Dunia Esensi



Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi

Cindy yang baru saja orgasme terduduk lemas di kursi. Disampingnya, Andre menciuminya dan mengelus-elus rambutnya dengan sayang.

“Puas dengan hadiahnya sayang?” tanya Andre lembut.

“Puas banget Ndre. Tante emang pinter banget,” katanya dengan suara lemas. Tante Vonny tersenyum melihat keponakannya yang puas atas pekerjaannya tadi.

“Oke. Cindy kan sudah dapat hadiah dari semuanya. Sekarang kita lanjutin lagi permainannya ya. Tapi sebelumnya kamu ambil dulu Sep, bir yang ada dibelakang. Biar lebih menghangatkan suasana,” perintah Tante Vonny pada Asep. Dengan segera Asep segera ke dapur, tak lama ia sudah kembali dengan satu kerat bir.

Sambil minum-minum Tante Vonny kemudian menjelaskan permainan selanjutnya. “Dalam permainan ini Cindy harus menutup mata dengan kain hitam ini. Kemudian musik dihidupkan dan para cowok harus telanjang bulat seluruhnya dan berjalan melingkar mengelilingi Cindy. Nanti saat musik berhenti semua cowok harus berhenti dan berdiri diam. Cindy silakan memegang salah satu cowok dan dalam waktu paling lama sepuluh detik harus menebak siapa cowok yang dipegangnya itu. Kalau tebakan Cindy benar, maka Cindy boleh ngentot dengan sang cowok itu. Tapi kalau tebakannya salah maka yang dapat rezeki adalah Andre. Ia boleh memilih satu cewek disini untuk dientot,”

Cowok-cowok bersemangat mendengar permainan itu. Apalagi Andre. Matanya segera mancari-cari Serly. Ia berharap pada kesempatan pertama Cindy salah menebak, sehingga ia dapat segera menghajar memek sepupu Cindy yang cantik dan masih perawan ting-ting itu.

Permainan dimulai. Cowok-cowok segera berdiri mengelilingi Cindy. Tante Vonny menghidupkan musik dari tape yang ada di ruang tamu itu. Semua cowok ganteng yang bugil itu berjalan mengelilingi Cindy.Cewek-cewek bertepuk tangan dengan riuh. Udara malam Sukabumi yang dingin tak lagi mereka hiraukan.

Musik tiba-tiba dihentikan oleh Tante Vonny. Semua cowok berdiri diam. Cindy kemudian berjalan ke arah Ruben. Dipegang-pegangnya tubuh cowok itu. Kemudian tangannya mengacak-acak rambut Ruben. Tangannya yang lain meremas kontol cowok itu. Kebingungan sehingga menghinggapinya. Ruben dan Robin memang sangat mirip. Cindy menyadari bahwa saat ini yang dipegangnya adalah salah satu dari cowok kembar itu. Tapi ia tak tahu siapa, apakah Robin atau Ruben. Anak-anak mulai menghitung angka satu sampai dengan sepuluh.

Pada hitungan yang kesepuluh akhirnya terlontar sebuah nama dari mulut Cindy.

“Robin,” katanya. Semua yang hadir bersorak riuh. Cindy membuka kain penutup matanya.

“Kok salah sih Cin, Gue Ruben,” kata Ruben kecewa. Hasratnya untuk menggumuli Cindy kandas. Andre yang duduk di sofa menyeringai senang. Akhirnya kesempatan yang sudah dinantikannya sejak berangkat dari Jakarta tadi kesampaian juga.

“Hehehe. Cindy sayang, Gue ngentot Serly ya,” katanya girang. Cindy hanya cemberut. “Jangan cemberut dong sayang. Ini kan cuman permainan,” katanya mencium pipi ceweknya itu. Kemudian segera didekatinya Serly. Sepupu Cindy itu menunduk malu didatangi oleh kekasih sepupunya yang ganteng itu. Serly pun sebenarnya sudah lama menginginkan Andre. Dan akhirnya kesempatan itu datang juga.

“Ser, ayo buka baju kamu,” katanya pada Serly. Cewek cantik itu langsung mEloloskan seluruh pakaiannya dihadapan Andre. Tubuh langsingnya yang baru terbentuk itu terlihat sangat indah. Garis memeknya sangat rapat. Menandakan belum pernah dimasuki oleh benda bulat panjang apapun. Jembut tipis menghiasi memeknya.

“Ngentotnya disini?” kata Serly pada Tante Vonny.

“Iya dong sayang,” jawab sang tante tersenyum pada Serly. “Ingat lho Ndre, kamu hanya punya waktu sepuluh menit. Orgasme atau enggak orgasme kalau lewat dari sepuluh menit harus selesai. Biar ada kesempatan buat yang lain.”

“Oke tante,” jawab Andre. Mulutnya segera menyerang buah dada Serly yang mungil dan padat. Dijilat-jilatnya pentil merah muda Serly. Cewek itu mengerang-erang. Mengingat waktu yang singkat, Andre tak berlama-lama berkonsentrasi di tetek. Mulutnya segera mengejar celah sempit Serly. Serly langsung disuruhnya duduk mengangkang di sofa. Lidahnya segera menjelajahi garis tipis itu. Disodokkannya ujung lidahnya disana. Mencari-cari itil Serly yang masih tersembunyi.

Begitu ditemukannya itil itu, langsung dihisapnya dalam-dalam. Serly mengerang keras,”Ahhhhhhhhhh,” katanya. Cindy mau tak mau terbakar cemburu juga menyaksikan kekasihnya menggumuli sepupunya sendiri. Sambil menjilat, Andre menyusupkan jari telunjuknya ke celah itu. Ia memang harus melakukan itu agar celah sempit Serly sedikit mElonggar.

Jari Andre menyodok-nyodok disana. Serly mengerang-erang. Mulutnya menganga. Andre kemudian membaringkan tubuh Serly di sofa. Kemudian dengan posisi terbalik dinaikinya tubuh Serly.

“Kamu isep kontol Gue ya Ser,” katanya. Andre memang memerlukan kuluman Serly, agar kontolnya basah dan licin hingga nanti mudah dimasukkan ke memek. Serly mengangguk mengiyakan. Mulutnya segera mengulum batang besar itu. Andre tetap berkonsentrasi di memek Serly. Semua yang hadir terbuai birahi. Masing-masing meremas alat vitalnya.

Lima menit berlalu. Andre segera merubah posisi. Kini ia bersiap-siap untuk melakukan penetrasi di memek Serly. “Tahan sakitnya ya Ser,” katanya. Tangannya melebarkan paha Serly.

“He eh,” jawab Serly pelan.

Ujung kepala kontol Andre membelah memek Serly. Perlahan-lahan didorongnya batangnya memasuki celah sempit itu. Serly mengeden. Memeknya terasa penuh. Sementara itu Andre merasakan batang kontolnya seperti dibungkus oleh daging empuk yang mencengkram kuat. Daging empuk itu dirasakannya mendenyut-denyut.

Dengan susah payah Andre terus mendorong kontolnya. Keringat mulai mengucur didahinya, demikian pula dengan Serly. Batang itu terus mendorong masuk hingga akhirnya mentok semua.

“Tiga menit lagi Ndre,” kata Tante Vonny mengingatkan. Andre kaget. Cepat amat, katanya dalam hati. Belum ngapa-ngapain juga. Harus sex cepat nih kalo gitu, batin Andre. Akhirnya tanpa mengacuhkan Serly yang belum pernah dientot sebelumnya, Andre segera melajukan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Serly terkejut. Dia sangat merasakan kesakitan pada memeknya. Tak disangkanya Andre akan memperlakukannya seperti itu.

Serly menjerit-jerit. Tapi tak ada satupun yang mempedulikannya. Meskipun Calvin merasa kasihan pada Serly namun melihat kelakuan Andre diatas tubuh sepepu Cindy itu ia merasa sangat bergairah. Andre terus melaju dengan cepat. Kontolnya terus bergerak cepat mengobok-obok memek sempit Serly. Dirasakannya kontolnya seperti diperas-peras. Dari hidungnya keluar dengusan-dengusan keras.

“Satu menit lagi,” ini suara Tante Vonny lagi. Andre semakin mempercepat genjotannya. Jeritan Serly makin keras. Akhirnya dengan satu hentakan keras, Andre menekan kontolnya dalam-dalam ke memek Serly. Spermanya muncrat menembaki dinding memek Serly dengan keras. Serly mengerang tertahan, antara sakit dan nikmat. Tubuh Andre jatuh menindih Serly dengan keras. Dari mulutnya keluar desahan berat. “Heghhh…,”

“Yak, waktu habis,” kata Tante Vonny. Diatas sofa Andre dan Serly masih mendengus-dengus menormalkan nafas mereka. “Ndre, kamu balik ke kursi kamu semula,” kata Tante Vonny.

“Masih capek nih tante,” jawab Andre lelah.

“Gak ada waktu lagi. Permainannya dimulai lagi,”

Dengan berat hati Andre bangkit dari tubuh Serly. Dicabutnya kontolnya dari lobang memek sempit itu. Begitu kontolnya tercabut, melelehlah sperma kentalnya plus darah perawan Serly dari lobang memek gadis cantik itu. Andre mencium pipi Serly sebagai ucapan terima kasih, lalu dengan tubuh telanjang dan kontol berkilat karena sperma dan darah Serly ia kembali menuju kursi tempat duduknya bersama Cindy tadi.

Dengan celana dalam Cindy yang terserak di lantai dilapnya kontolnya itu. Cindy mendelik kesal padanya. “Enak yah?” tanya Cindy seperti cemburu.

“Kurang Cin, habis buru-buru banget,” jawab Andre dengan senyum nakal.

“Ihhh,” Cindy mencubit perut cowoknya itu. Kemudian ia berdiri, bersiap untuk melanjutkan permainan. Seperti tadi, Cindy kembali menebak siapa cowok yang disentuhnya. Kali ini tebakan Cindy tak meleset. Batang kontol Asep yang sangat berbeda dibandingkan milik yang lain merupakan petunjuk utama buatnya. Dengan semangat, Cindy menarik tubuh Asep ke kursi dimana Andre duduk.

Sepuluh menit ke depan Cindy asik menggenjot kontol Asep dalam posisi Cindy duduk dipangkuan Asep.Ia sengaja membakar cemburu Andre yang hanya bisa mElotot melihat persenggamaan ceweknya dengan Asep itu. Dengan sengaja Cindy merintih-rintih keras-keras keenakan. “Ohh Sepp. Gede banget Sep. Ohhhh seret banget Sep………..,”

Apalagi saat Cindy membandingkan kontol Asep dengan kontolnya. Darah Andre terasa seperti mau mendidih. Namun ia berusaha untuk bersikap wajar.

“Ohhh… Ndreehhhh… enak banget Ndrehhh kontol Asephh. Lebih gede sayanghhh ohhhhhhh…,” erang Cindy.

Akhirnya malam itu hampir semua cowok mendapat kesempatan menggilir memek Cindy. Cindy benar-benar membakar kecemburuan Andre. Bagaimana Andre tidak cemburu melihat ceweknya dengan penuh gairah melayani nafsu teman-temannya yang gila sex itu.

Andre tak punya kesempatan banyak untuk membalas kecemburuannya itu. Hanya tiga kali saja kesempatan yang diperolehnya untuk mengentot cewek lain karena Cindy juga tiga kali gagal menebak siapa cowok yang sedang disentuhnya. Dua kali lagi kegagalan Cindy menebak dimanfaatkan Andre untuk memuaskan birahinya dengan mengentoti memek Serly kali kedua dan terakhir memek Tante Vonny yang sexy. Tak diacuhkannya ejekan cowok-cowok yang lain saat ia menggenjot Serly untuk kali kedua. “Doyan nih ye,” ejek mereka. Tanpa memperdulikan ejekan itu, dengan penuh semangat Andre terus menghajar memek Serly.

Andre benar-benar terpuaskan saat mengentot Tante Vonny. Sang tante benar-benar ahli dalam bermain cinta dan memahami daerah-daerah sensitif Andre. Sembari menghentak-hentakkan pantatnya dengan hentakan yang keras membalas hentakan Andre yang tak kalah keras dan kuat, jemari sang tante sibuk mengocok lobang pantat Andre. Sepuluh menit waktu bersenggama dengan sang tante benar-benar cukup memuaskan Andre. Spermanya tumpah ruah membasahi memek tante Cindy yang binal itu.

Melihat kenikmatan yang diperoleh Andre, teman-teman cowok Andre yang lain jadi tak sabar untuk dapat segera menikmati sang tante. Namun rupanya mereka belum punya kesempatan saat itu. Ketika jam hampir menunjukkan pukul tiga pagi, Tante Vonny mengakhiri permainan itu. Ia mengajak semuanya untuk beristirahat terlebih dahulu.

“Besok kita lanjutin lagi. Semuanya pasti dapat kesempatan. Sekarang kita tidur supaya besok gak capek banget,” katanya. Dengan malas mereka bergerak menuju kamar. Sedangkan Asep menuju kamar tidur pembantu yang terdapat di villa itu. Begitu sampe ditempat tidur, tanpa memperdulikan tubuh yang masih bugil cowok-cowok langsung terlelap tidur. Untuk mengusir dingin, mereka menarik selimut dan saling berpelukan erat dibawah selimut.

Hanya Andre yang masih terjaga. Begitu dipastikannya semua temannya sudah terlelap dibuai mimpi ia segera bangkit dari tempat tidur. Dengan hanya menggenakan sarung untuk menghalau udara dingin, ia berjalan menuju kamar Asep. Sebelumnya masih sempat ditenggaknya dua botol Fit Up Energy Drink yang memang dibawanya dari Jakarta. Dua botol lagi dibawanya ke kamar Asep.

Karena menenggak Fit Up Energy Drinkitu, kantuk di mata Andre langsung hilang. Tubuhnya kembali terasa segar. Saat dilewatinya kamar para cewek, dilihatnya pintu itu tertutup rapat.

Sesampaainya di kamar Asep ia mencoba memutar gerendel pintu. Kamar Asep ternyata tak terkunci. Rasa lelah rupanya menyebabkan Asep lupa mengunci pintu kamar. Diatas tempat tidur yang hanya cukup untuk satu orang itu dilihatnya Asep tidur lelap dengan memakai sarung. Didekatinya Asep. Dibukanya sarung cowok itu. matanya langsng menangkap bayangan indah kontol besar Asep yang tertidur.

Segera dibangunkannya Asep dengan mengguncang-guncang bahu cowok itu. Asep bangun dengan kaget.

“Ada apa mas?” tanyanya bingung.

“Minum nih!” perintah Andre.

“Buat apa?”

“Jangan banyak tanya. Minum aja,” Asep segera menenggak kedua botol fit up itu. Tentu saja kantuknya serta merta hilang.

“Sekarang berdiri disitu. Ayo ngangkang!” kata Andre lagi.

“Mau ngapain mas?” Asep makin bingung.

“Diam aja. Gak usah banyak tanya. Gue mau bikin perhitungan ke Elo,” kata Andre dingin.    

Asep segera berdiri merapat di dinding. Kemudian dikangkangkannya pahanya. Andre segera berjongkok dibelakang Asep. Dengan cuek segera dijilatinya lobang pantat Asep yang penuh dengan bulu-bulu kasar.

“Mashhh, mau diapain saya?”

Andre diam. Dia terus berkonsentrasi di pantat Asep. Jari-jarinya membuka celah sempit Asep, membuat cowok itu mulai mengerang-erang keenakan. Andre yang sudah panas, tak mau berlama-lama. Setelah dirasakannya cukup, segera ia berdiri dibelakang Asep. Tangannya membuka paha Asep semakin lebar. Lalu batang kontolnya disorongnya memasuki celah sempit Asep. “Ahhhhh… sakit mas. Saya bukan homo mas,” kata Asep mengaduh.

“Diem!” Andre membentak Asep. Ia terus mendorong kontolnya. Pelan-pelan kontolnya menyusup makin dalam. Asep mengerang terus. Tangannya mengepal menahan sakit. Otot-otot tubuhnya menegang.

Akhirnya kontol Andre berhasil masuk seluruhnya. Lalu dengan perlahan digoyangnya pantatnya. Dirasakannya lobang pantat Asep sangat seret dan menjepit batangnya. Bulu-bulu jembut kasar yang banyak disekeliling lobang pantat Asep membuat kontolnya geli dan menambah kenikmatan gesekannya.

Gerakan perlahan Andre mulai hilang. Goyangannya mulai cepat. Asep yang mengerang-erang kesakitan kini mulai meracau keenakan. Tubuh keduanya sudah basah bersimbah keringat. Andre terus melaju. Pantanya bergerak cepat. Tangannya meremas pinggang Asep yang ramping berotot.

Asep mendesah-desah. Tanpa disadarinya pantatnya sudah ikut begerak cepat membalas genjotan Andre. Mereka bergerak cepat seperti kesetanan. Dari mulut mereka keluar berbagai erangan, desahan, dan racauan. Andre merasakan spermanya akan segera memancar. Segera dicabutnya kontolnya dari lobang pantat Asep. Lalu didorongnya tubuh Asep duduk di ranjang. Kontolnya yang akan segera muncrat disorongkannya ke dalam mulut Asep. Akhirnya dengan sukses spermanya muncrat kedalam mulut pembantu ganteng itu.

Usai orgasmenya tiba Andre merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Nafasnya memburu. Asep memandangi Andre dengan bingung. Tak pernah dibayangkannya bahwa ia akan merasakan kontol cowok dalam pantatnya. Dan menelan sperma cowok. Meskipun sakit, namun ternyata ia merasakan nikmat juga.

“Kenapa Sep?” tanya Andre pada Asep tiba-tiba. “Serius banget ngeliatin Gue.”

“Enggak Mas Andre. Cuman saya bingung kenapa Mas Andre melakukan itu pada saya. Mas Andre homo ya?”

“Enak aja. Gak Elo liat tadi Gue ngentot dengan Serly ama Tante Vonny?”

“Iya sih, tapi…………,”

“Ini Gue lakuin karena mau balas dendam sama Elo. Masak Elo tadi enak-enak ngentot cewek Gue. Makanya sekarang Elo Gue kerjain,”

“Gitu ya,”

“Ya. Eh kontol Lo masih tegang aja tuh. Mau dikeluarin gak spermanya?”

“Boleh Mas,”

“Sini. Lo duduk di pinggir ranjang sini,” kata Andre pada Asep. Cowok itu mengikuti petunjuk Andre. Ia duduk di tepi ranjang dengan kaki terjuntai kebawah. Andre turun dari ranjang, berdiri membelakangi Asep dengan kedua pahanya dilebarkan ke kiri dan ke kanan. Andre
mengangkang dihadapan Asep dengan posisi buah pantat tegak lurus dengan batang kontol Asep yang mengacung tegak menunjuk langit-langit kamar. Kemudian Andre menekukkan kakinya. Buah pantatnya turun mendekati kontol Asep.

Setelah lobang pantatnya dirasakannya menempel di ujung kepala kontol Asep, Andre mulai menekan pantatnya perlahan-lahan. Mulut lobang pantatnya sedikit demi sedikit mulai menelan batang kontol Asep yang gemuk dan panjang itu. Kontol Asep terus masuk, menyusup ke dalam lorong lobang pantatnya. Andre menahan nafas.

Batang besar itu dengan sukses bersarang dalam lobang pantat Andre. Sejenak Andre mendiamkan perkakas Asep itu dalam lobang pantatnya. Mulutnya mencari-cari mulut Asep. Setelah mendapatkan mulut Asep, langsung Andre melumatnya dengan buas. Asep membalas ciuman itu dengan tak kalah buasnya sembari mengerang-erang keenakan. Erangan Asep adalah sebagai akibat dari perbuatan Andre yang sambil berciuman masih menyempatkan diri meremas-remas batang kontol Asep itu dengan gerakan kontraksi otot-otot lobang pantatnya.

“Gimanahh… Seph… Mmhhhhh…,” tanya Andre sambil terus melumat.

“Mmmmhhhh… ohhh… ohhhh… enakhhhh banget Mas… aouhhh…,” sahut Asep mengerang. Tangannya memeluk tubuh Andre erat-erat.

“Sekarang Elo Gue kasih yang lebih enak Sephhh… mmmhh…. Nikmatin nih lobang pantat Gue Sep,” kata Andre. Usai kalimat itu diucapkannya, Andre langsung melakukan gerakan menggenjot. Pantatnya bergerak naik turun. Kontol besar Asep keluar masuk lobang pantat Andre. Asep semakin keras mengerang. Ia sangat keenakan. Ini adalah kali pertama buatnya merasakan lobang pantat, milik cowok pula. Tak disangkanya, ternyata luar biasa nikmatnya.

Asep mulai melakukan gerakan balasan. Pantatnya menggenjot naik turun dengan kuat dan cepat. Pinggang Andre dipeluknya erat. Bibirnya menciumi punggung lebar Andre yang berotot. Jari-jarinya mengelus dada bidang Andre. Ia benar-benar tak menyangka betapa mengentot dengan cowok bertubuh atletis ini ternyata sangat luar biasa. Gairahnya menggElora. Asep sangat menikmatinya.

Tentu saja Andre merasakan enak yang luar biasa oleh genjotan Asep yang penuh semangat itu. Gesekan batang kontol Asep di lobang pantatnya sungguh terasa sangat nikmat. Tubuh Andre merinding saking keenakannya. Pantat Andre digoyangnya tak kalah cepat. Gerakannya menghentak-hentak keras dan kuat sambil sesekali melakukan gerakan memutar, membuat Asep bergeletar keenakan karena merasakan kontolnya seperti dipilin-pilin.

Sedang hot-hotnya kedua cowok itu mengentot, tiba-tiba pintu kamar Asep terkuak. Kepala Tante Vonny nongol dari balik pintu. Andre kaget. Reflek ia segera mElompat dari atas tubuh Asep. “Eh tante,” katanya, tangannya segera menutupi kontolnya yang sedang mengaceng tegak.

Kedua cowok itu sangat kaget dan ketakutan. Apalagi Andre, ia juga sangat malu kepergok oleh tante ceweknya sendiri dalam keadaan seperti ini. Bersetubuh dengan cowok. Kalo seandainya ia kepergok sedang bersetubuh dengan cewek lain, ia bisa cuek saja pada sang tante. Namun kepergok dalam keadaan begini rasanya Andre pengen mati saja. Keduanya berdiri tegak dengan tangan menutupi kontol masing-masing, menunduk tepekur menatap lantai. Tak tahu apa yang akan terjadi kemudian.

“Kok dihentikan sih. Kalian kan lagi seru-serunya. Lanjutin aja,” kata Tante Vonny. Tangannya mengangkat dagu Andre. Mata Andre bertatapan dengan mata Tante Vony. Senyum tersungging di bibir tante itu. Andre tak dapat memahami apa arti senyum sang tante saat itu.

“Ernggghhh….. Enggak ah tante. Kita cuman..ernghhh… cuman….,” kata Andre terbata-taba.

“Cuman apa?” sambung sang tante lagi.

“Erngghh… Cuman maen-maen.. doang tan…,” sahut Andre lagi. Wajahnya benar-benar pucat pasi saat itu.

“Maen-maenin silit ya? Hehe. Asik banget dong. Bener Sep asik banget ya?” kini Tante Vonny mengangkat dagu Asep. Cowok itu diam seribu bahasa. Bingung menjawab pertanyaan sang tante. “Jawab dong. Asik ya silit pacar ponakan tante ini? Bikin Elo nagih ya?” sambung Tante Vonny. Asep makin pucat wajahnya.

“Gak usah malu jawabnya. Tante juga nagih kok sama kontol ini Sep. Abis enak sih,” Tante Vonny nyerocos terus. Kini ia ngomong sambil meremas batang kontol Andre. Pacar Cindy ini hanya bisa terdiam seribu bahasa.

“Kok jadi diem sih. Tadi tante denger kalian banyak ngomong. Sekarang kok jadi pendiem banget sih? Ayo dong lanjutin lagi maennya. Sama tante kok malu-malu sih? Tapi tante boleh ikutan ya?”

“Erngg… Maksud tante?” tanya Andre bingung. Ditatapnya wajah Tante Vonny lekat.

“Kalian kan masih nanggung ngentotnya. Dilanjutin lagi aja, tapi tante ikutan ya?” sahut sang tante tersenyum, jemarinya meraba dada kedua cowok itu lembut.

“Tante mau ikutan?” Andre makin bingung.

“Yoi. Gak usah malu-malu. Tante udah biasa kok maen bertiga kayak gini. Gak ada masalah. Udah jangan bengong aja. Mulai dong. Atau perlu tante rangsang lagi nih kontol kalian. Oke deh,” sang tante langsung jongkok diantara Andre dan Asep. Mulutnya dengan lahap langsung mengulum kontol kedua cowok itu bergantian. Andre dan Asep hanya bisa berpandangan tak mengerti.

Namanya dioral terang saja kontol kedua cowok itu langsung ngaceng. “Nah udah keras nih. Kalian lanjutin lagi deh. Tadi Asep ya yang ngentot Andre. Udah, mulai lagi dong. Tadi sambil duduk ya. Sini Sep kamu duduk lagi di ranjang. Ndre kamu kemari juga dong, jangan bengong gitu dong. Kamu dudukin nih kontol Asep,” Tante Vonny sibuk mengarahkan posisi ngentot kedua cowok itu. Meski dihinggapi kebingungan kedua cowok itu mengikuti saja arahan Tante Vonny.

“Lo kok masih bengong juga? Mulai ngentot dong,” kata Tante Vonny melihat dua cowok yang sedang berpangkuan dimana kontol Asep sudah menyusup di lobang pantat Andre itu bengong memandanginya. Tante Vonny melepaskan seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat. “Andre sekalian jilatin memek tante ya,” katanya lagi. Didekatkannya memeknya ke wajah ganteng Andre.

“Ndre jilat dong. Pantat kamu gerakin dong kesian kan Asep dibiarin gitu,”

Andre tak habis pikir melihat tantenya Cindy itu. Namun diikutinya juga apa yang dikatakan sang tante. Mulutnya mulai menjilati memek sang tante yang rimbun jembut itu sambil mulai menggerak-gerakkan pantatnya naik turun dengan perlahan.

Tak memakan waktu yang lama ketiganya sudah hanyut dalam pesta sex memacu birahi. Genjotan-genjotan Andre dan Asep kini sudah sangat cepat dan bernafsu. Pantat mereka menghentak-hentak dengan keras. Mulut Asep sibuk menciumi dan menjilati tubuh kekar Andre. Sementara Andre sibuk mengobok-obok memek Tante Vonny. Ketiganya mengerang-erang, mendesah-desah, dan mendesis-desis.

“Ouhhh Ndreeehhhh enak banget ouhhh… isep yang keras itil tante sayanghh asshhhhh…,” racau Tante Vonny. “Tante suka banget sayang.. ahh…. Ouhhhh…,” tangannya meremas-remas rambut Andre.

Tante Vonny kemudian menduduki kontol Andre. Tubuhnya berhadapan dengan cowok ganteng itu. Mereka berpelukan sambil berciuman dan menggerakkan pantat. Andre benar-benar merasakan kenikmatan yang tiada tara. Kontolnya merojok-rojok memek Tante Vonny sementara pantatnya diobok-obok kontol Asep.

Nafas ketiganya sudah ngos-ngosan. Tubuh merekapun sudah basah bersimbah keringat. Namun mereka belum ingin menyudahi persenggamaan itu. Ketiganya terus bergerak-gerak memuaskan birahi.

“Kamu keenakan Ndrehhh? Shhh ouhhhh,”

“Iyah Tantehh oghhh.. enakhh bangethhh… ouhhh…,”

Bosan dengan posisi duduk ketiganya berganti posisi. Tante Vonny berbaring telentang di atas ranjang. Pahanya mengangkang lebar-lebar. Asep menindih sang tante, menyusupkan kontolnya ke memek Tante Vonny. Diatasnya Andre menindih Asep. Kontol Andre menghajar lobang pantat pembantu ganteng itu.

Sesekali Andre menggantikan Asep mengentot Tante Vonny. Dicabutnya kontolnya dari lobang pantat Asep, lalu diselipkannya di memek Tante Vonny. Sementara Asep yang masih menindih sang Tante sibuk menjilati buah dada sang tante yang besar dan padat sambil menggesek-gesek kontolnya di perut sang tante yang basah bersimbah keringat.

Ketiganya kembali berganti posisi. Sekarang Andre dan Asep melakukan double penetration pada Tante Vonny. Andre berbaring telentang di ranjang. Tante Vonny menelungkup di atas tubuh kekar Andre. Memeknya segera menelan kontol cowok itu. Asep menindih sang tante. Kontolnya disodokkannya ke lobang pantat Tante Vonny. Meskipun sudah berkali-kali orgasme dihajar oleh kedua pemuda ganteng itu Tante Vonny masih belum mau menghentikan persenggamaan itu. Staminanya oke juga.

Pesta ngentot itu akhirnya mereka sudahi dengan posisi yang sangat ekstrim. Kontol Asep dan Andre secara bersama-sama memasuki memek Tante Vonny. Kedua cowok itu bergerak cepat menghajar memek sang tante hingga keduanya menyemburkan sperma secara bersama-sama ke dalam memek sang tante. Bersamaan dengan itu Tante Vonny juga kembali orgasme.

Selanjutnya ketiganya tergolek lemah tak berdaya dengan tubuh basah bersimbah keringat dan nafas ngos-ngosan. Tak lama ketiganya tertidur. Tante Vonny tidur di tengah-tengah dalam pelukan kedua remaja ganteng itu.




Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi

Terburu-buru Dion menekan tombol terima panggilan di ponselnya. Dengan ini, sudah dua kali Desi menghubunginya. Dion tak mau rencananya untuk ngebor memek Desi batal hanya gara-gara sepupu Calvin itu ngambek karena Dion tidak menerima panggilan teleponnya.

“Halo sayang. Iya, sebentar. Sabar ya. Bentar lagi sepupu Elo kayaknya udah tidur deh,” sahut Dion menjawab Desi dengan suara berbisik-bisik melalui ponsel. Aksi pura-pura, seolah-olah dengan suara berbisik-bisik seperti itu menunjukkan kepada Desi bahwa ia tak mau suaranya akan menyebabkan Calvin tak bisa tidur. Dasar. Hehehe. Padahal saat itu Calvin sedang terbaring telentang di tengah ranjang sambil tertawa geli melihat kelakuan si Dion.

Dion meletakkan jari telunjuknya di bibir, isyarat kepada Calvin agar menghentikan tawanya. Ia tak mau suara tawa Calvin yang terkekeh-kekeh, meski pelan, itu terdengar oleh Desi. Bisa-bisa Desi curiga jadinya. Melihat isyarat Dion, Calvin menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Menahan suara tawanya agar tak terdengar.

“Bentar lagi Gue datang, tungguin ya,” Dion mengakhiri pembicaraan lalu meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. “Masak Gue keluar sekarang. Bisa-bisa kejadian deh perang dunia ketiga kalo dia liat Gue dalam keadaan begini,” katanya sambil mengerlingkan matanya dengan nakal pada Calvin.

Dion segera menuju kamar mandi. Sementara itu Calvin mengambil handuk kecil dari lemari pakaiannya. Cowok itu mengelap keringat dan sperma yang belepotan di tubuhnya sambil tetap terkekeh-kekeh melihat kelakuan Dion.

Terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi. Dion mandi, membersihkan tubuhnya dari bau sperma yang belepotan ditubuhnya itu. Ia tidak mau Desi mencium bau sperma di tubuhnya itu. Selesai membersihkan diri, Dion menggenakan pakaiannya kembali.

“Calv, Gue ke kamar Desi dulu yah. Mau nyetor sperma ke memeknya dia. Entar Gue balik lagi,” kata Dion nyengir.

“Masih tahan beneran nih?” tanya Calvin mengkonfirmasi.

“Gak percaya ya? Entar deh, abis ngebor Desi, Elo Gue kerjain lagi. Mau?” tanya Dion menantang.

“Gila!”

“Udah ah. Gue cabut dulu ya,”

“Eh, bentar,”

“Apa lagi sih?”

“Gue boleh ngintipin Elo berdua gak?”

“Ngintip?”

“Yoi,”

“Mmmm… terserah Elo deh,”

“Entar gorden jendela kamar, Elo buka dikit ya, biar Gue leluasa ngintipnya dari luar,”

“Oke,”

Dion meninggalkan Calvin dan menuju ke kamar Desi yang letaknya juga di lantai dua, tak jauh dari kamar Calvin. Ada empat kamar di lantai dua rumah besar milik keluarga Calvin. Satu kamar utama yang ditempati oleh papa dan Mama Calvin. Satu kamar Calvin. Dan dua kamar yang biasanya digunakan untuk tamu. Satu kamar untuk tamu adalah jatah khusus untuk Desi. Sedangkan satu kamar untuk tamu yang lain, jarang sekali digunakan.

Sepeninggal Dion, setelah mengelap keringat dan spermanya, Calvin melanjutkan acara membersihkan dirinya di kamar mandi. Tubuhnya yang tadi dirasakannya sangat lelah usai memacu birahi dengan Dion, kembali segar setelah diguyur air hangat dari shower. Tersenyum-senyum sendiri ia membayangkan kenikmatan yang tadi diperolehnya. Sekitar lobang pantatnya masih terasa gatal akibat gempuran batang kontol Dion yang besar itu.

Seusai mandi, dikenakannya kaos tanpa lengan plus celana pendek hawaii. Setelah itu ia bersiap-siap untuk mengintip aktivitas sex yang dilakukan sepupunya, Desi dengan Dion, sang pacar yang ternyata doyan ngesex sama cowok juga.

Rumah Calvin memiliki balkon di lantai dua. Setiap kamar memiliki pintu ke luar ke balkon itu. Dari balkon, Calvin dapat menuju semua kamar yang terletak di lantai dua itu. Saat kedua orang tunya tidak sesibuk sekarang, balkon itu juga sering mereka gunakan sebagai tempat ngumpul-ngumpul keluarga. Dari balkon, mereka bisa memandang ke kolam renang yang terletak di bawah di halaman samping rumah. Ada tangga yang menghubungkan balkon itu ke lantai bawah, sehingga apabila Calvin ingin berenang ia dapat langsung ke kolam renang dengan menuruni tangga itu.

Pelan-pelan Calvin membuka pintu kamarnya menuju balkon. Meskipun ia menduga kedua orang tuanya tak mungkin ke balkon tengah malam seperti ini, namun Calvin merasa perlu untuk celingak-celinguk terlebih dahulu, memastikan situasi balkon dalam keadaan aman terkendali.

Setelah dirasakannya aman, dengan berjalan berjingkat-jingkat, Calvin segera menuju ke arah kamar Desi. Ada jendela yang ditutup dengan gorden di setiap kamar, rencananya ia akan mengintip Dion dan Desi melalui jendela itu. Tadi ia menyuruh Dion untuk menyibakkan jendela kamar Desi sedikit, agar ia bisa melihat pertarungan cabul yang dilakukan oleh Dion dan Desi disana.

Sementara itu, di dalam kamar, Desi dan Dion sudah memulai aksi cabul mereka. Desi rupanya sudah tak sabar menahan birahinya lagi. Saat Dion tadi mendatanginya ke kamar, Desi sudah menyambutnya dalam keadaan bugil plus cemberut sedikit.

“Lama banget sih,” katanya sambil dengan penuh nafsu melepaskan seluruh pakaian Dion.

“Nafsu banget sih,” kata Dion tersenyum menggoda. Ia turut membantu melepaskan pakaiannya sendiri.

Kemudian keduanya segera saling melumat bibir dengan buas. Tubuh bugil mereka merapat. Buah dada Desi yang besar terjepit di tubuh atletis Dion. Jemari mereka meremas-remas dan meraba-raba tubuh pasangannya dengan penuh gairah.

“Tadi sebelum ke sini kan udah dua kali ngentot. Kok masih nafsu juga sih sayang?” tanya Dion menggoda Desi.

“Biarin. Abis enak banget sih ngentot sama kamu. Memek gua gak nahan nih, pengen disodok-sodok lagi dengan kontol kamu yang segede timun ini,” jawab Desi sambil meremas batang kontol Dion yang sudah mengacung tegak.

“Doyan ya?”

“Banget,” Desi sudah jongkok diantara ke dua kaki Dion. Mulutnya segera menyambar batang besar milik Dion dan mengulumnya dengan penuh gairah. Dion melebarkan belahan pahanya yang kokoh dan gempal berotot itu. Tersenyum-senyum dipandanginya wajah Desi yang sedang asik menyElomoti batangnya. Dua saudara nyepong batang Gue malam ini, katanya dalam hati.

Desi dan Calvin memang memiliki wajah yang hampir mirip. Rambut merekapun sama-sama ikal. Melihat Desi sedang melakukan oral padanya seperti itu, tiba-tiba mengingatkan Dion pada permintaan Calvin tadi. Agar ia menyibakkan sedikit gorden jendela agar Calvin dapat mengintip ke dalam.

Namun saat ini Dion belum dapat melakukan itu, sebab jarak antara jendela dan posisinya berdiri saat ini masih cukup jauh. Akhirnya, Dion menunda dulu untuk mengusahakan menyibak goden jendela kamar Desi. Menurutnya lebih baik saat ini ia menikmati saja kuluman Desi di kontolnya. Sebab kuluman yang dilakukan oleh sepupu Calvin itu sangat nikmat dan membuat tubuhnya bergetar keenakan. Tangannya meremas-remas rambut ikal Desi.

Di balkon, Calvin hanya bisa ngedumel dalam hati karena tak bisa melihat apa yang terjadi di dalam kamar Desi. Jendela kamar yang tertutup rapat dan kain gorden yang tak tersibak sedikitpun, membuatnya tak bisa untuk mengintip ke dalam.

Matanya tetap awas mengamati situasi balkon. Saat matanya terarah ke kamar kedua orangtunya yang terletak di sudut balkon ia melihat jendela kamar kedua orang tuanya itu sedikit terbuka. Tiba-tiba ia punya pikiran iseng untuk mengintip kedua orang tuanya. Saat langkahnya semakin mendekati kamar itu, sayup-sayup didengarnya desahan-desahan tertahan dari dalam kamar. Calvin tersenyum mesum. Langsung terbayang dalam pikirannya bahwa kedua orang tuanya pasti sedang melakukan senggama di dalam kamar itu. Dipercepatnya langkahnya menuju kamar. Desahan dari kamar semakin jelas didengarnya.

Dari jendela yang terbuka sedikit itu, ia mencoba mengintip ke dalam kamar. Ruangan kamar temaram oleh cahaya lampu tidur. Seperti apa yang dibayangkannya, didalam kamar dilihatnya kedua orang tuanya sedang in action. Papanya sedang menyiku diatas ranjang sambil menggoyang pantat maju mundur dengan cepat, mengeluar masukkan kontol ke dalam lobang memek mamanya. Sang mama bersujud, pantatnya nungging ke atas bergerak-gerak maju mundur membalas gerakan sang papa. Bantal guling dipeluk sang mama kuat-kuat, matanya merem melek, wajahnya mengekspresikan rasa sakit dan rasa nikmat secara bersamaan. Dari mulutnya terdengar erangan tertahan.

“Pahh… ohhh Pah, lebih keras ohh pahhh…,” erang mama.

“Enak ma? Enakhhhh Ohhhh?”

“Enakk pahh… ohhhhhh terushhh terusshhhh,”

“Mahh… sempit mahhh… ohhh njepithh mahhh…,”

“Ohh… pahhh… Masih sempithhh pahhh?”

“Mmasih mahh… ohh mahhhkk…,”

“Sempit manah sama punyahh Sonya Pahh ouhhhhhhh…,”

Calvin kaget. Sonya itu adalah sekretaris papanya di kantor. Masih muda, usianya sekitar 20 tahun, lulusan akademi sekretaris. Cantik dan sexy. Yang paling Calvin suka dari Sonya adalah buah dadanya yang padat dan besar. Calvin tak menyangka ternyata papanya sudah pernah ngerjain sekretarisnya itu. Dan yang paling mengagetkan Calvin, mamanya ternyata mengetahui hal itu.

“Mmamah…,” sang papa menghentikan genjotannya.

“Kok dihentikan sih pa?”

“Mamah kok nyebut-nyebut nama Sonya sih?”

“Papa sayang, mama cuman nanya doang kok. Gak ada maksud apa-apa,”

“Mana mungkin papa bisa membandingkan Sonya dengan mama,”

“Iya, ngerti. Mama cuman nanya aja kok,”

“Okeh, entar kalo jawaban papa gak sesuai dengan keinginan mama gimana?”

“Ya gak papa, emangnya mama cemburuan apa? Yang nyetujui papa ngentot si Sonya siapa? Kan Mama,”

“Mmmm, gini ya ma. Kalau dirasa-rasa, ya jelas sempitan punya Sonya dong ma. Dia kan masih fresh. Tapi ma, mau sesempit apapun memeknya Sonya, papa tetap cinta sama mama kok. Tetap doyan sama memek mama tersayang,”

“Ihh, gombal banget sih papa. Hehehe. Makasih papa sayang,” sang mama menggelitik pinggang sang papa, kemudian mencium bibir sang papa hangat, penuh kemesraan. Mereka berciuman sekian lama. Hingga kemudian sang papa melepaskan lumatannya dari bibir sang mama. Dipandanginya wajah sang mama dengan mesra.

“Ada apa sih Pa? Ngeliatnya serius banget. Lanjutin lagi dong,”

“Mmm… sabar ya mama sayang. Papa boleh nanya juga dong?”

“Nanya apa?”

“Menurut mama, enakan mana kontol papa dibandingin kontolnya Ricky?”

Calvin kembali kaget dengar ucapan papanya itu. Mama?! Pernah ngentot juga sama cowok lain?! Siapa Ricky itu?

“Papa balas dendam nih? Hehehehe. Mama jawab jujur ya papa sayang. Jelas punya Ricky lebih enak. Kontolnya kan gede kayak terong dan keras banget kayak kayu, hihihi. Lagian dia kan masih muda dan gigolo maniak. Jadi maennya gila-gilaan pa,”

“Mama suka banget ya sama dia?”

“Ih papa ada-ada aja deh. Ya enggaklah pa. Mama kan cuman suka maennya dan kontolnya yang gede itu doang. Mama tetap cinta cuman sama papa doang kok. Masak sih mama suka sama anak abege yang enggak bisa ngebiayain hidup mama,”

“Gitu ya,”

“Iya papa sayang. I love you, so much. Sekarang lanjutin lagi dong ngentotin memek mama. Gatel nih,”

“Oke mama sayang,”

Persenggamaan antara mama dan papanya Calvin kembali berlanjut. Posisi mereka kali ini adalah posisi standard saja. Sang mama telentang dibawah mengangkang, sedangkan sang papa menindih diatas sambil menggenjotkan pantatnya naik turun. Bibir mereka saling melumat dengan erat.

Calvin hanya bisa menggeleng-geleng saja melihat dan mendengar pembicaraan antara papanya dan mamanya tadi. Sungguh ia tak menyangka, kalau ternyata sang mama dan sang papa sama maniaknya hingga cuek-cuek saja saling bertukar pasangan. Calvin mengalihkan pandangannya ke arah kamar Desi. Di lihatnya jendela kamar itu sudah terbuka sedikit. Rupanya Dion sudah berhasil memenuhi permintaan Calvin. Calvin lalu menuju kamar Desi. Sebelum pergi, masih sempat juga ia melirik pertarungan sex antara mamanya dan papanya itu.

Di depan jendela kamar itu, Calvin berjongkok. Matanya mencari-cari celah yang ngepas di jendela untuk mengintip yang enak. Setelah ditemukannya, dilongokkannya pandangan ke dalam kamar yang terang benderang itu.Didalam sana dilihatnya Desi sedang duduk di tepi ranjang. Mukanya meringis-ringis dan bibirnya manyun. Kedua tangannya menahan pahanya yang putih mulus agar bisa mengangkang lebar. Dion duduk dilantai membelakangi Calvin, dengan kepala bergerak-gerak pada selangkangan Desi. Sepertinya ia sedang serius mengoral memek sepupu Calvin yang rimbun jembut itu. Kedua tangannya merengkuh pangkal paha Desi dengan erat. “Ohhh… yeshhhh… disituhh… ohh.. Dionhhhh…,” erang Desi.

Calvin tak dapat melihat apa yang dilakukan oleh mulut dan bibir Dion di memek Desi. Tapi ia yakin saat itu pacar sepupunya itu sedang asik menjilat-jilat klentit Desi, membuat sepupunya itu mengerang-erang keenakan. Tangan Desi sibuk meremas-remas rambut hitam Dion yang gondrong, membuatnya jadi acak-acakan.

Kontol Calvin yang sudah mulai ngaceng sejak mengintip persetubuhan kedua orang tuanya, semakin bertambah keras menyaksikan percumbuan antara Dion dan Desi ini. Tangannya mulai meremas-remas selangkangannya sendiri.

Cukup lama Dion melakukan jimek alias jilat-jilat memek Desi. Hingga akhirnya Desi tak tahan lagi dan meminta Dion untuk segera melakukan penetrasi padanya. “Udahhh aohhh… udahhh Dionhhh… sshhhhh… masukin sayanghhh… masukinh kontolhh kamuhh… ohhhhh… ssssekarangg…,” katanya mendesis-desis. Rambut Dion dijambaknya. Memkasa Dion untuk segera menghentikan oral pada memeknya itu.

Dion kemudian berdiri. Saat berdiri itu, Calvin sempat melihat memek Desi yang merah merekah. Klentitnya terlihat sedikit menongol dari bibir memeknya yang tebal dan berjembut lebat itu.

“Udah gak sabar ya sayang?” kata Dion. Bibirnya langsung mencium bibir Desi. Mereka saling melumat.

Calvin hanya bisa melihat buah pantat Dion yang seksi dari tempatnya mengintip. Posisi Dion yang membelakanginya tak memungkinkannya untuk melihat kontol besar cowok itu. Sambil melumat dilihatnya Dion mulai mendorong pantatnya maju ke depan. Nampaknya Dion mulai melakukan penetrasi ke memek sepupu Calvin itu.

“Ohhhhh… yang dalemmm Dionhhhhh… shshshhhsssssss…,” sepertinya Desi keenakan sekali. Calvin dapat melihat betapa jemari Desi meremas erat buah pantat Dion saat penetrasi itu dilakukan. Calvin jadi terbayang saat-saat Dion memasukinya tadi. Ia merasakan sensasi yang luar biasa nikmat saat perkakas antik milik Dion yang gede itu menggesek lorong sempit lobang pantatnya. Sepertinya Desi juga merasakan hal yang sama saat itu.

Dion mulai menggoyang pantatnya maju mundur dengan lembut. Kedua tangannya memegang paha Desi yang terangkat ke atas. Bunyi kecipak-kecipak yang sepertinya berasal dari gesekan kontol di lobang memek plus peraduan daging paha Dion dan Desi mulai terdengar. Calvin semakin terangsang. Tangannya mulai disusupkannya ke dalam celana hawaiinya. Saat itu ia tak menggenakan celana dalam sama sekali. kontolnya yang mengeras mulai dikocoknya pelan. Matanya tetap mElotot menonton adegan live Dion dan Desi.

“Ohhh… ohhhh… ahhh… ahhh…,” desah Dion dan Desi berbalas-balasan.

Lima menit berlalu. Kemudian Dion melepaskan kontolnya dari memek Desi. Selanjutnya ia duduk diatas ranjang, mengangkang dengan paha terjuntai ke bawah ranjang. Dari tempatnya mengintip, Calvin akhirnya dapat melihat kontol besar Dion yang saat itu mengkilap karena cairan memek Desi.

Desi segera memahami maksud Dion. Segera dinaikinya tubuh pacarnya itu dengan posisi membelakangi. Dengan sangat jelas, karena Dion dan Desi sama-sama menghadap ke arahnya, Calvin dapat melihat bagaimana Desi yang mengangkang perlahan-lahan membenamkan kontol besar Dion ke dalam celah memeknya yang merah. Memek Desi terlihat semakin menggembung karena dimasuki perkakas Dion.

Setelah semua kontol itu masuk, Desi mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Sementara Dion juga melakukan gerakan pantat membalas, sambil tangannya meremas-remas tetek Desi yang besar, putih, dengan puting merah muda.

“Hehh… hehhh… ohhh… ohhhh… ohhhh…,” erang dan desah keduanya. Dion dan Desi sama-sama merem melek keenakan. Muka mereka merah, dan tubuh mereka basah bersimbah keringat. Sesekali bibir Dion mencium-cium tubuh Desi dan ketiak Desi yang putih bersih, bebas dari bulu ketek. Desi menggigit-gigit bibir bawahnya, tanda keenakan.

Genjotan mereka semakin cepat. Dion memegangi pinggang Desi, membuat gerakan pantat Desi bertambah cepat. Kepala Desi bergoyang-goyang tak tentu arah, membuat rambut ikalnya berkibar-kibar. Ranjang tempat mereka memacu birahi terdengar berderak-derak. Calvin juga semakin mempercepat kocokannya. Erangan dua makhluk lain jenis di dalam kamar itu semakin bertambah keras.

Tak sampai dua menit, tiba-tiba Desi melenguh keras. Tubuhnya bergetar. Matanya terpejam rapat, bibir bawahnya digigitnya kuat. Sepertinya dia mencapai orgasme. Dion tak memperdulikan Desi, dengan cuek ia terus bergoyang cepat dan keras. Dari tempatnya mengintip Calvin dapat melihat lelehan cairan kental mengalir dari lobang memek Desi. Kemudian dilihatnya tubuh Desi lemas dalam pelukan Dion yang asik bergoyang ngebor.

Desi kemudian menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Dion yang sedang asik sendiri akhirnya terpaksa menghentikan kelakuan binalnya sementara karena ditinggalkan Desi yang berbaring telentang tak berdaya karena orgasme. Namun Dion yang merasa kenikmatannya masih nanggung, segera menaiki tubuh Desi lagi. Kontolnya segera disusupkannya kembali ke lobang memek Desi, dan kembali menggenjot dengan cepat. Bibirnya sibuk melumat bibir Desi yang tak berdaya.

Tapi wanita memang memiliki kemampuan untuk berorgasme beberapa kali. Tak sampai lima menit kemudian, Desi kembali bangkit birahinya oleh genjotan Dion. Pelan-pelan pantatnya mulai bergoyang membalas lagi. Melihat reaksi pacarnya yang kembali bergairah, Dion kemudian kembali merubah posisi. Disuruhnya Desi menungging, lalu dari belakang, digenjotnya memek Desi kembali.
Dion memang benar-benar doyan ngesex dan memiliki stamina yang oke. Padahal tadi sebelumnya dia sudah mengebor lobang pantat Calvin. Namun saat mengentotin Desi kali ini pun ia tetap bersemangat.

Dion terus menggenjot Desi hingga sepuluh menit kemudian, Desi kembali memperoleh orgasme untuk kedua kalinya. Tubuhnya yang lemas langsung terjerembab ke atas ranjang, menelungkup. Seperti tadi, Dion tak memperdulikan hal itu. Dengan penuh nafsu ia terus menggenjot Desi dari belakang.

Desi rupanya merasa kesulitan menerima hajaran kontol Dion dari belakang seperti itu. “Dion… ouhh… brentihhh duluhhh sayanghhh… ahh…,” katanya.

“Nanggunguhhh… uhhhh… sayanghhh… ouhhh… nanggunguhhn… dikitthhh lagihh… ihh… Gueh hampir sampehhh… nihhhh… ouhh…,” rintih Dion diantara genjotannya yang tak henti. Rupanya orgasmenya hampir tiba. Karenanya ia merasa sangat tanggung apabila menghentikan genjotannya. Meskipun terlihat sudah sangat kepayahan, akhirnya Desi membiarkan saja pacarnya itu mengejar orgasmenya. Membiarkannya terus menggenjot dengan penuh nafsu. Keringat mengucur deras di tubuh Dion yang memerah.

Pantat Desi yang putih montok terlihat oleh Calvin sudah memerah oleh hajaran selangkangan Dion. Dibalik rasa kasihannya melihat Desi, Calvin tetap tak mampu menahan birahinya melihat keperkasaan Dion. Sambil terus mengocok kontolnya sendiri, Calvin membayangkan betapa nikmatnya celah pantat Desi merasakan gesekan jembut Dion yang lembut itu. Desi pasti merasakan geli-geli nikmat yang tiada tara. Sama seperti apa yang dirasakannya tadi, saat disenggamai Dion.

Pacuan genjotan Dion semakin cepat. Suara tepokan terdengar semakin nyaring. Keringat mengucur deras dari tubuhnya, jatuh ke tubuh Desi yang menelungkup dibawah. Sepupu Calvin itu terlihat sangat kesakitan sekaligus keenakan. Matanya terpejam. Jemari tangannya meremas kuat sprei tempat tidur yang sudah acak-acakan. Bibir bawahnya digigit, sambil mulutnya mengeluarkan erangan tertahan.

“Ohhh… ohhh… ohhh… goddhhhhhh… i’m cumming… ohhhhhhhhhhh…,” Dion mengerang. Pantatnya menekan kuat ke buah pantat Desi. Tubuhnya menggeletar. Mulutnya mencium punggung Desi dalam. Selanjutnya ia mendengus-dengus bak banteng marah.

Dari tempatnya mengintip, Calvin mempercepat kocokannya. Tak lama dari lobang kencingnya menyembur sperma dalam beberapa semburan yang cukup kuat. Muncrat dan menempel di dinding.Nafasnya mendengus-dengus tertahan. Matanya dipejamkannya kuat-kuat. Tubuhnya terasa ringan.

“Oh… my godhhh…,” desah Calvin mengakhiri semburan spermanya yang terakhir. Tangannya kemudian meremas-remas batang kontolnya sendiri, mendorong sisa-sisa spermanya yang masih tertinggal di batang agar meleleh semua keluar melalui lobang kencingnya.

Matanya yang tadi terpejam dibukanya. Dilihatnya didalam kamar Dion masih telungkup menindih Desi, nafasnya terengah-engah. Keduanya terlihat sedemikian lelahnya. Calvin kemudian meninggalkan mereka. Membiarkan keduanya beristirahat sejenak memulihkan tenaga yang terkuras habis setelah memacu birahi.

Sebelum kembali ke kamarnya, Calvin iseng menuju kamar kedua orang tuanya lagi. Dari celah jendela, dilihatnya kedua orang tuanya sedang berpelukan mesra dan berciuman bibir. Rupanya mereka juga baru saja menuntaskan pergumulan mereka.

“Gimana mama sayang,” terdengar bisikan sang papa saat bibirnya menggelitik telinga sang mama.

“Papa memang hebat,” jawab mama. “Mama sampe kerepotan juga,”

“Hehehe. Papa gak kalah kan dibandingin Ricky?”

“Pasti papa sayang,”

Lalu keduanya terdiam. Hanya desah nafas mereka yang terengah-engah saja yang terdengar didalam ruangan kamar. Calvin kemudian berniat untuk kembali ke kamarnya. Saat kakinya mulai melangkah, tiba-tiba didengarnya lagi sang mama berbicara perlahan.

“Paaa,” bisik sang mama manja.

“Hmmm..,”

“Boleh gak mama nyobain kontolnya Dion? Kayaknya tuh anak kontolnya oke punya ya pa?”

Jantung Calvin berdegup kencang. Mamanya ada-ada aja deh. Kira-kira apa jawaban sang papa yah? Calvin menunggu. Sang papa terdiam sejenak.

“Kayaknya sih. Emang mama mau nyobain? Entar kalo Desi tahu gimana dong?”

Hahhhhh??!!!!!! Calvin kaget bukan main, sang papa ternyata tak menolak.

“Jangan sampe ketahuan dong pa,”

“Caranya?”

Selanjutnya sang mama menguraikan rencananya pada sang papa tentang apa yang akan dilakukannya untuk bisa menikmati Dion. Terburu-buru Calvin segera meninggalkan kedua orang tuanya yang ternyata gila sex itu. Kepalanya terasa berkunang-kunang, pusing, tak mempercayai apa yang barusan didengarnya.