Serial Andre dan Calvin part 11 : Rahasia Dion



Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi

Calvin masih asik bercumbu dengan Dion dan kawan-kawannya. Berempat mereka asik mengentot satu sama lain. Dion menggagahi Dhika di tepi ranjang, sementara Fahri menganal Calvin sambil berdiri di depan lemari pakaian Calvin. Batang kontol Fahri yang gemuk dan panjang menusuk-nusuk dalam di lobang pantat Calvin menimbulkan sensasi yang berbeda buat cowok itu. Selama ini ia belum pernah dientot oleh laki-laki yang memiliki kontol sepanjang dan segemuk Fahri.

Dhika terlihat begitu keenakan disodok-sodok kontol Dion. Sembari menikmati sodokan itu Dhika meraba seluruh tubuh Dion yang kekar dan basah bersimbah keringat. Tubuh Dion memang sexi banget. Kulitnya putih bersih. Lekuk-lekuk ototnya terbentuk sempurna, menggairahkan.

Beberapa saat kemudian Fahri melepaskan kontolnya dari Calvin. Jemarinya mengelus-elus tubuh belakang Dion. Kemudian turun ke pantat, meremas-remas dengan buas. Nafsunya mElonjak melihat pantat Dion yang putih dan montok. Dion mengerti apa yang diinginkan Fahri. Sambil tetap menyodomi Dhika, dilebarkannya kedua pahanya. Ia memberikan ruang buat Fahri yang ingin mengembat boolnya.

Calvin keqi dicuekin. Ia mendekati Dion dan Dhika juga. Kepalanya menyusup diantara selangkangan Dhika, mencari kontol cowok itu yang ngaceng. Begitu mulutnya menemukan kontol yang dicarinya segera saja ia melahap kontol itu.

Fahri yang bersimpuh di belakang Dion mulai melakukan penetrasi. Namun ia cukup kerepotan karena pantat Dion yang terus bergerak-gerak maju mundur. Untuk memudahkan usahanya, Fahri menahan gerakan pantat Dion. Kemudian ia segera membenamkan kontolnya ke celah sempit milik Dion yang dikelilingi bulu-bulu halus. Dion bergetar saking keenakannya menikmati sensasi ditembus oleh kontol Fahri yang gede banget itu. Tak lama gerakan menghentak-hentak pantat kembali dilanjutkan oleh Dion, Fahri, dan Dhika. Sementara Calvin sibuk sendiri menyElomoti kontol Dhika. Lima menit berlalu.

“Dion, udah dulu, Gue pengen ngentotin si Calvin nih. Dari tadi bElon,” kata Dhika dengan suara tersengal-sengal.

“Ohh… ohhh… okehh,” sahut Dion.

Dhika segera melepaskan dirinya dari Dion. Kemudian ia menuju ke belakang Calvin.

“Calv, Elo nungging deh, Gue pengen entotin Elo,”

“He eh,” jawab Calvin. Segera ia menungging menghadap kontol Dion.

“Vin, sekalian isep punya Gue dong,” kata Dion yang mengocok kontolnya sendiri setelah kehilangan pantat Dhika.

“Siniin,” kata Calvin cepat. Dion segera memasukkan kontolnya ke mulut anak SMA yang cute banget itu. Jadilah mereka memacu birahi berhadapan seperti rantai dengan penghubungnya mulut Calvin yang mengoral kontol Dion.

“Enak banget ya Ri,” kata Dhika pada Fahri diantara hentakan pantatnya yang liar.

“Yoi, pantat Calvin seret banget ya,”

“Yessh… kayak perjaka aja,”

“Pantat Dion juga enak banget Dhik, entar Elo rasain deh,”

“Promosi Elo gak salah Ion. Bener-bener luar biasa,”

Dion hanya nyengir mendengar percakapan Dhika dan Fahri. Sementara Calvin tak berkomentar. Ia menikmati entotan Dhika. Tapi tak urung juga dia keqi pada Dion. Ternyata dia dipromosiin oleh cowok sepupunya itu sebagai tempat pengumbar nafsu bagi cowok gila sex. Namun sejenak dilupakannya rasa keqi itu karena gimanapun juga ia sangat menikmati pesta sex gila-gilaan kayak gini.

Meskipun mereka tak hendak mengakhiri pergumulan cabul ini, namun bagaimanapun juga mereka tak kuasa lama-lama menahan orgasme. Setelah menyempatkan melakukan pertukaran pemain sekali lagi. Dimana Fahri mengentot Dhika sedangkan Dion mengentot Calvin, akhirnya keempat cowok itu orgasme bareng-bareng. Dion menembakkan peluru cairnya di dalam pantat Calvin. Sementara Fahri di dalam pantat Dhika. Calvin dan Dhika memuntahkan sperma mereka di atas ranjang.

Setelah itu keempatnya ambruk di atas ranjang. Tubuh mereka basah kuyup bersimbah keringat. Nafas mereka tersengal-sengal seiring gerakan dada mereka yang naik turun dengan cepat. Mereka sangat kelelahan. Namun tentu saja puas dengan kenikmatan sex yang mereka peroleh. Jarum jam dinding di kamar Calvin terus berdetak. Malam hampir usai. Keempat cowok ganteng itu jatuh tertidur.

Calvin terbangun dari tidurnya. Rasanya baru saja ia tertidur, namun suara bisik-bisik yang cukup ramai membuat tidurnya terganggu. Calvin memang tidak bisa tidur bila ada gangguan suara sedikit saja. Namun ia masih tetap mengatupkan matanya ingin tetap menikmati tidurnya. Hari sudah pagi. Suara bisik-bisik itu semakin jelas ditelinganya.

“Jadi kalian mau balik pagi ini juga?” terdengar suara Dion.

“Yoi, Elo tetap disini dulu kan?” kata Fahri.

“Iyalah. Gue masih capek nih. Masih pengen tidur,” sahut Dion lagi.

“Kalo gitu duitnya Gue kasih sekarang aja deh,” kata Dhika.

“Iya dong. Kapan lagi kita ketemu,”

“Enggak kurang lagi tuh duitnya?” tanya Dhika lagi.

Apaan nih? Batin Calvin. Pagi-pagi cerita duit.

“Ada-ada aja Lo, udah enak kok minta nawar,” kata Dion.

“Elo kan enak juga Yon,” kata Fahri.

“Kan sesuai kesepakatan men. Elo bisa nikmatin tuh bocah, sekaligus dapat kenikmatan dari Gue. Hehe,”

“Dasar,” kata Dhika. “Nih semua, tiga juta,” Dhika menyerahkan beberapa lembar duit pecahan seratus ribu pada Dion.

Gila. Apa-apan nih? Gue dijual nih ceritanya? Sama Dion sialan ini pula. Kata Calvin dalam hati. Calvin pengen bangun, tapi kepalanya pusing banget. Ia sedih dan marah sekali pada Dion. Tak menyangka cowok ganteng itu berlaku kurang ajar padanya.

Dion yang masih telanjang bulat mengantar kepergian Fahri dan Dhika sampai pintu kamar. Setelah Dion mengunci kembali pintu kamar, Calvin melihat Dion memasukkan duit yang diterimanya tadi ke saku celana jinsnya. Kemudian dengan cuek ia naik ke atas tempat tidur. Membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Tepat disisi Calvin. Dengan nakal jemarinya mengelus-elus kontol Calvin. Cowok SMA ini hanya bisa terdiam. Tanpa diketahui Dion, air matanya mengalir. Kepalanya dirasakannya semakin pusing. Disebelahnya Dion mulai mendengkur halus.

“Kenapa Lo tega banget Yon?!” kata Calvin berang pada Dion.

“Ada apa nih?” Dion yang terbangun karena guncangan tangan Calvin terlihat bingung. Rupanya setelah pusing di kepalanya reda Calvin sibuk membangunkan Dion. Diguncang-guncangnya tubuh cowok ganteng yang sedang terlelap itu.

“Gue udah tau semua. Gue udah bangun waktu Elo terima duit dari Dhika tadi. Elo benar-benar keji!” kata Calvin dengan wajah merah. Air mata masih membasahi pipinya. Dion gelagapan. Tak menyangka, rahasianya ketahuan oleh Calvin. Sebenarnya rencana semula ia baru menerima duit dari Fahri dan Dhika setelah mereka pulang. Namun karena otak mesumnya yang masih pengen merasakan kenikmatan sex bersama Calvin pagi ini, ia membiarkan Dhika dan Fahri pulang duluan. Karena itu transaksi sexnya dengan kedua cowok itu terpaksa dilakukan di kamar itu juga. Ia pikir Calvin masih terlelap tadi dan tidak akan pernah mengetahui perbuatan kejinya. Ternyata yang dibayangkannya tidak sesuai dengan kenyataan.

“Tenang dulu Vin, tenang dulu,” kata Dion mencoba menetralisir keadaan. Wajahnya yang ganteng terlihat pucat. Calvin sudah bersiap-siap untuk menghajar Dion. Dengan kemampuan tae kwon do yang dimilikinya tak susah buatnya menghajar cowok itu. Namun Dion juga punya kemampuan bela diri. Ia rutin berlatih karate sejak SMP. Karenanya iapun segera bersiap-siap menyambut hajaran Calvin. Ruangan kamar yang tidak kondusif untuk bertarung membuat kedua cowok yang masih telanjang bulat itu bergulat seperti aksi atlet fighter.

Keduanya berusaha saling mengalahkan atas tujuan yang berbeda. Calvin karena ingin menumpahkan rasa marahnya, sementara Dion berusaha mempertahankan dirinya dari kemarahan Calvin.

“Vin, denger dulu, dengerin Gue,” kata Dion.

“Gak usah membela diri,” kata Calvin.

Mereka terus bergulat. Sepuluh menit berlalu. Tak ada yang menang. Tak ada yang kalah. Peluh mulai membanjir. Bergantian mereka saling terjerembab telentang ditindih oleh sang lawan. Tubuh mereka saling berhimpitan. Bergesekan. Aroma khas lelaki terhirup hidung mereka.

Pergulatan karena emosi tiba-tiba berubah menjadi gairah. Apalagi saat kontol mereka saling menghimpit. Sperma kering yang masih belepotan di batang kontol mereka kembali basah oleh keringat. Membuat kontol mereka menjadi licin. Himpitan kontol berubah menjadi saling gesek-menggesek. Kontol mereka mulai mengeras. Birahi kembali menguasai.

Mereka memang saling berusaha untuk menjatuhkan lawan. Namun bukan lagi untuk mengalahkan, namun menggesek-gesekkan tubuh dan kontol mereka. Mereka kini saling berusaha untuk memperkosa lawan mereka.

Pada satu kesempatan, Calvin berhasil membuat Dion terjengkang. Segera ia menindih tubuh kekar Dion dan mengunci gerakan cowok berwajah oriental itu. Lengan Dion yang berotot tak bisa bergerak bebas. Calvin memaksanya untuk mengangkang lebar. Dion berusaha melawan sekuat tenaga. Namun Calvin yang marah dan terbakar birahi terus mendesakkan kontolnya ke lobang pantat Dion. Dadanya menghimpit ketat dada Dion.

Dion terus meronta. Semakin kuat ia meronta semakin kuat pula usaha Calvin memaksakan kontolnya mencoblos lobang pantat Dion. Tekanan Calvin semakin hebat. Akhirnya kontol Calvin terbenam seluruhnya ke lobang pantat Dion. Kemudian pantatnya menghentak-hentak dengan liar.

“Rasakan… rasakan… Gue perkosa Elo!” kata Calvin menyeringai marah. Dion terus meronta. Melawan sebisanya. Ngesex sejenis memang Dion doyan, namun bukan untuk diperkosa seperti ini. Kehormatannya dirasakannya runtuh seketika.

“Lepaskan! Lepaskan Gue… akhhhhh…,” kata Dion berang. Wajahnya merah karena marah. Calvin menggeram. Ia merasa sangat puas dapat memerkosa cowok yang telah menjualnya ini. Pantatnya menghentak liar. Dion kesakitan. Bukan nikmat yang dirasakannya. Ia sekuat tenaga berusaha lepas dari Calvin. Namun cowok SMA ini mengunci pahanya dengan kuat.

Tak ada rasa nikmat seperti biasa. Yang ada sakit dan sakit. Tak ada ciuman buas yang membakar birahi. Tak ada gigitan halus di puting susu yang merangsang. Yang ada hanya hentakan-hentakan pantat yang kasar dan liar. Lobang pantat Dion dirasakannya lecet. Meskipun ia sering dientot lelaki seperti diperkosa, namun diperkosa beneran ternyata beda. Kalo ngesex ia merelakan dirinya untuk dientot sebrutal apapun, karenanya ia bisa merilekskan otot-otot celah pantatnya. Namun saat ini ia menolak. Karenanya celah pantatnya tidak rileks. Sodokan kontol Calvin yang penuh amarah membuat lobang pantatnya seperti disayat-sayat pisau. Perih sekali.

Calvin terus menggenjot tanpa ampun. Wajahnya yang biasanya terlihat innocent, berubah total menjadi buas. Merah dan menyeringai. Penuh amarah. Rasa kecut menghinggapi Dion melihat kemarahan Calvin.

Dion tak tahu berapa lama ia merasakan kehinaan ini. Belum ada tanda-tanda Calvin akan orgasme. Tiba-tiba timbul rasa menyesal di benak Dion kenapa tadi tidak sekalian ikut pulang bersama Dhika dan Fahri. Mengapa pikiran mesum tadi menghinggapinya untuk merasakan kenikmatan sex bersama Calvin sekali lagi. Memang akhirnya ia ngesex lagi dengan Calvin, namun ini jauh dari yang dibayangkannya. Bukan kenikmatan yang diperolehnya. Namun rasa sakit yang mendera.

Dua puluh menit berlalu. Calvin terus bergerak liar di atas tubuhnya. Biasanya merasakan tubuh atletis lelaki yang licin karena keringat bergerak-gerak diatas tubuhnya membuat Dion semakin terbakar nafsunya. Namun saat ini rasa itu tidak ada. Kontolnya saja tak bisa lagi mengeras. Lemas lunglai dalam himpitan perut Calvin yang rata.

“Hohhh… hohhhh… hohhhh… hohhhh… hohhhh…,” dengus nafas Calvin. Pantatnya bergerak semakin cepat dan liar. Calvin akan orgasme rupanya.

Dion merasa sangat senang mendengar dengusan Calvin itu. Biasanya dengusan seperti ini paling tidak ia sukai apabila sudah keluar dari mulut partner sexnya. Karena tandanya pergumulan cabul akan segera dituntaskan. Apalagi bila ia masih ingin bermain cinta dalam tempo lama. Namun kali ini berbeda. Dion merasa sangat senang mendengar dengusan seperti itu. Karena artinya penderitaannya akan segera dituntaskan. Tanpa disadarinya, bibirnya tersenyum.

“Dasar maniak!” Calvin membentak. “Ternyata Elo suka diperkosa, benar-benar keji!”

Dion tak menjawab. Dan diapun tak merasa perlu menjelaskan arti senyumnya pada Calvin. Saat ini ia hanya ingin perkosaan pada dirinya segera dituntaskan.

Calvin tak lagi mampu menahan orgasmenya. Seluruh tubuhnya bergetar. Wajahnya meringis. Spermanya menyembur di dalam lobang pantat Dion. Banyak dan deras. Setelah itu tubuhnya ambruk di samping Dion. Lemas, kecapaian.

Dion beringsut. Seluruh tubuhnya dirasakannya sakit karena himpitan dan kuncian Calvin. Tanpa berbicara ditinggalkannya Calvin yang terbaring lemas di atas ranjang. Dengan tubuh telanjang bersimbah keringat ia berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Sperma Calvin meleleh dari celah lobang pantatnya. Berwarna putih sedikit kemerahan. Pantat Dion sepertinya luka.

Calvin terdiam seribu bahasa. Hanya nafasnya yang terdengar tersengal-sengal memenuhi ruang kamar. Tatapannya masih tetap semarah tadi menatap kepergian Dion menuju kamar mandi. Selanjutnya terdengar suara air di dalam kamar mandi. Dion membersihkan diri didalam sana.

Setelah membersihkan diri Dion pulang dari rumah Calvin. Keduanya tak lagi bertegur sapa. Calvin sangat marah pada pacar sepupunya itu. Dion merasa malu hati pada Calvin. Pagi itu Calvin tak berangkat ke sekolah. Hatinya masih sangat marah. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya bolos sekolah. Sejak hari itu Calvin berniat tak akan bersedia untuk berjumpa lagi dengan Dion seumur hidupnya. Ia sangat membenci cowok itu kini.

Bottom of Form

Serial Andre dan Calvin part 11 : Rahasia Dion. There are any Serial Andre dan Calvin part 11 : Rahasia Dion in here.