CREATED, STORY, AND EDITED BY: NICOLAST
Made melumat kontol Dion dengan rakus. Sementara mulutnya sibuk melumat kontol gemuk dan panjang milik Dion itu, Made memegang batang kontol Ali dan Bayu sambil mengocok-ngocoknya. Pengacara muda itu jongkok di lantai di kelilingi oleh Dion, Ali, dan Bayu. Setelah beberapa saat melumati kontol Dion selanjutnya mulut Made berpindah ke kontol Ali untuk beberapa saat kemudian lagi pindah ke kontol Bayu. Desahan-desahan tanda kenikmatan terdengar dari mulut Dion, Ali, dan Bayu.
Empat pria muda yang sama-sama ganteng dan jantan itu sedang berpesta sex di ruangan tempat Ali dan Bayu pernah mengentoti Dion dulu. Tubuh kekar keempatnya yang telanjang bulat mulai berkeringat. Kipas angin besar yang berputar kencang tergantung di langit-langit ruangan itu rupanya tak cukup untuk mendinginkan tubuh mereka yang sudah terbakar nafsu.
Made benar-benar pakar oral kontol rupanya. Jilatan, hisapan dan sedotan mulutnya yang terlatih membuat Dion, Ali, dan Bayu seakan-akan sedang menikmati lorong lobang pantat saja. Dion yang sudah sering ngentot saja tak sanggup menahan gairahnya oleh kebinalan mulut Made itu. Akhirnya tak sampai dua puluh menit batang kontol Dion, Ali, dan Bayu dengan sukses memuncratkan sperma mereka di dalam mulut dan sekitar wajah ganteng Made. Setelah orgasme ketiga pria itu tuntas, Made kemudian berdiri dan membagi sperma dalam mulutnya pada Dion, Ali, dan Bayu dengan cara berciuman bibir bersama-sama.
“Mulutmu benar-benar harimau De,” kata Ali sambil menjilati wajah ganteng Made yang belepotan lendir sperma.
“Maksudnya?” tanya Made.
“Mulutmu benar-benar menerkam kontol kami seganas harimau,” sahut Ali lucu sambil nyengir.
Made, Dion, dan Bayu ikutan nyengir jadinya mendengar jawaban Ali itu.
“Itu baru mulutku, belum lagi pantatku Li,” sahut Made.
“Aku tak sabar ingin merasakannya,” kata Ali.
“Aku juga,” timpal Dion dan Bayu serempak.
“Tunggu dulu. Kalian tadi udah enak, sekarang gantian aku dulu yang pingin ngerasain enak,” sahut Made menyeringai mesum sambil meremas buah pantat Dion, Ali, dan Bayu satu per satu. Ketiganya langsung paham keinginan Made.
“De, Ali itu lobang pantatnya sempit banget. Dia jarang dikentot. Lebih baik Lo rasain dulu lobang pantatnya dia,” kata Dion mempromosikan lobang pantat Ali pada Made.
“Bener gitu Li?” tanya Made pada reserse itu.
“Lo rasain aja sendiri,” sahut Ali nakal.
Made menyeringai. Ia kemudian menyuruh Ali menelentang di lantai dan mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Made lalu duduk bersimpuh diantara selangkangan Ali yang mengangkang. Made mengangkat buah pantat Ali. Pengacara muda itu ingin melihat celah lobang pantat reserse ganteng itu.
“Kamu benar Yon,” kata Made pada Dion setelah menyaksikan sendiri celah lobang pantat Ali. “Masih sempit banget,” sambungnya. Selesai kalimat itu mulut Made segera menyerbu celah lobang pantat Ali dengan buas.
Dion dan Bayu duduk bersila disamping Made dan Ali untuk menyaksikan dengan jelas percumbuan cabul Made dan Ali.
“Orgggjhhhhhhh…,” erang Ali keenakan oleh pekerjaan mulut Made di lobang pantatnya.
Made mengobok-obok celah lobang pantat Ali dengan mulut dan lidahnya. Celah lobang pantat Ali dilumurinya dengan ludah banyak-banyak.
“Setan! Enaknya ahhhhh…,” erang Ali lagi.
Sambil memuluti lobang pantat Ali, Made mengocok batang kontol reserse ganteng itu yang sudah kembali mengacung tegak sekeras kayu. Sebentar saja Dion dan Bayu bangkit kembali nafsu mereka menyaksikan apa yang diperbuat oleh Made pada Ali.
Dion dan Bayu lalu mengambil alih batang kontol Ali dari Made. Keduanya berebutan melumat batang kontol panjang dan gemuk milik reserse ganteng turunan Arab itu.
Setelah beberapa saat Made merasa lobang pantat Ali sudah siap untuk menerima batang kontol. Pengacara muda itu kemudian menyudahi permainan mulutnya di lobang pantat Ali dan bersiap untuk melakukan penetrasi. Dion dan Bayu menyudahi dulu oral mereka pada batang kontol Ali untuk memberikan kesempatan Made memasukkan batang kontolnya di lobang pantat Ali.
Ali yang berbaring di lantai menaikkan bahunya untuk bisa menyaksikan saat-saat Made melakukan pentrasi di lobang pantatnya. Tangannya menahan batang kontolnya yang tegang dan buah pelirnya agar tidak menghalangi pandangannya dari daerah sekitar lobang pantatnya saat dimasuki batang kontol Made.
Made melumuri batang kontolnya yang gemuk dan panjang itu dengan ludah sebanyak-banyaknya. Setelah batang kontolnya yang berwarna gelap itu mengkilap karena berlumuran banyak ludah Made mulai mengarahkan kepala kontolnya ke lobang pantat Ali. Pelan-pelan Made mulai menyusupkan kepala kontolnya ke dalam lobang pantat Ali.
“Ohhh…,” desah Ali menahan sakit saat kepala kontol Made yang cukup besar mulai memasuki lobang pantatnya. Mata Ali mengawasi setiap detik saat-saat batang kontol Made perlahan-lahan masuk semakin dalam di lobang pantatnya.
Made menekan batang kontolnya masuk terus semakin dalam. Untuk memudahkan masuknya sesekali Made menggesek-gesek batang kontolnya sambil tetap menekan hingga kemudian seluruhnya terbenam di dalam lobang pantat Ali.
Ali merasakan lobang pantatnya penuh sekali. Daerah dalam lobang pantatnya terasa sedikit perih. Namun reserse itu tak peduli. Ia bernafsu sekali menyaksikan mulut lobang pantatnya yang tertutup bulu jembut tebal dan lebat milik Made.
“Gimana Li?” tanya Made sambil emnatap wajah ganteng Ali yang memerah dan berkeringat.
“Enak banget De,” sahut Ali,
“Aku mulai ya?”
“Silakan,”
Made mulai melakukan gerakan pantat perlahan. Ali mengerang.
Made meningkatkan ritme gerakan pantatnya. Ali mengerang semakin keras.
Made bergerak makin cepat dan semakin cepat. Ali menjerit.
“Sakit Li?” tanya Made dengan nafas menderu.
“Setan!!! Sakit tapi enak, ohhhhhhhhh…,” sahut Ali.
Made menyeringai buas, pantatnya bergerak makin cepat.
***
Calvin menghubungi Andre melalui ponselnya. Cowok itu sedang berada di dalam kamarnya, berbaring di atas tempat tidurnya yang empuk, sepulang dari menemui Dion bersama kedua orang tuanya dan juga Tante Rini dan Om Hendra.
“Elo dimana Ndre?” tanya Calvin begitu panggilan teleponnya disahut oleh Andre.
“Gue lagi diluar nih,”
“Lagi sibuk?”
“Enggak. Gue lagi ngumpul-ngumpul doang bareng Doni, Wisnu, dan David. Elo dimana Vin?” tanya Andre balik.
“Gue lagi di rumah,”
“Udah pulang?”
“Udah,”
“Udah selesai urusannya?”
“Udah,”
“Gue kesana?”
“Gue baru mau minta Lo kemari, eh Lo malah nanya duluan, hehehe,”
“Itu namanya jodoh, hehehe,”
“Cepetan ya Ndre,”
“Iya. Gue langsung kesana nih,”
Pembicaraan usai. Calvin tersenyum sambil meletakkan ponselnya di atas meja di samping tempat tidurnya.
***
Sony baru saja menerima telepon dari Antonius yang meminta Sony menemaninya bertemu dengan Papa Calvin. Secara singkat Antonius menceritakan pada Sony kabar yang diperolehnya dari Papa Calvin tentang sambutan Dion yang tidak menyenangkan saat menerima keluarga Calvin di tahanan, termasuk juga tentang adanya seorang pengacara yang mendampingi Dion. Karena itu Papa Calvin bermaksud untuk membicarakan apa yang harus keluarga mereka lakukan menghadapi Dion ini.
Saat Sony menerima telepon dari Antonius tadi ia sedang bersama Silvia—putrinya—makan berdua di sebuah restoran cepat saji. Sony memang sengaja mengajak putrinya itu makan berdua karena beberapa waktu belakangan ini Sony jarang sekali bertemu dengan putrinya itu. Kesibukan pekerjaannya ditambah lag menyelidiki kasus Andre dan Calvin membuatnya tak punya waktu untuk putri satu-satunya itu.
Mendapat telepon dan ajakan mendadak dari Antonius itu membuat Sony tidak bingung mencari alasan untuk mengakhiri acara makan berdua dengan putrinya itu. Saat mengajak Silvia makan tadi, Sony mengatakan bahwa hari itu ia sedang tidak ada kegiatan sama sekali. Karena Sony sudah mengatakan demikian pada Silvia maka setelah makan rencananya mereka masih akan melanjutkan jalan-jalan mereka dengan nonton.
“Kenapa Pa?” tanya Silvia. Rupanya putrinya itu bisa membaca gelagat kebingungan Sony.
“Enggak ada apa-apa sayang,” jawab Sony berbohong.
“Papa gak usah bohong deh, habis nerima telepon tadi, Silvia perhatiin Papa jadi bingung gitu. Pasti ada apa-apa. Bilang aja ke Silvia Pa.”
Sony semakin tak enak hati dengan kata-kata putrinya itu.
“Benar sayang, gak ada apa-apa,” sahut Sony lagi.
“Silvia jadi gak selera nih,” kata Silvia merajuk. Wajah cantiknya cemberut.
“Jangan gitu dong sayang. Hanya masalah kerjaan biasa doang kok. Entar Papa beresin deh. Pokoknya hari ini Papa gak kemana-mana. Hari ini waktu Papa khusus untuk Silvia aja,” sahut Sony membujuk putri cantiknya yang merajuk itu.
Silvia masih cemberut.
“Jangan cemberut lagi dong sayang. Jelek deh kalo cemberut gitu,”
“Jadi Silvia jelek ya?” tanya Silvia dengan mata mendelik kesal pada papanya.
“Bukan gitu sayang. Kalau cemberut keliatannya jadi jelek. Senyum dong pasti anak Papa cantik lagi,”
“Papa genit,”
“Kok genit?”
“Habisnya Papa ngerayu gitu sih,”
“Habisnya anak Papa cemberut terus sih,”
Silvia tersenyum.
“Nah gitu dong. Cantik banget deh anak Papa jadinya,”
“Tuh kan ngerayu lagi,”
Sony tertawa sambil mengacak-acak rambut putrinya yang lembut dan indah. Silvia ikutan tertawa. Suasana hatinya yang tadi kecal kini sudah sirna.
“Sayang, sebentar ya Papa mau nelpon ke teman Papa yang tadi nelpon itu,”
“Ya Pa,”
Sony kemudian menelepon Antonius dari luar restoran cepat saji.
“Ton, sorry banget, saya gak bisa nemenin kamu untuk ketemu dengan Mas Gunawan,” kata Sony memulai pembicaraan.
“Lho? Emang kenapa Mas?”
“Saya sedang nemenin Silvia jalan-jalan nih,”
“O gitu Mas. Ya udah kalo gitu saya pergi sendiri aja deh,”
“Sorry banget ya Ton,”
“Santai aja Mas,”
“Oke deh, sampaikan salam saya ke Mas Gunawan ya,”
“Siap Mas,”
Sony kemudian kembali ke tempat putrinya setelah mengakhiri pembicaraan dengan Antonius.
***
Setelah mengantarkan Wisnu pulang ke rumahnya, Andre kemudian meluncur dengan sepeda motornya menuju rumah Calvin. Saking semangatnya bertemu dengan Calvin, Andre jadi lupa dengan rencana semula untuk mencari informasi pendidikan ke luar negeri bersama Wisnu setelah selesai renang.
Begitu tiba di rumah Calvin, Andre langsung menekan bel yang ada di pintu pagar. Tak lama muncullah Mbak Sum, pembantu rumah keluarga Calvin, yang dengan sigap langsung membukakan pintu gerbang.
“Silakan masuk Mas Andre,” sambut Mbak Sum ramah.
“Terimakasih Mbak. Calvinnya adakan?” tanya Andre berbasa-basi pada Mbak Sum sambil mendorong sepeda motornya memasuki halaman rumah Calvin.
“Ada Mas. Tadi di kamar, mungkin capek habis pulang dari kantor polisi dengan dengan ibu, bapak, Bu Rini, dan Pak Hendra,”
“Lagi rame ya di rumah?” tanya Andre lagi.
“Gak juga Mas. Bapak dan Pak Hendra barusan pergi lagi berdua naik mobil. Kalo Ibu dan Bu Rini lagi di teras belakang ngobrol-ngobrol sambil bikin adonan brownies kukus,”
“Brownies? Em, enak dong,”
“Pasti enak Mas. Nanti kalau udah masak, mas Andre pasti kebagian juga. Ayo masuk kedalam Mas, sebentar Mas Calvinnya saya panggil,”
“Gak usah, biar saya langsung ke kamar aja,”
“Silakan Mas,” sahut Mbak Sum yang kemudian mengunci kembali puntu pagar rumah Calvin.
Andre kemudian masuk kedalam rumah Calvin. Tiba di ruang tamu rumah sahabat tersayangnya itu ia berhenti sejenak di depan altar tempat sembahyang keluarga Calvin. Di depan altar itu Andre berdiri dan berdoa sejenak untuk Desi yang fotonya dipajang diatas altar berdampingan dengan foto kakek Calvin. Andre mendoakan Desi menurut agama katolik yang dianutnya.
“Tante kirain siapa yang datang, rupanya kamu Ndre,” sapa Mama Calvin dengan senyum ramah pada Andre ketika cowok itu membalikkan tubuhnya dari altar setelah mendoakan Desi. Rupanya Mama Calvin itu ingin mengetahui siapa tamu yang datang ke rumahnya karena itu ia menuju ruang tamu.
“Iya tante, saya mau ketemu Calvin tante,” sahut Andre santun.
“Calvin dikamar kayaknya, mau tante panggilkan?”
“Gak usah deh tante, biar Andre aja yang kesana,”
“Ya udah silakan. Tante lagi masak brownies lho. Nanti kalau udah masak, Andre makan ya brownies buatan tante,”
“Pasti tante,”
“Ya udah kalau gitu tante lanjutin lagi masaknya, Andre silakan temui Calvin di kamar,”
“Baik tante,” sahut Andre dan kemudian bersiap pergi menuju kamar Calvin.
“Eh, Ndre,”
“Ya, Tante,”
“Terimakasih Lho,”
“Terimakasih untuk apa tante?”
“Terimakasih karena kamu tadi berdoa di depan altar,”
“Oh, itu. Sama-sama tante,”
“Kamu anak baik Ndre. Tante suka kamu bersahabat dengan Calvin,”
Andre mesem-mesem mendapat pujian dari Mama Calvin seperti itu. Kira-kira Mama Calvin masih memuji Andre anak baik atau enggak ya, kalau seandainya dia tau Andre dan Calvin sering kentot-kentotan selama ini? Hehehe.
Andre kemudian menuju kamar Calvin. Tanpa mengetuk ia membuka pintu kamar teman tersayangnya itu. Calvin yang sedang membaca buku di atas tempat tidur saat Andre datang, langsung tersenyum gembira melihat sosok Andre di depan pintu kamarnya.
“Gak sopan amat sih, masuk kamar gak pake ketuk pintu dulu,” kata Calvin pura-pura marah pada Andre.
“Emang sengaja. Siapa tau Gue nangkap basah Elo lagi ngentot berdua sama cowok lain di kamar ini,” sahut Andre nyengir sambil mengunci pintu kamar Calvin.
“Gak bakalan ada cowok laen yang Lo liat ngentot berdua sama Gue di kamar ini,” sahut Calvin nyengir.
Andre langsung menghambur ke atas tempat tidur. Tubuhnya menindih tubuh Calvin. Kedua cowok itu kemudian berpelukan dan berciuman penuh kasih sayang. Buku yang dibaca Calvin terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai.
***
Shift jaga Asep dan Eka selesai pukul empat sore. Jadwal tugas jaga satpam di kantor itu memang dibagi menjadi tiga sift dengan waktu jaga masing-masing delapan jam. Tugas jaga mereka kemudian digantikan oleh dua orang satpam lain yang bertugas sampai jam dua belas malam.
Selesai tugas, Asep mengajak Eka untuk menemui Yudha di ruang kerjanya.
“Mau ngapain ketemu Pak Yudha, Sep?” tanya Eka bingung.
“Mau ngebuktiin yang tadi saya bilang ke Mas Eka atuh,” sahut Asep.
“Maksud kamu?”
“Udah deh, gak usah banyak tanya. Ayo ikut ajah samah saya,” kata Asep.
Eka akhirnya tak berkomentar lagi dan mengikuti Asep menuju ruang kerja Yudha.
Bagian personalia dimana Yudha menjabat sebagai kepala bagiannya masih ramai. Enam orang pegawai yang merupakan bawahan langsung Yudha masih bekerja disitu. Yudha sendiri memiliki ruangan sendiri yang terpisah dari bawahannya. Ruangan Yudha memiliki jendela kaca yang ditutup dengan gorden dari dalam sehingga bawahannya tidak bisa melihat kedalam ruangan kerjanya.
Asep kemudian bertanya pada salah seorang pegawai bawahan Yudha apakah Yudha ada di dalam ruangannya atau tidak.
“Bapak ada, tapi sedang nerima tamu didalam,” sahut bawahannya itu. Bawahan yang ditanya Asep ini seorang cowok yang tampangnya ancur banget. Jadi gak usah deh diceritain gimana fisiknya, dan gak usah dibayangin dia bakalan ngentot dengan cowok manapun di cerita ini, hehehe.
“Tamu darimana? Udah lama?” tanya Asep lagi.
“Tamunya itu Mas Indra, adiknyaPak Yudha Elo kenalkan Sep?” sahut sang bawahan.
“Ngapain mas Indra kemari?” tanya Asep lagi.
“Gak tau, tadi dia bawa temennya satu orang. Kali mau ngelamar kerja,” sahut sang bawahan itu.
“Kalo gitu saya masuk ajah ya,”
“Ya terserah Elo, tapi ketuk pintu dulu deh,”
“Iya Mas,” sahut Asep.
Asep menyuruh Eka menunggu sebentar di luar ruang kerja Yudha dan kemudian mengetuk pintu ruang kerja itu. Setelah terdengar suara Yudha dari dalam yang menyuruh masuk, Asep membuka pintu dan masuk kedalam.
“Ada apa Sep?” tanya Yudha begitu mengetahui yang datang itu Asep.
Di depan meja kerja Yudha, duduk Indra bersampingan dengan seorang cowok lain yang ternyata adalah Dino.
“Sayah ada perlu Mas,” sahut Asep pada Yudha. “Eh, Mas Indra, Mas Dino ngapain kemari?” tegur Asep sekalian pada Indra dan Dino.
“Ini Sep, Dino pingin cari kerja. Gue bawa aja ke Mas Yudha, siapa tau ada lowongan untuk jaga loket tol,” kata Indra.
“Apa kabar Sep?” tanya Dino.
“Baik Mas,” sahut Asep. “Waduh kebetulan banget atuh,”
“Kebetulan banget gimana maksud kamu Sep?” tanya Yudha bingung. “O, ya kamu perlu apa sama saya? Kamu mau ngajak pulang sekarang? Inikan masih jam empat Sep. Saya kan pulangnya jam lima. Kamu tunggu saya sampai jam lima deh, terus kita pulang sama-sama,” kata Yudha yang mengira Asep akan mengajaknya pulang.
“Bukan ngajak pulang atuh Mas Yudha. Begini …,” sahut Asep yang kemudian tanpa malu-malu menceritakan tentang tantangannya pada Eka. Asep menceritakannya dengan penuh semangat, sementara wajah Yudha menunjukkan ekspresi tak suka karena Asep menceritakan hal tersebut di depan Dino.
“Sep!” tegur Yudha marah, langsung memotong pembicaaan pada Asep. Yudha yang belum tahu kalo Dino juga suka ngentot dengan sesama cowok tentu saja sangat tidak siap apabila orang lain mengetahui dirinya suka ngentot dengan sesama cowok.
“Santai aja Mas Yudha. Dino ini sama juga kok kayak kita,” kata Indra pada Yudha yang paham kakak kandungnya itu tak suka mendengar cerita Asep karena mengira Dino bukanlah cowok yang suka ngentot dengan sesama cowok juga.
“Maksud kamu Ndra?’ tanya Yudha sambil memandang Dino yang langsung tersenyum nakal pada Yudha.
“Saya juga suka ngentot dengan cowok kok Mas,” sahut Dino kalem.
“O, gitu,” sahut Yudha lega. “Kalau gitu suruh aja si Eka kemari. Sekarang!” perintah Yudha langsung semangat pada Asep. Senyum mesum mengembang di wajah suami Cinta itu.
“Mas, semua pegawai personalia belon pada pulang lho,” kata Indra mengingatkan.
“Oh, iya. Kamu benar Ndra. Sep, kamu bilangin ke Eka jangan pulang dulu deh sampai semua pegawai personalia pulang,” kata Yudha pada Asep.
“Baik Mas,” sahut Asep dan kemudian keluar dari ruang kerja Yudha.
“Semangat banget sih,” kata Indra mencandai kakak kandungnya yang terlihat sangat bersemangat itu.
“Abisnya enak sih,” sahut Yudha nakal sambil tersenyum mesum dan mengerling nakal pada Dino.
Dino tertawa diikuti pula oleh Yudha dan Indra.
***
Made dan Dion berbaring berpelukan dengan tubuh masih telanjang bulat disamping Bayu dan Ali. Sisa-sisa keringat masih membasahi tubuh kekar keduanya usai mengentoti Ali secara bergantian tadi. Setelah orgasme dan menumpahkan sperma mereka di dalam lobang pantat Ali tadi, keduanya beristirahat sambil menikmati tontonan cabul gratis yang disuguhkan dua reserse ganteng disebelah mereka.
Bayu sedang mengobok-obok lobang pantat Ali dengan cepat dan keras. Sepertinya Bayu sudah hampir mencapai orgasmenya sebentar lagi. Benar saja, tak lama kemudian gerakan lobang pantat Bayu berhenti mendadak. Bayu menekan pantatnya kuat-kuat sampai buah pantatnya yang putih dan sexy itu mengempot. Bayu mengubur batang kontolnya sedalam-dalamnya di dalam lobang pantat Ali.
Dari bibir tipis Bayu yang terkatup rapat terdengar suara geraman yang keras. Wajah gantengnya yang berkeringat menunjukkan ekspresi kepuasan yang tiada tara. Reserse itu orgasme dan spermanya tumpah ruah menambah banjir lorong lobang Ali yang sebelumnya juga sudah dibanjiri sperma Made dan Dion.
Ali yang biasanya bertindak sebagai top saat berhubungan sex dengan sesama lelaki, kali ini sepenuhnya menjadi bottom dan terlihat sekali kalau Ali sangat menikmati posisinya sebagai bottom itu. Kepuasan yang terpancar jelas di wajah ganteng Ali dan erangan nikmatnya saat dikentoti oleh Made, Dion, dan kini Bayu membuktikan itu.
Tubuh Bayu masih menelungkup menindih tubuh Ali yang juga menelungkup di lantai. Pantat Bayu masih menekan-nekan beberapa kali, menikmati sisa-sisa sperma yang masih berlompatan dari lobang kencingnya dan mengalir di dalam lorong lobang pantat Ali. Mulut Bayu menciumi dan menjilati leher Ali yang basah kuyup oleh keringat.
Setelah seluruh spermanya keluar dari lobang kencingnya, Bayu lalu memncabut batang kontolnya dari lobang pantat Ali. Batang kontol Bayu yang masih setengah ngaceng keras itu belepotan sperma putih kental yang warnanya agak kecoklatan. Sepertinya sperma itu sudah bercampur dengan kotoran yang ada di dalam lobang pantat Ali.
Hal seperti itu memang bisa terjadi saat kita melakukan anal sex dengan sesama cowok. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hal seperti itu. Yang pertama karena lobang pantat cowok yang kita anal itu emang gak bersih. Buat cowok-cowok yang bertindak jadi bottom hendaknya memperhatikan dengan seksama kebersihan lobang pantatnya. Meskipun penampilan Elo gak sisi, tampang Elo cakep abis, body Elo prima tapi kalo lobang pantat Elo jorok bakalan gak ada deh cowok top yang betah lama-lama sama Elo.
Yang kedua bisa jadi lobang pantat cowok yang di anal emang bersih tapi batang kontol yang mengentotinya yang kebesaran dan kepanjangan. Nah, kalo ini emang terjadi bukan karena kesalahan cowok bottom-nya. Mau lobang pantat dibersihin kayak apa juga kalo diaduk-aduk dengan batang kontol yang kebesaran dan kepanjangan udah pasti bakal mengenai daerah yang ada kotorannya. Namanya juga yang dikentotin itu lobang pantat, sudah pasti didalamnya punya cadangan sisa kotoran yang gak terjangkau tangan waktu nyeboknya kan, hehehe. Tambah lagi yang ngaduk-aduk lobang pantat itu bukan cuman satu batang kontol besar dan panjang doang, tapi tiga seperti yang terjadi pada Ali sekarang, ya wajar dong kalo kejadian, hehehe. Oke, sekarang kita balik ke cerita.
“Yu, kayaknya kontol kamu perlu segera dibersihin tuh. Jorok banget,” kata Made sambil menunjuk ke batang kontol Bayu.
“Shit, iya De,” kata Bayu sambil melihat ke batang kontolnya. Ia kaget melihat batang kontolnya belepotan sperma bercampur kotoran Ali. “Li, kamu tadi pagi beol gak cebok ya?” tanya Bayu pada Ali.
“Sial! Enak aja kamu bilang aku beol gak cebok, batang kontol kalian bertiga sih yang gede-gede dan panjang-panjang. Mana ngentotnya juga sangar-sangar banget, ya wajar ajalah kalo batang kontol kalian kena kotoran di dalam lobang pantatku,” sahut Ali sambil bangkit dari telungkupnya. “Ayo deh pada mandi. Kita udah kelamaan disini,” kata Ali mengajak ketiga temannya ngentot untuk mandi.
Keempat cowok itu kemudian mandi bersama di tempat mandi yang terdapat di ruangan itu. Keempatnya mandi, membersihkan diri mereka sebersih-bersihnya khususnya alat vital masing-masing. Ali yang menjadi bottom kali ini membersihkan lobang pantatnya dengan serius. Berkali-kali ia mencebok lobang pantatnya dengan air dengan mengorek-ngorek jarinya disana membersihkan seluruh sperma dan kotoran yang ada. Ali tak mau di lobang pantatnya berkumpul kuman-kuman yang terbentuk karena percampuran sperma dan kotoran.
Setelah mandi dan kembali menggenakan pakaian mereka masing-masing, keempatnya kemudian keluar dari ruangan itu. Dion dikembalikan ke ruang tahanan oleh Bayu sementara Made bersama Ali menuju ruang kerja reserse itu untuk mengumpulkan bahan-bahan yang dimiliki Ali. Setelah pesta sex yang mereka lakukan tadi, Ali menjadi bersahabat pada Made dan tidak keberatan membagi bahan-bahan yang dimilikinya sehubungan dengan kasus Dion pada pengacara muda yang ganteng itu.
“Tolong rahasiakan kalo kamu dapat bahan-bahan itu dari saya, De,” bisik Ali pada Made.
“Pasti,” sahut Made akrab sambil tangannya menyelipkan sepuluh lembar uang pecahan seratus ribuan yang dilipat kecil oleh Made ke saku celana seragam Ali.
“Apa ini, De? Suap?” bisik Ali. Reserse itu sengaja berbisik agar suaranya tidak terdengar oleh polisi yang lain.
“Bukan. Itu tanda persahabatan dari saya,” sahut Made.
“Kalo gitu makasih banyak deh De,” kata Ali sambil nyengir.
“Oke deh. Saya parmisi dulu Li. Besok saya kemari lagi,” kata Made pamitan pada Ali.
“Baiklah, silakan,” sahut Ali.
***
Andre dan Calvin sedang ngentot dengan penuh kemesraan di atas ranjang. Tubuh Andre dan Calvin sama-sama berbaring setengah miring ke bagian kiri. Andre dibelakang Calvin. Kaki kanan Calvin terangkat ke atas dipegang oleh tangan kanan Andre yang terentang memamerkan ketiaknya yang berbulu lebat nan indah. Batang kontol Andre keluar masuk lobang pantat Calvin. Ritme gesekan batang kontol Andre mengentoti Calvin perlahan saja namun saat masuk langsung menghujam dalam sekali sampai menyentuh prostat Calvin.
Indah sekali menyaksikan batang kontol Andre yang gemuk panjang saat keluar masuk dalam lobang kenikmatan Calvin. Lipatan paha mereka yang mulus tanpa ada bercak hitam sedikitpun disana plus jembut mereka yang tebal lebat mulai dari pangkal batang kontol dan menjalar sampai daerah lobang pantat membuat visualisasi daerah selangkangan mereka saat mengentot itu terlihat benar-benar sangat sempurna.
Wajah ganteng Calvin miring dan bertemu dengan wajah ganteng Andre. Keduanya berciuman. Bibir mereka saling memagut dalam kemesraan yang penuh gelegak birahi remaja nan liar.
Andre dan Calvin adalah potret remaja-remaja Indonesia masa kini. Di luar sana entah berapa banyak lagi cowok-cowok straight di usia remaja seperti mereka yang juga melakukan hal yang sama seperti dilakukan oleh Andre dan Calvin. Pertemanan yang sangat akrab di usia yang penuh gejolak birahi dan tingginya rasa penasaran untuk mencoba hal yang baru dan berbeda menyebabkan hal seperti ini sangat mungkin terjadi.
Pada dasarnya ini terjadi bukan karena mereka punya bakat homo atau banci. Mulanya hanya karena rasa penasaran untuk mencoba dan ternyata nikmat hingga kemudian ketagihan. Akhirnya kehidupan mereka penuh dengan segudang rahasia dan menuntut tingkat privacy yang tinggi dari lingkungan sekitar karena takut rahasia mereka terbongkar. Akibatnya yang menjadi korban adalah para cewek, keluarga, dan orang-orang di luar lingkaran mereka yang senantiasa akan dibohongi.
Cowok-cowok straight yang sudah pernah merasakan kenikmatan sex sejenis akan sangat sulit untuk menahan diri untuk tidak mengulangi lagi kenikmatan itu. Meskipun mereka bisa mendapatkan kenikmatan sex dari cewek mereka namun mereka tak bisa menahan diri untuk tidak melakukannya lagi dengan cowok bila ada kesempatan karena kenikmatan yang diraih saat ngentot dengan sesama cowok itu sangat berbeda sensasinya dengan saat ngentot dengan cewek. Bener gak?
Kembali ke Andre dan Calvin yang masih terus merengkuh kenikmatan. Goyangan pantat Andre yang tadinya perlahan namun menekan kuat hingga batang kontolnya terbenam sedalam-dalamnya di lobang pantat Calvin kini berubah cepat dan kuat. Calvin membalas gerakan pantat teman tersayangnya itu dengan gerakan pantat yang tak kalah cepat dan kuatnya.
Ranjang tempat mereka bercinta ikut bergoyang-goyang kuat juga menimbulkan suara derit yang cukup keras seiring dengan kerasnya erangan dari mulut keduanya. Andre dan Calvin yang sedang dirasuki nafsu setan itu, tak menghiraukan lagi bila suara-suara yang timbul akibat persenggamaan mereka yang liar terdengar sampai ke luar kamar.
“Oohhhh, Ndrehhh…, Ndrehhhh…,” erang Calvin.
“Ooohh…, Ohh…, Ooohhh…,” erang Andre.
Orgasme keduanya yang akan datang bersamaan sudah sangat dekat. Tinggal beberapa detik lagi saja. Dengan posisi masih sama-sama menyamping Andre melepaskan pegangannya pada kaki Calvin. Kaki Calvin kini menyilang di atas ranjang. Kedua tangan Andre yang kini bebas lalu memegang buah pantat Calvin sekuat-kuatnya dan menghentakkan pantatnya semakin cepat dan keras.
Tak lama kemudian tubuh keduanya mengejang. Selangkangan Andre menempel erat di buah pantat Calvin. Keduanya orgasme bersamaan. Lenguhan kepuasan serempak meluncur dari mulut mereka. Saat itulah tiba-tiba pintu kamar Calvin diketuk keras dari luar. Kedua remaja itu langsung terkesiap. Andre refleks mencabut kontolnya yang masih keras dari dalam lobang pantat Calvin. Terburu-buru cowok itu memungut pakaiannya yang berserakan dan kemudian lari ke kamar mandi.
Sementara itu Calvin memungut celananya dan langsung menggenakan celana itu tanpa menggenakan celana dalam terlebih dulu. Tergesa-gesa ia mengelap tubuhnya yang basah kuyup bersimbah keringat dengan sprey. Kemudian dengan tergesa-gesa juga ia merapikan sprey yang berantakan akibat persenggamaan mereka sambil berteriak, “Ya, siapa?” tanya Calvin agak gugup dengan suara keras menyahuti ketukan pintu itu.
“Mas Calvin, ibu bilang ajak Mas Andre ke teras belakang. Brownies-nya udah mateng,” kata suara dari luar kamar. Itu adalah suara Mbak Sum, pembantu setia keluarga mereka.
“Iya Mbak, sebentar lagi kami kesana,” sahut Calvin. Cowok itu langsung lega ketika mendengar suara Mbak Sum. Ia tadi sangat kuatir kalo orang yang mengetuk pintu itu adalah mamanya dan memintanya untuk membuka pintu.
Tak ada lagi suara dari luar kamar. Mbak Sum rupanya langsung pergi setelah mendengar jawaban Calvin.
Calvin kemudian mengecek pintu kamarnya. Betapa kagetnya cowok itu ketika mengetahui ternyata pintu kamar tidak terkunci. Andre lupa mengunci pintu kamar ketika masuk karena langsung menghambur ke atas ranjang memeluknya tadi. Calvin segera mengunci pintu kamarnya dan kemudian menyusul Andre ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi dilihatnya Andre sedang mandi di bawah shower.
“Elo lupa ngunci pintu kamar Ndre,”
“Astaga! Untung aja gak ada yang tiba-tiba masuk ke kamar Elo waktu kita ngentot tadi ya Vin,”
“Iya. Syukurlah,”
“Siapa tadi yang ngetuk pintu Vin?”
“Mbak Sum. Dia bilang, mama nyuruh kita segera ke teras belakang karena brownies-nya udah mateng,”
“Kalo gitu kita cepat mandi dan segera ke teras belakang,”
“He eh,”
***
Asep mengajak Eka masuk ke dalam ruang kerja Yudha setelah memastikan seluruh pegawai personalia pulang. Dengan langkah canggung, Eka mengekori langkah Asep memasuki ruangan kerja Yudha. Kecanggungan Yudha tersebut disebabkan oleh dua hal. Pertama, Yudha adalah kepala personalia yang notabene adalah atasan Eka. Sebagai kepala personalia yang memiliki kewenangan dalam urusan pegawai di kantor tentu saja Yudha sangat disegani oleh para pegawai termasuk Eka yang hanya satpam dengan status pegawai kontrak. Kedua, Eka merasa deg-degan dengan apa yang akan dibuktikan oleh Asep sehubungan dengan ceritanya tadi siang bahwa cowok bukan homo juga doyan ngentot lobang pantat cowok.
Begitu pintu ruang kerja Yudha terkuak langsung saja mata Eka terbelalak melihat apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Didalam ruang kerja itu Eka melihat Yudha sedang menikmati oral dari seorang laki-laki muda. Yudha berdiri tegak setengah mengangkang disamping meja kerjanya. Kancing kemeja lengan panjangnya dilepas semua mempertontonkan otot-otot tubuh bagian atasnya yang kencang. Celana panjang dan celana dalam Yudha dipelorotkan kebawah sampai betis mempertontonkan wilayah selangkangan sampai pahanya yang kokoh. Laki-laki muda yang sedang mengoral Yudha itu tak lain dan tak bukan adalah Dino. Cowok ganteng itu jongkok di depan selangkangan Yudha sambil asik memajumundurkan kepalanya memuluti batang kontol Yudha yang gemuk dan panjang.
Sementara itu, Indra duduk di kursi kerja Yudha menyaksikan perbuatan mesum Yudha dan Dino sambil berbicara kotor menyemangati Dino mengoral.
“Ya, isep yang kuat Din. Isep!” kata Indra.
Eka sangat terkejut menyaksikan itu semua. Saking terkejutnya, satpam ganteng itu sampai mundur beberapa langkah hingga keluar dari ruang kerja. Asep yang mengira Eka akan melarikan diri dari ruang kerja Yudha itu dengan sigap segera menangkap tangan kekar Eka dan menariknya kembali kedalam ruang kerja Yudha. Setelah Eka masuk kembali kedalam ruang kerja Yudha, Asep kemudian menutup pintu ruang kerja itu dan menguncinya dari dalam.
“Gimana atuh Mas Asep? Katanya mau liat bukti kok malah mau lari?” tanya Asep.
“Gue bukan mau lari Sep, Gue kaget,” sahut Eka dengan suara bergetar karena jengah. Jantung satpam ganteng itu berdegup kencang menyaksikan tontotan mesum antara dua laki-laki yang disaksikannya langsung didalam ruang kerja itu.
“Selamat datang Ka. Ayo dekat kemari,” kata Yudha santai memanggil Eka.
“Maaf pak, saya disini aja,” sahut Eka masih dengan suara bergetar. Meskipun merasa jengah menyaksikan perbuatan Yudha dan Dino namun entah kenapa Eka merasa penasaran untuk terus melihatnya. Ia tak berusaha untuk memalingkan pandangannya sama sekali.
Indra kemudian bangkit dari duduknya di kursi kerja Yudha. Bagian bawah tubuh Indra yang tadi tertutup meja kerja Yudha dapat terlihat jelas oleh Eka dan Asep. Indra rupanya sudah tak lagi menggenakan celana. Bagian bawah tubuhnya terlihat polos tak ditutupi benang sehelaipun. Batang kontol Indra yang tegang terlihat basah kuyup. Sepertinya cowok itu tadi sudah mendapat jatah oral entah oleh siapa. Bisa jadi oleh Dino atau bisa jadi juga oleh Yudha.
Indra berjalan dengan langkah gagah mendekati Eka yang berdiri di samping Asep. Batang kontolnya yang membengkak dalam posisi mengacung ke arah atas bergoyang-goyang seiring langkahnya.
“Sep, Lo gak buka baju? Atau perlu Gue bukain?” tanya Indra pada Asep.
“Enggak usah atuh Mas Indra. Sayah bisa buka baju sendiri. Mas Indra bantuin Mas Eka aja,” sahut Asep sambil nyengir.
“Gak usah. Saya gak usah buka baju,” sahut Eka gemetaran. Satpam ganteng yang biasanya berani menghadapi segala hal yang terjadi itu kini terlihat sangat ketakutan. Ia terlihat panik melihat Indra yang kini berdiri dihadapannya dalam posisi sangat rapat.
“Satpam kok penakut sih?!” tanya Indra dengan suara setengah membentak pada Eka. Indra lalu meremas selangkangan Eka dengan remasan yang cukup keras sambil menghembuskan nafasnya ke wajah ganteng Eka Syahputra.
“Saya…, saya…,” kata Eka dengan suara terbata-bata. Entah apa yang akan dikatakan oleh satpam ganteng itu. Ia tak berhasil mengakhiri kalimatnya saking ketakutannya melihat perlakuan Indra padanya.
Eka pada dasarnya adalah pria pemberani. Karena pemberani dan jantan itulah maka Eka melamar jadi satpam. Sebenarnya ia ingin menjadi tentara namun tak jadi karena orang tuanya tak memiliki cukup uang untuk menyuap panitia penerimaan.
Segala keberanian yang dimiliki Eka selama ini seolah-olah lenyap. Ia ketakutan atas perlakuan cabul Indra padanya. Sebenernya dalam hatinya ada keinginan untuk melawan. Satpam ganteng itu sangat ingin mendorong tubuh kekar Indra dan menghajarnya sampai bonyok. Namun ia sadar apabila ia menghajar Indra bukan tak mungkin ia akan dikeroyok ramai-ramai oleh Yudha, Asep, dan Dino—satu-satunya cowok yang belum dikenalnya di dalam ruangan itu.
Selain takut dikeroyok, tiba-tiba saja Eka teringat berita-berita yang kini sedang marak di Indonesia tentang kesadisan kaum gay yang tega membunuh dan memutilasi. Eka takut bila melawan nantinya ia akan dibunuh dan dimutilasi. Eka masih ingin hidup supaya bisa pulang bertemu anaknya dan ngentotin istrinya yang cantik plus binal di ranjang.
Sementara itu Asep sudah mempelorotkan celana panjang dan celana dalamnya. Beriri disamping Indra dan Eka, Asep yang kini hanya menggenakan kemeja satpamnya saja mengocok-ocok kontolnya sendiri dengan lembut sambil memandang ke arah Yudha dan Dino dengan penuh minat.
“Lo bencong ya?” tanya Indra lagi pada Eka dengan aksen suara menuduh, masih dengan volume suara setengah membentak. Jemari Indra tak henti meremas gundukan di selangkangan Eka yang meski masih lemas namun terasa besar.
“Ben…, bencong?” spontan Eka balik bertanya pada Indra. Terlihat sekali reaksi kebingungan bercampur ketakutan di wajah ganteng sang satpam. Eka bingung karena kok Indra bisa-bisanya nuduh dirinya bencong. “Kok Lo nuduh Gue bencong? Yang ngegrepe-grepe kontol Gue itu kan Elo! Elo dong yang harusnya bencong!” ini jawab Eka, tapi tentu saja dalam hati.
“Kenapa? Lo nuduh Gue bencong?” tanya Indra lagi.
Eka kaget dengan pertanyaan Indra ini. Karena pas banget dengan apa yang sedang dipikirkannya.“Si Indra apa bisa baca pikiran Gue ya?” tanya Eka dalam hatinya. “Eng…, enggak Mas. Saya gak nuduh Mas Indra bencong,” ini kalimat yang keluar dari mulut Eka.
“Supaya Lo tau ya Ka, meskipun Gue suka ngeremas-remas kontol bukan berarti Gue bencong. Gue doyan aja ngeremas kontol apalagi kalo gede dan panjang kayak punya Elo ini,” sahut Indra dengan senyuman menyeringai memvisualisasikan ekspresinya yang penuh nafsu.
Lalu dengan sebuah gerakan tangan yang cepat dan mendadak Indra melepaskan sabuk dan sekaligus celana panjang berikut celana dalam Eka. Selangkangan Eka kini terbebas dari segala kain penutupnya. Sebuah batang kontol yang masih lemas terlihat menggantung bebas tengah-tengah selangkangan Eka yang penuh rimbunan jembut panjang dan tumbuh liar.
“Astaga! Masih lemes aja udah segede ini Ka,” seru Indra.
Seruan Indra serta-merta membuat semua cowok yang ada didalam ruangan itu langsung memusatkan tatapan mereka ke batang kontol Eka. Dino menghentikan oralannya di batang kontol Yudha untuk turut juga menyaksikan batang kontol milik satpam ganteng itu.
“Waduh, Mas Eka itu kontol apa uler?” tanya Asep.
Eka memang patut berbangga dengan perkakasnya yang berukuran jumbo itu. Meski masih dalam keadaan lemas batang kontol itu panjangnya sudah mencapai sekitar dua belas senti meter. Selain panjang kontol itu juga gemuk. Diameter batangnya sekitar tiga sentimeter.
Indra, Yudha, Dino, dan Asep terlihat sangat terpesona menyaksikan batang kejantanan Eka itu. Keempatnya tak pernah mengira akan menyaksikan sebuah kontol sebesar milik Eka ini. Ukurannya sangat tidak lazim untuk ukuran kontol orang Indonesia yang paling gede sekalipun.
“Mas Yudha pengen nyobain kontolnya Eka untuk pertama kali gak?” tanya Indra pada Yudha. Ia bermaksud memberikan penghormatan pada kakak kandungnya itu utnuk mencicipi batang kontol gemuk panjang milik Eka pertama kalinya.
“Pasti dong Ndra. Din, udah dulu deh ngisepnya. Saya mau ngerasain kontolnya si Eka dulu nih,” kata Yudha.
“Oke Mas Yudh,” sahut Dino kemudian berdiri sambil mengusap bibirnya yang belepotan ludahnya sendiri dengan tangannya.
Yudha berjalan lalu mendekati Eka.
“Jangan, jangan isep kontol saya Pak Yudha. Saya belum pernah,” kata Eka panik. Ia berusaha menghindar namun dengan sigap Asep dan Indra memegangi tubuh kekar Eka.
Yudha tidak langsung mengoral batang kontol Eka. Bapak muda itu berdiri sejenak di depan Eka. Tangannya melepaskan kancing kemeja Eka satu per satu. Setelah semua kancing itu terlepas Yudha kemudian menyibakkan kemeja Eka untuk melihat tubuh atletis sang satpam ganteng.
“Kamu bikin ngiler aja deh, Ka,” kata Yudha.
Yudha membungkukkan tubuhnya sedikit. Bapak muda itu kemudian meleletkan lidahnya. Dengan penuh nafsu Yudha lalu menjilat tubuh atletis Eka mulai dari perutnya yang kotak-kotak terus naik ke atas sampai ke dadanya yang bidang.
Setelah menjilati tubuh Eka beberapa kali, Yudha kemudian berjongkok di tengah-tengah selangkangan Eka. Dengan menggunakan tangan kanannya Yudha menggenggam batang kontol jumbo milik Eka. Remasan-remasan lembut dilakukannya pada batang kontol itu sambil kepalanya menangadah ke atas menatap wajah Eka. Satpam ganteng itu terlihat membuang mukanya untuk tidak menatap ke bawah.
“Kamu tau gak Ka, waktu saya dengar Bu Anita mengerang-erang keenakan sambil ngomong tentang enaknya kontol kamu yang gede mengobok-obok memeknya, saya gak pernah menyangka bahwa gede yang dimaksud Bu Anita itu adalah segede ini,” kata Yudha.
Eka kaget mendengar Kalimat Yudha itu. Satpam ganteng itu langsung memalingkan wajahnya menatap kebawah ke arah Yudha sambil berseru, “Apa maksud bapak?!”. Eka tak menyangka Yudha mengetahui affair-nya dengan Bu Anita—Kepala Divisi Operasional yang hipersex dan telah menjanda untuk keempat kalinya di usia empat puluh lima tahun.
“Kenapa musti kaget Ka? Saya tau apa yang kamu lakukan bersama Bu Anita berkali-kali di ruang kerjanya,” sahut Yudha sambil menatap tajam ke mata Eka. Sambil menatap Yudha menggesek-gesekkan batang kontol jumbo Eka ke pipinya. “kamu mau saya membongkar rahasia kalian berdua? Kamu masih butuh kerjaan dan upah tambahan dari Bu Anita setiap mengentotinyakan, Ka?” sambung Yudha.
Eka terdiam.
“Ya atau tidak?” tanya Yudha dengan suara tegas.
Eka menganggukkan kepalanya lemah.
“Kalo begitu, kamu nikmati saja permainan ini. Jangan berlagak tak suka seperti itu Ka,” kata Yudha dengan suara sinis.
“Betul atuh Mas Eka. Nikmatin ajah, Mas Eka pasti bakalan sukah,” celetuk Asep dengan gaya lugunya.
Mulut Yudha menganga. Dengan bersemangat dimasukkannya batang kontol lemas Eka kedalam mulutnya. Setelah masuk, Yudha mulai mengulum kepala kontol sang satpam bak anak kecil sedang mengulum permen saja. Yudha sejenak mengeluarkan batang kontol itu dari mulutnya dan ngomong, “Kamu tadi kencing gak cebok ya Ka? Kontol kamu rasanya asin nih. Tapi enak banget, srupppp…, mmmmm…” Yudha kembali melahap batang kontol Eka.
Eka tak menjawab. Satpam ganteng itu sedang naik birahinya sejak seruputan mulut Yudha pertama kali di batang kontolnya. Eka memejamkan matanya sambil mengatupkan bibirnya menahan rasa nikmat seruputan mulut Yudha itu. Tanpa bisa ditahan oleh Eka, mulutnya mengeluarkan suara lenguhan.
Indra berjongkok di belakang tubuh Eka. Kedua tangan cowok itu lalu meremas buah pantat sang satpam yang sexy. Setelah beberapa kali remasan, Indra melanjutkan dengan membuka belahan buah pantat Eka. Mata Indra menatap dengan penuh selera celah lobang pantat Eka yang masih sangat sempit diantara bulu-bulu halus yang tumbuh liar di sekitarnya.
Lidah Indra kemudian terjulur dari dalam mulutnya. Dengan perlahan lidah itu menjalar di belahan buah pantat sang satpam. Jilatan lidah Indra di sekitar liang lobang pantat itu membuat Eka menggelinjang. Tubuhnya bergetar hebat dibuai kenikmatan luar biasa yang belum pernah dirasakannya selama ini.
Sementara dua kakak beradik Yudha dan Indra asik bermain-main dengan Eka, Dino dan Asep membuat permainan mereka sendiri. Keduanya berbaring di lantai saling melumat kontol dalam posisi 69.
Permainan kelima pejantan itu baru saja dimulai. Sudah dapat dipastikan permainan itu akan berlangsung lama. Hari ini, Cinta kembali harus menunggu lebih lama kepulangan suaminya ke rumah.
***
Matahari mulai merambat turun di bentangan garis langit ketika Papa Calvin dan Om Hendra tiba di kantor polisi tempat Dion ditahan. Sesuai kesepakatan dengan Antonius, Papa Calvin dan Om Hendra akan menemui Antonius di kantor polisi itu.
Antonius terlihat sudah menunggu di depan kantor polisi ketika Papa Calvin dan Om Hendra tiba. Reserse ganteng turunan India itu menggenakan seragam non formal polisi berupa atasan kaos warna coklat muda dan bawahan celana bahan warna coklat tua yang memang sengaja didisain ngepas di badan untuk menampilkan kejantanan para polisi. Antonius yang pada dasarnya emang udah oke tentu saja terlihat semakin oke dengan pakaian seperti itu.
“Haiya, Lu kenapa gak pernah bilang ke Gua kalo selama ini Lu punya kenalan banyak polisi cakep kayak si Antonius dan kawan-kawannya itu Gun?” kata Om Hendra berbisik pada Papa Calvin sambil berjalan menuju sang reserse setelah keluar dari mobil Papa Calvin. Tak beda dengan papa Calvin yang merupakan iparnya itu ternyata Om Hendra juga suka cowok, hehehe.
“Dasar deh Lu Ndra. Liat cowok cakep langsung aja horny, hehehe,” sahut Papa Calvin.
“Brengsek Lu Gun. Kayak Lu gak doyan aja. Lu pasti udah sering kentot-kentotan sama si Antonius dan kawan-kawannya. Sial Lu, gak ngajak-ngajak Gua,”
“Hahahaha, emosi banget sih Ndra. Sabar, entar Lu pasti Gua ajak deh,”
“Lu kalo janji gak pernah tepat Gun. Kalo Gua nagih janji, Lu pasti ada aja alasan,”
“Masak sih?”
“Iya. Ingat gak Lu waktu bilang mau ngajak Gua ikutan pesta sex merayakan ulang tahun Lu. Ulang tahun Lu kan udah liwat, kapan Lu ajak Gua ikutan?”
“Ups,” kata Papa Calvin dalam hati. Bibirnya menyunggingkan senyum.
“Betulkan. Lu gak ngajak Gua,” kata Om Hendra langsung memahami arti senyum Papa Calvin sebagai jawaban bahwa memang Papa Calvin tak mengikutsertakannya dalam pesta sex yang sudah selesai diselenggarakan.
“Sorry, koh. Gua lupa,”
“Kan udah Gua biang, Lu selalu aja ada alasan,”
“Udah deh. Entar kalo semuanya sudah beres, Gua buat lagi deh. Nanti kokoh pasti Gua ajak ikutan,”
“Lu kalo udah salah nyebut Gua kokoh, kalo enggak Lu enak aja manggil nama Gua. Ingat Gun, gimana juga istri Lu itu adiknya istri Gua,”
“Iya, iya. Sorry koh Hendra. Udah deh. Kita udah mau nyampe nih entar dia dengar lagi obrolan kita. Apa gak malu udah tua masih ngomongin soal selangkangan aja,”
“Pokoknya Lu pegang janji Gun,”
“Iya, iya,”
Papa Calvin dan Om Hendra akhirnya sampai juga di depan Antonius.
“Apa kabar Ton?” sapa Papa Calvin ramah pada Antonius.
“Baik, Mas Gun dan Mas Hendra apa kabar juga?”
“Baik Ton,” sahut Papa Calvin dan Om Hendra serempak.
“Silakan masuk Mas,”
Papa Calvin dan Om Hendra menjajari langkah Antonius masuk kedalam kantor polisi itu.
“Sony gak ikut Ton?’ tanya Papa Calvin.
“Gak bisa Mas. Dia lagi nemenin putrinya,”
“O, gitu,”
“Sayang anak juga ya Sony itu,” celetuk Om Hendra.
“Namanya sama anak sendiri ya pasti sayang dong Mas. Gitu juga Mas Hendra pasti sayang sama anak sendiri,” sahut Antonius.
“Saya gak punya anak Ton, jadi gak tau gimana rasanya sayang sama anak,” kata Om Hendra.
“Sorry, Mas Hendra. Saya gak tau kalau…,” kata Antonius merasa gak enak hati.
“Santai aja Ton. Meski gak bisa bikin anak saya ahli bikin enak kok, hehehe,” kata Om Hendra sambil mengerlingkan matanya nakal pada Antonius.
“Dasar si Hendra, tetap aja usaha,” kata Papa Calvin dalam hati, keki ngelihat kelakuan nakal kakak iparnya itu.
“Maksud Mas Hendra apa nih?” tanya Antonius pura-pura gak ngerti sambil menatap Om Hendra dengan ekspresi wajah seolah-olah bingung dengan maksud kalimat Om Hendra itu.
Tanggapan Antonius yang seperti itu membuat Om Hendra jadi salah tingkah. “Enggak, enggak. Saya cuman bercanda kok gak ada maksud apa-apa,” sahut Om Hendra dengan pipi bersemu merah.
“Rasain Lu dikerjain sama si Anton,” kata Papa Calvin dalam hati geli.
Om Hendra pun mingkem, gak ngomong apa-apa lagi.
“Mas Gun, sengaja saya pilih wktu pertemuan kita jam segini karena kantor udah gak terlalu rame lagi. Polisi yang bertugas juga tinggal yang piket aja. Nanti Mas Gun bisa ngomong lagi dan ngorek segala hal dari Dion sepuas-puasnya tanpa terganggu tamu-tamu lain yang datang menjenguk tahanan,” kata Antonius pada Papa Calvin.
“Terimakasih Ton,” sahut Papa Calvin.
“Sama-sama Mas Gun. Nah ini kita udah sampai di ruangan reserse. Tuh, si Ali dan Bayu udah ngelihat kedatangan kita,” kata Antonius pada Papa Calvin sambil menunjuk ke dalam ruangan reserse dari depan pintu ruangan itu. Didalam ruangan terlihat Ali dan Bayu langsung bangkit dari meja kerja mereka masing-masing sambil memberi hormat militer pada Antonius dan kemudian berjalan ke arah pintu menyongsong kedatangan Antonius berserta Papa Calvin dan Om Hendra. Tak ada orang lain di ruangan itu selain Ali dan Bayu. Kedua reserse itu memang sengaja belum pulang karena menunggu kedatangan Antonius.
“Apa yang bisa kalian laporkan ke saya?” tanya Antonius berwibawa pada Ali dan Bayu. Antonius yang berpangkat Inspektur Satu (Iptu) memiliki pangkat yang lebih tinggi dibandingkan Ali dan Bayu yang masih sama-sama berpangkat Ajun Inspektur Satu (Aiptu).
“Pengacara Dion tadi datang dan berkonsultasi dengan kliennya di ruang tamu tahanan, Pak,” sahut Ali dengan mantap. Bayu yang berdiri disamping Ali hanya diam mendengarkan.
“Ada lagi yang lain?” tanya Antonius.
“Tidak ada Pak,” sahut Ali singkat. Ali tentu saja tak melaporkan tentang pesta sex yang dilakukannya bersama-sama dengan Bayu, Dion, dan Made—pengacara Dion yang ganteng.
“Baiklah, sekarang kalian bawa Dion ke ruang interogasi. Banyak hal yang akan ditanyakan ulang oleh para ‘tamu agung’ kita ini pada Dion,” kata Antonius pada Ali dan Bayu sambil melirik kepada Papa Calvin dan Om Hendra saat mengucapkan kata-kata tamu agung.
“Tapi, Pak…,” kata Ali dengan raut wajah menunjukkan keberatan atas kata-kata Antonius.
“Tapi kenapa Aiptu Ali Wardhana?” tanya Antonius dengan raut wajah kurang suka dengan sikap keberatan Ali. Ketidaksukaan Antonius itu juga jelas dari penyebutan nama dan pangkat Ali secara lengkap oleh sang reserse.
“Pak, apakah tidak melanggar prosedur bila melakukan interogasi pada tahanan yang sudah memiliki pengacara tanpa didampingi atau setidak-tidaknya diberitahukan terlebih dahulu pada pengacaranya?” sahut Ali menjelaskan.
Ali sebenarnya bermaksud baik. Ia berusaha mengingatkan Antonius untuk tidak melakukan kesalahan dalam menangani kasus Dion. Namun rupanya Antonius tidak suka dengan penjelasan Ali itu.
“Terimakasih atas penjelasannya Aiptu Ali Wardhana,” sekali lagi Antonius menyebut nama dan pangkat Ali dengan lengkap. “Tolong kamu jelaskan pada saya apakah ngentot dengan tahanan sekaligus juga dengan pengacaranya di ruang kerja itu sesuai dengan prosedur?” tanya Antonius pada Ali. Tatapan mata Antonius tajam ke mata Ali yang serta-merta terkesiap mendengarkan apa yang dikatakan oleh Antonius. Bukan hanya Ali yang terkesiap mendengar apa yang dikatakan oleh Antonius itu. Papa Calvin, Om Hendra, dan juga Bayu sama terkesiapnya dengan Ali.
“Apa…, apa…, apa maksud Bapak?” tanya Ali terbata-bata. Wajah Ali pucat pasi, begitu juga dengan Bayu.
“Kalian berdua tak usah banyak tanya. Aku tahu apa saja yang telah kalian lakukan bersama Dion dan juga pengacaranya itu. Aku lebih dulu jadi reserse dari kalian berdua. Aku punya banyak mata-mata untuk mengawasi. Jangan kalian kira hanya kalian berdua saja yang aku tugaskan untuk mengawasi Dion,” sahut Antonius memandang Ali dan Bayu bergantian dengan mata mendelik.
“Maafkan saya pak,” kata Bayu lirih. Akhirnya reserse itu ikut ngomong juga setelah sekian lama hanya diam mendengarkan.
Bayu sangat takut Antonius akan mengambil tindakan yang bisa membuat karirnya di kepolisian tamat. Meski sama-sama polisi doyan kontol seperti Antonius dan Sony dan sering berpesta sex dengan kedua reserse seniornya itu namun Bayu sangat sadar perbuatannya ngentot dengan tahanan di kantor polisi adalah sebuah perbuatan yang sangat tidak sesuai dengan prosedur. Perbuatan itu jelas sudah masuk dalam kategori pelanggaran etika kepolisian yang sangat berat.
“Maafkan saya juga Pak,” timpal Ali lirih.
“Sekarang kalian bawa Dion ke ruang interogasi. Kalo pengacaranya protes pada kalian besok, katakan padanya untuk bicara padaku.” Kata Antonius tegas.
“Baik, Pak,” sahut Ali dan Bayu serempak. Selanjutnya kedua reserse itu bersiap menuju ruangan tempat Dion ditahan.
“Li, tunggu sebentar!” panggil Antonius pada Ali sebelum Ali menggalkan ruangan.
“Ya, Pak,” sahut Ali.
“Aku juga tahu kamu memberikan data kasus pada pengacaranya si Dion itu,” kata Antonius lugas.
Ali tak menjawab. Dengan gontai Ali meninggalkan ruangan.
“Sorry nih Tin, saya cuman mau klarifikasi aja soalnya tadi saya kurang bisa menangkap maksud pembicaraan kalian. Dua reserse tadi itu ngentot dengan Dion dan pengacaranya di kantor polisi ini?” tanya Om Hendra pura-pura bego pada Antonius. Ini nih kesempatan dia untuk ngelanjutin pembicaraan tadi yang terpotong.
“Iya Mas Hen,” sahut Antonius dengan wajah tersenyum geli melihat ekspresi Om Hendra yang pura-pura bego itu.
“Koh Hendra ini mau tau aja sih urusan orang,” celetuk Papa Calvin.
“Bukan mau tau urusan orang Gun. Ini kan kantor polisi, ini fasilitas pemerintah lho. Masak mereka nekat banget ngelakuinnya disini. Apa gak ada tempat lain? Lagian juga polisi cowok kok bisa-bisanya doyan sama cowok juga. Homo kok bisa diterima jadi polisi sih? Nanti semua tahanan cowok yang cakep bakal dikentot deh sama mereka,”
“Hush! Udah ah gak usah ngebahas soal itu koh,” kata Papa Calvin.
“Bukan ngebahas Gun. Cuman klarifikasi doang kok,”
“Emang setelah diklarifikasi lalu apa? Mas Hendra pingin juga dikentot kayak Dion?’ tanya Antonius tersenyum geli.
“Yaaa…, boleh aja sih. Apalagi kalo sama kamu,” samber Om Hendra sambil mengerling nakal pada Antonius.
“Astaga koh. Kok ngomong gitu sih?” kata Papa Calvin.
“Udah deh Gun. Gak usah muna deh Lu. Kita semua sama-sama doyan silit dan kontol kan. Kamu juga sama aja Ton. Pake ngerjain Gua lagi tadi,” kata Om Hendra sambil nunjuk hidung Antonius dengan gaya seolah-olah kesal pada Papa Calvin dan Antonius. Sebentar saja Om Hendra bisa bergaya seolah-olah kesal seperti itu beberapa detik kemudian ia sudah tertawa terbahak-bahak merasa geli dengan gayanya sendiri.
Melihat Om Hendra yang tertawa geli seperti itu Papa Calvin dan Antonius pun akhirnya ikutan tertawa. Jadilah ketiganya tertawa terbahak-bahak di ruangan reserse itu. Sedang ketiganya asik tertawa-tawa tiba-tiba datanglah Bayu memberitahukan bahwa ruangan interogasi sudah siap dan Dion juga sudah dibawa kesana.
“Pak, ruang interogasi sudah siap dan tahanan sudah kami bawa kesana,” kata Bayu.
“Oke, oke. Kamu kembali ke ruangan interogasi. Kami akan segera kesana,” sahut Antonius sewibawa mungkin sambil berusaha menahan tawanya. Sementara Papa Calvin dan Om Hendra menutup mulut dan muka mereka berusaha menahan tawa yang sulit untuk dihentikan mendadadak.
Setelah Bayu berlalu dari ruangan itu kembali ketiganya melepaskan tawa mereka yang sempat tertahan.
SERIAL ANDRE DAN CALVIN 36 : Nafsu Reserse. There are any SERIAL ANDRE DAN CALVIN 36 : Nafsu Reserse in here.
-
Cerita Dewasa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, tahun kedua-ku bersekolah di luar negeri. Aku sedang mandi dan mempersiapkan diri untuk...
-
Inilah cerita seks sedarah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak...
-
Keluarga Calvin pamitan pada Antonius, Ali, Bayu, dan Made setelah cukup lama ngobrol dengan Dion dan saudara-saudaranya. Besok pagi mere...
Search This Blog
Blog Archive
-
►
2022
(2)
- ► December 2022 (2)
-
▼
2021
(300)
- ► December 2021 (12)
- ► November 2021 (26)
- ► October 2021 (15)
- ► September 2021 (3)
- ► August 2021 (2)
- ► April 2021 (1)
- ► March 2021 (16)
-
▼
February 2021
(54)
- Ada Apa Dengan Rangga?
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 43 : Bangsal Nomor 19
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 42 : Silvia …, Oh Silvia …
- Keperawanan Ibu Guru
- Ngentot Tante Sexy
- Kenalan Remaja Jilbab Perawan
- Perjalanan Seks Seorang Guru
- Tante Ken Aduhai Seksi
- Irwan 2 : Kakakku dan Pengertiannya
- Irwan 1 : Mamaku Pengalaman Pertamaku
- Takan Lari Orgasme DiKejar
- PEJUH SIAPA INI??
- Demi Sahabat
- Erli Berikan Keperawananmu
- Dari Pada Nganggur
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 41 : Damai Itu, Indah …
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 40 : Arti Persahabatan
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 39 : Akhir Kisah Dion
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 38 : Tak Terduga
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 37 : Interogasi
- Derita ABG saat Jogging Pagi
- Hadiah Kedewasaan
- [Video] Aino Kishi SOE-472
- [Video] Sayaka Fukuyama - Beautiful Young Nurses O...
- Cinta 10 minit By eDdieaMir
- Aku Masih Ingat - Ricky and big black car By Edd
- Adik Kesayangan Saya By Isaac
- Kenangan di Kampus (2) By adekku
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 36 : Nafsu Reserse
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 35 : Made
- Mau Dibikin Apa... Mas ? By Jee
- Semalam Bersama Syam By Rizal
- Kena Amput Oleh Orang Melanau Di Sarawak By Wanxxx
- Melancap Bersama Seorang Cikgu Berusia 42 Tahun By...
- Aku Anak Siapa : part 3
- Aku Anak Siapa : part 2
- Aku Anak Siapa : part 1
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 34 : Om Handoko
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 33 : Kejujuran Hati
- Beromen Diatas Katil Double Decker By eDdieaMir
- Terkenang Dipeluk Ejan By eDdieaMir
- Sex Dengan Bapa Saudara By Jimbob
- Thank You Ian By Wan
- Kongsi Selamanya 2
- Kongsi Selamanya 1
- Dua Batang Untuk Isteri ku
- Mengayat Anak Buah Sendiri
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 32 : Ternyata, Oh Ternyata …
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 31 : Penangkapan
- Abang Aziz , Aku Rindu Padamu By Arjuna Asmara
- Malam Yang Hebat Sekali By Shamsuddin@22
- Bestnya Main Ngan Abang By hadi
- Pengalaman di Tempat Awam By Zoey
- Lubang Najis Kak Dewi : part 2
- ► January 2021 (127)
Powered by Blogger.
Find Your Happiness Within Yourself Quotes
Find Your Happiness Within Yourself Quotes . Web find peace within yourself.” “seeking happiness outside ourselves is like waiting for sunsh...

Labels
- 69
- Abang Angkat
- Air Mani
- Ajudan
- Amput
- Anal
- Askar
- Asrama
- Awek
- Ayah
- Ayam
- Bapa Saudara
- Bas
- Batang Besar
- Batang Kuda
- Bawah Umur
- Beastillity
- Bercuti
- Blowjob
- Bogel
- Bontot
- Boyfriend Orang
- Butuh
- By Budak Adli
- By Denco
- By EddieAmir
- By Jimbob
- By Man
- By Mr Cadd
- By Nicholas
- By Niclit
- By Nur Atikah
- By pangeran212
- By Wanxxx
- Cerita Dewasa
- Cikgu
- Cina
- Daun Muda
- Dildo
- Download
- Driver
- Driver Lori
- Duda
- Emak
- ExBoyfriend
- Fan Fiction
- Foursome
- Glory Hole
- Handsome
- Hensem
- Hetero
- Hisap
- Homo
- Horor
- Hotel
- Housemate
- Ibu Mertua
- Incest
- Indian
- Indonesia
- Interracial
- Isteri Orang
- Jawa
- jiran
- Jubur
- Kampung
- Kebun Teh
- Kisah Cinta Dua Marhalah
- KL&L
- Konek
- Kontol
- Kontol Gede
- Kuli
- Lancap
- Liwat
- Love Story
- Maktab
- Malaysia
- Mat Salleh
- Mature
- Melanau
- Melayu
- MOTNES
- Muscle
- Negro
- News
- Ngentot
- Novel
- Orgy
- Outdoor
- Pakcik
- Pemerkosaan
- Pensyarah
- Pertama
- Polis
- pondan
- Remaja
- Rogol
- Roomate
- Sarawak
- Satpam
- Sedarah
- Sekolah
- Selingkuh
- Serial Andre dan Calvin
- Sesama Wanita
- Siswa
- Skodeng
- Sport
- Suami
- Suami Isteri
- Suami Orang
- Tentera
- Tetek
- Threesome
- Toilet
- Tukar Pasangan
- Umum
- Uncle
- Universiti
- Video