karena Gue gak percaya Elo. Tapi Gue rasa biarlah masalah ini Gue simpan sendiri,” sahut Calvin. Kali ini ia menoleh pada Andre dan menatap lama pada mata elang sahabatnya yang keren itu. Andre jadi deg-degan melihat tatapan Calvin itu. Sangat tidak biasa. Sepertinya sejuta beban tergambar di matanya.

“Gue ngerti. Yang pasti Gue selalu ada untuk dengerin masalah Elo. Seperti Elo selalu ada dengerin masalah Gue,” akhirnya Andre menjawab dengan bijaksana. Ia tidak mau pancingannya agar Calvin menceritakan masalahnya pada dirinya membuat sahabatnya itu menjadi tidak nyaman berdekatan dengannya.

“Makasih Elo bisa ngertiin Gue Ndre,” Calvin menjawab sambil tersenyum meski senyum itu tidak lepas. Hanya sebuah senyum getir yang terasa dipaksakan.

“Gue akan selalu ngertiin Elo sobat. Karena emang kita udah sama-sama mengerti keinginan kita bersama. Apalagi keinginan yang satu ini,” kata Andre tersenyum. Jemarinya mengelus selangkangan Calvin sambil mengerlingkan matanya nakal. Ia mencoba mengalihkan suasana yang tiba-tiba terasa kaku.

“Ihhh.. apaan sih? Lagi belajar juga,” kata Calvin pura-pura nolak. Namun elusan jemari sahabatnya itu sangat menggodanya. Andre lega. Kekakuan suasana mulai mencair.

“Udah kangen sih. Kan udah lama..,” sahut Andre cuek. Bibirnya mencium lembut hidung mancung sahabat gantengnya itu.

“Baru berapa hari juga…,” sahut Calvin lirih. Dipejamkannya matanya. Menikmati ciuman lembut Andre di ujung hidungnya.

“Tapi rasanya udah lama banget…,” suara Andre juga terdengar lirih. Nafasnya hangat berhembus halus di hidung Calvin.

“Ujian akhir udah dekat lho Ndre,” jawab Calvin sambil menggesek-gesek hidungnya di bibir dan dagu Andre.

“Iya. Tapi birahi Gue tetap aja lebih dekat dari ujian,” kata Andre. Mulutnya bergerak turun ke leher Calvin yang putih. Jakun sahabat tersayangnya itu dielusnya lembut dengan ujung lidahnya.

“Dasar.. ahh…,” Calvin mengerang. Birahinya menggElora kini. Tangannya segera melingkari pinggang ramping Andre. Mengelus-elus sambil menikmati ciuman Andre yang menggoda.

Dan akhirnya seluruh pakaian mereka lepas dari tubuh mereka yang ramping atletis. Mereka melaju dalam bahtera birahi yang menggElora. Penuh kemesraan. Andre menyetubuhi Calvin penuh kelembutan. Penuh perasaan.

Berbagai kata mesra meluncur dari mulut mereka. Semakin menambah kehangatan persenggamaan keduanya, seperti layaknya pasangan suami istri saja. Namun percumbuan itu jauh dari kesan banci. Keduanya tetap bersikap gagah seperti keseharian mereka. Namun mesra. Sangat mesra malah.

“Gue sayang Elo Vinhh… ohhh…. ohhh…,” kata Andre sambil menciumi leher Calvin lembut.

“Gue juga Ndre..ohhh… oghhh.. sayang banget..,”

“Gue gak mau berpisah dengan Elo Vinhh… ohhh… meskipun setelah Gue nikah nantihh… aoohhh…oohhh..,”

“Iya Ndrehhh… iyahhh…. jangan pernah berpisah dari Guehhh…,”

“Gue akan bagi sayang Gue pada istri Gue nantihh dan Elo Vin…aoohhh…,”

“Juga kontol Elo kan Ndrehh….,”

“Pasti Vinhh ahhh.. ahh.., pastihhh…,”

“Gue suka banget kontol Elohh Ndrehh.. sukahh.. ahhh… ahhh…,”

“Kenapa suka Vinhh… kenapa?”

“Abis enak banget Ndrehhh…gemukk….panjang…. ahhh….pantathh Guehh rasanya penuhhh… ahhhh…,”

“Gue juga sukah pantat Elohh Vinnhhh… ahhh… ahhh….. seretthhh… ahhh…apalagihhh kalo Elo puter kayak ginihhhh.. aohhh…. puter terus sayanghhhh.. ahhh… terusshhh….,”

“Elo suka Ndrehhh… ahhh…,”

“Sukahhh… bangethhh….. enak bangethhh..,”

Calvin terus menggerakkan pantatnya memutar dengan lembut. Andre sangat keenakan. Ia terus menggenjot pantatnya maju mundur dengan lembut. Tangannya mengocok-ngocok kontol Calvin yang keras.

Setelah setengah jam memacu birahi, keduanya orgasme bersamaan. Tubuh keduanya langsung terasa sangat lelah. Kemudian mereka berpelukan penuh kasih sayang sambil berciuman mesra. Mengakhiri percumbuan mereka yang terasa sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya.

Andre akhirnya menginap di rumah Calvin malam itu. Tentu saja mereka mengulangi lagi persenggamaan itu beberapa kali dengan diselingi tidur sejenak untuk mengembalikan stamina yang terkuras. Mereka ngentot berdua dengan penuh kemesraan hingga pagi. Bergantian saling menyodomi lobang pantat pasangannya. Mau tak mau Calvin harus mengganti lagi spreinya keesokan paginya. Karena sprei putih itu tempat alas tidur mereka sudah ternodai dengan ceceran sperma mereka yang banyak.

Meskipun keduanya sudah berusaha selama ini, namun ternyata mereka tak kuasa juga menghindari saat rasa sayang mulai bersemi di antara mereka. Rasa sayang yang terasa aneh, karena tumbuh diantara dua lelaki yang sama-sama jantan.

Sepekan kemudian keduanya disibukkan dengan kegiatan ujian akhir nasional. Selama sepekan itu Calvin semakin telaten membimbing sahabat tersayangnya Andre. Setiap malam mereka belajar bersama membahas pelajaran yang akan diujikan esok hari. Sepekan itu pula Andre menginap di rumah Calvin. Selama sepekan itu pula Andre lepas dari tatapan penyesalan sang papa yang kadang membuatnya kasihan diantara perasaan marahnya. Meskipun kelakuannya tak berbeda dari sang papa, namun tetap saja Andre tidak (atau mungkin belum) bisa menerima kenyataan tentang papanya itu.

Ujian akhir nasional akhirnya usai juga. Mereka hanya tinggal menunggu hasil ujian akhir diumumkan dua pekan lagi. Andre dan Calvin lega karena merasa sudah bebas dari sebagian beban. Kini tinggal menunggu ujian SPMB saja.

Keduanya merasa optimis bahwa ujian akhir nasional ini dapat mereka lalui dengan baik. Menurut kalkulasi mereka, dengan membahas soal-soal yang diujikan, nilai yang mereka peroleh cukup bagus. Calvin merasa bangga karena ternyata ketelatenannya membimbing Andre membuahkan hasil yang baik. Saat ujian, Andre dapat menyelesaikan soal-soal fisika dengan sukses.

Kegiatan corat-coret pakaian sekolah langsung dilakukan pada hari terakhir ujian. Meskipun pengumuman kelulusan masih dua pekan lagi, namun nampaknya seluruh siswa-siswi SMA Dwi Warna optimis akan lulus. Tak ada lagi warna seragam putih abu-abu hari itu. Semua seragam sudah berubah warna-warni berasal dari semprotan cat.

SMA Dwi Warna ramai dengan cEloteh dan teriakan-teriakan para siswa. Semuanya meluapkan kegembiraan karena usai ujian. Para guru hanya melihat-lihat saja aksi siswa-siswinya itu dari ruangan guru. Wajah mereka juga terlihat gembira. Kadangkala mereka tertawa-tawa geli melihat tingkah polah siswa-siswinya.

Dengan pakaian seragam penuh warna, Andre dan genknya kemudian nongkrong di kantin. Tentu saja ikutan pula rombongan cewek-cewek mereka. Andre mentraktir mereka semua karena ia merasa sangat bahagia hari itu. Semua mata ujian dapat dilaluinya dengan sukses.

“Pesta di villa Cindy kayaknya asik deh,” celetuk Wisnu tiba-tiba diantara obrolan mereka yang ngalor ngidul. Rupanya ia memancing teman-temannya untuk mengulang kembali kisah seru di villa Cindy beberapa hari yang lalu.

“Apalagi kalo Tante Vonny juga diajak,” tukas David menanggapi pancingan Wisnu.

Cowok-cowok yang laen langsung nyengir. Mereka pun ramai bercEloteh mendukung usulan Wisnu. Hanya Andre yang terlihat enggan. Ia tidak turut berkomentar. Pura-pura asik bicara serius dengan Cindy, sang kekasih yang duduk rapat disisinya.

“Gimana Ndre?” tanya Cindy pada sang pacar, rupanya diapun terpancing pada usulan mesum itu. Melihat gelagat cowoknya yang terlihat enggan maka Cindy merasa perlu mengkonfirmasikan dulu pada Andre. Apakah ia beneran enggan atau cuman pura-pura enggan doang.

“Mmmm… boleh juga. Tapi jangan hari ini deh. Minggu depan aja. Hari Sabtu kita berangkat, terus nginep sampai hari minggu,” kata Andre menolak secara halus. Ia memandang Calvin yang sedang duduk disamping Silvia. Mereka punya rencana sendiri rupanya.

“Emang kalo hari ini kenapa Ndre?” tanya Taufik.

“Gue bElon pamitan. Lagian bokap ama nyokap Gue lagi gak ada di rumah. Minggu depan baru balik,” kata Andre beralasan. Padahal orang tua Andre sedang tidak kemana-mana dan kalaupun orang tuanya tidak pulang ke rumah setahunpun gak ada masalah buat Andre untuk pergi ke mana saja.

Rencana pesta di villa pun batal. Teman-teman Andre yang lain keberatan apabila berangkat minggu depan. Mereka sudah punya rencana masing-masing rupanya. Cindy lalu mengatakan akan membuat acara pesta sex di rumahnya saja hari itu. Akhirnya semua setuju akan ngumpul di rumah Cindy sore nanti.

Pukul satu siang, rombongan Andre bersiap-siap untuk pulang. Suasana kantin juga sudah mulai lengang. Satu persatu atau berombongan siswa-siswi yang lain pun sudah berpulangan.

“Elo pulang duluan aja ya Cin,” kata Andre pada Cindy saat ceweknya itu mengajaknya pulang bareng.

“Emang Elo mau kemana Ndre? Kok gak mau pulang bareng?” tanya Cindy dengan gaya merajuk manja.

“Gue mau ketemu Pak Simangunsong dulu bareng Calvin. Udah janjian, ada yang mau dibicarain. Jangan cemberut gitu dong. Jadi jelek deh,” kata Andre merayu. Dia tak mau Cindy merajuk saat itu. Andre dan Calvin punya sebuah rencana rahasia yang tidak mau gagal mereka laksanakan karena Cindy merajuk.

“Mmmmmm…. oke deh. Tapi kalo urusannya udah kelar telpon Gue ya sayang. Kangen nih,” kata Cindy makin manja. Ternyata rayuan Andre berhasil juga membuat gadis itu tidak merajuk. Cindy kini malah gelendotan di lengan kekar Andre. Teman-teman mereka yang ada disana bersorak-sorak melihat pameran kemesraan dari Cindy itu. Andre lalu menghadiahi sebuah ciuman kecil di pipi mulus kekasihnya itu.

Setelah itu Cindy dan teman-teman mereka yang lain pamitan pada Andre dan Calvin. Setelah semuanya pergi dari kantin Andre dan Calvin segera pergi menemui Pak Simangunsong di ruangannya. Pertemuan dengan Pak Simangunsong hanya sebentar saja. Tak sampai lima belas menit. Karena kepala sekolah yang merangkap guru fisika itu juga pengen buru-buru pulang. Pak Simangunsong banyak memuji kemajuan akademik Andre, sekaligus juga memuji Calvin yang berhasil membantu Andre. Keduanya tersenyum senang dipuji oleh gurunya itu. Pak Simangunsong juga menanyakan persiapan Andre untuk seleksi taruna Akmil. Guru satu ini memang sangat perhatian pada Andre. Setelah pembicaraan usai, Pak Simangunsong pun pulang.

Setelah ditinggalkan oleh Pak Simangunsong, keduanya segera melangkah dengan tergopoh-gopoh menuju kelas Andre di lantai dua. Keduanya celingak-celinguk memastikan tidak ada orang lain di lantai dua selain mereka. Setelah yakin situasi aman terkendali, keduanya memasuki kelas itu. Begitu masuk Andre langsung menutup dan mengganjal pintu kelas dengan kursi. Pintu itu memang tidak ada kuncinya. Kemudian matanya menatap Calvin yang sudah duduk di atas meja guru. Andre tersenyum mesum pada Calvin.

“Elo ada-ada aja Ndre. Bener-bener nekat deh. Kalo ketahuan gimana?” kata Calvin sambil membalas senyuman Andre.

“Ketahuan gimana? Kan udah pulang semuanya,” sahut Andre sambil berjalan mendekati Calvin. Setelah dekat ia berdiri rapat di depan Calvin. Jemarinya meraba dada bidang Calvin yang masih tertutup seragam SMA. Dasar sableng, rupanya mereka akan bercinta di kelas.

Satu persatu kancing kemeja putih Calvin dilepaskan Andre. Setelah terlepas semua mulutnya langsung menyerbu puting dada Calvin yang merah muda.

“Slurrpppp..,” suara isapan mulut Andre. “Dah lama Gue pengen bercinta dengan Elo berdua aja di kelas Vin,” kata Andre. Kemeja Calvin tak dilepaskannya dari tubuh Calvin.

Calvin menikmati sedotan dan kuluman Andre di dadanya. Desahan keluar dari mulutnya. Cukup lama Andre bermain-main dengan dada Calvin. Setelah puas ia turun ke bawah. Menuju selangkangan sahabatnya itu.

Dibukanya resleting celana Calvin dengan terburu-buru. Tak sabar mengeluarkan isinya yang sudah terlihat mengeras dari balik celana. Tangan Andre segera mengeluarkan kontol Calvin dari balik celana dalam putih yang dikenakan cowok itu. Begitu kontol itu keluar dari sarangnya, mulut Andre langsung melahap dengan buas. Kontol Calvin yang kuning langsat kemerahan itu dikulumi Andre dengan penuh birahi.

Mereka rupanya ingin bercinta cepat. Kuatir kalo berlama-lama seluruh pintu sekolah akan dikunci penjaga sekolah. Kini gantian Calvin yang memuluti kontol Andre. Wajah ganteng Calvin bergerak maju mundur didepan selangkangan Andre. Mereka berdua tetap menggenakan seragam sekolah mereka, hanya kancing kemeja dan resleting celana mereka saja yang terbuka. Bahkan Calvin tak membuka kaca matanya saat itu.

Setelah puas saling bergantian mengoral, Andre kemudian meminta Calvin bertelungkup di atas meja guru. Kedua kaki Calvin menjuntai ke lantai. Andre menarik celana abu-abu dan celana dalam Calvin hingga sebatas lutut. Mulutnya langsung melakukan rimming di pantat Calvin yang putih. Calvin mengerang-erang tertahan. Kuatir suaranya kedengaran dari luar.

Usai rimmingAndre bersiap-siap melakukan penetrasi. Celana sekolahnya diturunkannya juga sebatas lutut. Seragam sekolah tetap mereka kenakan. Tanpa berlama-lama lagi Andre langsung menyodomi Calvin. Pantatnya menghentak-hentak dengan keras. Suara tepukan terdengar keras karena beradunya buah pantat Calvin dengan paha Andre. Meja guru berderak-derak akibat goyangan pantat keduanya. Wajah ganteng keduanya meringis-ringis keenakan.

Setelah beberapa saat mereka bertukar posisi. Andre menyuruh Calvin tidur telentang. Kedua kaki Calvin diangkat Andre dan kemudian dimiringkan ke sebelah kiri. Karena kedua kaki Calvin yang merapat, maka celah lobang pantat Calvin dirasakan Andre menjadi sangat sempit. Andre keenakan. Mulutnya mendesis-desis.

Beberapa menit kemudian Andre meminta Calvin bertukar posisi lagi. Ia menarik Calvin ke salah satu kursi murid. Andre kemudian duduk di kursi itu. Calvin mengerti apa yang diinginkan Andre. Membelakangi Andre, Calvin kemudian duduk diatas pangkuan sahabatnya itu. Pantatnya bergerak naik turun mengeluar masukkan kontol Andre yang mengacung tegak ke atas.

Andre menciumi leher belakang Calvin sambil mengelus-elus kontol Calvin yang juga tegak keras. Segala erangan dan desahan keluar dari mulut mereka. Mereka mengentot dengan liar. Seperti layaknya bintang filim bokep. Andre kemudian meminta Calvin bertukar posisi lagi. Mereka ngentot sambil berdiri. Kaki kiri Calvin naik ke atas kursi. Tubuh Calvin sedikit membungkuk. Tangan kanannya berpegangan pada sandaran kursi. Dari belakang Andre memboolnya dengan keras dan cepat. Tubuh keduanya basah kuyup. Kemeja putih mereka basah bersimbah keringat. Rambut Calvin yang keriting ikal juga basah. Pun rambut cepak Andre.

Akhirnya persetubuhan itu harus mereka sudahi juga. Dalam posisi Calvin berbaring diatas meja dan Andre bersimpuh diantara selangkangan Calvin keduanya orgasme bersamaan. Sperma mereka tumpah ruah membasahi meja.

Dengan tubuh masih basah kuyup dan kelelahan mereka meninggalkan kelas di lantai dua itu. Keduanya tertawa geli melihat ceceran sperma mereka di atas meja tempat mereka memacu birahi tadi. Keduanya sepakat membiarkan saja ceceran sperma itu tetap lekat di atas meja sebagai kenang-kenangan. Selanjutnya mereka keluar kelas sambil terus tertawa-tawa geli mengingat kenekatan mereka.

Namun tawa mereka langsung berhenti saat melihat secarik kertas putih tertempel di pintu bagian luar ruang kelas. Pada kertas itu terdapat tulisan tangan awut-awutan yang membuat wajah keduanya pucat pasi. Bunyi tulisan itu adalah : “GUE UDAH LIAT APA YANG ELO BERDUA KERJAIN DAN UDAH GUE REKAM DI PONSEL GUE. TUNGGU AJA KEHEBOHAN YANG BAKAL TERJADI!”

“Ndre…. gimana dong?” Calvin panik. Andre apalagi.

“Sial! Kerjaan siapa nih,” kata Andre keras. Ia berusaha menutupi kepanikannya dihadapan Calvin.

“Jangan-jangan penjaga sekolah Ndre,” kata Calvin.

“Gak mungkin. Mana punya ponsel tuh orang. Ini pasti kerjaan siswa juga. Tapi siapa ya?” Andre bertanya sendiri. Pertanyaan yang tak perlu mendapat jawaban. Andre segera merobek kertas itu menjadi bagian-bagian yang sangat kecil. Wajahnya berkerut. Ia berpikir keras. Kemudian ia memeriksa ruang-ruang kelas yang terletak di sebelah kelasnya. Namun tentu saja ia tidak menemukan apa-apa disana. Orang itu pasti tidak bodoh untuk tetap diam di tempat itu.

Keduanya pusing. Sesaat saja keceriaan mereka lenyap sudah. Berganti kebingungan dan lama-lama menjadi ketakutan.

“Ndre, kalo kejadiannya kayak bokep ITENAS gimana dong? Gue gak bakalan bisa berani untuk ketemu orang-orang lagi deh. Ini pasti lebih heboh. Banget malah. Bayangin aja, dua laki-laki ketangkap basah sedang ngentot. Masih remaja lagi. Dan di ruang kelas pula,” kata Calvin sedih. Rasanya hari itu menjadi hari yang paling sial buatnya, seumur hidupnya. Kemarin ia pikir kekejian Dion adalah masalah yang sangat berat buatnya. Tapi kini datang lagi masalah yang lebih berat.

Kata-kata Calvin tidak dijawab oleh Andre. Namun tak urung pernyataan Calvin itu membuat kepalanya puyeng tujuh keliling. “Lebih baik kita sekarang pulang aja deh Vin. Kita mikirin hal ini di rumah Elo aja. Badan kita sama-sama udah capek. Semakin capek karena kekurangajaran orang yang kita tidak tahu siapa,” ajak Andre pada Calvin. Dengan sedih Calvin mengikuti langkah Andre menuju ke pintu gerbang sekolah.

Penjaga sekolah terlihat bingung melihat mereka berdua. Apalagi melihat tubuh mereka yang basah kuyup bersimbah keringat. Kebingungan penjaga sekolah ini semakin meyakinkan Andre bahwa tidak mungkin penjaga sekolah tahu apa yang mereka kerjakan. Pada penjaga sekolah itu Andre beralasan kalau tadi mereka mengerjakan sesuatu di ruang OSIS sehingga terlambat pulang.

Tiba-tiba otak Andre berpikir cepat. Pasti penjaga sekolah melihat orang yang pulang terakhir sebelum mereka. Baik itu siswa atau mungkin guru. Andre langsung bertanya pada penjaga sekolah itu, “Pak tadi sebelum kami pulang, yang pulang paling akhir siapa ya?”

“Mmmm… siapa ya. Kayaknya anak kelas satu deh, kalo enggak salah. Cuman Bapak kurang kenal. Anaknya gak terkenal kayak Mas Andre sih,” sahut penjaga sekolah itu.

“Anak kelas satu? Cowok apa cewek?” tanya Calvin cepat. Hatinya sedikit lega. Ada titik cerah.

“Cowok, kenapa?”

“Anaknya gimana Pak?”

“Kulitnya putih, badannya agak tinggi tapi langsing gak kayak Mas Andre dan Mas Calvin yang kekar begini,” sahut penjaga sekolah mantap. Ingatannya rupanya oke juga.

Andre dan Calvin segera pamit pulang. Sepanjang perjalanan pulang, dengan berboncengan sepeda motor Andre, kedua cowok itu diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Mencari-cari sosok siswa kelas satu yang mirip dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh penjaga sekolah tadi. Namun sampai tiba di rumah Calvin mereka tak menemukan petunjuk sedikitpun siapa kira-kira pengintip itu.

Serial Andre dan Calvin part 12 : Hari Paling Sial. There are any Serial Andre dan Calvin part 12 : Hari Paling Sial in here.