SERIAL ANDRE DAN CALVIN 37 : Interogasi



CREATED, STORY, AND EDITED BY NICOLAST

“Hmmm…, brownies buatan tante enak banget lho,” puji Andre pada Mama Calvin. Pujian Andre bukan pujian gombal semata. Cowok ganteng itu benar-benar menyukai brownies buatan Mama Calvin dibuktikan dengan sudah empat potong brownies yang dilahapnya.

“Lo doyan apa laper Ndre?” goda Calvin. Cowok itu memang sengaja menggoda Andre karena tau cowok itu pasti laper berat setelah tadi memacu birahi bersamanya.

“Laper pasti Vin, emang udah waktunya laperkan. Tapi selaper-lapernya Gue juga kalo makanannya gak enak pasti gak selera. Nah, brownies ini jelas enak banget makanya Gue gak malu-malu makannya,” sahut Andre tanggap.

“Saking lapernya sampe gak terasa udah empat potong masuk ke perut Lo ya Ndre hanya dalam waktu tak sampai dua menit,” goda Calvin lagi sambil nyengir.

“Udah-udah jangan berantem. Andre kalo suka boleh makan sepuasnya kok,” kata Mama Calvin hangat.

“Makasih tante,” sahut Andre sopan senang karena dapat pembelaan dari Mama Calvin. Sementara Calvin pura-pura gak mendengar.

“Nanti Andre sekalian makan malam disini aja ya,” tambah Mama Calvin lagi.

“Andre jadi malu tante. Udah dikasih brownies diajak makan malam lagi,” kata Andre dengan gaya malu-malu.

“Jangan pura-pura deh. Elo seneng banget diajak makan malam disinikan,” sergah Calvin cepat begitu mendapat angin untuk menggoda kembali teman tersayangnya itu.

Andre nyengir pada Calvin dan dibalas dengan nyengir juga oleh Calvin.

“Tuh kan berantem lagi. Udah, makannya diterusin aja Ndre,” kata Mama Calvin lagi.

“Iya Ndre gak usah malu-malu. Vin, temennya jangan digodain terus dong,” Tambah Tante Rini yang ikut membela Andre.

Andre pun dengan cuek mengambil dua potong lagi brownies dan langsung melahapnya sekaligus.

“Ndre,” tegur Mama Calvin.

“Ya Tante,” sahut Andre dengan mulut penuh brownies.

Mama Calvin, Tante Rini, dan Calvin tersenyum geli melihat pipi Andre yang membulatkarena mulutnya penuh brownies.

“Brownies-nya dihabisin dulu dong Ndre,” kata Calvin.

“Iya tante?” sahut Andre segera setelah menelan habis brownies.

“Tante senang kamu tetap gak berubah pada Calvin meskipun kini papa kamu sudah jadi menteri,” kata Mama Calvin memuji.

“Duh, Tante gak usah ngomongin soal itu deh,” kata Andre. Wajah ganteng cowok itu mendadak cemberut mendengar kalimat Mama Calvin.

“Boleh dong tante memuji kamu. Tadi kamukan memuji Tante,”

“Iya, tapi,”

“Oke, Tante gak ngomong soal itu lagi. Tapi Tante boleh ngucapin terimakasih ke kamukan?”

“Terimakasih untuk apa?”

“Terimakasih karena kamu mau menjadi teman Calvin dalam situasi seperti ini,”

“Kalo itu gak usah terimakasih, Tante. Apa gunanya teman kalau gak bisa menemani saat suka dan duka,”

“Kamu memang anak baik Ndre,”

“Udah deh, tante,”

“Iya Ma, udah deh,” timpal Calvin. Ia merasa tidak enak melihat Andre yang kurang nyaman dengan omongan mamanya.

“Iya, iya. Mama gak ngomong lagi deh. Sekarang kalian lanjutin aja makan brownies-nya ya. Mama dan Tante Rini biar nyiapin makan malam buat kita,” sahut Mama Calvin cepat. Sebagai ibu ia mengetahui kalo dua remaja itu merasa kurang nyaman dengan pembicaraan itu. Karena itu ia segera mengambil sikap untuk menghentikan pembicaraan dan beralasan akan segera menyiapkan makan malam.

Mama Calvin dan Tante Rini lalu meninggalkan Andre dan Calvin. Kedua cowok itu kini duduk berdua di teras belakang rumah Calvin yang asri. Langit semakin gelap. Lampu-lampu di taman belakang rumah Calvin sudah dihidupkan menambah keindahan taman itu.

“Kamu marah Ndre?” tanya Calvin dengan suara pelan sambil melirik wajah ganteng Andre.

“Enggak,” sahut Andre singkat.

“Maaf ya kalo kata-kata mama tadi membuat Elo gak enak hati,”

“Enggak kok Vin. Gue tau kok kalo mama maksud kata-kata mama kamu itu baik,”

“Trus kenapa Elo diam aja?”

“Gue cuman tiba-tiba terpikir aja tentang kita,”

“Maksud kamu?”

“Keluarga kita kan tahunya kita hanya temenan baik doang. Padahal hubungan kitakan lebih dari itu Vin. Gue mikir gimana nantinya hubungan kita ini?”

“Kamu pinginnya kayak apa? Gue ikut aja dengan keputusan Elo,”

“Gue belon mutusin apa-apa kok Elo udah bilang mau ngikuti keputusan Gue. Lagian kelanjutan hubungan kita ini harus kita berdua yang memutuskannya. Masak Gue sendiri yang mutusin?”

“Elo mau udahan?”

“Astaga! Ya enggak dong Vin. Kok Lo jadi ngomong gitu?”

“Siapa tau Elo udah mulai takut hubungan kita ini ketahuan orang,”

“Gue belon pernah mikir kayak gitu. Yang Gue pikirin apakah Gue bisa kalo jauh dari Elo setelah kita lulus nanti dan sama-sama kuliah ditempat yang berbeda dan berjauhan,”

“Gue juga memikirkan hal seperti itu Ndre. Kita gak ketemu sebentar aja waktu Elo latihan jasmani kemaren rasanya buat Gue udah lamaaaa banget,”

“Gue juga Vin,”

“Gue sayang sama Elo Ndre,”

“Gue juga sayang sama Elo Vin,”

Keduanya kemudian saling memandang dengan perasaan sayang. Kedua tangan mereka secara serempak mendekat dan kemudian saling menggenggam dengan erat. Tanpa sepegetahuan keduanya di depan pintu yang menghubungkan rumah dan teras belakang telah berdiri Mama Calvin. Sang mama menatap kedua remaja yang sedang bergenggaman tangan itu dengan tatapan luka.

***

Tubuh atletis Eka Syahputra ditindih tubuh atletis Yudha dalam posisi 69. Mulut Yudha sibuk mengerjai daerah sekitar lobang pantat Eka begitu pula sebaliknya. Nafsu keduanya sama-sama menggelegak terbukti dengan kontol mereka yang sudah sama-sama mengeras.

Eka yang selama ini belum pernah mengerjai daerah sekitar lobang pantat siapapun baik cewek—termasuk istrinya sendiri—apalagi cowok, terlihat sangat buas mengerjai lobang pantat Yudha. Satpam ganteng itu benar-benar sudah terjebak nafsu setan. Meskipun baru sekali ini melakukan hal tersebut ia terlihat sudah sedemikian ahli mengeksplorasi lobang pantat atasannya itu.

Lobang pantat Yudha terlihat membuka. Lorongnya yang berwarna kemerahan terpampang jelas di depan mata Eka. Menyaksikan lobang pantat yang membuka itu Eka semakin bernafsu. Ia meludahi lobang pantat Yudha itu berkali-kali sambil menjilati, menciumi, dan menyedot lobang pantat itu dengan buas.

Yudha sama buasnya dengan Eka. Jemarinya asik mengorek-ngorek lobang pantat Eka yang masih sempit sekali. Satpam ganteng yang lobang pantatnya masih perjaka itu merasakan kenikmatan yang luar biasa dikorek-korek lobang pantatnya oleh jari Yudha.

Indra bergabung dengan Dino dan Asep. Dino yang masih cukup sempit lobang pantatnya karena belum sering dianal nampaknya sudah mempersiapkan diri untuk dicoblos oleh Indra dan Asep bergantian.

Entah kenapa ada semacam aturan dalam dunia cowok yang pada dasarnya bukan gay namun doyan silit cowok bahwa cowok yang masih baru di dunia itu harus siap memposisikan dirinya sebagai bottom buat cowok-cowok yang sudah lebih banyak pengalaman. Mungkin ini terkait dengan keinginan untuk mencari kepuasan maksimal saat ngentot. Dimana semakin sempit lobang yang dimasuki kontol akan semakin diperoleh kepuasan maksimal. Karena itu cowok yang masih sempit lobang pantatnya akan sangat diminati sampai kemudian mendapatkan lagi lobang pantat lain yang lebih sempit atau bahkan masih perjaka.

Dino yang ganteng dan jantan itu sudah mengangkang di lantai. Mulutnya asik menyelomoti batang kontol Asep yang mengangkangkan pahanya di leher Dino. Sementara itu dengan jari tangan kanannya Indra sibuk mengorek-ngorek lobang pantat Dino yang sudah belepotan ludah.

“Pantat Lo Gue tusuk ya Din?” tanya Indra berbasa-basi.

“He eh,” sahut Indra tanpa melepaskan batang kontol Asep dari mulutnya.

Indrapun kemudian bersimpuh di depan selangkangan Dino. Tanpa menggunakan pelumas sama sekali disusupkannya batang kontolnya yang sudah dilumurinya dengan ludahnya sendiri ke bibir lobang pantat Dino.

Lobang pantat Dino sedikit demi sedikit mulai melebar seiring dengan masuknya batang kontol Indra. Karena sudah pernah dicoblos sebelumnya lobang itu sudah bisa beradaptasi saat batang kontol memasukinya. Meskipun sudah tidak sulit dimasuki batang kontol bukan berarti lobang pantat Dino tidak lagi memiliki daya jepit. Buktinya lihat saja si Indra yang langsung mengerang keenakan saat merasakan batang kontolnya seperti dicengkeram dalam sebuah silinder yang berdinding empuk dan mencengkeram dengan erat.

“Ahhh…, enak banget pantatmu Din,” erang Indra.

Otot-otot Dino meregang saat batang kontol Indra memasuki lobang pantatnya. Hal ini disebabkan ia merasa perih didalam lorong lobang pantatnya karena efek dari gesekan batang kontol Indra di dinding lobang pantatnya itu saat masuk.

“Sakit Din?” tanya Indra.

“He eh,”

“Gue goyang ya,”

“He eh,”

Sakit tapi kok malah mau digoyang? Hehehe.

Indra pun mulai menggoyang pantatnya perlahan. Dino mulai menggelinjang. Perih masih terasa tapi mulai diiringi dengan rasa nikmat. Goyangan Indra semakin cepat, perih pun hilang kini hanya kenikmatan yang dirasakan Dino.

Sementara itu Eka yang melihat Indra sudah mengentoti Dino jadi kepingin juga untuk segera menghajar lobang pantat Yudha.

“Pak, saya kentot ya?” tanya Eka minta ijin pada atasannya.

“Ohhh…, enak aja. Gue duluan yang ngentot Elo baru habis itu gantian,” sahut Yudha.

“Tapi, saya belon pernah Pak,”

“Makanya sekarang dicobain,”

“Sakit gak Pak?”

“Tuh liat Si Dino. Keenakan kan dia? Kalo sakit mana keenakan kayak gitu,”

Akhirnya Eka tau juga nama cowok yang tadi belum dikenalnya itu. Eka memandang ke arah Dino yang sedang dikentot oleh Indra. Ia melihat Dino yang sedang menyelomoti kontol si Asep itu sangat keenakan dikentoti Indra.

“Ayo nungging!” perintah Yudha pada Eka. Yudha lalu bangkit dari menindih tubuh Eka.

Satpam ganteng itu kemudian menuruti perintah Yudha, menungging di lantai.

“Pelan-pelan ya Pak,” kata Eka memohon.

“Gak janji,” sahut Yudha ketus.

Dengan kaki menyiku di lantai Yudha memposisikan dirinya tepat di belakang buah pantat Eka. Yudha menggesek-gesekkan batang kontolnya di belahan pantat Eka sambil meremas-remas buah pantat satpam ganteng itu.

“Ahhh…,” erang Yudha keenakan karena batang kontolnya digelitik bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar belahan pantat Eka.

Yudha lalu menempelkan kepala kontolnya di bibir lobang pantat Eka yang mengatup. Pelan-pelan disorongnya kepala kontolnya memasuki bibir lobang pantat Eka.

“Gak pake kondom Pak?” tanya Eka sambil menolehkan kepalanya ke belakang melihat ke arah Yudha yang sedang berusaha membenamkan batang kontolnya.

“Pake kondom? Emangnya Lo takut hamil?’ tanya Yudha sambil mendorong pantatnya kedepan agak menyentak sehingga kepala kontolnya semakin masuk kedalam lobang pantat Eka.

“Ohhh…, sssakit Pak,” erang Eka.

“Tahan! Masak satpam gak bisa ngerasain sakit sebentar doang,” sahut Eka sambil terus mendorong.

Akhirnya kepala kontol Yudha berhasil menembus bibir lobang pantat Eka. Setelah berhasil memasukkan kepala kontolnya, Yudha lalu mendorong pantatnya dengan kuat memaksa seluruh batang kontolnya kedalam lobang pantat satpam ganteng itu.

“Arghhhhh…., sakit Pak…,” jerit Eka protes.

“Tahan!” seru Yudha sambil memegang buah pantat Eka kuat-kuat agar tak bergerak karena satpam ganteng itu berusaha mengelak dari hujaman batang kontol Yudha disebabkan sakit yang dirasakannya oleh perlakuan Yudha memasukinya.

Batang kontol Yudha terbenam seluruhnya di lobang pantat Eka. Rasa sakit menyebabkan lorong lobang pantat Eka berkontraksi. Efek kontraksi itu dirasakan luar biasa oleh Yudha. Ia merasa batang kontolnya seolah-olah diremas kuat.

“Ooooohhh…, enaknya pantatmu Ka,” erang Yudha.

Eka hanya diam. Ia merasakan lobang pantatnya seperti disayat-sayat. Perihnya sangat luar biasa. Tanpa bisa ditahannya air mata kesakitan mengalir dari sudut matanya. Batang kontolnya yang tadi tegang kini lemas menggantung di selangkangannya.

Yudha membiarkan batang kontolnya dalam lobang pantat Eka. Ia masih ingin menikmati remasan lobang pantat itu di batang kontolnya sebelum mengentoti satpam ganteng itu. Sambil menikmati remasan lobang pantat Eka, Yudha membungkukkan tubuhnya sehingga dadanya mengimpit punggung lebar satpam itu. Yudha kemudian menciumi leher sang satpam.

“Bau keringat kamu enak Ka,” bisik Yudha.

Eka hanya diam. Pikirannya campur aduk. Ia tak pernah menyangka akan pernah mengalami hal seperti ini dalam episode kehidupannya. Tak pernah terbayangkan olehnya ia—yang sudah punya istri dan anak—bakal dikentot oleh seorang laki-laki—punya istri dan anak pula—seperti Yudha ini.

Yudha lalu menggerakkan pantatnya kebelakang sehingga kontolnya keluar setengah dari lobang pantat Eka.

“Ohhh…,” erang Eka masih kesakitan tapi tanpa protes lagi.

Yudha mendorong lagi pantatnya kedepan sehingga kontolnya kembali terbenam seluruhnya di dalam lobang pantat Eka.

“Ohhh..,” erang Eka lagi.

Yudha melakukan gerakan pantat sorong tarik itu berulang-ulang dan Eka tetap mengerang-erang. Namun Yudha tak peduli dengan erangan Eka ia terus mengentoti Eka dalam posisi tubuh menghimpit punggung sang satpam.

Gerakan maju mundur pantat Yudha semakin cepat. Demikian pula dengan Indra. Dua kakak beradik itu kini sedang sibuk mengentoti pasangan sex mereka masing-masing. Suara tepukan buah pantat terdengar keras di ruang kerja Yudha.

***

Dion duduk dengan wajah menunduk. Di depannya duduk Papa Calvin, Om Hendra, dan Antonius. Sementara itu Ali dan Bayu menunggu di luar ruangan interogasi dan melihat kedalam ruangan interogasi dari kaca di dinding ruang interogasi itu. Kaca jendela itu dari dalam ruangan interogasi akan terlihat seperti cermin besar. Orang yang ada di dalam ruangan interogasi tak bisa melihat keluar. Ia hanya melihat pantulan bayangannya sendiri disitu.

“Yon, Kamu tahu Desi hamil?” tanya Papa Calvin pada Dion.

Cowok itu diam tak menjawab.

“Jawab Yon. Kamu sedang diinterogasi. Kalau kamu tidak bisa menjawab kamu saya anggap melawan polisi. Hukuman kamu akan lebih berat jadinya,” ancam Antonius.

“Kalian berdua bersekongkol menangkap saya,” sahut Dion lirih. Meski tak menengadahkan kepalanya maksud kalimat Dion jelas mengarah pada Papa Calvin dan Antonius.

“Maksud kamu?” tanya Antonius yang menangkap maksud kalimat Dion itu namun ia menginginkan cowok itu secara tegas menyebutkan siapa orang yang dimaksudkannya bersekongkol.

“Kalian berdua sudah merencanakannya. Setelah memuaskan nafsu, kalian tangkap saya. Apakah itu tidak bersekongkol namanya,” kata Dion. Cowok itu kini menengadahkan wajahnya dan menatap Papa Calvin dan Antonius bergantian.

Om Hendra ikut menatap Papa Calvin dan Antonius juga bergantian. Dalam hatinya ia mengupat karena akhirnya mengetahui bahwa sebelum menangkap Dion, Papa Calvin dan Antonius sudah menggarap cowok itu sebelumnya. Andai saja Om Hendra tahu tentang pesta sex bakalan makin mengupat deh dia, hehehe.

“Kita gak usah membahas soal itu Yon,” kata Antonius.

“Kembalikan uang saya yang kalian sita. Uang itu hak saya,” kata Dion.

“Nanti kami kembalikan kalo urusan ini sudah selesai Yon,” sahut Antonius lagi.

“Uang? Uang apa nih?” pikir Om Hendra.

“Kenapa kalian menginterogasi saya tanpa didampingi oleh pengacara saya?’ tanya Dion lagi.

“Kamu tak usah protes Yon. Sekali lagi kamu protes saya hajar kamu!” ancam Antonius.

“Kalau kamu berani menghajar saya Ton, saya laporkan kamu!” kata Dion balas mengancam.

“Kamu jangan mengancam saya Yon!” kata Antonius mulai marah.

“Udah, udah. Yon, aku harap kamu mau bercerita agar semuanya jelas. Kalau kamu memang tidak bersalah, kami pasti akan meminta polisi untuk melepaskan kamu,” kata Papa Calvin berusaha menengahi dan sekaligus membujuk Dion.

“Betul Yon, kami berharap kamu mau bekerja sama,” tambah Om Hendra.

“Apa yang harus saya ceritakan?” tanya Dion. Cowok ini mulai terpengaruh dengan bujukan Papa Calvin.

“Apakah benar kamu menghamili Desi? Mungkin kita mulai dari situ,” kata Papa Calvin.

Dion terdiam. Ia menghela napasnya panjang.

“Yon, tolong jawab. Kita sudah kenal lama Yon, aku harap kamu mau jujur pada saya,” kata Papa Calvin lagi.

“Kalian sudah kenal lama?” celetuk Om Hendra.

“Iya Koh. Dion ini adalah adiknya Sonya, sekretaris saya. Sebelum saya tahu dia pacaran dengan Desi saat datang ke rumah kami beberapa waktu lalu, sebenarnya saya sudah kenal dengannya. Hanya saja karena saat itu saya sedang bersama dengan Rina tentu saja saya berakting seolah-olah belum kenal dengannya,” sahut Papa Calvin menjelaskan pada Om Hendra. Papa Calvin merasa perlu untuk menjelaskan hal ini supaya Om Hendra gak lagi melanjutkan celetukan-celetukannya karena segudang tanda tanya dalam kepalanya.

Dion kembali menghela napas panjang. Cowok itu terlihat memendam keinginan untuk menceritakan sesuatu namun sangat berat untuk mengutarakannya. Hal ini diketahui oleh Antonius.

“Yon, kamu tidak usah ragu untuk bercerita. Aku berjanji pada kamu Yon, kalau memang kamu tidak bersalah aku akan melepaskan kamu,” sahut Antonius berusaha membujuk.

“Aku juga janji sama kamu Yon. Kalau kamu tidak bersalah, aku akan menjelaskannya pada Rina, istriku. Aku yakin dia pasti akan bisa mengerti juga kalau cerita kamu jelas,” tambah Papa Calvin.

“Aku belum kenal lama sama kamu Yon. Tapi aku juga berjanji,” kata Om Hendra ikut-ikutan.

“Ceritanya panjang,” sahut Dion akhirnya.

Kalimat Dion ini membuat Papa Calvin lega. Ia merasa Dion mau bekerja sama kini tidak lagi seperti tadi siang.

“Kami siap mendengarkan sepanjang apapun cerita itu Yon.” Sahut Papa Calvin.

“Ya, waktu kita cukup panjang Yon. Mulailah bercerita,” tambah Antonius.

“Baiklah. Aku sudah berpikir untuk menceritakan hal ini semua sejak ditangkap. Aku juga sudah berjanji pada pengacaraku akan menceritakan padanya besok. Aku berharap dengan menceritakannya pada pengacaraku nanti dialah yang akan berurusan dengan kalian. Namun ternyata hari ini kalian datang dan bermaksud menginterogasiku. Aku rasa tak ada salahnya aku menceritakannya pada kalian. Om Gunawan dan juga Om Hendra pada dasarnya adalah orang luar keluarga Thomas Handoyo, jadi aku rasa kalian berdua bisa lebih objektif,” kata Dion mengawali dengan sebuah kata pengantar yang cukup panjang.

“Kamu kenal dengan kakeknya Calvin?’ tanya Papa Calvin kaget. Om Hendra juga terlihat sama kagetnya.

“Ya. Bagaimana kalau aku juga katakan bahwa aku kenal dengan Erick Wijaya,” sahut Dion.

“Erick Wijaya? Gimana ceritanya kamu kenal dia Yon?” tanya Om Hendra.

“Aku anaknya, Om,” sahut Dion kalem.

Papa Calvin dan Om Hendra tercengang. Antonius meski masih bingung namun tak tercengang karena ia sama sekali tak pernah mengenal Thomas Handoyo ataupun Erick Wijaya itu. Namun demikian ia merasa penasaran dengan cerita yang akan dituturkan oleh Dion ini.

“Aku harap kamu segera menceritakan hal ini dengan selengkap-lengkapnya Yon,” kata Antonius tegas pada Dion.

***

“Mas Indra, saya boleh gantian atuh,” pinta Asep pada Indra. Pemuda desa nan lugu itu rupanya kepingin juga ngerasain lobang pantat Dino.

“Aduh, masih enak nih Sep. Lo entar aja deh. Ahhh…,” sahut Indra yang sedang keenakan. Ia masih ingin menikmati sendiri lobang kenikmatan milik Dion itu tanpa diganggu oleh Asep.

“Jangan egois dong Ndra. Asep kan kepingin juga ngerasain enaknya pantat Gue. Gantian dong,” kata Dino sambil nyengir.

“Bilang aja Lo juga pingin ngerasain kontol si Asep ngaduk-aduk lobang Lo kan? Pake nuduh Gue egois lagi,” sahut Indra juga sambil nyengir. “Bentar ya Sep. Dua menit lagi ya.”

Asep mengangguk setuju. Ia pun menunggu giliran sambil menikmati mulut Dino yang menyelomoti kontolnya. Asep melayangkan pandangannya ke arah Yudha dan Eka. Satpam ganteng itu dilihatnya masih dikentoti oleh Yudha dalam posisi doggy style. Jelas sekali bagaimana Yudha sangat menikmati memperjakai sang satpam.

Asep melihat batang kontol Yudha yang keluar masuk lobang pantat sang satpam berlumuran darah. Asep yakin itu pasti darah dari lobang pantat Eka akibat terobosan batang kontol Yudha. Asep jadi teringat saat ia memperjakai kedua sahabatnya di kampung, Encus dan Dudung, satu per satu. Lobang pantat Encus dan Dudung juga berdarah waktu itu. Asep ingat betapa nikmatnya saat-saat untuk pertama kalinya ia mencoblos lobang sempit dua perjaka desa itu. Nafsu Asep semakin menggelegak saat Encus dan Dudung mengerang-erang karena kesakitan.

“Ooohhh…, sakittt… Sephhh…., ooohhh…, ooohhhh…,” erang Encus dan Dudung saat itu.

“Tahan dikit atuh. Laki-laki teh harus bisa nahan sakit, ahhh…, ahhh…,” sahut Asep sambil terus menggenjot pantatnya keenakan.

Kembali ke Yudha dan Eka. Sepertinya Eka sudah menikmati kentotan Yudha. Eka tak lagi mengerang kesakitan. Satpam itu kini mengerang-erang atau sesekali mendesis-desis menandakan dirinya telah merasakan kenikmatan.

“Ohh…, ohhh…,ssshhh…, ohhh…,” suara Eka.

“Enakkan Ka, enakkan? Ohhh…,” suara Yudha.

“Mmmhhhh…, mmmmhhh…, ssshhh…,” suara Eka lagi.

“Oughh…, oughhh…, ahhh…,” suara Yudha lagi.

Indra sepertinya lupa pada janjinya akan janjian ngentotin Dino. Cowok ganteng itu masih terus menghajar lobang pantat Dino dengan penuh nafsu. Asep yang tak sabar ingin ngerasain lobang pantat Dino kemudian mengingatkan Indra.

“Mas Indra, udah lewat dua menit atuh,” kata Asep.

“Kamu itu gak sabar banget sih Sep,” sahut Indra. “Nih. Ambil,” tambah Indra kemudian melepaskan batang kontolnya dari lobang pantat Dino.

“Hatur nuhun atuh Mas Indra,” sahut Asep dan kemudian segera menuju lobang pantat Dino mengambil alih posisi Indra. Asep segera memasukkan batang kontolnya ke lobang pantat Dino dan mulai mengentotinya.

Indra mengambil alih posisi Asep. Ia menyorongkan batang kontolnya ke mulut Dino.

“Ndra, dilap dulu dong kontolnya. Jorok ah bekas dari lobang pantat juga,” protes Dino karena Indra main sorong aja kontolnya yang barusan mengaduk-aduk lobang pantat itu ke mulutnya.

“Emangnya Elo tadi belon cebok apa Din?” tanya Indra.

“Gak usah banyak omong deh. Pokoknya Lo lap aja dulu,” sahut Dino.

“Oke, oke,” sahut Indra dan kemudian mencari tissue dari atas meja kerja Yudha. Dengan menggunakan tissue itu Indra mengelap kontolnya. Setelah selesai mengelap ia kembali ke Dino.

“Nah gitu dong,” kata Dino lalu menyambut batang kontol Indra itu dengan mulutnya.

Sebagai cowok yang baru memasuki dunia seperti ini, Dino memang masih memiliki rasa jijik untuk melakukan hal-hal tetentu seperti misalnya mengoral kontol yang baru keluar dari lobang pantat.

Kentotan Yudha di lobang pantat Eka makin buas. Yudha menghajar lobang pantat sang satpam dengan gerakan yang cepat dan keras. Kontolnya keluar masuk mengaduk-aduk lobang pantat sang satpam bak piston yang sedang bekerja. Hal ini menyebabkan Eka merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia mengerang-erang dengan suara sangat keras.

“Oohhhh…, Pakkhhh…, Ohhh…, Pak Yudhahhh…, Ohhh… Tuhankuhhh… enaknyahhh…,” suara Eka.

Yudha pun makin bersemangat mendengar erangan Eka itu. Tubuhnya yang sudah basah kuyup bersimbah keringat terus bergerak makin cepat mengentoti Eka yang juga sama basah kuyupnya.

Yudha sudah mendekati orgasmenya. Tekanan-tekanan kontolnya di lobang pantat Eka semakin dalam. Batang kontolnya semakin membengkak dan mulai berdenyut-denyut. Aliran spermanya sudah bergerak cepat menuju lobang kencingnya. Tak lama kemudian dengan sebuah hentakan pantat yang kuat Yudha menguburkan sedalam-dalamnya batang kontolnya di lobang pantat Eka. Tubuhnya yang menegang menghimpit punggung sang satpam sambil memeluk pinggang ramping Eka kuat. Sperma Yudha menyembur bebeberapa kali didalam lobang kenikmatan sang satpam.

“Ooohohhhhhhhhhhhh…,” erang Yudha keenakan saat orgasmenya tiba.

Eka menekankan buah pantatnya ke belakang. Eka keenakan merasakan orgasme Yudha didalam lobang pantatnya. Ia tak pernah merasakan sebuah kenikmatan seperti ini sebelumnya. Saking enaknya Eka merasa tak rela jika batang kontol itu dicabut darinya saat ini.

Tubuh Eka yang tadinya menungging kini roboh ke lantai dihimpit tubuh Yudha. Nafas mereka berdua memburu. Yudha yang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya menciumi leher dan punggung Eka yang keringatan.

“Saya suka pantat kamu Ka,” bisik Yudha.

“Enak Pak?” sahut Eka juga dengan suara berbisik.

“Banget,” sahut Yudha sambil melirik ke jam dinding di ruang kerjanya. Waktu menunjukkan pukul 18.15 WIB. “Kamu enggak sholat maghrib dulu Ka?” bisik Yudha.

“Gara-gara Bapak saya jadi gak bisa sholat nih,” sahut Eka.

“Kok gara-gara saya?” sahut Yudha sambul tertawa kecil.

“Udah ah gak usah dibahas Pak. Saya pingin ngerasain punya Bapak nih,” kata Eka.

“Saya masih capek Ka. Lain kali aja ya,” sahut Yudha menolak.

“Tapi, Pak.”

“Kamu ngentotin si Asep aja deh. Sep, sini!” panggil Yudha ke Asep.

Asep yang sedang hot-hotnya ngentotin Dino langsung menolehkan pandangannya ke arah Yudha yang memanggilnya.

“Iya Mas?” sahut Asep.

“Kamu udahan dulu deh ngentotin si Dino. Si Eka pingin ngerasain lobang pantat nih. Kamu layanin dia sini,”

“Tapi, Mas.”

“Udah gak pake tapi-tapian,” kata Yudha dan kemudian bangkit dari menindih tubuh Eka. Saat Yudha melihat ke kontolnya yang berlumuran darah bercampur sperma miliknya sendiri langsung saja Yudha ngomel, “Duh, jorok banget sih pantat kamu Ka. Liat nih kontol Gue sampe berdarah-darah kayak gini. Ada ee’ nya juga lagi. Sana cebok dulu deh, bersihin!” perintah Yudha pada Eka.

Eka langsung duduk di lantai dan mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Ia terkejut melihat dari lobang pantatnya yang kini merekah itu mengalir cairan kental yang warnanya kecoklatan bercampur merah.

“Ngapain sih kamu ngangkang disitu Ka. Liat deh, lantai jadi kotor. Sana gih ke kamar mandi. Cebok! Terus kamu lap lantainya ya!” perintah Yudha dengan suara setengah menghardik membuat Eka kaget.

“Baik Pak,” sahut Eka dengan raut wajah memancarkan kekuatiran melihat kondisi lobang pantatnya itu. “Pak, saya tidak akan kenapa-kenapa kan?” tanya Eka.

“Maksud kamu?” tanya Yudha.

“Saya gak akan kena penyakit kan Pak?” tanya Eka.

“Bego banget sih kamu Ka. Kamu kan masih pertama kali dikentot ya wajar kayak gitu. Sana bersihin dulu deh supaya gak jorok. Nanti kalau udah yang kedua kali pasti gak akan gitu. Liat aja tuh si Dino, gak papa kan dia. Lain kali sebelum ngentot lobang pantat kamu dibersihin dulu supaya gak ada ee’ nya,” kata Yudha.

“Iya Pak,” sahut Eka. Raut kekuatiran di wajahnya sirna. Satpam ganteng itu segera ke kamar mandi yang ada di ruang kerja Yudha.

Yudha mengikuti Eka ke kamar mandi karena ingin membersihkan juga kontolnya. Sementara itu Asep melanjutkan kentotannya di lobang pantat Dino. Ia bersyukur Eka membersihkan dulu lobang pantatnya sehingga ia masih punya waktu untuk menikmati lobang pantat Dino. Indra yang tadinya sudah bersiap-siap untuk menggantikan Asep mengentoti Dino akhirnya harus bersabar sejenak menunggu Eka selesai membersihkan lobang pantatnya di kamar mandi.

***

Cerita Dion membawa Papa Calvin, Om Hendra, dan Antonius ke masa lalu. Waktu itu Dion masih balita. Dion dan keluarganya masih hidup di Palembang waktu itu. Berdasarkan cerita yang diperoleh Dion dari Sonya ketika itu mereka hidup sejahtera.

Papa mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Erick Wijaya saat itu merantau dan bekerja pada seorang pengusaha kaya bernama Thomas Handoyo di Jakarta. Papa mereka memiliki jabatan yang sangat bagus yaitu menjadi manajer di perusahaan properti sang pengusaha kaya itu. Karena itu setiap bulan papa mereka bisa mengirimkan uang yang banyak kepada mereka di Palembang.

Setelah dewasa barulah Dion mengetahui latar belakang keberangkatan papa mereka meninggalkan keluarga untuk merantau ke Jakarta. Keberangkatan itu dilatarbelakangi niat untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Mulanya kehidupan ekonomi keluarga mereka di Palembang sangat buruk. Erick Wijaya sangat sulit mencari nafkah di Palembang karena dianggap turunan keluarga PKI. Kakek dan nenek Dion mati dibunuh massa ketika aksi pengganyangan PKI dulu.

Ternyata Erick Wijaya berhoki baik di Jakarta. Ia memulai hidupnya dengan bekerja sebagai tenaga administrasi di perusahaan milik Thomas Handoyo. Kehidupan yang sulit di Palembang menyebabkan Erick Wijaya sangat ulet bekerja. Karena tinggal sendiri di Jakarta tanpa anak dan istri, Erick tak masalah kerja lembur meski dibayar dengan gaji rendah. Karena Erick berpikir kalau pulang ia masih harus keluar uang lagi untuk beli makan malam sementara kalau lembur makan malamnya ditanggung perusahaan dan masih dapat uang tambahan.

Keuletan Erick ini menarik perhatian Thomas Handoyo. Karena itu dalam waktu tak terlalu lama Erick berkali-kali mendapat promosi jabatan hingga akhirnya menduduki jabatan manajer di anak perusahaan milik Thomas Handoyo yang bergerak di bidang properti. Perusahaan yang dikelola Erick ini berkembang pesat hal ini menyebabkan Erick menjadi anak emas dan sangat dipercaya oleh Thomas Handoyo.

“Kamu benar Yon, papa kamu memang anak emas dari mertua kami saat itu,” kata Om Hendra memotong cerita Dion.

“Dari cerita kamu ini Yon aku baru mengetahui alasan papa kamu merantau ke Jakarta. Sebelumnya aku bingung kenapa papa kamu hidup sendirian di Jakarta sehingga dikira masih bujangan oleh keluarga istriku waktu itu,” tambah Papa Calvin.

“Ya begitulah kenyataannya Om. Kakek dan nenek tak pernah disidang atas tuduhan keterlibatan mereka di organisasi PKI. Keturunan mereka akhirnya harus menanggung akibatnya menjadi anak-anak turunan PKI sehingga sulit mencari nafkah,” sahut Dion.

“Itu adalah catatan buruk dalam sejarah negara kita Yon. Tapi kedepan aku yakin akan tiba masanya catatan buruk itu akan hilang dengan sendirinya,” kata Antonius mengomentari. “Silakan cerita kamu dilanjutkan Yon,” tambah Antonius.

“Baiklah,” sahut Dion. Semuanya kembali serius mendengarkan termasuk Ali dan Bayu yang ikut mendengar dari balik kaca.

***

Erick Wijaya kemudian diperkenalkan pada Rina Handoyo. Mereka berdua kemudian terlibat dalam hubungan asmara yang dilatari pada tujuan yang berbeda. Rina Handoyo karena mencintai Erick dan ingin menikah dengannya sementara Erick karena jauh dari istri membutuhkan pendamping untuk sekadar melalui hari-harinya yang sepi.

Erick salah menduga. Ia mengira Rina Handoyo memiliki pola hidup sex bebas karena lama tinggal di Amerika. Erick tak pernah mengira Rina Handoyo akan menuntut pertanggungjawaban darinya. Ketika Rina Handoyo kembali ke Indonesia dan membawa seorang bayi cantik berjenis kelamin perempuan hasil percintaan mereka berkali-kali selama Rina Handoyo liburan di Indonesia, Erick Wijaya langsung shock. Ia tak menyangka Rina Handoyo membiarkan dirinya hamil untuk melahirkan anak mereka.

Erick Wijaya keberatan untuk menikahi Rina karena beralasan sudah memiliki anak dan istri di Palembang. Penolakan ini merupakan penyebab kehancuran Erick selanjutnya. Erick kemudian dipenjarakan atas dasar tuduhan Thomas Handoyo pada polisi bahwa ia melakukan penipuan pada calon pembeli properti yang mereka jual dan penggelapan uang perusahaan.

Dalam sebuah persidangan yang cukup singkat dengan menghadirkan saksi-saksi yang tak lain dan tak buka adalah orang bayaran Thomas Handoyo, Erick kemudian dihukum untuk mengembalikan uang perusahaan dan membayar sejumlah uang kepada saksi-saksi yang mengaku pembeli properti yang ditipu olehnya. Selain itu Erick juga dihukum untuk menjalani kurungan selama dua tahun di penjara.

Harta Erick kemudian disita dan dijual secara lelang untuk mengembalikan uang perusahaan dan uang saksi-saksi yang mengakui telah ditipu oleh Erick. Tanpa bisa membela diri karena pengacara yang harusnya membela Erick juga telah disuap dan ditekan oleh Thomas Handoyo akhirnya Erick menjalani hukumannya dengan pasrah. Masa itu memang kekuasaan orang berduit sangat luar biasa. Thomas Handoyo bisa melakukan apa saja yang diinginkannya.

Penjara menjadi neraka dunia buat Erick. Thomas Handoyo menyuap kepala penjara untuk memasukkan Erick dalam sel yang berisi begundal-begundal kelas kakap yang akan menyiksanya dengan sebuah siksaan yang sangat berbeda. Erick tak pernah membayangkan dalam hidupnya akan mengalami siksaan seperti itu.

“Masuk!” hardik sipir penjara sambil mendorong tubuh Erick hingga terjatuh dan bergulingan di lantai sel. “Sambut tuh barang bagus untuk kalian!” kata sang sipir pada dua orang tahanan yang memang sudah mendekam di dalam sel itu sebelum Erick datang.

“Barang bagus emangnya mau diapain?” tanya salah seorang tahanan sinis pada sipir itu.

“Jangan banyak gaya Lu, Man. Kalau gak mau tuh barang Gua masukin ke selnya si Sarjan aja. Gimana?” tanya sang sipir mengancam.

“Masukin aja sana. Paling juga Lo yang nyesel,” sahut tahanan itu lagi tetap sinis.

“Bangsat Lu!” maki sang sipir dan kemudian menunci pintu sel lalu pergi.

Erick tak mengerti apa maksud pembicaraan mereka tadi. Dengan masih terhuyung-huyung karena tadi bergulingan di lantai Erick lalu berusaha duduk di lantai sel yang dingin.

Erick menatap sekeliling ruangan sel berukuran tiga kali tiga itu. Ada dua tempat tidur bertingkat disitu. Kedua tahanan yang ada di sel duduk masing-masing di tingkat bawah tempat tidur. Mereka menatap Erick dengan tatapan tanpa ekspresi.

“Lu tidur di atas!” kata tahanan satu lagi yang tadi tidak bicara dengan sipir.

“Siapa nama Lu?” tanya tahanan yang tadi bicara dengan sipir.

“Erick,” sahut Erick singkat.

“Lu Cina?” tanyanya lagi.

Erick terdiam sejenak. Ini orang pertanyaannya kok SARA gitu sih? Kata Erick dalam hati.

“Ya, kenapa?” tanya Erick.

“Cina kok bisa masuk penjara?“

“Maksud Lu?”

“Cina itu biasanyakan orang berduit. Konglomerat. Mana mungkin masuk penjara,” sahut sang tahanan.

“Buktinya Gue masuk penjara,”

“Kasus apa?” tanya tahanan yang satu lagi.

“Gue dituduh menipu dan menggelapkan uang perusahaan,” sahut Erick. “Maaf nih, saya boleh tahu nama kalian?”

“Gue Hotman Manihuruk,” sahut tahanan yang tadi ngomong sama sipir dan dipanggil ‘Man’. Hotman ini perawakannya tinggi besar dengan otot-otot yang tercetak sempurna di tubuhnya. Usianya sekitar empat puluhan. Wajahnya sangar. Jelas sekali dari nama belakangnya kalo Hotman ini orang Batak.

“Gue Rezky Aditya, panggil aja Rezky atau Rez doang juga boleh,” sahut tahanan yang satu lagi. Rezky bertubuh tinggi ramping atletis. Usianya sekitar dua puluh limaan. Wajah Rezky tampan sekali bak model. Tak ada kesangaran di raut wajahnya.

“Boleh tahu kalian dipenjara gara-gara kasus apa?” tanya Erick.

“Sama-sama kasus pembunuhan tapi karena alasan yang berbeda,” sahut Rezky.

“Maksudnya?” tanya Erick.

“Bang Hotman itu emang pembunuh bayaran. Kalo Gue membunuh suami perempuan yang menggunakan jasa Gue sebagai gigolo,” sahut Rezky.

“Lo, bukannya kebalik harusnya Elo yang dibunuhnya?” tanya Erick merasa lucu mendengar cerita kasus Rezky.

“Emang niatnya dia mau bunuh Gue pake pisau, tapi pisaunya berhasil Gue rebut akhirnya ya dia yang Gue bunuh jadinya,” sahut Rezky santai.

Erick tersenyum tipis mendengar jawaban Rezky. Erick menilai Hotman sepertinya pendiam dan kalau bicara kalimatnya pendek-pendek. Sedangkan Rezky lebih banyak omong.

“Engghh…, Gue boleh nanya?” tanya Erick.

“Nanya soal apa?” tanya Rezky.

Hotman tak lagi ikut ngobrol. Ia terlihat berbaring di atas tempat tidurnya sepertinya akan tidur.

“Apa maksud sipir tadi waktu ngomong sama Bang Hotman?” tanya Erick.

“Oh itu. Entar Lo bakalan tau sendiri,” sahut Rezky singkat. Seraut senyum mengembang di wajah tampannya. Senyum yang tidak dimengerti Erick.

***

“Kamu tau darimana cerita sedetil itu Yon?” tanya Antonius.

“Ya, kok kamu bisa tau cerita sedetil itu sih?” tambah Papa Calvin.

“Saya pernah ketemu dengan Om Rezky,” sahut Dion.

“O ya? Kapan?” tanya Om Hendra.

“Setelah papa meninggal,” sahut Dion.

“Gimana ceritanya?” tanya Om Hendra lagi.

“Nanti saya ceritain Om. Sekarang mendingan saya lanjutkan cerita tadi,” sahut Dion.

“Baiklah,” sahut Om Hendra.

Papa Calvin dan Antonius mengangguk-angguk.

***

Eka keluar dari kamar mandi. Satpam ganteng itu sudah selesai membersihkan lobang pantatnya. Wajahnya terlihat meringis-ringis akibat rasa sakit setelah membersihkan lobang pantatnya dengan air.

Asep masih mengentoti Dino. Sementara Indra menikmati kuluman mulut Dino di kontolnya. Yudha duduk di kursinya. Beristirahat sambil menonton permainan cabul trio Indra, Dino, dan Asep.

“Sep, Eka udah siap tuh,” kata Indra mengingatkan Asep.

“Mas Indra ini sirik aja kalo liat sayah lagi asik,” sahut Asep tak rela melepaskan lobang pantat Dino.

“Udah deh sana, kesian tuh si Eka nungguin,” kata Indra lagi.

Asep melepaskan kontolnya dari lobang pantat dan kemudian menuju ke Eka.

“Gimana atuh Mas Eka, udah percayakan dengan cerita sayah?’ tanya Asep pada Eka.

“Percaya Sep. Sekarang kamu siap-siap deh. Gue udah gak sabar pingin nyoblos lobang pantat kamu,” sahut Eka.

“Jangan langsung main coblos atuh Mas Eka. Emangnya surat suara pemilu? Dirangsang dulu atuh lobang sayah. Dijilat-jilat dulu terus dilumasin pake ludah, biar enak nyoblosnya. Nih saya udah ngangkang. Dimulai atuh,” kata Asep. Cowok itu duduk mengangkang dilantai membuka buah pantatnya untuk dilumasin Eka.

“Oke deh. Jilatin pantat cowok ternyata lebih enak daripada jilatin memek ya Sep,” sahut Eka.

“Betul atuh Mas Eka. Lobang pantat cowok emang lebih enak dari memek cewek. Apalagi kalo udah keringatan kayak pantat saya gini. Makin nafsuin pisan. Mangga dicobain atuh,” sahut Asep.

Eka segera berbaring telungkup di depan Asep. Kepalanya menyusup diselangkangan pemuda desa itu. Lidah dan mulut Eka mulai mengeksplorasi lobang pantat Asep seperti tadi dia mengeksplorasi lobang pantat Yudha.

Sementara itu, Yudha ternyata sudah kembali naik nafsunya setelah beristirahat beberapa saat. Ia kemudian mendatangi Indra dan Dino. Yudha kemudian menindih tubuh Dino dalam posisi 69. Yudha menyarangkan pantatnya di wajah ganteng Dino sementara mulutnya menangkap kontol tegang Dino yang bergoyang-goyang karena sedang dikentotin Indra. Dengan lahap Yudha menyelomoti batang kontol Dino itu.

Dino menyambut buah pantat Yudha yang terhidang di depan wajahnya. Lidah dan mulutnya bergerilya disana. Lidahnya menjelajahi daerah antara buah pelir dan lobang pantat Yudha. Mulutnya menciumi daging buah pantat Yudha yang sexy.

Setelah melumasi lobang pantat Asep dengan ludahnya kini Eka bersiap-siap untuk membobol lobang pantat Asep. Eka menuruh Asep bebaring telentang di lantai. Eka kemudian bersimpuh diantara selangkangan Asep mengarahkan batang kontolnya ke lobang pantat pemuda desa itu. Pelan-pelan Eka membenamkan batang kontolnya ke lobang kenikmatan Asep hingga akhirnya masuk seluruhnya.

“Erghhh…,” Eka merintih saat merasakan cengkeraman lobang pantat Asep pada batang kontolnya.

“Kumaha atuh Mas Eka? Enak kan?” tanya Asep sambil memandang wajah Eka.

“Enak banget Sep,”

“Enak mana sama memek istri Mas Eka?”

“Enakan lobang pantat kamu Sep, erghhh…,”

“Hehehe, sok atuh digoyang kontolnyah,”

“Okeh,”

Eka mulai menggenjot.

***

Ponsel Andre berdering. Refleks Andre melepaskan genggaman tangannya dari Calvin. Cowok itu segera mengambil ponselnya dari saku celana panjangnya. Andre membaca nama penelepon di layar ponselnya.

“Dari David, Vin,” kata Andre pada Calvin.

“Ya udah, disahut aja,” sahut Calvin.

Andre segera menekan tombol tanda menerima panggilan yang ada di ponselnya.

“Halo Vid,”

“Halo Ndre. Lagi dimana Lo?” sahut David di seberang.

“Gue lagi di rumah Calvin. Ada apa Vid?” tanya Andre.

“Ndre, Gue udah ngomong dari hati ke hati dengan Rafael. Peneror Elo dan Calvin bukan dia Ndre. Gue udah cek juga nomor-nomor ponsel yang dia punya. Nomor ponsel peneror itu bukan salah satu nomor ponselnya,”

“Gitu ya Vid,”

“Yoi Ndre. Gue jamin itu bukan Rafael,”

“Oke deh Vid. Makasih banget atas bantuannya,”

“Sama-sama Ndre. Gue harap Elo gak ragu dengan apa yang Gue katakan,”

“Kenapa Elo ngomong gitu?”

“Bisa jadi Elo ragu karena Rafael adik kandung Gue,”

“Enggak lah Vid. Gue masih yakin kok kalo Elo akan tetap menjaga jalinan persahabatan kita. Lagipula kalo Rafael bohong ke Elo suatu saat pasti akan terbongkar juga. Oke deh Vid. Terimakasih banyak atas bantuan Elo,”

“Sama-sama Ndre,”

Pembicaraan usai.

“Ngomongin soal apa sih Ndre?” tanya Calvin.

Andre lalu menceritakan secara singkat tentang pembicaraan antara dirinya bersama-sama dengan Doni, Wisnu, dan David di kolam renang tadi siang. Selanjutnya Andre menceritakan juga tentang kabar dari David yang mengatakan bahwa ia sudah berbicara dari hati ke hati dengan Rafael dan David mengatakan Rafael bukan pelaku teror itu.

“Kenapa Doni bisa tau juga masalah ini Ndre?” tanya Calvin.

“Sebenarnya banyak hal yang sudah terjadi selama kita gak sama-sama Vin. Tapi kayaknya gak tepat kalo Gue nyeritainnya disini. Gue kuatir ada yang denger,”

“Baiklah. Nanti setelah makan malam Gue harap Elo mau nyeritainnya ke Gue di kamar,”

“Pasti Vin,”

Tiba-tiba terdengar suara Mama Calvin dari arah belakang, “Vin, Ndre ayo makan,” mengajak kedua remaja ganteng itu makan.

Andre dan Calvin segera bangkit dari duduk mereka dan menyambut panggilan Mama Calvin dengan wajah riang. Keduanya kemudian berjalan mengikuti Mama Calvin menuju ruang makan.

***

“Ohhh…, ohhhh…, ohhh…,” erang Eka berkali-kali. Pantatnya menghentak-hentak kuat dan cepat. Batang kontolnya keluar masuk lobang pantat Asep seiring hentakan-hentakan pantatnya. Eka benar-benar keenakan.

Eka benar-benar sudah terbuai kenikmatan zinah sejenis. Ekspresi wajah tampan Asep yang meringis-ringis diantara senyum cabulnya membuat Eka semakin bernafsu mengentoti pemuda desa itu. Sekian banyak sudah gadis-gadis yang pernah dizinahi Eka namun tak pernah dirasakannya senikmat ngentotin Asep seperti ini.

“Kumaha, ehhh…, ohh…, kumaha atuhhh… ehh…, Mas Ekahh?” tanya Asep sambil menikmati genjotan Eka di lobang pantatnya.

“Setan! Ahhhh…., enak banget Sephhh…, ahhhh…,” sahut Eka.

Yudha, Indra, dan Dino kini sudah berganti posisi. Mereka bertiga melakukan formasi ngentot berantai dengan gaya ngentot anjing alias doggy style. Yudha di depan dikentot Dino dari belakang. Sembari mengentoti Yudha, Dino menikmat kentotan Indra. Ketiga pria itu mengerang-erang nikmat. Peluh telah membanjiri tubuh-tubuh kekar mereka.

Eka ingin bertukar posisi. Satpam ganteng itu kemudian berbaring di lantai. Ia meminta Asep menduduki kontolnya dalam posisi berhadapan. Asep segera merealisasikan keinginan Eka itu. Setelah kontol Eka masuk kedalam lobang pantatnya, Asep langsung bergerak cepat naik turun sambil menggeol-geolkan pantatnya. Eka serta-merta menjerit keras, keenakan. “Setan!! Ouhhhh…,”

***

Pukul dua belas siang seluruh tahanan, termasuk Erick, dikeluarkan dari sel mereka masing-masing. Seluruh tahanan itu kemudian dikumpulkan di ruang makan yang berukuran sangat luas. Erick makan bersama-sama dengan Hotman dan Rezky di sebuah meja panjang. Ada tiga tahanan lain yang datang bergabung, makan di meja panjang itu.

“Bini baru Lo cakep juga Man,” celetuk salah satu tahanan yang bergabung itu sambil mengerling pada Hotman. Tahanan itu adalah Sarjan.

Hotman tak mempedulikan celetukan Sarjan itu. Ia diam saja dan asik melahap makan siangnya. Sementara Erick bertanya-tanya dalam hati apa maksud celetukan itu, namun ia tak berani bertanya. Erick melirik ke Rezky mengharapkan penjelasan darinya, namun Rezky cuek aja.

Selesai makan siang para tahanan itu kemudian diberikan kebebasan untuk melakukan aktivitas sampai sore. Banyak aktivitas yang bisa mereka lakukan di penjara itu. Bisa beribadah, bisa membaca buku di perpustakaan, bisa belajar keterampilan di bengkel, bisa bertani di lahan pertanian yang disediakan, atau bermalas-malasan menunggu sore tiba.

Erick mengikuti Hotman dan Rezky. Sebagai orang baru ia tidak tahu harus melakukan apa selain mengikuti dua orang teman satu selnya itu. Hotman dan Rezky ternyata melakukan aktivitas bertani. Erick yang selama hidupnya tak pernah bertani kini mau tidak mau harus melakukannya.

Erick belajar mencangkul lahan dan menanam tanaman palawija dari Hotman dan Rezky. Meskipun melelahkan namun Erick sangat menimati kegiatan barunya itu. Ketika tubuh terasa lelah ketiganya beristirahat di sebuah dangau kecil yang dibangun oleh Hotman dan Rezky. Mereka duduk-duduk sambil minum air putih yang mereka bawa dari dapur ruang makan.

“Bang Hotman, boleh Gue bertanya?” tanya Erick.

“Lo kebanyakan nanya Rick,” sahut Bang Hotman singkat.

“Sorry bang kalo Gue banyak nanya. Gue kan baru disini jadi segalanya masih membingungkan buat Gue,” sahut Erick.

Hotman diam.

“Lo mau nanya apa Rick?” Rezky menanggapi keingintahuan Erick.

“Bang Hotman kok bisa nikah lagi padahal saat ini sedang dalam penjara? Gimana ceritanya?” itulah pertanya Erick.

Rezky sejenak terpana mendengar pertanyaan dari Erick itu dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Sementara Hotman hanya tersenyum tipis.

“Kok Lo ketawa Rez? Emang kenapa?” tanya Erick bingung.

“Lo itu emang lugu atau bego sih Rick?”

“Maksud Lo?”

“Bang Hotman gak nikah lagi Rick. Yang dimaksud dengan bini baru Bang Hotman itu, Elo!”

“Hah??? Gue??!!”

“Ya!”

“Gila Lo Rez. Gue kan laki,”

“Hahahaha. Ini penjara laki-laki Rick. Gak ada perempuan disini. Mau gak mau yang jadi suami dan bini ya harus sama-sama laki-laki,”

“Parah! Itu homoseks namanya,”

“Namanya juga di penjara,”

“Gue gak mau,”

“Kalo Lo gak mau jadi bininya Bang Hotman, Lo pindah ke selnya Sarjan aja,”

“Gue gak mau,”

“Kenapa gak mau?”

“Ya, gak mau aja,”

“Hehehe. Lo takut ya liat Sarjan yang tampangnya lebih serem dari Bang Hotman kan,”

Erick terdiam. Dalam hatinya ia membenarkan apa yang dikatakan Ryan.

“Kalo gitu selama ini Elo yang jadi bininya Bang Hotman?” tanya Erick pada Rezky setelah beberapa saat terdiam.

Rezky mengangguk.

Erick menatap Bang Hotman yang tetap diam. Bang Hotman seolah-olah tak mendengarkan percakapan antara Erick dan Rezky. Ia asik menatap lahan yang tadi mereka kerjakan.

“Kenapa bisa kayak gini Rez?” tanya Erick.

“Ini penjara Rick. Dalam penjara itu yang berlaku hukum rimba,”

“Emangnya kita binatang?”

“Ya, kita semua disini binatang Rick,”

Erick terdiam lagi.

“Udahlah Rick. Gak usah dipikirin. Entar malem kita langsungkan perkawinan Lo dengan Bang Hotman?”

“Perkawinan?”

“Ya, perkawinan kalian akan disaksikan oleh sipir-sipir bejat disini, hehehe,“

“Maksud Lo?”

“Lo akan tau maksudnya entar malem,”

Akhirnya malam itu Erick memang mengetahui maksud perkataan Rezky sejelas-jelasnya. Pukul sepuluh malam ketika seluruh kegiatan di penjara tak ada lagi dan seluruh tahanan sudah masuk ke sel masing-masing, datanglah dua orang sipir ke depan sel Erick, Hotman, dan Rezky. Salah satu sipir itu adalah sipir yang membawanya kedalam sel tadi pagi.

“Ayo cepetan dimulai kawinnya Man. Nih udah Gue bawain kado perkawian buat kalian, baby oil botol gede untuk melumasi silit si Erick. Sengaja Gue pilih yang botol gede supaya puas, hahahaha,” kata sang sipir kurang ajar. Tangannya melemparkan botol baby oil yang diberinya ikatan pita itu kedalam sel.

“Dasar sipir anjing!” maki Hotman.

Kedua sipir itu hanya tertawa terbahak-bahak dan kemudian duduk bersila di depan sel. Meraka sama sekali tak merasa tersinggung dengan makian Hotman itu.

“Ayo cepetan!” perintah mereka pada Hotman.

Hotman mengambil botol baby oil itu dengan ekspresi dingin.

Erick terlihat ketakutan.

“Santai aja Rick. Gak sakit kok,” kata Rezky menenangkan.

“Lo emang bini tua yang mengabdi pada suami Rez. Meski dimadu tetap aja setia, hahahaha,” ejek sipir itu pada Rezky.

Rezky cuek. Ia kemudian menelanjangi Erick yang ketakutan. Hotman menelanjangi dirinya sendiri dan kemudian menuang cairan baby oil ke batang kontolnya yang meski masih lemas namun sudah gemuk dan panjang.

Rezky menyuruh Erick yang sudah bugil untuk telanjang di lantai beralaskan kasur yang sudah diturunkan di lantai. Rezky lalu melumuri lobang pantat Erick dengan cairan baby oil sebanyak-banyaknya. Sambil menunggu Rezky melumuri lobang pantat Erick, Hotman mengocok batang kontolnya sendiri hingga keras.

Erick terlihat makin ketakutan menyaksikan batang kontol Hotman yang sudah mengeras itu. Batang kontol Hotman bak terong ungu yang digantungkan di selangkangannya. Besar, gemuk, dan panjang.

Setelah pekerjaan Rezky di lobang pantat Erick selesai, Hotman langsung bersimpuh di selangkangan Erick. Kedua tangannya memegang kedua paha berotot Erick dan mengangkangkannya. Hotman tak memandang wajah Erick sama sekali. Ia serius menatap lobang pantat Erick dan berusaha memasukkan batang kontolnya kedalam.

Dengan bantuan tangannya Hotman menekan batang kontolnya memasuki lobang pantat Erick yang masih sempit sekali. Erick kesakitan. Erick juga merasa terhina sekali. Belum pernah seumur hidupnya ia diperlakukan seperti ini.

Selama ini Erick—saat masih punya banyak duit—selalu membeli keperawanan gadis-gadis untuk dinikmatinya. Kini ia tak bisa melawan menyerahkan keperjakaannya—secara gratis dan disaksikan orang lain—kepada Hotman, seorang laki-laki pribumi yang kalo bekerja di kantornya dulu paling cuman bisa jadi supir atau satpam doang.

Tapi apalah daya. Inilah yang harus dialami Erick. Hotman mengentotinya dengan penuh nafsu dan kasar. Lama sekali Hotman orgasme. Berbagai gaya dipraktikkan Hotman mengentoti Erick dihadapan para penontonnya. Erick tak bisa menikmati kentotan Hotman itu. Erick tidak rileks. Erick kesakitan dan sekuat tenaga ditahannya rasa sakit itu.

Setelah orgasme di dalam lobang pantat Erick, Hotman beristirahat karena kelelahan. Rupanya kedua sipir itu belum puas menonton Erick dikentot. Mereka kemudian menyuruh Rezky untuk gantian mengentoti Erick.

Rezky mengentoti Erick dengan gaya yang lain. Ia melakukannya dengan mesra. Tidak seperti dikentot Hotman, Erick bisa menikmati kentotan Rezky itu. Mereka ngentot sambil bercumbu, bericuman, dan saling menjilat. Saking menikmatinya Erick sampai orgasme saat batang kontol Rezky mengentoti lobang pantatnya. Perasaan terhina hilang sudah dari benak Erick.

Setelah puas menonton, kedua sipir bejat itu pergi. Tinggallah Erick, Hotman, dan Rezky kelelahan hingga kemudian tertidur lelap di sel mereka.

***

Ruang kerja Yudha yang berpendingin ruangan dirasakan sangat panas oleh Yudha, Indra, Dino, Asep, dan Eka. Tubuh kekar kelima laki-laki yang baru selesai menuntaskan orgasme mereka itu basah kuyup bersimbah keringat. Kelimanya bergeletakan di lantai setelah puas bertarung nafsu.

Eka memeluk tubuh Asep dari belakang. Selangkangan Eka masih menekan buah pantat Asep. Meski sudah ngecrot didalam lobang pantat pemuda desa itu, Eka belum mau mencabut batang kontolnya dari dalam sana. Sambil memeluk Asep, Eka menciumi leher belakang sang pemuda desa.

“Geli atuh Mas Eka,” bisik Asep.

“Biarin,” sahut Eka juga berbisik.

“Kontolnya dicabut atuh,” bisik Asep lagi.

“Enggak ah,” sahut Eka lagi juga berbisik.

“Enak ya?”

“Gue ketagihan Sep,”

“Hehehe,”

“Kapan-kapan kita ngentot di pos jaga Sep,”

“Gila. Kalo ketahuan gimana atuh Mas?”

“Ya jangan sampe ketahuan dong,”

“Tapi saya yang ngentot Mas Eka ya,”

“Boleh, tapi setelah itu Gue ngentotin Lo juga,”

“Hehehehe,”

Pengalaman pertama di ruang kerja itu telah mengubah kehidupan seksual Eka. Satpam ganteng itu kini menyadari bahwa kenikmatan sex bukan hanya bisa didapatkan dari perempuan saja tapi juga dari laki-laki.

***

Hukum rimba memang benar berlaku di penjara. Itulah yang dialami Erick. Meski satu sel dengan Hotman dan semua orang di penjara tahu bahwa Erick adalah ‘istri’ Hotman bukan berarti Erick hanya milik Hotman (dan juga Rezky) semata. Erick adalah milik orang banyak di penjara.

Untuk urusan ngeseks Hotman dan Rezky ternyata menjunjung tinggi kebiasaan seluruh tahanan di penjara itu, yaitu gonta-ganti pasangan. Saat mandi pagi dan sore adalah waktu untuk memuaskan birahi para tahanan itu dengan tahanan lain yang tidak berada dalam satu sel. Di tengah-tengah kamar mandi besar tempat para tahanan mandi massal sangat biasa berlangsung aktivitas seksual.

Tahanan-tahanan yang tampan akan jadi sasaran pelampiasan nafsu tahanan yang lain. Kalau mereka menolak sudah bisa dipastikan mereka akan dimaki-maki oleh atau bahkan dipukuli rame-rame oleh tahanan lainnya. Menolak memberikan kenikmatan sex bagi tahananan yang lain dianggap sebagai sebuah kesombongan dan tidak bisa ditolerir dengan dalih semangat kebersamaan di penjara.

Dua tahun di penjara buat Erick adalah neraka (sekaligus surga, hehehe). Erick tak pernah absen dijadikan sebagai pelampias nafsu tahanan lain di acara mandi pagi dan sore. Erick senantiasa harus mengangkang dan terus mengangkang selama acara mandi dalam berbagai posisi karena selalu saja ada tahanan yang mengentotinya. Meskipun lobang pantatnya sudah dower karena dimasuki berbagai ukuran batang kontol tetap saja ketampanan Erick membuat para tahanan lain tak pernah bosan mengentotinya.

Selain menjadi objek pelampiasan nafsu, Erick juga seringkali mendapat penyiksaan fisik dari tahanan lain. Sebagai satu-satunya tahanan yang beretnis cina, Erick sering dihajar oleh beberapa tahanan lain yang punya kebencian pada etnis cina. Meskipun Hotman akan selalu datang membelanya, namun tetap saja ia sudah merasakan penyiksaan terlebih dahulu baru kemudian Hotman datang setelah mendapat kabar penyiksaan padanya dari tahanan lain.

Setelah dibebaskan dari tahanan, Erick kembali ke kampungnya di Palembang. Sejak bebas Erick sering sakit-sakitan. Selain itu orientasi seksualnya juga jadi menyimpang. Ia ketagihan dikentot. Meskipun nafsunya sexnya pada istrinya tetap menyala-nyala namun ia tak bisa menahan nafsunya untuk dikentot di lobang pantatnya setiap hari.

Karena sulit mendapatkan kontol mengingat situasi masyarakat di kampungnya akhirnya Erick harus menggunakan cara lain untuk memuaskan birahinya. Kesetiaan istri Erick patut dipuji disini. Istri Erick tak keberatan suaminya menggunakan terong ungu atau timun seolah-olah dildo untuk mengentoti lobang pantatnya sendiri. Bahkan istri Erick siap membantu suaminya. Setiap pagi dan sore saat anak-anak mereka tak ada di rumah, istri Erick mengaduk-aduk lobang pantat suaminya yang sudah dower itu dengan terong ungu atau timun yang dilumuri minyak goreng sebagai pelumas sampai Erick orgasme. Istri Erick sangat memahami kondisi suaminya yang menjadi ketagihan dikentot karena pernah di penjara.

Biasanya sambil mengaduk-aduk lobang pantat suaminya pake terong ungu atau timun, tentu saja istri Erick tak lupa sekalian menikmati batang kontol suaminya yang gemuk dan panjang itu. Sambil memuaskan nafsu suaminya, istri Erick juga memuaskan nafsunya sendiri dengan menduduki kontol Erick. Hasil dari aktivitas sex yang dilakukan Erick dan istrinya saban pagi dan sore itu menghasilkan David dan Rafael.

“Hebat banget tuh bokap Lo Yon. Meski sakit-sakitan tetap aja birahi tinggi, hehehe,” celetuk Antonius menggoda Dion.

“Bener Ton. Anak sama bapak sama aja birahi tingginya,” sambung Papa Calvin ikut menggoda.

“Udah ah. Jangan menggoda terus dong. Entar ceritanya gak dilanjutin nih,” kata Dion seolah-olah merajuk.

“Oke, oke. Kita gak akan godain Elo lagi Yon. Ceritanya dilanjutin deh. Eh, bentar Yon. Yang Gue heran, Lo kok bisa sampe tau soal terong dan timun segala?” tanya Antonius.

“Gue pernah beberapa kali ngintip,” sahut Dion singkat.

“Pantes,” sahut Papa Calvin, Antonius, dan Om Hendra serempak.

“Lanjut,” celetuk Om Hendra tak sabar mendengarkan lanjutan cerita Dion.

“Bentar Om, Gue haus nih,” kata Dion.

***

Selesai makan malam, Andre pamitan pulang. Calvin mengantar sahabat tersayangnya itu sampai pintu gerbang rumahnya. Setelah Andre berlalu, Calvin segera masuk kedalam rumah. Calvin baru saja menutup pintu rumahnya ketika mamanya tiba-tiba menegur dari belakang.

“Andre udah pulang Vin?”

“Eh, mama. Ngagetin aja ih!” seru Calvin kaget karena mamanya tiba-tiba menegur dari belakang.

“Duh, mama ngagetin kamu ya? Maaf ya sayang,” kata sang mama hangat sambil memeluk putra satu-satunya itu penuh kasih sayang.

“Tante mana ma?” tanya Calvin setelah mamanya melepaskan pelukannya.

“Tante kamu katanya pingin istirahat dulu sambil nunggu Om Hendra dan papa kamu pulang,”

“O gitu. Mama gak istirahat?”

“Mama belum capek sayang. Engg …, mama boleh ngomong sama kamu sayang?”

“Ya boleh dong ma. Mama ada-ada aja deh,”

“Kita ngomongnya di kamar kamu aja sayang,”

“Kok musti di kamar sih ma? Mau ngomong soal apa emangnya?”

“Nanti di kamar mama omongin. Ayo sayang,”

Calvin mengikuti mamanya yang mengajak untuk bicara di kamarnya. Cowok itu merasa penasaran mengenai apa yang akan dibicarakan sang mama hingga mengajaknya bicara di kamar.

“Mau ngomongin soal apa sih ma?” tanya Calvin begitu tiba di kamarnya.

“Ayo duduk dulu sayang,” kata sang mama mengajak Calvin duduk di tepi ranjang. Setelah duduk sang mama menatap wajah tampan putranya itu untuk beberapa saat.

“Mama kenapa sih ma? Calvin jadi bingung,” kata Calvin.

“Mama sayang banget sama kamu sayang,”

“Iya ma, Calvin tau. Terus”

“Sayang, segala apa yang telah terjadi belakangan ini membuat mama sudah bisa menerima segala kenyataan sepahit apapun itu. Meskipun berat tapi mama siap,” kata sang mama memulai pembicaraan.

Dahi Calvin mengernyit. Ia belum mengerti arah pembicaraan mamanya itu.

“Sayang, mama harap kamu mau bercerita jujur. Mama gak akan marah atau kecewa dengan apapun yang telah terjadi,”

Dahi Calvin makin mengernyit. Ia tak punya bayangan sama sekali apa maksud pembicaraan sang mama.

“Ma, ini soal apa sih?’ tanya Calvin.

“Sayang, mama melihat kemesraan kalian berdua di teras belakang tadi,” kata sang mama sambil menatap Calvin penuh kasih sayang.

Mendengar kata-kata sang mama Calvin sontak terkejut. Cowok ganteng itu langsung berdiri.

“A, a, apa maksud mama?’ tanya Calvin dengan suara terbata-bata.

“Sayang, mama melihat kamu dan Andre saling bergenggaman tangan. Apakah kalian saling mencintai?”

“Calvin bukan bencong ma. Andre juga bukan bencong!” seru Calvin.

“Mama tau sayang. Mama tau kamu bukan bencong. Mama tau Andre juga bukan bencong. Kalian berdua sama-sama laki-laki dan juga sama-sama jantan. Mama tau itu,”

“Lalu kenapa mama menuduh seperti itu?”

“Mama tidak menuduh apa-apa sayang. Mama hanya mengatakan apa yang mama lihat tadi. Sayang, duduk sini sama mama.”

Calvin tak menjawab. Ia tak tahu harus berkata apa. Mamanya sudah mengetahui dan melihat kemesraannya dengan Andre.

Karena Calvin tak mau duduk, sang mama lalu berdiri dan mendekati putra semata wayangnya itu. Sang mama lalu memeluk tubuh Calvin erat. Calvin serta-merta menangis sesenggukan. Sang mama pun turut pula menangis haru.

“Calvin udah ngecewain mama?” tanya Calvin dengan suara serak setelah beberapa saat dan tangis keduanya mereda.

“Enggak sayang. Enggak. Mama gak kecewa sama kamu. Ayo duduk sayang,”

“Iya ma,”

Calvin dan mamanya kemudian kembali duduk di ranjang. Calvin menatap mamanya. Ia merasa berbahagia memiliki mama yang sangat pengertian.

“Mama gak marah?”

“Enggak sayang. Buat apa mama marah? Tadi mama udah bilang kan, sepahit apapun itu mama siap menerima kenyataan kini. Meskipun hati mama terluka mulanya tapi mama tak mau luka itu membusuk di hati. Mama pikir lebih baik mama menerima kenyataan itu sayang,”

“Calvin emang sayang banget sama Andre ma. Tapi mama jangan nuduh Calvin dan Andre bencong ya,”

“Mama tau sayang. Mama tau kalian bukan bencong,”

“Makasih ma,”

“Sayang,”

“Ya ma,”

“Mama ingin berpesan sama kamu,”

“Apa itu ma?”

“Mama minta kamu tetap utamakan pelajaran ya sayang,”

“Pasti ma,”

“Baiklah, kalo gitu mama istirahat dulu sayang,”

“Iya ma,”

Mama Calvin lalu meninggalkan putra semata wayangnya itu untuk beristirahat. Sepeninggal sang mama, Calvin langsung mengunci pintu kamarnya dan kemudian melompat ke atas ranjangnya. Ia berbaring telentang sambil menatap langit-langit kamarnya. Bibirnya tersenyum penuh kegembiraan. Ia tak menyangka mamanya bisa menerima kenyataan dirinya dan Andre saling menyayangi. Calvin tak sabar ingin menceritakan kegembiraan hatinya ini pada Andre besok.

Sementara Calvin diliputi kegembiraan, sang mama menangis sambil berjalan menuju kamarnya. Air matanya berlinang membasahi pipinya. Hati sang mama terasa perih. Syukurlah sang mama bisa juga menyembunyikan luka hatinya itu dihadapan Calvin tadi.

***

Istri Erick membesarkan keempat anaknya seorang diri setelah Erick meninggal dunia. Sejak Erick di penjara sampai kemudian bebas dan kini telah meninggal dunia ia bekerja keras untuk membiayai kehidupan mereka. Istri Erick tak malu bekerja apa saja yang ia bisa, mulai dari buka warung kecil-kecilan di rumah sampai mencuci pakaian tetangga mereka.

Dengan uang hasil kerja kerasnya ia memboyong keempat anaknya ke Jakarta. Boyongan keluarga ke Jakarta dilakukan oleh istri Erick dengan tujuan untuk melaksanakan tekadnya membalas dendam pada keluarga Thomas Handoyo atas penderitaan yang mereka alami.

Di kawasan kumuh sekitar Glodok, tempat mereka tinggal, istri Erick bekerja apa saja semaksimal yang bisa dilakukannya. Tak peduli apapun jenis pekerjaan itu dilakukannya yang penting ia bisa mengumpulkan uang untuk membiayai kehidupan mereka. Pagi hingga siang hari ia bekerja menjadi buruh cuci di beberapa keluarga turunan Tionghoa. Siang hingga sore harinya ia berjualan minuman di Pasar Glodok. Malam harinya ia menjadi lonte buat para pekerja dan buruh-buruh toko di sekitar Glodok.

Meski hidup pas-pasan bukan berarti istri Erick tak peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Dari penghasilannya setelah dikurangi biaya makan dan membayar kontrakan rumah serta tagihan-tagihan lain, istri Erick selalu menabung untuk biaya sekolah Sonya dan Dion.

“Kalian harus sekolah supaya jadi orang pintar. Kalau kalian pintar nanti bisa berpikir dan membimbing adik kalian yang masih kecil ini untuk membalaskan dendam keluarga kita pada keluarga Thomas Handoyo,” pesan istri Erick pada Sonya dan Dion.

“Keluarga kita ini sudah dibuat menderita oleh mereka. Mama ijinkan kalian melakukan apa saja untuk bisa membuat keluarga mereka menderita juga,” pesan istri Erick di kesempatan lain pada Sonya dan Dion.

Diantara waktunya yang sempit karena terus bekerja dan bekerja Istri Erick menyempatkan untuk menunjukkan tempat tinggal berikut kantor perusahaan milik keluarga Thomas Handoyo pada Sonya dan Dion. Alamat tempat tinggal dan kantor perusahaan milik keluarga Thomas Handoyo itu diketahuinya dari Erick. Keinginan untuk membalas dendam ini rupanya wasiat Erick sebelum meninggal dunia. Karena itu ia menginformasikan secara lengkap pada istrinya tentang keluarga besar Thomas Handoyo.

Istri Erick keburu meninggal sebelum anak-anaknya dewasa. Ia tak bisa melihat pembalasan dendam yang dilakukan oleh anak-anaknya pada keluarga Thomas Handoyo.

Sebagai anak yang tertua Sonya yang waktu itu masih sangat muda harus menggantikan peran ibunya mengurusi adik-adiknya. Sambil sekolah Sonya bekerja untuk membiayai hidup mereka. seperti ibunya Sonya juga bekerja apa saja yang dia bisa. Paginya ia bekerja sebagai buruh cuci kemudian siangnya sekolah dan malamnya ia jadi lonte mengikuti jejak ibunya.

Dion yang akhirnya mengetahui Sonya ngelonte untuk membiayai hidup mereka kemudian ikutan jadi lonte juga, lonte lanang. Mulanya Dion jadi lonte bagi tante-tante yang hobi brondong namun setelah mengenal dan sempat jadi simpanan Om Handoko akhirnya Dion juga jadi lonte buat laki-laki. Malahan belakangan ia lebih suka melayani nafsu laki-laki daripada nafsu perempuan.

Setamat SMA dan melanjutkan kuliah diploma tiga sekretaris Sonya berhenti jadi buruh cuci. Sambil kuliah Sonya mencari uang dengan menjadi lonte saja. Sonya kini sudah jadi lonte kelas tinggi buat om-om senang dan tante-tante girang yang pingin berlesbian ria dengan membuang-buang duit mereka yang kelebihan.

Dari penghasilannya dan Dion jadi lonte sudah lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan mereka. Selain untuk membiayai hidup, mereka juga bisa membeli rumah sendiri hingga tak perlu lagi mengontrak. Rumah pertama yang mereka beli adalah rumah murah di daerah Depok.

SERIAL ANDRE DAN CALVIN 37 : Interogasi. There are any SERIAL ANDRE DAN CALVIN 37 : Interogasi in here.