Created and Edited by:
NICOLAST
Story by:
NICOLAST AND ICECONE
Pukul delapan pagi keesokan harinya.
Pintu kamar Andre yang tak terkunci dibuka dari luar. Sosok tubuh Mama Andre yang hanya menggenakan pakaian tidur dari bahan sutra tipis muncul dari balik pintu yang terkuak. Di dalam kamar itu, tepatnya di atas ranjang yang berantakan Andre sedang menikmati kentotan batang kontol Yusuf dalam posisi doggy style sambil mulut Andre sibuk melahap batang kontol Dadang yang berdiri di depannya.
“Udahan dong maennya sayang. Nanti lagi deh dilanjutin,” kata Mama Andre pada putra semata wayangnya yang sedang asik itu.
“Nanggung nih Ma,” sahut Andre.
Dadang dan Yusuf tak mengacuhkan percakapan ibu dan anak itu. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri merengkuh kenikmatan. Kejadian tadi malam di rumah Andre rupanya membawa suasana baru di rumah itu. Suasana yang sangat bebas dan itu membuat nyaman dua ajudan ganteng itu.
“Tapi jangan lama-lama ya sayang. Ini hari minggu. Papa kamu minta hari ini kita ke gereja bareng-bareng,” kata sang mama.
“Iya Ma. Bentar lagi. Mas Yusuf sama Mas Dadang udah mau keluar kok,” sahut Andre.
Sang Mama kemudian meninggalkan kamar putranya itu dan menutup pintu. Andre langsung menggoyangkan pantatnya dengan gerakan binal dan cepat membuat Yusuf yang mengentotinya makin keenakan.
“Ohh…,ohhh…,”erang Yusuf.
“Ayo Mas Yusuf, goyangin yang cepat yang kerashhhh…. keluarin spermanya di lobang pantat Gue,” kata Andre memacu semangat Yusuf. “Mas Dadang juga yangs emangat dong. Mana nih spermanya. Andre mau nelen spermanya Mas Dadang,” kata Andre pada Dadang.
Tubuh kekar ketiga cowok itu telah basah kuyup dibanjiri peluh. Sejak tadi malam ketiganya sudah ngentot beberapa kali bergantian diselingi istirahat. Lobang pantat ketiganya sudah dibanjiri sperma dari kontol-kontol mereka satu sama lain. Nafsu setan tengah menguasai ketiga laki-laki jantan dan perkasa itu sejak tadi malam.
Sementara itu Calvin yang sejak tadi berusaha menghubungi Andre ke ponselnya merasa kesal karena sampai saat ini ponsel sahabat tersayangnya itu belum juga diaktifkan. Calvin sudah tak sabar ingin bercerita pada Andre mengenai apa yang dibicarakan oleh keluarga mereka tentang Dion dini hari tadi sepulang papanya dan Om Hendra kembali ke rumah dari kantor polisi.
Tentu saja apa yang diceritakan oleh Papa Calvin dan Om Hendra hanya hal-hal yang penting saja ketika Calvin ikut mendengarkan. Mereka tidak menceritakan soal jalinan kisah ngentot dalam keluarga besar mereka seperti yang diceritakan Dion secara detil. Keluarga Calvin akhirnya sama-sama berkesimpulan bahwa apa yang terjadi pada Desi, Dion beserta keluarganya adalah ekses dari dendam karena kesalahan masa lalu. Keluarga Calvin kemudian bersepakat untuk menyudahi segala dendam ini dan berniat untuk memperbaiki kesalahan yang pernah mereka lakukan. Mereka sadar dendam yang dibiarkan akan menambah goresan luka di hati.
Karena Calvin belum berhasil juga menghubungi Andre, cowok itu mengirimkan pesan singkat yang isinya meminta Andre untuk segera menghubunginya. Setelah itu Calvin menuju ruang keluarga dimana disana papanya, mamanya, Tante Rina, dan Om Hendra sedang asik bercengkrama dengan penuh ceria. Calvin merasa gembira karena melihat kebahagian telah kembali di keluarga mereka.
***
Sementara itu Cindy baru saja terbangun dari tidurnya. Ia menggeliatkan tubuhnya yang telanjang ke arah samping dan memandang wajah tampan Wisnu yang masih terlelap disisinya di atas tempat tidur kecil yang sebenarnya hanya diperuntukkan untuk satu orang. Sepulang dari bioskop semalam ia membawa cowok ganteng itu ke rumah Cinta dan Yudha bukan pulang ke rumahnya. Sengaja ia membawa cowok itu ke rumah kakak kandungnya itu supaya bebas melakukan apa saja yang dikehendakinya karena saat ini kedua orang tuanya sedang ada di rumah.
Sambil memandangi Wisnu yang terlelap dengan tubuh yang juga bugil seperti dirinya, Cindy meraba memek dan lobang pantatnya sendiri. Ia merasakan sperma Wisnu sudah mengering di memek dan lobang pantatnya. Semalam mereka ngentot sampai dua kali dan dua kali juga Wisnu ngecrot, pertama di memeknya dan yang kedua didalam lobang pantatnya. Sejak dikentot di lobang pantat pertama kali oleh Asep, Cindy memang jadi ketagihan dikentot di saluran pelepasannya itu.
“Wisnu, aku suka kamu,” bisik Cindy sambil mengecup bibir cowok ganteng itu dengan lembut.
Wisnu menggeliat karena sedikit terusik dengan ciuman Cindy. Ia merentangkan kedua lengan kekarnya ke atas mempertunjukkan keindahan ketiaknya yang penuh bulu-bulu.
Nafsu Cindy langsung bangkit melihat keindahan fisik teman sekolahnya yang ganteng dan kini disukainya itu. Memeknya basah. Tangannya lalu meremas batang kontol Wisnu yang sejak tadi sebenarnyasudah tegak keras, ereksi pagi yang emang wajib bagi para cowok. Wisnu terbangun merasakan remasan jemari tangan Cindy di kontolnya.
“Ngajak maen pagi-pagi nih?” tanya Wisnu pada Cindy dengan wajah masih menyipit karena setengah ngantuk.
Cindy tersenyum mesum menanggapi pertanyaan Wisnu. Selanjutnya Cindy bangkit dari tidurnya dan menduduki selangkangan Wisnu. Memeknya diarahkannya ke batang kontol Wisnu dan perlahan-lahan bibir memeknya menelan batang kontol gemuk panjang milik cowok ganteng itu.
***
Asep sudah mandi dan siap berangkat ke kantor. Asep dapat jadwal piket pagi ini karena itu meskipun hari Minggu ia tetap masuk kantor. Indra juga sudah bangun sedang merokok di atas ranjang sejak tadi sambil menonton Asep berpakaian. Indra hanya menggenakan celana boxer tanpa baju menutupi tubuh bagian atasnya yang atletis.
“Piket pagi Sep?” tanya Indra.
“Iyah. Mas Indra gak masuk kerja pagi ini?” tanya Asep.
“Enggak Sep. Gue dapat shift sore sampe malem,” sahut Indra.
“Kalo gitu sayah berangkat dulu Mas,” kata Asep pamit.
“Iya. Udah ngerti kan naek bus ke kantor?” tanya Indra.
“Udah Mas,” sahut Asep.
“Ya udah, berangkat gih. Hati-hati di jalan,”
“Iya Mas,”
“Eh, jadwal piket Lo bareng sama si Eka dong,”
“Iya Mas. Seminggu ini kami jadwalnya bareng,” sahut Asep. “Emang kenapa Mas?” tanya Asep lagi.
“Gak papa sih. Cuman pesen Gue entar ngentotnya jangan sampe ngelupain tugas ya,” kata Indra sambil tersenyum cabul.
“Kok Mas Indra ngomong gituh?” tanya Asep.
“Lha, abis kalian berdua mau ngapain lagi? Apa gak bosen sampe sore cuman duduk berdua doang sementara ini hari Minggu. Di kantor kan sepi gak ada orang sama sekali,” kata Indra nakal.
“Hehehehe, bener juga Mas. Kalo Mas Indra pingin ikutan nanti singgah aja dulu atuh ke kantor Mas sebelum kerja,” sahut Asep.
“Liat entar deh,” sahut Indra pura-pura gak kepingin padahal dia juga masih kepingin ngulangin sekali lagi nikmatnya lobang pantat si Eka yang masih seret, hehehehe.
Asep lalu menyandang ranselnya yang berisi pakaian seragam satpamnya dan berangkat kerja dengan penuh semangat. Ia membayangkan nikmatnya mereguk kenikmatan berdua saja dengan Eka di kantor. Asep membayangkan berbagai tempat yang bisa mereka jadikan lokasi ngentot, termasuk pos jaga satpam.
***
Sonya, David, dan Rafael bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit tempat Dion dirawat. Ketiganya sudah dijemput oleh Ali dan Bayu yang menunggu di luar didalam mobil polisi yang mereka parkirkan di depan rumah keluarga Dion.
Sonya yang terlihat panik, berusaha ditenangkan oleh Rafael. Sementara David terlihat santai-santai saja karena ia sudah biasa melihat kepanikan kakak tertuanya itu. Setelah berpakaian rapi ketiganya segera ke luar rumah dan menaiki mobil polisi dan kemudian berangkat menuju rumah sakit.
***
Doni terlihat gundah duduk di bangku ruang tunggu rumah sakit. Disampingnya duduk Christian yang juga terlihat sama gundahnya dengan Doni. Sementara Sony mondar-mandir menunggu kabar dari dokter yang sedang memeriksa keadaan Silvia yang juga belum sadar sampai pagi ini.
Ketiganya tak berbicara sama sekali karena mereka memang tidak tahu harus membicarakan apa. Ketiganya sama-sama kebingungannya dengan kejadian tadi malam yang benar-benar tak terduga.
Doni benar-benar tak menyangka akan menghadapi situasi seperti itu. Sampai sekarang ia belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya ketika Silvia sudah sadar. Apakah adik kandung satu-satunya itu bisa menerima kenyataan melihat kakak kandungnya sedang ngentot dengan sesama laki-laki seperti itu.
Sementara itu Christian sedang berpikir keras tentang kelanjutan karir perwiranya. Apa yang akan terjadi bila nantinya Silvia sadar dan masalah ini akan jadi panjang. Christian benar-benar pusing membayangkan hal itu.
Sony sendiri juga sama pusingnya. Bagaimana nantinya ia harus memposisikan dirinya antara Silvia dan Doni. Sony merasa serba salah, sebab siapapun yang akan dibelanya akan menyebabkan luka hati yang lain. Sementara kalo dia bersikap netral tidak membela siapapun pasti akan menyebabkan kedua anak kandungnya itu sama-sama terluka. Sony benar-benar merasakan dirinya dalam posisi yang sangat sulit.
Tak lama datanglah seorang dokter muda didampingi seorang perasat menuju tempat Sony berada.
“Anda keluarga pasien yang bernama Silvia?” tanya dokter itu.
“Benar. Saya ayahnya,” sahut Sony.
“Saya Zaki,” kata sang dokter yang berwajah sangat tampan itu memperkenalkan namanya. “Saya dokter spesialis jiwa yang menangani anak Anda,” katanya lagi. (Ingat Zaki dari ‘Petualangan Aji 2’? Nah, akhirnya dia muncul juga nih disini. Zaki rupanya ngambil spesialis kejiwaan dan kini bertugas di rumah sakit tempat Silvia dirawat).
“Gimana anak saya dok?’ tanya Sony sambil mengamati kebagusan fisik dokter muda yang berjanggut tipis didagunya itu.
“Anak Anda dalam kondisi shock berat. Saat ini ia belum sadar. Syukurlah fungsi-fungsi syaraf di otaknya masih berjalan normal. Mudah-mudahan ia segera bisa sadar. Kami sudah memberikannya obat penenang untuk meredakan shock-nya,” kata Zaki menjelaskan.
“Apakah dia bisa sembuh seperti sediakala dok?” tanya Sony lagi.
“Kita sama-sama berdoa. Namun besar kemungkinan dia akan mengalami amnesia sementara. Bisa jadi hal itu yang terbaik untuk anak Anda karena kalo dia mengingat kembali peristiwa yang menyebabkan dia shock malah berpotensi merusak jiwanya. Saya harap Anda bisa membantunya dengan tidak mengingat-ingat persitiwa yang menjadi penyebab shock-nya anak Anda,” sahut Zaki.
Sony tercenung. Sony berpikir akan sulit melakukan itu. Bagaimana kalau nanti Silvia melihat Doni? Pasti putrinya itu akan ingat kembali peristiwa ngentotnya Doni dan Christian.
“Saya akan usahakan dok,” sahut Sony.
“Anda harus berusaha keras untuk itu. Anda tidak maukan kalau anak Anda akan rusak jiwanya,”
“Maksud dokter, jadi gila?”
“Kurang lebih seperti itu,”
“Tentu saja saya tidak mau anak saya jadi gila dok,”
“Nah. Karena itu saya katakan Anda harus berusaha keras,”
“Pasti dok,”
“Baiklah, kalau gitu saya permisi dulu. Nanti sore saya akan datang lagi untuk melihat perkembangan anak Anda,” kata Zaki.
“Terima kasih dok,” sahut Sony.
Setelah itu Zaki dan perawat yang mendampinginya meninggalkan Sony, Doni, dan Christian. Sony duduk disamping Doni dan berpikir tentang apa yang harus dilakukannya untuk mengalihkan perhatian Silvia. Sambil berpikir Sony menatap putra semata wayangnya berharap Doni juga bisa memikirkan apa yang sebaiknya mereka lakukan.
Tatapan Sony ternyata ditangkap lain maknanya oleh Doni. Taruna Akmil itu menganggap tatapan papanya itu adalah permintaan agar sementara ini dia menjauh dahulu dari kehidupan keluarga mereka.
“Doni siap pa, untuk sementara menjauh dari papa dan Silvia,” kata Doni lirih mengutarakan kesiapannya.
Sony terdiam sejenak mendengar kata-kata putranya itu. Ia tak menyangka Doni akan mengambil sikap sedewasa itu. Sony bersyukur putranya ternyata bisa memikirkan solusi yang paling baik untuk sementara ini.
“Papa sangat bangga sama kamu Don. Sikap kamu ini sangat papa hargai,” sahut Sony.
“Pa, Doni sangat ingin Silvia bisa sembuh. Doni akan lakukan apa saja untuk kesembuhannya,” kata Doni.
“Lalu kamu akan tinggal dimana sementara ini?” tanya Sony.
“Kalo Om Christian tidak keberatan, Doni akan menumpang tinggal di rumah Om Christian selama liburan ini dan jika nanti Doni ke Jakarta,” sahut Doni sambil memandang Christian menantikan respon perwira muda itu.
“Saya rasa ini adalah keputusan yang paling baik. Dalam hal ini saya juga ikut sebagai penyebab hal ini. Kamu boleh tinggal dengan saya, Don. Mas Sony, saya akan urus Doni sebaik-baiknya,” sahut Christian pada Doni dan Sony.
“Tapi bagaimana nanti dengan…, enggg…, kamu sudah punya tunangan atau pacar mungkin?” tanya Sony. “Apakah kehadiran Doni tinggal bersama dengan kamu, tidak mengganggu kehidupanmu Christ?”
“Saya sudah punya tunangan Mas. Tapi tenang aja, mudah-mudahan ini gak akan mengganggu,” sahut Christian.
“Baiklah kalau begitu. Saya rasa kalian sekarang lebih baik pulang ke rumah dan bawa semua barang-barang kamu dari rumah Don. Usahakan jangan ada yang tersisa. Supaya kalau Silvia sudah bisa pulang nanti, dia tidak akan menemukan apapun yang terkait dengan diri kamu,” kata Sony.
“Baik pa,” sahut Doni.
“Don, tolong kamu kabari nenek kamu, beritahukan padanya kalo Silvia ada di rumah sakit,” kata Sony.
“Baik pa,” sahut Doni lagi.
Setelah itu Doni dan Christian segera meninggalkan rumah sakit. Sebelum pergi Doni menyempatkan untuk melihat adik kandungnya di ruangannya di rawat. Segores luka terasa tertoreh di hati Doni saat menyaksikan adiknya yang terbaring lemah tak sadar di atas tempat tidurnya.
***
Pukul sembilan lebih tiga puluh menit, Andre sudah mandi dan berpakaian rapi. Ia menggenakan kaos putih lengan pendek dilapisi jas hitam non formal menutupi tubuh atasnya. Sementara tubuh bawahnya dibalut celana jeans warna hitam senada dengan warna jasnya. Cowok itu terlihat tampan sekali. Dia sudah siap untuk berangkat ke gereja bersama kedua orang tuanya.
Papa dan Mama Andre sudah menunggu di ruang tamu. Setelah Andre selesai berpakaian dan nongol di ruang tamu, papanya langsung mengajak berangkat.
“Ayo kita berangkat. Misa dimulai pukul sepuluh. Nanti kita terlambat,” kata sang papa.
“Dang, kamu yang mendampingi kami hari ini. Yusuf, kamu hari ini boleh libur,” kata Mama Andre.
“Baik bu,” sahut Dadang dan segera menuju mobil.
“Terima kasih bu,” sahut Yusuf yang merasa gembira karena hari itu ia diberi kesempatan libur. “Saya boleh pergi ke luar rumah hari ini bu?” tanya Yusuf.
“Kamu mau kemana?” tanya Mama Andre.
“Kebetulan minggu depan tunangan saya ulang tahun. Kalo memang ibu ijinkan saya akan mencari kado ulang tahun untuknya,” sahut Yusuf malu-malu.
“Tentu saja boleh. Tapi ponsel kamu diaktifin ya, siapa tau nanti ada keperluan mendadak jadi kamu bisa dihubungi segera,” kata Mama Andre.
“Baik bu,” sahut Yusuf.
“Ini saya tambahin untuk beli kado tunangan kamu,” kata Mama Andre sambil menyerahkan sepuluh lembar uang seratus ribuan pada ajudan ganteng itu.
“Gak usah Bu, saya udah punya simpanan kok untuk beli kadonya,” sahut Yusuf sungkan.
“Udah jangan ditolak,” kata Mama Andre sambil menyelipkan uang itu ke kantong baju Yusuf.
“Udah Mas, rejeki jangan ditolak. Pamali,” goda Andre pada Yusuf dan kemudian mengikuti langkah kedua orang tuanya menuju mobil.
Yusuf nyengir lebar mendengar kata-kata Andre. Ajudan ganteng itu bersyukur dapat tambahan duit dari Mama Andre. Setelah keluarga Andre berangkat ke gereja, Yusuf pun segera bersiap-siap untuk berangkat mencari hadiah untuk tunangannya.
***
Otot-otot Wisnu menegang. Pantatnya menekan kuat menguburkan kontolnya sedalam-dalamnya di memek Cindy. Tubuh Wisnu menelungkup di atas tubuh Cindy yang juga menelungkup di atas ranjang. Wisnu dan Cindy baru saja orgasme bersamaan, sperma Wisnu dan lendir kenikmatan Cindy menyatu dalam rongga memek Cindy yang tersumbat batang kontol Wisnu.
Keringat membanjiri tubuh keduanya. Aroma keringat dari tubuh yang belum disentuh air mandi sama sekali itu terasa mememabukkan birahi keduanya yang sedang dilanda nafsu setan itu. Wisnu menjilati punggung Cindy yang bersimbah keringat dan terus menjilati menuju ketiak sampe buah dadanya yang montok. Cindy mengerang menikmati jilatan Wisnu yang membuatnya terasa seolah-olah terbang ke nirwana karena jilatan itu semakin menambah kenikmatan yang dirasakannya usai orgasme bersamaan mereka berdua.
Mulut Wisnu terus merambah naik dari buah dada Cindy lanjut ke leher gadis cantik itu. Dari leher kemudian lanjut lagi mencari mulut Cindy. Setelah mulut keduanya bertemu, mereka berpagutan erat cukup lama.
“Aku suka kamu Wis,” bisik Cindy setelah pagutan mereka berhenti. Ia mengulang lagi kalimatnya yang tadi diucapkannya saat Wisnu masih terlelap.
“Aku juga suka kamu Cin,” balas Wisnu juga dengan suara berbisik.
Kedua remaja itu bertatapan mata untuk beberapa saat dan kemudian kembali berpagutan. Kali ini dalam kemesraan.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar. Didepan pintu kamar berdiri Cinta menggenakan daster didampingi Surti yang sedang menggendong Cantika. Cinta dan Surti melotot menyaksikan Cindy dan Wisnu yang masih tindih-tindihan. Cantika pun yang belum mengerti apa-apa terlihat serius menatap posisi horor Cindy dan Wisnu.
“Cindy!” tegur Cinta setelah sesaat dia terpana melihat pose adik kandungnya dengan seorang cowok yang belum dikenalnya itu.
“Eh, Mbak…,” sahut Cindy agak kaget.
Sementara Wisnu lebih kaget dan langsung melepaskan diri dari menindih Cindy. Wisnu segera duduk dan menarik sprey dan menutupi tubuh telanjangnya dengan sprey itu. Cindy bangkit dari telungkupnya dan langsung duduk di tepi ranjang. Cindy tak berusaha menutup tubuh telanjangnya sama sekali.
“Kapan kamu datang?” tanya Cinta pada adik kandungnya itu sambil melangkah masuk kedalam kamar.
“Semalem mbak sama temen,” sahut Cinta sambil noleh ke Wisnu. “Nu kenalin nih mbak gue, Mbak Cinta,” kata Cindy.
Wisnu menganggukkan kepalanya malu-malu, sementara Cinta hanya menatap cowok itu tanpa ekspresi sama sekali. Wisnu jadi agak mengkeret juga, ia mengira Cinta ini marah melihat apa yang mereka lakukan. Cinta kemudian megalihkan pandangannya ke Cindy.
“Trus Surti kamu suruh tidur di sofa dan kamu sama teman kamu enak-enakan disini? Inikan kamarnya Surti, Cin,” kata Cinta.
“Habis mo tidur dimana lagi Mbak? Apa aku harus tidur di kamar Mbak dan Mas Yudha?” sahut Cindy nyengir membela diri.
“Tapi kan kalo kamu datangnya ngomong dulu, Mbak bisa suruh Indra dan Asep yang tidur di sofa. Kamu apa gak kasihan liat Surti?”
“Iya Mbak, maaf-maaf. Soalnya aku sama Wisnu udah kebelet banget sih semalem,” sahut Cindy lagi.
“Dasar kamu. Udah mandi sana. Liat tuh memek kamu belepotan sperma kayak gitu sampe meluber ke sprey,” kata Cinta.
“Iya, aku mandi dulu, Mbak. Wis, Gue mandi dulu ya,” kata Cindy dan langsung keluar dari kamar itu. Wisnu bingung karena ditinggal sendiri oleh Cindy di dalam kamar dan juga bingung melihat Cindy seenaknya bugil di rumah Cinta. Wisnu tentu saja tidak tahu kehidupan sex bebas yang terjadi dirumah Cinta itu.
“Surti, kamu keluar dulu deh bawa Cantika. Saya ada urusan yang harus diselesaikan dengan anak muda nakal satu ini,” kata Cindy menyuruh Surti keluar sambil memandang Wisnu dengan tatapan buas bak singa lapar yang akan melahap mangsanya. Surti segera keluar dari dalam kamar itu mematuhi kata-kata majikannya. “Jangan lupa tutup pintunya!” kata Cinta mengingatkan Surti.
Begitu Surti keluar kamar, Cinta langsung menarik sprey yang digunakan oleh Wisnu untuk menutupi tubuh telanjangnya.
“Saya mau tahu apa yang kamu sembunyikan dibalik sprey ini anak muda!” kata Cinta sambil menarik sprey itu dengan sebuah sentakan.
Tubuh telanjang bulat Wisnu langsung terpampang didepan mata Cinta. Ibu muda nan cantik itu terlihat bernafsu sekali melihat keindahan tubuh dan ketampanan wajah Wisnu. Cinta lalu menarik tubuh Wisnu agar berdiri. Setelah itu Cinta merapatkan tubuhnya ke tubuh Wisnu yang tinggi dan atletis itu. Dengan gaya erotis ia menggerak-gerakkan selangkangannya menggesek-gesekkannya ke batang kontol Wisnu yang masih lemas.
“Kamu gay?” tanya Cinta sambil menengadahkan kepalanya menatap wajah Wisnu yang grogi.
“Eng…, enggak Mbak,” sahut Wisnu.
“Trus kenapa kontol kamu gak ngaceng saya gesek-gesekin kayak gini?”
“Ma…, maaf Mbak. Saya…, saya…, grogi Mbak,”
“Kenapa harus grogi?”
“Ya Mbakkan mbaknya Cindy. Lagipula gimana nanti kalo suami Mbak tahu?”
“Kalo soal itukamu gak usah kuatir. Di rumah ini kami bebas mau ngapain aja,”
“Gitu ya Mbak?”
“Iya. Makanya, kamu tahu berterima kasih gak?”
“Maksud Mbak?”
“Kamu udah ngentotin adik saya disini saya biarin. Kamu harus berterima kasih dong ke saya,”
“Saya berterima kasih sekali Mbak,”
“Ucapan aja gak cukup,”
“Lalu?”
“Kamu ngacengin tuh kontol, terus kamu kentot saya sampe puasss!” kata Cinta sambil menggigit pentil dada bidang Wisnu.
“Kalo gitu saya kocok dulu Mbak, biar cepet ngaceng,”
“Kok dikocok? Kamu gak nafsu ya sama saya?”
“Bukan gitu Mbak, saya masih agak grogi jadi sulit ngacengnya,”
“Apa gak ada cara ngilangin grogi kamu?”
“Ada sih,”
“Gimana?”
“Kalo Mbak gak keberatan, Mbak isep kontol saya deh. Grogi saya pasti langsung ilang,” sahut Wisnu sambil nyengir.
“Dasar anak muda jaman sekarang gak punya sopan santun,” kata Cinta ngedumel sambil menampar pipi Wisnu lembut. Setelah itu Cinta langsung jongkok didepan selangkangan Wisnu dan memasukkan batang kontol remaja ganteng itu kedalam mulutnya. Tak lama Cinta memulutinya, kontol itupun kini sudah membengkak dan siap untuk digunakan menggocek memek Cinta.
“Tuh bener kan Mbak. Groginya ilang,” celetuk Wisnu sambil tersenyum mesum memandang Cinta.
***
Shock yang dialami Dion semalam ternyata ringan. Hal itu terjadi karena ia sangat terkejut mengetahui bahwa Desi ternyata adalah saudara kandungnya meski lain ibu. Ditambah lagi kondisi fisiknya juga sudah menurun karena diinterogasi sampai dinihari. Setelah semalaman mendapatkan cairan penambah stamina tubuh melalui infus yang dijarumkan ke tubuhnya dan istirahat yang cukup, kini stamina Dion mulai pulih kembali. Pagi ini Dion sudah bisa menerima kunjungan ketiga saudara kandungnya.
“Kak Sonya gak usah kuatir, kondisiku sudah mulai pulih kok,” kata Dion pada Sonya yang terlihat sangat kuatir dengan kondisi Dion.
“Kamu kenapa bisa sampe masuk rumah sakit kayak gini Yon?” tanya Sonya.
“Kondisi drop kak, semalam,” sahut Dion.
“Drop kenapa Yon?” tanya Sonya lagi.
“Semalaman aku diinterogasi kak, bahkan sampai dini hari tadi,” sahut Dion.
“Apa saja yang mereka tanyakan ke Kak Dion?” tanya David.
“Banyak Vid. Gak mungkin aku ceritakan disini,”
“Hasil interogasinya kira-kira bagaimana Kak? Apakah Kakak akan bebas?” tanya Rafael.
“Kakak belum tahu Raf,” sahut Dion.
“Aku berdoa semoga kakak segera bebas,” kata Rafael lagi.
“Terimakasih atas doanya Raf,” sahut Dion sambil mengelus dengan sayang pipi adik bungsunya itu.
Sementara itu Ali dan Bayu beserta Made menunggu di luar ruang perawatan Dion. Mulanya Ali dan Bayu bermaksud menjagai didalam ruangan perawatan, namun Made meminta pengertian kedua reserse ganteng itu untuk memberikan kesempatan kepada keluarga Dion untuk berkumpul bersama dan berbincang-bincang sejenak.
Made telah mendampingi Dion sejak masuk rumah sakit, dini hari tadi. Ia belum sempat pulang ke rumahnya untuk mandi dan bertukar pakaian. Meski belum mandi namun tetap saja Made menarik dilihat.
“Kamu gak pulang dulu De?” tanya Ali.
“Iya, mandi dulu deh,” sambung Bayu.
“Emang kenapa? Badan saya bau ya?” tanya Made sambil nyengir.
“Kalo bau sih enggak. Badan kamu harum kok, cuman keliatan lusuh gitu,” sahut Ali.
“Iya deh, nanti saya pulang setelah keluarga Dion selesai menjenguk. Saya boleh minta tolongkan diantar ke kantor polisi? Mobil saya semalamkan parkir disana,” sahut Made.
“Boleh. Sekalian mengantar keluarga Dion kembali pulang, kamu akan kami antar ke kantor,” sahut Ali.
“Terimakasih banyak ya Li, Yu,”
“Sama-sama. Kitakan sahabat De. Sesama sahabat harus saling tolong-menolong,” sahut Ali sambil mengedipkan matanya penuh arti pada Made.
Made nyengir.
***
Pukul sebelas siang.
Yusuf berjalan seorang diri mengitari sebuah mal di bilangan Pondok Indah. Empat toko perhiasan telah dikunjunginya namun belum ditemukannya perhiasan yang cocok dihatinya untuk dihadiahkannya pada Rahayu, tunangannya. Rahayu bekerja sebagai pramugari di sebuah perusahaan penerbangan domestik. Yusuf pertama kali bertemu dengan gadis cantik itu dua tahun yang lalu dalam sebuah penerbangan menuju Aceh–kampung halamannya.
Yusuf mencari kalung liontin berinisial huruf ‘R’ yang merupakan huruf awal nama Rahayu. Tapi sampai toko keempat yang dikunjunginya tak juga ditemukannya apa yang dicarinya. Di toko kelima akhirnya Yusuf menemukan juga apa yang dicari, sebuah liontin mungil berinisial huruf ‘R’ dari emas putih bertahtahkan permata putih berkilau. Indah sekali bentuknya namun harganya terlalu mahal. Uang Yusuf belum cukup untuk membeli kalung itu meskipun tadi ia telah diberi tambahan uang oleh Mama Andre.
“Pak Yusuf …,” tegur seseorang dari belakang Yusuf ketika ajudan ganteng itu sedang asik memandangi keindahan liontin mahal itu. Mendengar ada yang menegurnya reflek Yusuf menolehkan kepalanya kebelakang ke arah sumber suara yang menegurnya.
“Pak manajer, apa kabar?” sahut Yusuf sambil tersenyum begitu mengetahui orang yang menegurnya adalah manajer hotel tempat dilangsungkannya pesta sex Mama Andre dan ibu-ibu pejabat.
“Baik Pak Yusuf,” sahut sang manajer langsung mengulurkan tangannya mengajak Yusuf berjabat tangan.
“Panggil Yusuf aja. Gak usah pake pak,” sahut Yusuf sambil menjabat erat tangan manajer hotel yang ganteng itu. “Belanja juga Pak, ngghhh…?” tanya Yusuf menyambung kalimatnya sambil mengingat-ingat nama manajer itu. Namun rupanya saat pesta sex itu Yusuf terlalu sibuk ngentot sehingga dia tidak sempat berkenalan dan tidak mengetahui nama manajer itu.
“I Ketut Astika,” sahut sang manajer cepat menyadari bahwa Yusuf tidak mengetahui namanya.
“Eh, iya, belanja juga Pak I Ketut Astika?” tanya Yusuf lagi mengulangi kalimatnya setelah mengetahui nama sang manajer.
“Panggil aja Ketut. Gak usah pake pak dan gak usah selengkap itu juga nyebut nama saya,” sahut Ketut sambil nyengir. “Kita kan sedang tidak dalam sebuah acara formal lagipula saya rasa usia kita tak terlalu jauh berbeda,” sambung Ketut yang terlihat sangat tampan dengan setelan celana jeans dan kaos merk Polo warna kuning pastel yang dikenakannya. “Saya sedang menemani istri saya, tuh yang sedang nyari kalung untuk menghadiri acara pesta gala diner pernikahan anak koleganya. Istri saya selalu begitu Suf, kalo ada acara pasti minta dibeliin perhiasan baru. Katanya takut malu dibilang selalu make perhiasan yang itu-itu aja. Yah, gitulah perempuan Suf, hehehe. Mari, saya kenalkan dengan istri saya,” lanjutnya seraya mengajak Yusuf menghampiri istrinya yang berparas cantik dan anggun yang tengah sibuk memilih-milih kalung.
“Perempuan emang begitu Tut,” sahut Yusuf sambil nyengir dan mengikuti langkah Ketut menuju istrinya. Kalung berinisial huruf ‘R’ masih dipegang oleh Yusuf. Pramuniaga toko mengawasi Yusuf dari tempatnya berdiri memastikan perhiasan mahal itu tidak dikantongi oleh Yusuf, hehehehe.
“Ma, kenalkan ini Pak Yusuf, orang kepercayaannya Ibu Menteri Dalam Negeri,” kata Ketut pada istrinya yang langsung menyambut Yusuf dengan senyuman hangat dan uluran tangan mengajak Yusuf berjabat tangan.
“Satu kehormatan sekali saya bisa bertemu dengan orang kepercayaannya Ibu Yovita. Saya Claudia,” kata istri Ketut memperkenalkan namanya dengan gaya sok akrab.
“Ibu Yosefa,” sahut Yusuf membetulkan nama Mama Andre yang salah disebut oleh istri Ketut menjadi Yovita. “Pak Ketut terlalu berlebihan, saya hanya ajudan beliau saja kok,” sambung Yusuf lagi dan menjabat erat tangan Claudia sambil tersenyum tak kalah hangatnya. Sengaja dia masih memanggil Ketut dengan sebutan ‘Pak’ untuk menjaga kewibawaan manajer hotel itu didepan istrinya.
“Pak Yusuf, bagaimana kalau kita minum-minum sebentar? Ma, Papa mau ngobrol-ngobrol sebentar dengan Pak Yusuf. Mama ditemani Rudi dulu ya. Mama boleh ambil yang mana aja yang mama suka. Nanti kalau mama sudah selesai, telepon papa,” kata Ketut setelah istrinya dan Yusuf berkenalan.
“Bener ya Pa? Mama boleh ambil yang mana aja yang mama suka?” tanya Claudia mengkonfirmasi sambil memeluk manja pinggang suaminya dari samping. Perempuan gila perhiasan itu tak keberatan sama sekali ditinggal oleh suaminya asal bisa mendapatkan perhiasan yang diinginkannya.
“Iya. Tapi ingat, pilihan mama harus bisa bikin teman-teman mama ngiri ngeliatnya,” sahut Ketut mesra sambil mencium pipi istrinya. Manajer ini rupanya hobi pamer juga. Ketut dan Claudia memang pasangan yang cocok ternyata. “Mari Pak Yusuf,” ajak Ketut pada Yusuf.
“Permisi bu,” kata Yusuf pamitan pada istri Ketut yang sudah sibuk memilih-milih perhiasan dan tak mempedulikan lagi suaminya apalagi Yusuf. Kata pamit Yusuf tak ditanggapinya sama sekali. Yusuf lalu berjalan menuju pramuniaga yang tadi melayaninya melihat kalung liontin berinisial huruf ‘R’ yang masih dipegangnya.
“Mau kemana lagi Suf, ayo kita pergi,” ajak Ketut yang menjajari langkah Yusuf. Ia sudah tak sabar ingin berduaan saja dengan ajudan ganteng yang jantan ini.
“Sebentar pak, saya mau mengembalikan ini dulu,” sahut Yusuf sambil menunjukkan kalung liontin yang dipegangnya.
“Kenapa dikembalikan? Gak jadi dibeli?’ tanya Ketut pada Yusuf.
“Kemahalan. Uang saya gak cukup,” sahut Yusuf sambil nyengir. Yusuf sudah tiba di depan pramuniaga yang tadi melayaninya dan akan menyerahkan kalung liontin itu kembali.
“Mbak dibungkus aja. Tagihannya masukin ke saya. Tapi ingat, istri saya jangan sampai tahu ya,” bisik Ketut sambil tersenyum dan mengedipkan matanya pada sang pramuniaga.
“Baik Pak Ketut,” sahut sang pramuniaga membalas senyuman Ketut dengan senyum mengembang dan kemudian dengan sigap membungkus kalung liontin itu untuk selanjutnya menyerahkannya pada Yusuf.
“Lho? Apa-apan ini Tut?” tanya Yusuf bingung. Ia kaget melihat Ketut membayar kalung mahal itu untuknya.
“Ssttt…, nanti kedengaran istri saya. Udah, nanti aja ngebahasnya,” kata Ketut.
Yusuf pun langsung mingkem.
“Rudi, kamu temani ibu ya!” kata Ketut sambil jalan beriringan dengan Yusufkeluar toko perhiasan pada seorang pemuda berwajah tampan dengan tubuh tinggi raping atletis yang sedang berdiri didepan toko itu sambil menenteng tas belanjaan.
“Baik Pak,” sahut pemuda itu sambil mengangguk dengan sikap hormat.
“Siapa itu Tut?” tanya Yusuf pada Ketut.
“Supir saya,” sahut Ketut.
“Supir merangkap lonte kamu ya?” bisik Yusuf menggoda. Ajudan ganteng itu berani bicara seperti itu pada Ketut karena melihat sikap Ketut yang berusaha mendekatkan diri padanya.
“Untuk nambah-nambahin penghasilannya dia. Kalo cuman supir gak bakalan cukup kan Suf. Kalo saya beri dia uang selain gajinya tanpa melakukan apa-apa ya sama aja dia dengan pengemis. Makanya saya beri dia uang tambahan dan dia beri saya kepuasan, hehehehe,” sahut Ketut membela diri.
Yusuf ngakak mendengar jawaban Ketut.
“Tut, kamu kok baik banget sama saya?” tanya Yusuf.
“Udah deh gak usah sungkan seperti itu. Anggap saja itu hadiah tanda persahabatan dari saya,” sahut Ketut.
“Tapi hadiah persahabatannya kemahalan,”
“Gak ada yang kemahalan untuk orang seganteng kamu Suf,” sahut Ketut.
“Gombal,”
Tak lama keduanya sudah duduk santai di kafe. Mereka sudah terlibat obrolan yang asik sambil menikmati makanan dan minuman ringan yang dipesan.
“Suf, sudah lama kamu main dengan sesama lelaki?” tanya Ketut setelah sekian lama mereka ngobrol membahas segala hal mulai cuaca sampai politik.
“Maksud kamu main apaan?” tanya Yusuf pura-pura bego sambil mengunyah kacang.
“Jangan pura-pura deh. Kamu lihai sekali menggempurku lobang pantatku Suf, tepat di area g-spot dalam anusku ketika kita pesta di hotel. Aku yakin kamu bukan orang baru dalam ‘permainan’ ini karena hanya orang yang sudah banyak pengalaman saja yang tahu area nikmat itu,” sahut Ketut.
“Ah, itu hanya kebetulan aja,” sahut Yusuf ngeles.
“Hehe, gini deh Suf, kitakan sama-sama ‘Pemain’ jadi gak usah rahasia-rahasian lagi deh. Kalau aku memang udah sejak lama ngelakuinnya. Pertama kali aku ngelakuinnya waktu masih jadi pegawai baru di hotel. Aku akan ceritakan pengalaman pertamaku, mungkin itu bisa membuatmu terbuka dan mau ngaku sejak kapan kamu masuk ke dunia sex sejenis ini,” kata Ketut dengan sesunging senyuman di bibirnya.
“Oke deh. Aku sudah ngelakuinnya sejak masih jadi praja di STPDN. Puas?” tanya Yusuf sambil senyum juga.
“Wow, pasti pengalaman pertama kamu luar biasa Suf. Ngebayanginnya aja aku langsung horny nih, hehehe. Praja-praja STPDN ngesex sejenis, hmmmm…,”
“Udah deh. Gak usah dibayangin. Katanya kamu mau cerita kalo aku ngaku. Cerita dong gimana pengalaman pertama kamu,”
“Baiklah, aku akan menceritakannya ke kamu,” sahut Ketut. Bayangan masa remajanya ketika baru bekerja sebagai pegawai hotel langsung muncul dibenaknya.
***
Saat itu usia Ketut delapan belas tahun. Ia baru seminggu tamat dari sebuah SMA Negeri di Denpasar. Kedua orang tuanya beserta dua orang saudara perempuannya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil membuatnya lara tinggal seorang diri di Bali. Karena itu Ketut kemudian ikut dan tinggal di Jakarta dengan keluarga kakak laki-laki pertamanya, saudara kandung satu-satunya yang kini dimilikinya.
Ketut adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Jarak umur Ketut dengan kakak laki-laki pertamanya itu sangat jauh, lima belas tahun. Ketut memang anak bungsu yang sangat disayangi oleh kedua orang tuanya karena kehadirannya di dunia sangat diharapkan setelah selama lima belas tahun kedua orang tuanya hanya memiliki satu orang anak laki-laki saja.
Kakak laki-laki Ketut adalah pegawai negeri di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta. Dengan rekomendasinyalah Ketut bekerja sebagai pegawai di sebuah hotel berbintang lima, usaha patungan pengusaha dalam negeri dengan asing. Saat itu Ketut memang belum mau kuliah karena masih trauma kehilangan kedua orang tua yang sangat memanjakannya. Padahal sebenarnya Ketut adalah anak yang pintar dan selalu berprestasi di sekolahnya dulu.
Karena kuatir Ketut akan salah arah karena kesehariannya luntang-lantung tanpa kegiatan positif, sang kakak membujuk adiknya itu untuk bekerja saja. Untunglah akhirnya Ketut mau mengikuti bujukan kakaknya itu. Akhirnya setelah lima bulan selepas SMA, Ketut bekerja di hotel sebagai room boy. Meskipun ia masuk bekerja karena rekomendasi kakaknya bukan berarti Ketut tidak menjalani masa percobaan. Hotel tempatnya bekerja adalah hotel ternama karena itu mereka sangat selektif menerima pegawai. Apabila Ketut tidak lulus dalam masa percobaaan konsekwensinya ia harus berhenti dari hotel tersebut.
Kakak laki-laki Ketut sangat memahami konsekwensi tersebut. Ia juga tidak sembarangan merekomendasikan adik bungsunya ke hotel itu. Sang kakak sudah sangat mengetahui potensi yang dimiliki oleh adik kandungnya itu meski sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang perhotelan.
Ketut punya pengalaman menjadi guide bagi turis-turis domestik dan juga mancanegara ketika masih tinggal di Bali. Pengalaman menjadi guide ini membuatnya sudah terbiasa bersikap dan berprilaku santun dalam melayani orang lain. Sikap dan prilaku seperti ini akan memudahkannya bekerja sebagai room boy.
Selain itu penampilan fisik Ketut juga sangat menunjang. Wajahnya sangat tampan dan tubuhnya tinggi atletis dibalut kulit kuning langsat, tidak seperti umumnya orang Bali yang pendek-pendek dan berkulit gelap. Seperti juga Ketut, kakak kandungnya juga memiliki fisik yang bagus. Anugerah fisik yang bagus ini mereka peroleh dari gen orang tua mereka. Ayah mereka adalah orang Bali asli sedangkan ibu mereka adalah orang Inggris yang memang sudah lama tinggal di Bali. Karena ibu mereka berasal dari Inggris, Ketut dan kakak laki-lakinya sangat fasih berbahasa Inggris.
Ketut menjalani masa percobaannya bekerja di hotel dengan baik. Ketut tak menemui kesulitan apapun dalam menjalankan tugasnya. Bahkan para tamu yang dilayaninya selalu memberinya tip dalam jumlah yang lumayan besar karena puas dengan kesigapan dan kerapiannya dalam bekerja dan supel serta ramah dalam berprilaku. Tip yang diperoleh Ketut tiap bulan bila ditotal jumlahnya melebihi besar gaji pokoknya sendiri dalam masa percobaan itu.
Akhirnya masa percobaan yang harus dijalani Ketut bersisa tinggal satu bulan lagi. Ketut kebetulan bekerja shift pagi hari itu. Supervisor-nya memanggil dan memerintahkan Ketut mengantarkan dua potong sandwich dan seteko susu panas untuk sarapan Roberto Titanio, tamu istimewa pemilik empat puluh lima persen saham grup hotel bintang lima tempat Ketut bekerja.
Ketut agak kecut juga nyalinya mendapatkan tugas melayani tamu VVIP seperti Roberto. Sekuat tenaga ditenangkannya pikirannya dan dimantapkannya keyakinannya sambil berdoa semoga tugas yang diperintahkan oleh supervisor-nya dpat dilakukannya dengan baik. Ketut berpikir barangkali ini ujian dari supervisor-nya sebagai salah satu penilaian apakah ia layak diterima sebagai pegawai tetap di hotel itu.
Jantung Ketut berdegup kencang sepanjang langkahnya saat mendorong kereta yang berisi sarapan menuju kamar president suite tempat Roberto menginap. Perasaan grogi semakin bertambah seiring langkahnya yang semakin dekat dengan kamar president suite yang ditujunya.
Ketut menarik nafas panjang tiga kali untuk menenangkan diri saat tiba di depan pintu kamar president suite. Setelah itu dia menekan bel dan menyerukan, “room service sir,”. Untuk beberapa saat Ketut menunggu di depan pintu sambil mengembangkan senyum ramah di bibirnya. Hal ini senantiasa dilakukannya karena biasanya tamu di dalam kamar akan mengintip dulu dari lubang kecil yang ada di pintu untuk mengetahui siapa yang menekan bel. Gak enak kan kalo tamu yang ngintip dari lobang kecil di pintu melihat tampangnya cemberut sambil menggu pintu dibuka, hehehehe.
Tak lama kemudian pintu kamar tersebut terbuka. Kedatangan Ketut disambut seorang pria tampan berwajah latin dan memberi isyrat dengan tangannya menyuruh Ketut masuk. Ketut mendorong kereta dorong yang membawa sarapan Roberto kedalam kamar president suite yang mewah dan berinterior etnik modern. Tubuh kekar Roberto dibalut kaos hitam tanpa lengan dan celana pendek dari bahan kanvas bercucuran keringat, handuk kecil dalam genggaman pria itu juga basah. Rupanya Roberto sedang berolah raga ketika Ketut datang. Didalam kamar itu memang terdapat satu set peralatan fitness yang terdiri dari treadmill dan dumble untuk memenuhi kebutuhan olah raga harian tamu VVIP.
Ketut menghidangkan sarapan Roberto di atas meja makan beralaskan taplak meja dari bahan batik yang terletak di bagian belakang kamar itu yang ditata sebagai dapur mini. Sambil menghidangkan sarapan itu Ketut mencuri pandang ke arah Roberto yang sedang mengelap keringat di dahinya menggunakan handuk kecil yang tadi digenggamnya. Lengan kekarnya terangkat saat Roberto mengelap keringatnya di dahi mempertontonkan bicep dan tricep miliknya yang terlatih dan lipatan ketiaknya yang berbulu lebat.
Setelah itu Roberto duduk di kursi meja makan dan siap untuk sarapan. Ketut yang berdiri di samping meja makan segera memulai tugasnya melayani Roberto. Ia mengambil teko dan akan menuangkan susu kedalam gelas yang sudah diletakkannya di meja untuk Roberto. Baru kali ini Ketut bisa melihat dengan jelas pria tampan kaya-raya itu. Sejak pria ini datang seminggu yang lalu dalam rangka menghadiri rapat umum pemegang saham para pemilik hotel, Ketut hanya melihat dari jauh karena ia tidak pernah diberi tugas untuk melayani Roberto. Biasanya yang melayani Roberto adalah pegawai senior di hotel.
Ketut kembali grogi saat berdiri sangat dekat disamping Roberto yang sedang duduk. Tiba-tiba muncul perasaan kuatir dalam benak Ketut bahwa ia akan melakukan kesalahan. Ternyata benar, saking kuatirnya tangannya yang sedang menuangkan susu yang masih hangat dari teko kedalam gelas tiba-tiba saja gemetaran. Air susu yang harusnya tertuang dalam gelas malah tumpah ke atas meja langsung mengalir kebawah dan sebagian memercik ke dada bidang Roberto membasahi kaos hitamnya.
“Holly shit!” seru Roberto mengumpat sambil langsung berdiri karena terkejut terpercik susu hangat itu.
Ketut langsung panik. Wajahnya pucat pasi dan tangannya makin gemetaran. Teko yang dipegangnya serta-merta jatuh ke atas meja makan membuat susu hangat dari dalam teko itu tumpah dan meluber di meja makan. Ketut buru-buru mengambil serbet dan sibuk mengelap baju kaos Roberto yang basah. Sebagian air susu yang mengalir dari meja kebawah rupanya membasahi celana kanvas Roberto.
“What are you doing boy?!! I can make you lose your job! You know that??!!” maki Roberto dengan suara keras sambil melepaskan baju kaosnya yang terasa lengket didadanya karena air susu.
“Pardon me sir. I’m so sorry…,” sahut Ketut dengan suara lemah karena ketakutan. Ketut terus meminta maaf tapi Roberto tak mempedulikannya.
Pria tampan itu marah sekali. Ia segera menyambar gagang telepon di sudut ruangan kamar.
“Your manager please,” kata Roberto begitu hubungan telepon tersambung ke operator. “What’s your name?” teriak Roberto pada Ketut dengan wajah garang.
“Ke…, Ke…, Ketut…, Sir…,” jawab Ketut gemetaran. “Please sir…, I will do everything to fix it,” lanjutnya memelas, tapi terlambat karena rupanya Roberto sudah tersambung dengan manajer hotel.
“Yeah good morning, I wanna know bout Ketut. No, I just want you to tell me about him. No, its Ok. I’ll tell you after lunch. Yah, bye,” Roberto mengakhiri pembicaraannya dengan sang manajer. Sepanjang pembicaraan tadi wajahnya terlihat sangat serius, sambil matanya menatap tajam pada Ketut. Roberto sesekali manggut-manggut mendengarkan penjelasan sang manajer. Setelah selesai berbicara dengan sang manajer, Roberto masih tetap menatap Ketut tajam. Tatapan Roberto ini makin membuat Ketut ketakutan. Untuk beberapa saat keduanya terdiam. Suasana dalama kamar hening karena keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Akhirnya Roberto yang memcahkan keheningan. “Come here boy! Help me to strip my dirty pant!” perintah Roberto tegas pada Ketut namun dengan suara yang tidak lagi keras seperti tadi.
“Yes sir,” sahut Ketut patuh dengan suara bergetar karena ketakutan.
Ketut kemudian berjalan mendekati Roberto. Setelah dekat cowok itu langsung jongkok di depan tubuh Roberto. Dengan tangan gemetaran ia memegang resluiting celana Roberto dan menurunkannya. Setelah itu ia melepaskan kancing pengait celana itu dan setelah terlepas ia menurunkannya celana pendek sang tamu VVIP.
Begitu celana Roberto turun ke bawah melewati dua pahanya yang kokoh, tatapan mata Ketut langsung tertumbuk pada bagian tengah selangkangan Roberto yang gemuk membengkak dalam bungkusan celana dalam warna putih yang basah oleh keringat. Ketut sebenarnya sudah biasa melihat cowok hanya menggenakan cawat bahkan bertelanjang bulat saat di Bali. Namun melihat sedekat ini ia belum pernah. Perasaan jengah muncul dibenaknya.
Mata Ketut jelas sekali melihat siluet batang kontol Roberto yang bentuknya seperti ular. Batang kontol itu terlihat masih lemas namun ukurannya besar sekali. Roberto membungkus batang kontolnya ke arah atas serong ke kanan. Kepala kontolnya parkir di sudut kanan atas tepat dibawah karet celana dalamnya. Di bagian bawah selangkangannya tercetak jelas dua buah pelirnya yang juga besar. Saking besarnya kontol itu celana dalam Roberto bagian depan seperti tak menyisakan ruang sama sekali. Jembut-jembut halus namun lebat dan panjang menyeruak diantara celah paha celana dalamnya bersambung dengan rimbunan bulu halus yang tumbuh lebat di lipatan pahanya itu hingga ke pahanya yang kokoh. Tanpa sadar Ketut menelan ludahnya sendiri karena terpesona menyaksikan batang kontol Roberto yang super itu. Ia membayangkan betapa kontol itu bisa memberikan kenikmatan bagi memek-memek yang menelannya.
Setelah celana pendeknya lepas, Roberto kemudian berjalan mendekati meja makan meninggalkan Ketut yang masih terpesona. Dengan santai Roberto duduk di kursi yang ada di samping meja makan, lalu tangannya mengambil sandwich berisi keju dan telur dari atas meja makan untuk kemudian melahapnya.
“Serve my dick,” ucap Roberto sambil mengangkangkan pahanya. Suaranya santai sekali seolah tidak ada kejadian apa-apa. Ia berkata seperti itu sambil memandang Ketut dengan tatapan biasa saja.
“Pardon me, sir?” tanya Ketut kaget sekaligus mengkonfirmasi kata-kata Roberto itu. Apakah kata-kata itu ditujukan padanya, tanya Ketut dalam hati. Tapi pasti memangditujukan padanya karena tidak ada orang lain di kamar itu selain mereka berdua.
“Come on! Kamu tadi bilang, ‘will do everyting’ kan? So, now, jilat kontolku!” sahut Roberto memerintah dengan bahasa Indonesia yang terpatah-patah. Rupanya pria tampan kaya-raya itu bisa berbahasa Indonesia juga.
Ketut memang sudah pernah ngesex. Pengalamannya sebagai guide memang telah membawanya pada kehidupan sex yang bebas dengan turis-turis yang terpesona pada ketampanannya. Namun Ketut adalah cowok straigth. Ia hanya mau melayani permintaan dari turis wanita saja. Ajakan dari turis laki-laki selalu bisa ditolaknya dengan halus. Namun kali ini ia dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Ketut dilanda kebingungan sesaat. Ia tak bermaksud untuk melakukan hal apapun seperti yang dimaksudkan oleh Roberto ini. Namun bagaimana ia bisa menolak kini karena ia sudah melakukan kesalahan dan juga terlanjur berucap bersedia untuk melakukan apa saja sebagai penebus kesalahannya.
“Apakah kamu punya gaji cukup and bisa bayar karpet yang basah ini?” tanya Roberto dengan bahasa Indonesia patah-patahnya sambil menunjuk karpet dibawahnya yang ternyata basah juga karena susu yang tumpah dari atas meja. Rupanya Roberto menyadari kebingungan Ketut untuk memutuskan apakah akan melaksanakan perintahnya atau tidak. “This carpet from Turkey,” tambah Roberto memperjelas agar Ketut bisa segera memutuskan.
Ketut akhirnya menyerah pada keadaan. Dengan patuh ia mendekati Roberto dan kemudian bersimpuh didepan paha Roberto yang sudah mengangkang. Dengan wajah yang terlihat jelas sangat jengah dan takut-takut, Ketut menarik ke atas karet celana dalam Roberto untuk kemudian menurunkannya kebawah mengeluarkan ular besar milik Roberto yang sebelumnya tersembunyi. Mata Ketut langsung melotot begitu melihat visualisasi kontol Roberto setelah dikeluarkan dari dalam bungkusan celana dalamnya. Kontol itu memang besar sekali. Untuk sejenak Ketut terpana melihat kontol Roberto yang berwarna sawo matang dan lembab karena keringat.
“Suck it!” ucap Roberto santai sambil menikmati sandwich kejunya.
Ketut mengenggam pangkal kontol Roberto yang berjembut lebat. Didekatkan kepalanya ke selangkangan sang pemilik hotel sambil membuka mulutnya lebar-lebar dan kemudian memasukkan kepala kontol Roberto kedalamnya. Rasa asin di kepala kontol Roberto langsung dirasakan oleh Ketut saat mulutnya menghisap dengan lembut kepala kontol besar itu.
“Hhhmmmm…, Ssstttthhhh…,” desis Roberto keenakan.
Ketut menolehkan kepalanya keatas menatap wajah tampan Roberto. Mata Roberto terpejam. Pria itu terlihat sangat keenakan sekali.
Ketut berpikir untuk dapat segera menuntaskan hasrat kelelakian Roberto yang binal. Menurut pikiran Ketut, bila Roberto orgasme maka pekerjaannya memuluti kontol sang pemilik hotel ini akan segera berakhir. Karena itu Ketut kemudian melakukan kuluman pada kontol Roberto dengan sepenuh hati. Ia berusaha mengingat bagaimana cewek-cewek yang pernah melahap kontolnya melakukan oral yang nikmat hingga membuatnya cepat keluar.
Sambil mengulum, Ketut memegang paha kokoh Roberto yang ramai bulu halus sambil meremas dan membelai. Ketut beranggapan hal ini akan menambah rangsangan bagi Roberto. Segala teknik mengulum yang tiba-tiba saja muncul dibenak Kentut langsung diparaktekkannya. Batang kontol Roberto semakin membesar dan akhirnya ngaceng total. Dengan mulutnya Ketut memperkirakan batang kontol Roberto itu panjang dan diameternya lebih kurang sebesar bagian bawah botol Coca Cola. Ketut yang mencoba memasukkan seluruh batang kontol itu kedalam mulutnya tidak berhasil, hanya tiga perempatnya saja yang bisa masuk itupun kepala kontol Roberto sudah menembus kerongkongan Ketut membuat cowok itu tersedak dan hampir muntah. Namun meski begitu Ketut tak kapok, ia kembali memuluti kontol Roberto.
“You like it hah?” tanya Roberto sambil memandang kebawah ke wajah Ketut yang sedang mengulum kontolnya.
“He eh,” sahut Ketut mengangguk spontan. Entah kenapa semakin lama ia semakin menyukai memuluti kontol Roberto yang besar ini. Sepertinya Ketut sudah lupa dengan tujuannya untuk membuat Roberto segera orgasme. Ketut malah jadi ingin memuaskan dirinya sendiri menjilati kontol gemuk besar diantara aroma keringat disekitar selangkangan Roberto yang malah membuat Ketut makin bernafsu.
Roberto tersenyum mendapatkan anggukan dari Ketut. Beberapa saat lagi ia menikmati kuluman Ketut di batang dan kepala kontolnya. Setelah beberapa saat ia meminta Ketut beralih untuk memuaskan buah pelirnya. “Now lick my balls!” perintah Roberto pada Ketut.
Ketut patuh. Mulutnya melepaskan batang kontol Roberto kemudian menyusup ke bagian bawah selangkangan Roberto menyerbu buah pelir sang pemilik hotel yang dibungkus kulit berkerut dan berjembut tebal. Aroma keringat disekitar buah pelir ini lebih dahsyat lagi. Ketut menarik napasnya kuat-kuat menikmati aroma keringat yang membuatnya terangsang itu. Ia tak pernah mencium aroma semenggairahkan ini saat menikmati memek yang pernah dioralnya.
Ketut menyapukan lidahnya pada buah pelir Roberto, membasahi jembut-jembut hitam keriting yang tumbuh disana. Setelah itu salah satu pelir Roberto dihisapnya sementara tangannya membelai meremas pelir yang lain bergantian. Dicobanya untuk menelan kedua buah pelir Roberto sekaligus namun bola-bola itu terlalu besar dan tak tertampung didalam mulutnya. Mau tak mau Ketut harus menyedot buah pelir itu bergantian.
Sementara Ketut menikmati buah pelirnya, Roberto menikmati sandwich keduanya sambil mulutnya yang sedang mengunyah mendesis-desis dan mendesah-desah keenakan menikmati pekerjaan mulut Ketut dibawah sana.
***
Ponsel Andre yang baru diaktifkannya usai misa langsung berbunyi tanda pesan-pesan masuk. Ada dua pesan yang masuk, pertama dari Calvin dan kedua dari Doni. Pesan dari Calvin berisi permintaannya untuk segera menghubungi Calvin apabila ponselnya telah hidup. Sedangkan pesan dari Doni berisi permintaan maaf bahwa penyelidikan kasus Andre sementara ditunda dulu karena Silvia sedang sakit.
Andre yang sedang berjalan bersama kedua orang tuanya menuju tempat parkir mobil dikawal oleh Dadang dari belakang, rasanya ingin segera memisahkan diri dari kedua orangtuanya agar bisa menghubungi Calvin dan Doni. Namun situasinya tidak memungkinkan, karena itu Andre membalas pesan keduanya dengan kalimat pendek,”Gue sedang di gereja. Nanti Gue hubungi”.
Pesan itu langsung diterima di ponsel Calvin yang memang sedang aktif. Calvin yang tadinya kesal karena tidak bisa menghubungi Andre dan tidak mendapat kabar apapun dari cowok itu kini menguap kekesalannya. Calvin kemudian membalas pesan Andre dengan kalimat pendek juga, “Gue tunggu”.
Calvin saat itu sedang sendirian di rumahnya. Kedua orang tuanya bersama dengan Tante Rini dan Om Hendra beberapa saat yang lalu pergi menuju rumah sakit tempat Dion dirawat. Calvin tidak ikut pergi bersama keluarganya mengunjungi Dion. Ia punya alasan sendiri untuk tidak ikut. Alasan yang pertama karena Calvin ingin menunggu kabar dari Andre. Alasan yang kedua, Calvin merasa belum siap untuk berbaikan dengan Dion. Rasa sakit hatinya karena Dion pernah menjualnya pada Fahri dan Dhika masih menggores hatinya.
Meski demikian bukan berarti Calvin menentang perubahan sikap kedua orang tuanya juga tante dan omnya pada Dion dan keluarganya. Calvin mendukung sekali niat keluarganya untuk menyudahi segala masalah yang terjadi. Namun cowok itu butuh waktu untuk bisa menyembuhkan goresan luka di hatinya atas perbuatan yang pernah dilakukan Dion itu padanya.
Tentu saja Calvin tidak menceritakan hal ini pada keluarganya. Ia simpan saja sendiri apa yang dirasakannya itu. Ketika tadi papa dan mamanya mengajak ikut menjenguk Dion, ia menolak ajakan itu dengan alasan masih capek dan ngantuk karena mendengarkan cerita papanya dan Om Hendra sejak dini hari sampai menjelang pagi tadi.
***
Wisnu sangat terhanyut akan goyangan pinggul Cinta yang berputar-putar ritmis diantara hentakan-hentakan naik turun yang dilakukannya. Wisnu merasakan batang kontolnya seperti dipijat dan dipelintir sekaligus oleh memek empuk milik kakak kandung Cindy nan cantik itu. Wisnu memejamkan mata sambil mengerang-erang saking keenakannya dalam posisi duduk di atas ranjang memeluk Cinta yang menduduki selangkangannya dalam posisi berhadapan.
“Ahhh…, ahhh…, Mbakhhh…, enak banget ahhhh…,” erang Wisnu.
Cinta tak menyahut. Ia hanya tersenyum mesum mendengarkan erangan keenakan dari mulut Wisnu. Cinta mendesah-desah diantara matanya yang merem melek karena ia juga keenakan merasakan gesekan batang kontol Wisnu yang gemuk dan panjang didalam lorong kenikmatannya.
Tubuh keduanya sudah banjir keringat. Namun mereka seolah tak merasa lelah. Keduanya terus memacu birahi di atas tempat tidur yang bergerak-gerak dan berbunyi derit seiring gerakan ngentot mereka.
“Hei-hei, ngentot siang-siang kok gak ngajak-ngajak?” tiba-tiba terdengar celetukan dari arah pintu kamar yang terbuka. Indra berdiri di depan pintu dengan hanya menggenakan celana boxer tanpa baju. Handuk melingkar di leher Indra, cowok itu akan mandi rupanya.
Tadinya Indra akan menuju kamar mandi, namun ketika melewati kamar Surti ia mendengar suara-suara ‘aneh’ dari dalam kamar. Karena itu ia iseng membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Begitu melihat apa yang sedang terjadi didalam kamar langsung aja Indra nyeletuk seperti tadi.
Wisnu terkejut dan segera akan melepaskan diri dari Cinta. Hatinya kecut juga karena ketangkap basah sedang ngentot dengan Cinta. Ia menatap Indra yang belum dikenalnya dengan grogi. Namun Cinta cuek aja. Ia terus menikmati kontol Wisnu sambil ngomong.
“Kamu gangguin aja deh Ndra. Sana mandi, bau kamu,” sahut Cinta memandang adik iparnya itu sambil terus menggocek kontol Wisnu.
“Hehehe, oke deh. Aku mandi dulu ya Mbak,” sahut Indra dan kemudian menutup pintu kamar.
“Siapa tadi Mbak?” tanya Wisnu pada Cinta. Ia masih grogi dengan kejadian barusan.
“Itu si Indra. Adiknya Mas Yudha, suami Mbak,” sahut Cinta santai sambil terus bergoyang.
Wisnu bengong mendengar jawaban Cinta yang santai banget seolah-olah gak ada kejadian apa-apa seperti itu. Sedang Wisnu bengong pintu kamar kembali terbuka. Cindy rupanya sudah selesai mandi. Gadis itu menggenakan handuk mungil menutupi tubuh sintalnya.
“Belon kelar juga?” tanya Cindy pada Cinta dan Wisnu.
“Belon,” sahut Cinta.
“Enak ya kontolnya Wisnu, Mbak?” tanya Cindy.
“Banget,” sahut Cinta.
Wisnu tambah bengong mendengar perbincangan kedua kakak beradik itu.
***
Ketut masih melanjutkan ceritanya pada Yusuf.
“Cukup. Now pull your pant down!,” perintah Roberto pada Ketut.
Ketut patuh. Ia berdiri dan kemudian melepaskan sepatunya lalu dilanjutkan menanggalkan celananya yang terbuat dari kain bahan warna hitam. Setelah celananya tanggal ia melanjutkan menanggalkan celana dalamnya. Kini Ketut berdiri berhadapan dengan Roberto yang menatapnya dengan tatapan cabul Roberto mengamati batang kontol Ketut yang setengah ngaceng. Roberto lalu mendekati Ketut. Setelah dekat ia meremas batang kontol Ketut yang besar.
“I know you want me, ini buktinya,” kata Roberto sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Ketut. Roberto lalu melumat bibir tipis Ketut.
Ketut menyambut lumatan Roberto. Kedua pria jantan itu kini berpagutan. Lidah mereka berperang hebat didalam mulut mereka yang menyatu. Ketut sudah sangat terangsang. Ia tak bisa menahan nafsunya lagi. Ia terhanyut oleh gairah liar sesama jenis yang selama ini tak pernah dibayangkannya akan dilakoni.
Jemari tangan Ketut menyusuri tubuh bagian belakang Roberto. Mulai dari punggungnya yang kekar lalu turun ke bawah hingga tiba di buah pantat Roberto yang bulat dan padat. Ketut meremas buah pantat itu. Ketut merasakan sensasi yang lain saat meremas buah pantat Roberto, sensasi yang belum pernah dirasakannya saat meremas buah pantat cewek. Pantat itu terasa keras karena kontraksi ototnya berbeda dengan pantat cewek yang cenderung empuk tidak terlalu berotot.
Roberto lalu membuka paksa kancing seragam hotel yang dikenakan Ketut. Setelah semua kancing itu terbuka dengan gerakan tak sabar Roberto melepaskan kemeja Ketut. Tubuh ramping atletis Ketut langsung menyambut tatapan liar Roberto. Ketut memang tidak menggenakan kaos dalam dibalik kemeja seragam hotel yang dikenakannya. Mulut Roberto segera menyerbu leher Ketut. Diciumi dan dijilatinya leher Ketut dengan buas. Ciuman dan jilatannya turun hingga ke dada bidang Ketut. Tiba disana Roberto langsung menyonyot puting dada Ketut yang kecoklatan.
“Aaahhhhh…. Sir…. aaahhhhh…,” rintih Ketut. Kepalanya terlempar kebelakang menikmati sensasi serbuan bibir Roberto.
Jemari tangan Roberto meremas kontol Ketut yang sudah ngaceng total. Dari ujung kepala kontol Ketut meleleh cairan precum yang licin membuat remasan tangan Roberto semakin nikmat dirasakan Ketut. Apalagi serbuan mulut Roberto yang liar terus berlanjut di sekitar dada Ketut. Hal ini membuat Ketut semakin meninggi birahinya
Roberto lalu mengarahkan tubuh Ketut untuk berdiri setengah membungkuk di depan meja makan. Kaki kanan Ketut dinaikkan ke atas kursi. Cowok itu menungging dengan posisi seperti anjing akan kencing. Roberto menatap penuh nafsu keindahan bagian belakang tubuh Ketut. Ujung jari telunjuk Roberto menyentuh kulit punggung Ketut. Ada geli yang merangsang dirasakan oleh Ketut oleh sentuhan ujung jari telunjuk Roberto disana.
Ujung jari telunjuk Roberto bergerak perlahan menyusuri pinggang Ketut kebawah hingga ke belahan pantatnya. Cowok itu agak merinding saat merasakan ujung jari itu menyusuri daerah belahan buah pantatnya yang masih mengatup. Ujung jari itu lalu melanjutkan lagi perjalannya turun ke area antara lobang pantat dan buah pelir Ketut. Di area itu banyak tumbuh bulu-bulu halus. Roberto menggelitik area itu dengan ujung jarinya dan reaksi gelitikan itu membuat Ketut menggelinjang-gelinjang.
Roberto gemas sekali melihat buah pantat Ketut. Ia lalu meremas dan menyibakkan belahan buah pantat Ketut ingin melihat isi dalam belahan itu. Ditengah-tengah belahan itu Roberto menemukan sebuah lubang keriput yang tertutup rapat dihiasi bulu-bulu halus disekelilingnya. Lubang inilah yang ingin dilihat Roberto.
“Watta beautiful ass hole,” decak Roberto sambil menghembus lembut lubang itu membuat Ketut merasakan udara hangat yang semakin menaikkan birahinya. “You still virgin, don’t ya?” tanya Roberto dengan suara lirih menahan nafsunya yang menggelegak.
“Yes Sir,” jawab Ketut. Suaranya terdengar bergetar. Nafsu Ketut memang sudah naik sampai ke ubun-ubunnya. “Ohhhhh…,” rintih Ketut kemudian ketika ia merasakan lobang pantatnya disapu oleh daging tumpul empuk yang basah dan hangat. Ketut berpikir sejenak apa yang menyapu lobang pantatnya itu akhirnya ia sadar itu adalah ujung lidah Roberto.
Ketut tak pernah merasakan kenikmatan seperti ini sebelumnya. Belum pernah ada orang menjilat lobang pantatnya. Ketut kembali merinding saking nikmatnya sensasi yang dirasakannya. Untuk beberapa saat jilatan lidah dilakukan Roberto dengan lembut disana. Lama kelamaan jilatan itu makin kasar malah mulut Roberto kini ikut bekerja melumat, menyedot, dan menghisap disana. Ketut menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan Roberto dibelahan pantatnya. Ketut melihat wajah ganteng Roberto bersarang dibelahan buah pantatnya.
“Ooohhhh Sir…, Its sooo goooddd…. Ooooohhhh…,” erang Ketut kuat. Ia betul-betul keenakan.
Roberto tak peduli lobang pantat adalah saluran pelepasan kotoran. Ia terlihat menikmati sekali mengerjai lobang pantat Ketut. Mulutnya makin beringas bekerja. Ia meludah berkali-kali membasahi lobang pantat Ketut yang sempit. Ujung lidahnya berkali-kali menekan berusaha menembus lobang keriput itu.
Lobang pantat Ketut yang sudah basah kini ditusuk perlahan oleh ujung jari telunjuk Roberto. Lobang pantat Ketut belum pernah dimasuki apapun selain hanya mengeluarkan kotoran saja. Ia merasakan sensasi yang aneh saat ujung jari telunjuk Roberto memasuki lobang pantatnya. Pelan-pelan jari telunjuk Roberto terus menembus lobang pantat Ketut hingga terbenam seluruhnya.
Roberto mulai menggerakkan jari telunjuknya keluar masuk di dalam lobang pantat itu. Ketut tak merasa sakit karena hanya satu jari yang terbenam. Ini hal yang wajar karena lobang pantat Ketut sudah cukup licin selain itu jari telunjuk ketut tidak lebih besar dari kotoran yang pernah keluar melalui lobang pantatnya.
Setelah satu jari sukses menembus, Roberto melanjutkan dengan memasukkan dua jarinya—jari telunjuk dan jari tengah–sekaligus kedalam lobang pantat Ketut. Kedua jari itu pelan-pelan disusupkannya melintasi celah bibir lobang pantat Ketut yang sempit.
“Ohhhhhh…,” erang Ketut. Ada sakit dirasakannya di dalam lobang pantatnya saat jari-jari menembus disana.
Roberto cuek dengan erangan kesakitan Ketut itu. Kedua jarinya terus menekan semakin dalam. Setelah kedua jari itu masuk lalu Roberto membiarkansesaat didalam untuk kemudian ditarik lagi keluar. Begitulah berkali-kali dilakukan Roberto untuk membuat rongga lobang pantat Ketut beradaptasi dengan masukan benda kedalamnya.
Setelah beberapa saat, Ketut mulai menikmati sodokan jari-jemari Roberto itu. Ketut kini merintih keenakan, kedua matanya merem melek dan kontolnya ngaceng!
“Do you like it boy, hah?” tanya Roberto sambil menyeringai mesum memandang wajah Ketut yang memancarkan ekspresi keenakan.
“Yes sir, i like it,” sahut Ketut diantara rintihannya.
Roberto mengganas, jari-jarinya bergerak cepat maju mundur didalam lobang pantat Ketut. Tentu saja perbuatan Roberto ini membuat Ketut semakin mengerang keras. “Ooooohhh…, ohhhh…., ohhh….”
***
“Hmmmmm…, ohhhh…, ohhhh…,” erang Cinta seiring hentakan pantat Wisnu mengeluar-masukkan kontolnya kedalam memek ibu muda nan cantik itu.
“Ih, Mbak Cinta. Erangannya jangan keras-keras dong, entar tetangga dengar lho,” goda Cinta yang sedang duduk santai di atas kursi menikmati pertunjukan ngentot kakak kandungnya itu dengan Wisnu.
“Ehhh…, habisnya enak banget, aku gak bisa nahan,” sahut Cinta.
“Hehe, kontol Wisnu enak banget ya Mbak?” Tanya Cindy.
“He eh. Panjang dan bengkak banget. Memekku rasanya penuh gitu, ehhhhh…,” sahut Cinta lagi. “Kamu gak ikutan?” sambung Cinta pada adiknya.
“Enggak ah Mbak. Capek, semalem dan tadi pagi udah. Mbak aja deh puas-puasin, kan gak tiap hari aku ijinin Mbak make si Wisnu,” sahut Cindy.
Wisnu gak mengacuhkan pembicaraan kedua kakak beradik itu. Ia terus bergoyang pantat maju mundur dengan liar. Spermanya dirasakannya sudah bergerak cepat menuju ujung kepala kontolnya dan akan menyembur.
“Mbak, oh Mbak…. ooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,” erang Wisnu beberapa saat kemudian sambil menekan selangkangannya mengubur kontolnya sedalam-dalamnya di memek Cinta menyemburkan spermanya didalam sana.
Cinta refleks melepaskan dirinya dari Wisnu.
“Wisnu, kamu gimana sih? Kok disemburin didalam memek Mbak? Entar kalo Mbak hamil gimana?” Tanya Cinta dengan wajah kesal.
“Ma…, ma…, maaf Mbak,” sahut Wisnu. Tubuhnya gemetar dan agak limbung karena Cinta yang tadi menjadi pegangannya tiba-tiba melepaskan diri sementara orgasmenya belum berhenti. Spermanya masih berlompatan dari lobang kencingnya dan berjatuhan ke lantai. Wisnu terlihat ketakutan sekali mendengar apa yang dikatakan Cinta padanya. “Mbak, maaf aku gak sengaja. Maaf ya Mbak.”
“Enak aja minta maaf. Kamu harus tanggung jawab kalo aku hamil,” sungut Cinta sambil menggenakan kembali pakaiannya.
“Duh kesian deh Elo Wis,” kata Cindy mendekati Wisnu yang masih terlihat ketakutan. “Elo gak usah bertanggung jawab kalo Mbak Cinta hamil, diakan udah punya Mas Yudha. Elo bertanggung jawab kalo Gue hamil aja ya,” kata Cindy sambil tersenyum geli melihat wajah ketakutan cowok itu.
“Hehehe, dasar abege. Biar badan sama kontol gede, tetap aja masih kekanak-kanakan. Mbak akan minta tanggung jawab kamu ganteng,” kata Cinta mendekati Wisnu sambil mencium bibir cowok itu lembut. “Makasih ya cayank, udah puasin Mbak,” kata Cinta dengan senyum lucu dan kemudian meninggalkan kamar.
Cindy ngakak melihat ekspresi Wisnu yang tadinya ketakutan kini berubah jadi bengong kayak orang bego setelah Cinta meninggalkan mereka.
“Kamu kenapa sih Wis?” Tanya Cindy diantara ngakaknya.
“Bener-bener deh keluarga Lo. Maniak,” sahut Wisnu dan kemudian ikutan ngakak.
“Tapi Lo sukakan?”
“Pasti. Memek keluarga Lo legit-legit soalnya, hehehe,” sahut Wisnu. Cowok itu lalu mengelap tubuhnya yang bersimbah keringat dengan handuk yang tadi dipakai oleh Cindy.
***
“Roberto akhirnya memperkosa saya pagi itu Suf,” kata Ketut menyambung ceritanya.
“Perkosa? Bukannya kamu juga mau? Hehehe,” sahut Yusuf sambil terbahak.
“Iya sih, hehehehe,” sahut Ketut ikutan terbahak.
“Trus gimana rasanya pertama kali Tut?”
“Sakit banget Suf, bayangin aja barangnya si Roberto gedenya kayak botol gitu. Tapi untung aja dia pake pelumas kalo enggak bisa robek deh, hehehehehe,”
Keduanya terbahak. Ketut melanjutkan lagi ceritanya.
“Yeah…, You got it boy…,“ujar Roberto menyeringai binal ketika merasakan semua batang kontolnya telah terbenam didalam lobang pantat Ketut.
“Aaarrrggggghhhh…,“ erang Ketut kesakitan. Jari-jari tangannya mencengkeram sprey kuat-kuat untuk melawan rasa sakit yang menderanya. Batang kontol Roberto yang bengkak dan panjang terasa sangat menyumbat didalam lobang pantatnya.
“Uuuuhhhh…, it’s so tight…,“ erang Roberto. Cowok itu merinding saking bergairahnya saat menikmati coblosan pertamanya di lobang pantat Ketut. Cengkeraman lorong lobang pantat Ketut terasa demikian kuat meremas batang kontolnya.
Roberto menindih tubuh telungkup Ketut dan mulai melakukan gerakan benam tarik kontolnya di lobang pantat cowok ganteng itu. Roberto melakukannya dengan penuh kelembutan. Hal ini dilakukannya agar lobang pantat Ketut beradaptasi dulu dengan batang kontolnya yang membengkak. Roberto yang sudah biasa memperjakai cowok sadar bila lobang pantat Ketut tak beradaptasi dengan batang kontolnya maka lobang itu tidak akan membuka sempurna. Bila ini terjadi maka Ketut akan kesakitan sekali dan Roberto pun akan tidak nyaman karena lobang pantat Ketut akan sangat menjepit sehingga sulit untuk mengentotnya.
“Aaaaaahhhh…. Sir…, please slowly…,” rintih Ketut saat gerakan kontol Roberto yang menikam lobang pantatnya terasa menyakitkan.
“I will boy…, ssstttt…,” sahut Roberto sambil mencium tengkuk Ketut menenangkan Ketut yang kesakitan. Gerakan pantatnya terus berlanjut.
Batang kontol Roberto yang berlumuran banyak pelumas sangat membantu dalam prosesi mengadaptasikan batang kontol segede botol itu memasuki rongga lobang pantat Ketut yang masih sangat sempit. Setelah gerakan benam tarik kontol itu dilakukan berulang kali lobang pantat Ketut semakin membuka. Rasa seret yang tadi menahan gerakan batang kontol Roberto untuk bergerak leluasa didalam sana mulai berkurang. Namun cengkeraman rongga lobang pantat Ketut masih terasa sangat kuat yang membuat Roberto mendesah-desah keenakan.
Saraf-syaraf kenikmatan di rongga lobang pantat Ketut mulai beraksi dan mengirimkan sinyal-sinyal kenikmatan itu ke otak kecil Ketut. Hal ini membuat Ketut tanpa sadar merintih. Ia merasakan kenikmatan aneh yang belum pernah dirasakannya. Kenikmatan diantara rasa sakit yang masih terasa karena rongga lobang pantatnya yang semakin menganga mengikuti bentuk kontol Roberto.
“Aohh…, ohhh…, ohhh…, ohhh…,” erang Ketut.
Roberto menyadari hal ini. Sambil menciumi tengkuk Ketut dan membuat beberapa cupang disana, Roberto mulai meningkatkan ritme gerakan benam tariknya. Lama-kelamaan Roberto yang keenakan lupa mengontrol ritme gerakannya, pantatnya bergerak makin cepat dan menghujamkan kontolnya semakin dalam. Hal ini membuat Ketut kesakitan.
“Aaaahhhhh…. fuck! Its so big!! Its hurt sir…, but awesome, ahhhhhhhh…,” teriak Ketut ketika tiba-tiba satu gerakan menghentak dilakukan Roberto membuatkan kontolnya terbenam dalam sekali hingga menghantam prostat Ketut.
“Ohh boy, your’s so fucking tight!!” erang Roberto sambil terus menghentakkan pantatnya semakin cepat dan keras.
Semakin lama sodokan-sodokan kontol Roberto dirasakan Ketut semakin membuatnya nikmat. Rasa sakit tak lagi dirasakannya. Ketut sangat bernafsu sekali oleh kentotan Roberto. Tubuh kekar cowok itu bergetar karena libidonya yang semakin meningkat. “Oooohhhh…. Harder Sir!! Oooohhhh…,” racau Ketut. Ia menginginkan gerakan pantat Roberto agar semakin keras dan cepat. Batang kontol Ketut yang terhimpit perutnya sendiri membengkak, lobang kencingnya terasa licin karena precumnya meleleh banyak sekali disana.
Setelah beberapa menit berlalu tiba-tiba Roberto mencabut batang kontolnya. Ketut langsung menolehkan kepalanya ke belakang ingin mengetahui apa sebab kontol yang sedang memberikannya kenikmatan padanya itu tiba-tiba dicabut. Ia masih ingin merasakan gempuran perkakak kejantanan Roberto mengaduk-aduk rongga lobang pantatnya.
Roberto terlihat menyeringai garang melihat ekspresi kebingungan Ketut. Tanpa bicara bule tajir itu langsung menarik tubuh Ketut agar membalik dari posisi telungkup menjadi telentang. Setelah Ketut telentang Roberto langsung mengembangkan paha cowok itu dan menggantungkan tungkai kaki Ketut ke bahunya. Ketut langsung tersenyum girang setelah mengetahui maksud Roberto yang ingin bertukar posisi bukan berhenti ngentot.
Roberto segera membenamkan kembali kontolnya kedalam lobang pantat Ketut. Sesaat Ketut menjerit karena ada rasa sakit yang timbul saat batang kontol itu kembali masuk. Namun setelah kontol Roberto kembali bergerak rasa sakit sirna berganti kenikmatan. Ketut pun kembali merintih-rintih meluapkan kenikmatan tiada tara yang menerpanya.
Roberto terus bergerak. Kepala kontolnya menghantam prostat Ketut berkali-kali. Hal ini menimbulkan rasa nikmat luar biasa bagi Ketut. Terlalu nikmat bahkan lebih nikmat dibandingkan saat ia memperawani memek cewek bule yang pernah dipandunya berwisata di Bali bersama kedua orang tuanya. Tanpa sepengetahun kedua orang tuanya gadis itu meminta Ketut memperawaninya sebagai hadiah untuk hari ulang tahunnya yang ketiga belas. Mereka melakukan hal itu di pantai Kuta saat malam hari setelah usai makan malam bersama di hotel. Kedua orang tua sang gadis tidak mengetahui karena mereka tertidur kelelahan setelah seharian berjalan-jalan dipandu Ketut.
Ketut melolong-lolong keenakan. Tubuhnya yang bersimbah keringat semakin memperjelas lekuk-lekuk otot remajanya. Roberto yang melihat pemandangan indah tubuh Ketut itu semakin beringas. Ia semakin liar menghajar lobang pantat Ketut. Gerakan Roberto yang keras dan menghentak-hentak membuat tempat tidur yang mereka gunakan sebagai tempat ngentot ikut bergoyang menimbulkan bunyi berderak-derak yang cukup keras.
Roberto menatap perut Ketut yang terlihat mulai membentuk kotak-kotak otot. Di perut remaja ganteng itu menggenang precum warna bening dan kental yang keluar dari lobang kencing Ketut. Roberto sangat bergairah melihat precum itu. Roberto menurunkan ritme gerakan kontolnya dan membungkukkan tubuh atletisnya menuju perut Ketut. Mulutnya lalu mencaplok kepala kontol Ketut melahap precum yang menempel di ujung kepala kontolnya. Setelah kepala kontol Ketut bersih dari precum Roberto berlanjut mencaplok perut Ketut dan melahap semua precum yang tergenang disana.
***
“Dahsyat banget tuh bule,” celetuk Yusuf sambil meluruskan posisi kontolnya yang miring. Cerita Ketut membuatnya terangsang. Kontolnya yang sudah ngaceng terasa mengganggu karena letaknya miring tadi.
“Kenapa Suf? Miring?” tanya Ketut menggoda sambil memandang tangan Yusuf yang sedang merapikan posisi kontolnya jadi menghadap ke arah atas.
“He eh. Horny nih,” sahut Yusuf sambil nyengir.
“Terus gimana?”
“Maksud kamu?”
“Ditanya kok balik nanya sih?”
“Ya saya bingung aja dengan pertanyaan kamu,”
“Mau ngentot?”
“He eh. Tapi dimana?”
“Disini aja,”
“Disini? Gila kamu Tut. Masak disini, diliatin orang dong,”
“Hehehe, kalo gitu kita cari tempat deh,”
“Entar deh. Selesein aja dulu ceritanya,”
“Masih penasaran ya dengar ceritanya,”
“Iya. Asik, hehehe,”
“Ya udah, aku terusin,”
***
Meskipun precum Ketut sudah tandas dilahapnya namun Roberto masih berselera menyelomoti kontol Ketut yang besar dan panjang. Sambil mengentot dengan ritme pelan namun menekan sedalam-dalamnya, Roberto mengoral batang kontol remaja ganteng itu. Hal ini membuat Ketut makin kesetanan. Bayangkan aja dia merasakan kenikmatan di lobang pantat dan kontolnya sekaligus.
“Oooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…,” erang Ketut panjang.
Tubuh Ketut kelojotan. Tak ingat lagi kalau Roberto adalah pemilik hotel tempatnya bekerja, Ketut menjambak rambut bule tajir itu saking tak kuasanya menahan nikmat yang dirasakannya. Ketut membalas gerakan pantat Roberto dengan goyangan pantat menekan. Ia ingin memasukkan seluruh batang kontol Roberto itu kedalam lobang pantatnya. Bukannya maraj dijambak oleh Ketut, bule tajir itu malah semakin bernafsu mengentoti dan menyelomoti kontol Ketut. Nafsunya makin menggelegak karena remaja itu bertingkah semakin liar.
Ketut telah tiba diambang orgasmenya. Kenikmatan yang menerpanya membuatnya tak bisa menahan lebih lama lagi aliran spermanya yang mengalir cepat menuju kepala kontolnya.
“I’m gonna cumming Sir, I can’t hold it…,” erang Ketut mengingatkan Roberto sambil berusaha menggeser wajah ganteng Roberto yang sedang mengoral kontolnya. Namun Roberto malah semakin kuat menghisap kontol Ketut. Ia kibaskan tangan Ketut yang berusaha menggeser wajahnya. Ketut akhirnya membiarkan saja apa yang dimaui oleh Roberto. Sesaat kemudian Ketut melenguh panjang, “Aaaarrrgggghhhhh Sir, Ooooorgggggghhhhh….”
Tubuh ramping atletis Ketut melengkung. Seluruh otot-otot di tubuhnya menegang saat spermanya menyembur deras melintasi lobang kencingnya dan kemudian tumpah ruah di dalam mulut Roberto yang menghisap makin kuat. Sperma Ketut yang menyembur langsung ditelan oleh Roberto. “Srupppp…srupppp…srupppppppp… glek,” suara mulut Roberto menghisap dan menelan seluruh sperma Ketut tanpa sisa.
Buah pantat Ketut berkontraksi hebat. Ia mengejan-ejan setiap kali spermanya menyembur. Hal ini membuat Roberto gelagapan. Kontraksi otot Ketut membuat rongga lobang pantat cowok itu seperti memijat-mijat dengan kuat batang kontolnya. Roberto pun merasakan orgasmenya akan segera datang. Dengan segera ia mencabut batang kontolnya dari lobang pantat Ketut.
Roberto langsung mengelap batang kontolnya yang berlumuran pelumas dan cairam-cairan dari dalam rongga lobang pantat Ketut termasuk cairan warna merah yang sepertinya darah menggunakan sprey yang telah berantakan. Ia mengelapnya dengan terburu-buru. Setelah batang kontolnya terlihat bersih ia segera menangkangi wajah ganten Ketut. Batang kontolnya langsung disorongkannya kedalam mulut cowok itu.
Ketut yang sedang mendengus-dengus menikmati orgasmenya yang dirasakannya sangat luar biasa tentu saja kaget tiba-tiba disodori batang kontol milik Roberto. Namun ia tak berusaha menolak. Kontol Roberto langsung dikemutnya sambil meremas-remas batang kontol Roberto yang tak bisa masuk seluruhnya kedalam mulutnya.
“Yeah boy, yeah suck it! Suck it!” erang Roberto menikmati kemutan mulut Ketut.
Ketut mengeksplorasi batang kontol Roberto yang dirasakannya makin bengkak dan urat-uratnya terasa berdenyut-denyut semakin cepat. Tak lama Roberto mengerang keras sambil memegang bahu Ketut kencang. Spermanya menyembur deras. Ketut kaget dan berusaha menghindar, namun sebagian sperma Roberto sudah terlanjur masuk kedalam kerongkongannya dan tertelan. Sementara sisa sperma yang masih menyembur berlompatan ke wajah ganteng Ketut.
Ketut langsung mual dan merasa akan muntah karena tertelan cairan sperma yang dirasakannya sangat aneh plus bau khas sperma yang belepotan di wajahnya. Namun cengkeraman kedua tangan Roberto dibahunya membuat Ketut tak bisa bergerak. Akhirnya cowok itu muntah ditempat. Muntahan dari mulutnya menyembur ke perut dan selangkangan Roberto dan jatuh kembali menggenang ke wajah dan leher Ketut.
***
“Jorok banget sih,” kata Yusuf. Ajudan ganteng itu merasa mual sejenak mendengar cerita Ketut.
“Habis gimana? Waktu itu akukan belum pernah ngerasain sperma dan mencium baunya yang khas itu,” sahut Ketut sambil nyengir.
“Tapi masak gak bisa ditahan sih?”
“Gak tau deh, aku benar-benar gak bisa nahannya waktu itu,”
“Trus berapa lama Lo berkubang sperma dan muntahan itu,”
“Lama juga sih. Ada sekitar tiga menitan, soalnya si Roberto masih menikmati orgasmenya,”
“Kesian banget deh kamu Tut,”
***
Begitu orgasmenya mereda wajah Roberto yang tadi menengadah kemudian menunduk menatap Ketut. Begitu melihat keadaan Ketut yang berkubang muntah dan sperma Roberto langsung melompat saking jijiknya.
“Jeez! Go to bathroom boy. Clean it up!” maki Roberto dengan wajah marah dan jijik. Bule tajir itu juga langsung ngacir ke kamar mandi dan segera membersihkan dirinya dari muntahan Ketut.
Ketut turun dari tempat tidur. Rasa sakit di lobang pantatnya langsung menderanya. Lobang pantatnya terasa sangat perih. Tertatih-tatih dengan langkah mengangkang ia berjalan kedalam kamar mandi. Roberto yang sedang mandi membersihkan dirinya dibawah shower tak mempedulikan Ketut. Karena Roberto menggunakan shower akhirnya Ketut menggunakan selang berkeran yang ada di closet untuk membersihkan dirinya. Duduk di Closet sambil mengejan-ngejan pelan berusaha mengeluarkan sisa-sisa pelumas bercampur berbagai cairan lainnya di lobang pantatnya karena dikentot oleh Roberto tadi, Ketut membasuh tubuhnya dengan selang berkeran.
Ketut merasakan perih sekali saat cairan di lobang pantatnya mengucur keluar. Ia memandang kedalam closet dan melihat air didalam closet berwarna merah. Dari lobang pantatnya mengalir darah segar. Ketut ketakutan. Ia memandang Roberto yang sedang mandi namun tak berani berkata apa-apa. Saat itu Ketut merasa dirinya sangat terhina sekali. Tak pernah ia membayangkan akan mengalami hal seperti ini dalam hidupnya.
Tak lama Roberto selesai mandi. Dengan handuk putih menutupi bagian bawah tubuhnya bule tajir itu keluar dari kamar mandi tanpa melihat apalagi menegur Ketut. Kini Ketut tinggal sendiri didalam kamar mandi. Air mata langsung mengalir dari sudut bola matanya membasahi pipinya. Ketut pun menangis sesenggukan.
Ketut tak bisa berlama-lama didalam kamar mandi. Sepuluh menit kemudian pintu kamar mandi terbuka dan didepan pintu berdiri manajer hotel dan supervisor-nya dengan tatapan marah.
“Keluar kamu!” seru sang manajer marah.
Ketut langsung menghapus air matanya dan dengan berjalan tertatih-tatih Ketut berjalan keluar kamar mandi. Cowok itu masih tetap telanjang bulat tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya. Di ruangan kamar dilihatnya dua orang roomboy terlihat sedang sibuk mengangkat kasur pengganti dan kemudian merapikan tempat tidur itu menutupinya dengan bedcover, sprey dan selimut. Roberto tak terlihat lagi didalam kamar itu. Tak lama kemudian kedua roomboy itu telah selesai dengan pekerjaannya. Kemudian mereka berdua keluar sambil mengangkat kasur beserta bedcover, sprey, dan selimut yang tadi dimuntahi oleh Ketut.
“Pak Roberto tadi mengatakan bahwa kamu telah merugikan hotel dengan muntah sembarangan. Kami akan menyampaikan perhitungan kerugian hotel dan akan mengirimkannya pada keluargamu untuk menggantinya,” kata sang manajer.
“Tolong jangan dikirimkan ke keluarga saya Pak. Saya akan mengganti kerugian itu dengan gaji saya Pak,” sahut Ketut ketakutan.
“Gaji kamu? Emangnya kamu sudah pasti diterima di hotel ini? Kalaupun kamu diterima mau berapa tahun kamu akan mengangsur untuk membayarnya. Ini hotel internasional bertaraf bintang lima. Semua peralatan disini adalah barang impor berkualitas tinggi,” sergah sang manajer.
Ketut terdiam mendengar kata-kata sang manajer.
“Pak, apa tidak sebaiknya Ketut kita berikan kesempatan? Selama ini ia sudah bekerja sangat baik,” sela sang supervisor membela Ketut dengan kalimat sopan pada manajernya.
Wajah Ketut yang penuh ketakutan terlihat agak gembira ketika mendengar pembelaan dari supervisor-nya. Ketut merasa sang supervisor itu adalah dewa penolongnya.
“Kenapa kamu membelanya?” tanya sang manajer pada sang supervisor.
“Selama dia magang disini saya menilai Ketut sangat giat bekerja Pak. Di usianya yang masih sangat muda dia telah hidup mandiri. Saya pernah mendengar ceritanya bahwa sejak SMP dia sudah jadi guide karena ingin punya penghasilan sendiri dan tidak tergantung pada orang tuanya. Ini menunjukkan bahwa dirinya memiliki potensi untuk maju. Hotel ini akan berkembang semakin baik bila memiliki orang-orang yang mempunya pribadi seperti Ketut ini,” kata sang supervisor.
“Tapi bagaimana nanti dengan Pak Roberto?” tanya sang manajer.
“Saya rasa Pak Roberto tidak keberatan bila Ketut masih bekerja disini, Pak. Bukankah tadi beliau hanya mengatakan agar Ketut mengganti rugi saja. Kalau mengenai pelayanan Ketut sama sekali tidak ada komplain dari beliau,” sahut sang supervisor.
“Baiklah kalau begitu. Tapi sebelumnya saya akan mengetes dulu bagaimana pelayanan yang dilakukan Ketut. Kalau pelayanannya memang prima, Ketut akan saya terima bekerja disini tapi gajinya tetap harus dipotong untuk membayar kerugian yang telah dilakukannya,” kata sang manajer sambil melirik tubuh telanjang Ketut.
“Saya rasa itu lebih fair Pak. Bagaimana Tut? Kamu siap untuk dites oleh Pak Gunawan Wijaya?” tanya sang supervisor. Ada kilatan mesum di mata sang supervisor saat bertanya pada Ketut. Serta-merta Ketut mengerti apa yang dimaksudkan dengan ‘melayani’ itu. Rupanya sang manajer ini juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Roberto tadi padanya.
Manajer hotel ini adalah Gunawan Wijaya, ayah kandung Calvin. Saat itu ia masih sangat muda dan belum menikah dengan Mama Calvin. Ia baru saja pulang dari Amerika setelah mengecap pendidikan perhotelan disana. Hotel ini adalah perusahaan kerjasama dengan jaringan hotel internasional milik Roberto. Ayah kandung Gunawan Wijaya adalah mitra kerjasama Roberto. Karena hotel itu adalah milik keluarganya maka meskipun masih sangat muda dan baru saja lulus kuliah Gunawan Wijaya langsung diberi jabatan sebagai manajer. Dunia ternyata tidak seluas yang kita bayangkan, hehehe.
“Saya siap Pak,” sahut Ketut lirih.
“Mungkin kamu bisa membantu saya mengetes bocah ini,” kata Gunawan pada sang supervisor sambil mengedipkan matanya nakal.
“Saya siap kalau diperintahkan,” sahut sang supervisor tersenyum nakal.
***
“Trus mereka ‘menggarap’ kamu juga Tut?” tanya Yusuf.
“Yup. Ternyata mereka memang sudah merencanakan ini sejak awal. Roberto, Gunawan, dan Diko–nama sang supervisor itu—memang telah menjadikanku sebagai target cabul mereka. Ini kuketahui belakangan setelah aku akhirnya menjadi bagian dari kelompok mereka, hehehehe,”
“Kamu menyesal dan marah dengan perlakuan mereka?”
“Awalnya. Namun akhirnya aku menikmatinya juga, toh memang nikmatkan? Hehehehe. Lagipula karirku semakin menanjak sampai akhirnya aku diberi kepercayaan untuk menjadi manajer di salah satu hotel milik Gunawan yang sekarang aku kelola,” sahut Ketut.
“Kamu masih ketemu dengan mereka sampai sekarang?”
“Dengan Pak Gunawan pasti masih ketemu, beliaukan masih bosku. Kalau Diko sudah jarang. Dia sekarang menjadi manajer di salah satu hotel milik Gunawan yang berlokasi di Malaysia. Kalau dengan Roberto sudah enggak pernah ketemu. Soalnya hotel milik Gunawan tidak berafiliasi lagi dengan jaringan hotel milik Roberto. Gunawan sudah membeli seluruh saham Roberto dan jadi pemilik tunggal jaringan hotelnya sendiri setelah orang tuanya meninggal,”
“Konglomerat dong dia,”
“Iya. Nanti kamu saya kenalin deh ke Gunawan. Dia suka lho orang-orang kayak kamu ini,” kata Ketut dengan senyum mesum.
“Untuk apa aku kenalan sama konglomerat?”
“Enak dong kenalan sama konglomerat, duitnyakan banyak,”
“Emangnya aku lonte? Jadi kamu beliin aku kalung ini juga karena kamu anggap aku lonte ya? Gini-gini aku ajudan menteri lho,” kata Yusuf sewot.
“Dih, segitu marahnya. Ya enggak dong Suf. Kalo kamu dikasih duit atau dibeliin sesuatu oleh teman masak kamu nolak sih?”
“Bener nih cuman pertemanan?”
“Ya iyalah. Kalau lonte mah habis ngentot, bayar ya udah. Selesei. Kalau temen kan gak kayak gitu,”
Tiba-tiba ponsel Ketut berdering yang sejak tadi diletakkannya di atas meja berdering. Dilayar ponsel itu muncul tulisan ‘MAMA SAYANG’.
“Bentar ya Suf, ada telpon dari istri nih,” kata Ketut dan kemudian menekan tanda terima bicara. “Iya sayang. Papa masih ngopi nih sama Pak Yusuf. Mama dimana sekarang? Belum selesai? Iya, iya Papa tunggu Mama sampai selesai deh. Nanti kalau udah selesai hubungi Papa ya Ma. Oke, muachhh. Luv ya,” kata Ketut dan kemudian mengakhiri pembicaraan.
“Kenapa Tut?” tanya Yusuf.
“Istriku bilang dia ketemu sama temen-temen arisannya dan masih mau lanjut belanja lagi. Baguslah, jadi kita punya banyak waktu berdua. Perempuan kalo udah belanja bareng pasti bakalan lama,” sahut Ketut sambil tersenyum mesum pada Yusuf lalu mengangkat gelas dari meja dan meminum kopinya. “Suf,” kata Ketut terpotong sambil menatap Yusuf
“Ya?” sahut Yusuf setelah meletakkan gelas kopinya. Melihat Ketut minum ia jadi ikutan minum juga.
“Maaf nih sebelumnya,”
“Apa sih kok ngomongnya ditahan-tahan gitu?”
“Kamu pernah dikentot juga gak?”
“Pernah,”
“Kamu suka dikentot?”
“Ya gitu deh,”
“Kamu lebih suka dikentot apa ngentotin orang?”
“Sama aja sih,”
“Mmmm…,”
“Kenapa?”
“Enggak ah,”
“Kamu mau ngentot aku?”
“Kalo kamu gak keberatan sih,”
“Hehehe, gitu aja pake malu-malu. Aku gak keberatan kok. Itung-itung nyenengin temen. Toh kamu juga udah baek banget ke aku,”
“Serius nih?”
“Iya, serius. Tapi dimana?”
“Kamu ikut aku aja deh. Yuk,”
“Kemana?”
“Udah ikut aja, gak usah banyak tanya,” sahut Ketut dan kemudian berdiri mengajak Yusuf meninggalkan tempat itu.
SERIAL ANDRE DAN CALVIN 40 : Arti Persahabatan. There are any SERIAL ANDRE DAN CALVIN 40 : Arti Persahabatan in here.
-
Cerita Dewasa ini terjadi sekitar setahun yang lalu, tahun kedua-ku bersekolah di luar negeri. Aku sedang mandi dan mempersiapkan diri untuk...
-
Inilah cerita seks sedarah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak...
-
Keluarga Calvin pamitan pada Antonius, Ali, Bayu, dan Made setelah cukup lama ngobrol dengan Dion dan saudara-saudaranya. Besok pagi mere...
Search This Blog
Blog Archive
-
►
2022
(2)
- ► December 2022 (2)
-
▼
2021
(300)
- ► December 2021 (12)
- ► November 2021 (26)
- ► October 2021 (15)
- ► September 2021 (3)
- ► August 2021 (2)
- ► April 2021 (1)
- ► March 2021 (16)
-
▼
February 2021
(54)
- Ada Apa Dengan Rangga?
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 43 : Bangsal Nomor 19
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 42 : Silvia …, Oh Silvia …
- Keperawanan Ibu Guru
- Ngentot Tante Sexy
- Kenalan Remaja Jilbab Perawan
- Perjalanan Seks Seorang Guru
- Tante Ken Aduhai Seksi
- Irwan 2 : Kakakku dan Pengertiannya
- Irwan 1 : Mamaku Pengalaman Pertamaku
- Takan Lari Orgasme DiKejar
- PEJUH SIAPA INI??
- Demi Sahabat
- Erli Berikan Keperawananmu
- Dari Pada Nganggur
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 41 : Damai Itu, Indah …
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 40 : Arti Persahabatan
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 39 : Akhir Kisah Dion
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 38 : Tak Terduga
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 37 : Interogasi
- Derita ABG saat Jogging Pagi
- Hadiah Kedewasaan
- [Video] Aino Kishi SOE-472
- [Video] Sayaka Fukuyama - Beautiful Young Nurses O...
- Cinta 10 minit By eDdieaMir
- Aku Masih Ingat - Ricky and big black car By Edd
- Adik Kesayangan Saya By Isaac
- Kenangan di Kampus (2) By adekku
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 36 : Nafsu Reserse
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 35 : Made
- Mau Dibikin Apa... Mas ? By Jee
- Semalam Bersama Syam By Rizal
- Kena Amput Oleh Orang Melanau Di Sarawak By Wanxxx
- Melancap Bersama Seorang Cikgu Berusia 42 Tahun By...
- Aku Anak Siapa : part 3
- Aku Anak Siapa : part 2
- Aku Anak Siapa : part 1
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 34 : Om Handoko
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 33 : Kejujuran Hati
- Beromen Diatas Katil Double Decker By eDdieaMir
- Terkenang Dipeluk Ejan By eDdieaMir
- Sex Dengan Bapa Saudara By Jimbob
- Thank You Ian By Wan
- Kongsi Selamanya 2
- Kongsi Selamanya 1
- Dua Batang Untuk Isteri ku
- Mengayat Anak Buah Sendiri
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 32 : Ternyata, Oh Ternyata …
- SERIAL ANDRE DAN CALVIN 31 : Penangkapan
- Abang Aziz , Aku Rindu Padamu By Arjuna Asmara
- Malam Yang Hebat Sekali By Shamsuddin@22
- Bestnya Main Ngan Abang By hadi
- Pengalaman di Tempat Awam By Zoey
- Lubang Najis Kak Dewi : part 2
- ► January 2021 (127)
Powered by Blogger.
Find Your Happiness Within Yourself Quotes
Find Your Happiness Within Yourself Quotes . Web find peace within yourself.” “seeking happiness outside ourselves is like waiting for sunsh...

Labels
- 69
- Abang Angkat
- Air Mani
- Ajudan
- Amput
- Anal
- Askar
- Asrama
- Awek
- Ayah
- Ayam
- Bapa Saudara
- Bas
- Batang Besar
- Batang Kuda
- Bawah Umur
- Beastillity
- Bercuti
- Blowjob
- Bogel
- Bontot
- Boyfriend Orang
- Butuh
- By Budak Adli
- By Denco
- By EddieAmir
- By Jimbob
- By Man
- By Mr Cadd
- By Nicholas
- By Niclit
- By Nur Atikah
- By pangeran212
- By Wanxxx
- Cerita Dewasa
- Cikgu
- Cina
- Daun Muda
- Dildo
- Download
- Driver
- Driver Lori
- Duda
- Emak
- ExBoyfriend
- Fan Fiction
- Foursome
- Glory Hole
- Handsome
- Hensem
- Hetero
- Hisap
- Homo
- Horor
- Hotel
- Housemate
- Ibu Mertua
- Incest
- Indian
- Indonesia
- Interracial
- Isteri Orang
- Jawa
- jiran
- Jubur
- Kampung
- Kebun Teh
- Kisah Cinta Dua Marhalah
- KL&L
- Konek
- Kontol
- Kontol Gede
- Kuli
- Lancap
- Liwat
- Love Story
- Maktab
- Malaysia
- Mat Salleh
- Mature
- Melanau
- Melayu
- MOTNES
- Muscle
- Negro
- News
- Ngentot
- Novel
- Orgy
- Outdoor
- Pakcik
- Pemerkosaan
- Pensyarah
- Pertama
- Polis
- pondan
- Remaja
- Rogol
- Roomate
- Sarawak
- Satpam
- Sedarah
- Sekolah
- Selingkuh
- Serial Andre dan Calvin
- Sesama Wanita
- Siswa
- Skodeng
- Sport
- Suami
- Suami Isteri
- Suami Orang
- Tentera
- Tetek
- Threesome
- Toilet
- Tukar Pasangan
- Umum
- Uncle
- Universiti
- Video